::A::C::All::J::S::

Naruto © Masashi Kishimoto

Smile of our Happiness written by RenJeeSun

Rated: T

Genre: Romance, Family.

warning: AU, BL, Gaje, OOC, typo bertebaran, Short fic, dll.

= Sekuel dari Hate and Smile. Masing-masing chap dari fic ini di ceritakan per-Pairing.

Well, if you Don't like, don't read!

::A::C::All::J::S::

.

::A::C::SK::J::S::

.

Hawa sejuk dan tenang sangat terasa saat melalui jalan sepi dengan cuaca yang dapat dibilang cukup bersahabat. Begitu juga dengan salah seorang laki-laki yang kini sedang berjalan menikmati suasana yang cukup menyenangkan seperti ini.

"Guk! Guk!" Suara anjing menyalak di sampingnya terdengar, ketika dirinya telah tiba di sebuah area luas dan bagi sebagian orang tempat tersebut menyeramkan.

Menolehkan kepala ke samping, di mana seekor anjing berwarna putih cukup besar kini menjulurkan lidahnya semangat dan otomatis dia juga dapat melihat sebuah mobil dengan warna dan plat nomor yang sangat dia kenal.

Melihat itu lelaki berambut coklat sedikit panjang dan berantakan tersebut menggelengkan kepalanya seraya mendengus pelan. "Dasar…," gumamnya, "pantas saja di apartement-nya tadi tidak ada."

Lalu dia sedikit menunduk untuk mengelus kepala anjing peliharaannya tersebut, "Kau pergilah duluan, dan temukan dia sendiri, ne~ Akamaru?" ujarnya pada seekor anjing bernama Akamaru tersebut, sambil mengeluarkan saputangan berwarna coklat dari saku celananya, dan membiarkan anjing tersebut mengendusnya. Seolah mengerti dengan apa yang diinginkan oleh majikannya, anjing itu beberapa kali menyalak nyaring dan masuk ke area luas tersebut.

Seulas senyum tipis terbentuk saat melihat anjing tersebut berlari dengan semangat. Lalu dia pun ikut masuk ke dalam area luas tersebut—area luas yang bernamakan sebuah pemakaman. Setelah beberapa saat berjalan langkahnya terhenti, ketika tiba di sebuah salah satu makam yang ada di situ. Pandangannya lurus ke arah batu nisan, tidak memedulikan seorang lelaki yang berdiri di sampingnya sedang menatapnya datar namun sangat intens.

"Guk! Guk!" Anjing putih besar milik lelaki berambut coklat tadi menyalak lagi saat melihat tuannya telah berada di dekatnya.

Lelaki berambut coklat yang dikenal sebagai Inuzuka Kiba tersebut mengulurkan tangannya untuk mengelus lembut kepala Akamaru, tapi tidak sekalipun dirinya berusaha membalas tatapan lelaki di sampingnya.

"Yo! Shino! Bagaimana kabarmu?" sapanya dengan cengiran di wajahnya, menatap nisan sang sahabat yang telah lama pergi. Dan melakukan rutinitasnya setiap kali berada di makam sang sahabat—melepaskan segala uneg-unegnya.

"Kau tahu, entah mengapa, akhir-akhir ini aku merindukan seseorang…," katanya. Tanpa sadar lelaki di sampingnya sedikit menaikkan sebelah alisnya, tapi tidak sepatah kata pun terucap dari bibir lelaki tersebut. "Tentu saja kau Shino, memangnya siapa lagi yang kurindukan selain dirimu?" ujarnya pura-pura kesal, seolah Shino bertanya 'siapa?'

"Dan selalu membuatku ingin menghabiskan waktu bersamanya—maksudku bersamamu," ralatnya cepat, rona tipis terlihat di wajahnya, apalagi saat mendengar lelaki di sampingnya mendengus geli.

"Sebenarnya aku juga ingin sekali mengajakmu makan malam bersama hari ini…. Yup! karena akhirnya aku bisa menyelesaikan ujian dengan hasil memuaskan! Oleh karena itu, aku ingin membagi kebahagianku bersamamu," cengirannya melebar dan seolah menular pada lelaki di sampingnya yang hanya tersenyum tipis.

"Well, aku juga ingin mengajak Naruto. Kau ingat Naruto? Makhluk pirang yang sering aku ceritakan padamu? Tapi sayang … anak itu sedang sangat sibuk dengan kegiatan ke-artisan-nya, benar-benar menyebalkan! Sejak debut empat tahun lalu, dia benar-benar melupakanku! Jangan tanya bagaimana Sasuke-senpai. Yang pastinya sekarang sibuk menjadi wakil direktur di perusahaan Sharingan," gerutunya, kali ini benar-benar kesal.

"Tadinya aku juga ingin mengajak Gaara-senpai, tentunya akan menjadi satu paket dengan Neji-senpai—yang sekarang mewarisi usaha keluarga Hyuuga— tapi lagi-lagi mereka tidak bisa, selain karena Gaara-senpai sedang mengurusi kelas musiknya. Haaa~ entah mengapa aku jadi merindukan masa-masa empat tahun lalu. Saat semuanya bisa berkumpul bersama…" Tatapan Kiba menerawang. "…dan juga, saat masih ada seseorang yang masih bersedia meluangkan waktunya untukku, walaupun dia sibuk. Tidak seperti sekarang, yang sepertinya malah berniat mencari teman baru." Ekspresi sinis tergambar jelas di wajah Kiba sambil melirik lelaki di sampingnya, yang hanya menatapnya dengan wajah datar dan malas.

Dan selanjutnya tidak ada lagi suara Kiba yang berceloteh macam-macam.

Hingga…

"Hari sudah mulai sore, sebaiknya kita pulang," kata lelaki di samping Kiba dan langsung berjalan meninggalkan area pemakaman. Kiba meringis, melihat sikap cuek lelaki tersebut. Dan akhirnya, dengan sedikit perasaan kesal dia mengikuti langkah lelaki tersebut.

Selama perjalanan keluar area pemakaman, tidak ada dari mereka yang memulai percakapan. Hanya suara menyalak Akamaru yang terdengar. Yang sepertinya malah asyik bermain dengan lelaki tinggi dengan rambut diikat satu ke atas.

Dalam hati Kiba merutuk kesal, melihat anjing kesayangannya terlihat lebih akrab bersama lelaki itu. Ya, lelaki yang selama empat tahun ini menjadi kekasihnya, Nara Shikamaru—dan telah menjabat sebagai pewaris Group Nara.

"Masuklah," perintah Shikamaru seraya membukakan pintu mobil untuk Kiba sesampainya mereka di tempat Shikamaru memarkirkan mobilnya. Namun Kiba malah memalingkan wajahnya dari Shikamaru, sambil melipat tangannya di depan dada.

"Mendokusai … kau tahu? Kekeras-kepalaan hanya akan membuatmu lelah," kata Shikamaru berhasil membuat Kiba mendelik kesal padanya.

Shikamaru mengedikan kepalanya ke arah pintu mobil, sekali lagi menyuruh Kiba memasuki mobilnya.

Memutar kedua bola matanya malas, akhirnya Kiba menuruti Shikamaru. Lalu, memberikan tatapan tajam pada Akamaru, yang ternyata telah duduk manis di kursi belakang mobil. Dan seolah mengejek, Akamaru hanya mengerjapkan matanya beberapa kali sambil menjulurkan lidahnya, lalu melengos dari tatapan Kiba.

Kiba melongo.

"Well, bagaimana rasanya diabaikan?" ujar Shikamaru datar—terkesan menyindir—yang sudah mengambil posisi di belakang kemudi dan langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Kiba mendengus, "Seperti yang kau rasakan," jawabnya sinis.

"Rindu padaku, huh?" tanya Shikamaru mengalihkan pembicaraan, dan bermaksud menggoda kekasihnya.

"Menurutmu?" tanya balik kiba, berusaha terdengar biasa, namun dalam hati Kiba mengakui bahwa dia sangat merindukan sosok kekasihnya ini. "Sebenarnya, ke mana saja kau dua minggu ini? Dan setahuku Shino hanya ingin berteman denganku," lanjutnya ketus.

Shikamaru memilih memfokuskan dirinya untuk mengemudikan mobilnya, yang kini telah memasuki kawasan elite deretan restaurant. Lalu sedikit mencondongkan tubuhnya untuk meraih sesuatu di dashbor mobil.

"Ini," ujarnya seraya menyerahkan sesuatu itu, yang ternyata sebuah kertas berbentuk undangan dengan warna biru-hitam yang mendominasi.

Kiba menatap heran undangan yang sudah berada di tangannya, dan kemudian membukanya. Seketika ekspresi tak percaya tergambar di wajahnya. "Hei! Bahkan Naruto tidak memberitahuku soal ini!" serunya kemudian dan menatap Shikamaru dengan pandangan bertanya.

"Mendokusai … kau ingat betapa egoisnya Sasuke? Dan kurasa Naruto juga tidak tahu tentang ini."

"What? Keputusan sepihak?" serunya kaget.

"Dan, apa kau pikir Naruto akan menolak?"

Kiba terdiam. Berita ini betul-betul mendadak baginya. Di tangannya terdapat sebuah undangan—undangan pernikahan tepatnya. Pernikahan sahabatnya Namikaze Naruto dengan Uchiha Sasuke, namun hal yang membuatnya lebih kaget adalah, ternyata Sasuke belum memberitahu apa pun pada Naruto, dan parahnya hari pernikahannya telah ditetapkan seminggu lagi. Kembali pertanyaan Shikamaru terulang di benaknya. Apa Naruto akan menolak?

"Kurasa tidak…," jawab Kiba akhirnya. Kiba sedikit banyak tahu mengenai hubungan keduanya beberapa tahun terakhir, yang sering kali tidak ada waktu untuk bertemu dikarenakan aktivitas mereka yang padat. Dan mungkin Sasuke berpikir bahwa menikah adalah salah satu cara untuk membuat … yah, hubungan mereka menjadi lebih dekat, mungkin?

Lagi pula Kiba merasa, Naruto itu terkadang jarang sekali menolak—atau tidak bisa menolak lebih tepatnya—keinginan Sasuke. Hingga Kiba terkadang berpikir bahwa Naruto itu menikmati keinginan egois Sasuke padanya. Ck, menurut Kiba hanya pikiran Naruto-lah yang paling sulit dia mengerti.

"Eh? Tunggu sebentar. Sial! Kau mengalihkan pembicaraan! Jawab pertanyaanku! Kau ke mana saja dua minggu ini? Dan mengapa akhir-akhir ini kau selalu menemui Shino? Memangnya sejak kapan Shino menjadi temanmu?" cecar Kiba bertuntun dengan nada bersungut-sungut.

Shikamaru hanya tersenyum. Entah mengapa sejak dulu dia sangat suka menggoda Kiba. Baginya ekspresi Kiba yang sedang kesal itu tidak pernah berubah, selalu terlihat manis di matanya.

"Baiklah, aku akan jawab semua pertanyaanmu. Tapi, bisakah kau tenang sedikit? Mendokusai," pinta Shikamaru. Yah, walaupun terlihat manis, tapi tetap saja dirinya tidak terlalu menyukai sesuatu yang berisik.

Kiba mencibir mendengarnya.

"Well, dua minggu ini aku sedang membantu Ayah mengurusi perusahaan. Lagi pula aku sudah memberitahumu lewat e-mail," jelas Shikamaru.

Kiba mengerutkan keningnya bingung, merasa tidak pernah mendapat e-mail yang dikatakan Shikamaru. Lalu ia mengerjap polos, "Loh? Memangnya aku belum bilang padamu kalau ponselku hilang?"

Ciiiittttt!

Dan sontak membuat Shikamaru mengerem mendadak. Untung saja dia berhenti tepat di pinggir jalan.

"Guk! Guk! Guk!" Akamaru menyalak keras, merasa kaget.

Shikamaru melayangkan tatapan tajam pada Kiba. Yang dibalas cengiran tanpa dosa.

"Hehehe … gomen, aku lupa Shika~" kata Kiba melancarkan puppy eyes no jutsu-nya.

"Haa~ Mendokusai … kalau kau yang seperti itu, sebaiknya jangan menyalahkan aku."

"Tapi seharusnya kau juga khawatir karena aku tidak membalas e-mail darimu, bukannya malah tidak menemuiku dua minggu ini," protes Kiba.

"Kau lupa jika dua minggu itu kau ujian kedokteran hewan? Dan aku tidak ingin mengganggumu belajar."

"Baik sekali," ujar Kiba menyindir, "memangnya siapa yang selalu membuatku batal belajar? Kau harusnya ingat untuk menyalahkan otak mesummu itu."

Shikamaru memutar bola matanya bosan. Hei! jangan salahkan dia jika Kiba begitu menggoda saat sedang serius belajar. "Maka dari itu, untuk sementara aku tidak menemuimu. Lagi pula seingatku, kau juga tidak menolak saat aku melakukan 'pembatalan' belajar itu," ujarnya ringan.

Membuat Kiba terdiam dengan wajah memerah karena kesal dan malu yang bercampur menjadi satu. Kiba lalu mengalihkan pembicaraan, "Lalu mengapa kau sering mengunjungi Shino?"

Shikamaru mendengus kecil, "Apa salahnya jika aku mengunjungi teman kekasihku? Dan mungkin saja jika Shino masih hidup dia juga menjadi temanku."

"Jangan berharap, Shino itu milikku," ujar Kiba possesive.

"Dan kau milikku," sahut Shikamaru cepat dan santai yang hanya menatap lurus ke depan dan menjalankan mobilnya kembali.

Blush!

Shit!

Lagi-lagi Kiba hanya terdiam dengan muka lebih merah lagi, tidak bisa membalas perkataan Shikamaru. Dan hanya bisa merutuk kesal dalam hati. Kiba menyadari bahwa beberapa tahun terakhir ini Shikamaru sedikit berubah, bukan pemuda malas seperti saat sekolah dulu.

Eum ... well, masih pemalas sih … tapi tidak separah dulu, dan Kiba mengakui Shikamaru lebih menarik dari beberapa tahun lalu. Lihat saja penampilan Shikamaru sekarang yang sedang mengenakan setelan kerja resmi, dengan jas berwarna coklat, dan menutupi sebuah kemeja putih di dalamnya yang dua kancing atasnya sengaja dibuka dan tidak memakai dasi, serta dipadukan dengan celana berwarna coklat. Namun dari semua hal itu ada hal yang paling membuat Kiba heran, yaitu kadar mulutnya yang suka menggoda Kiba. Entah mengapa hal itu tidak berubah sama sekali dan malah semakin meningkat. Membuatnya sering salah tingkah dan kesal secara bersamaan.

"Oke, sekarang bagaimana jika aku mengabulkan permintaanmu?" tanya Shikamaru, setelah beberapa saat mereka terdiam.

"Permintaan?" Kiba mengernyit bingung.

"Makan malam bersamaku."

"Aku mengajak Shino." Kiba memandang sengit Shikamaru, "Bukan kau!"

"Dan kurasa Shino tidak akan keberatan jika aku menggantikannya," sahut Shikamaru ringan. Lalu Shikamaru membalas tatapan Kiba dan mengecup pelan bibir Kiba, kemudian berkata, "Aku lupa bilang, bahwa tadi aku juga memberitahu Shino untuk…," ucap Shikamaru menggantung, dia mengambil undangan milik Sasuke, lalu menuliskan sesuatu di undangan tersebut. "Pernikahan selanjutnya," lanjutnya, seraya meletakkan undangan tersebut di tangan Kiba. Dan keluar dari dalam mobil, yang entah sejak kapan telah berhenti di sebuah restaurant bergaya klasik dan mewah.

Kiba mematung, tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Shikamaru. Apa maksud Shikamaru dengan pernikahan selanjutnya? Memangnya siapa yang akan menikah lagi?

Lalu dia melihat undangan Sasuke di tangannya, sontak saja degup jantungnya berpacu cepat. Karena nama mempelai di undangan tersebut telah menjadi seperti;

*CoretUchiha SasukeCoret*

Nara Shikamaru

Inuzuka Kiba

*CoretNamikaze NarutoCoret*

"Jadi apa kau bersedia makan malam denganku?" tanya Shikamaru membukakan pintu untuk Kiba sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut oleh Kiba dengan senyum cerah dan tatapan penuh bahagianya.

"Apa aku punya pilihan untuk menolak?" tanya Kiba dengan senyum kecil.

"Mendokusai ... sayangnya aku tidak membuat pilihan."

.

::A::C::SK::J::S::

End Part of ShikaKiba

::A::C::SK::J::S::

.


Yo! Minna! ^^

Seperti yang diketahui sebelumnya, fic ini sekuel dari H&S. Hanya untuk memenuhi keinginan readers yang meminta sekuel.

Omong-omong fic ini memang pendek. Dan Maaf kalau tidak sesuai keinginan. m(_ _)m

Sebenarnya fic ini udah lama jadinya... *nyengir* Dan memang belum sempat dipublish *lebih tepatnya malas publish* #plak

Selain itu karena banyaknya tugas yang menunggu dan beberapa minggu ini juga disibukkan ama UTS -lagi-

Awalnya ini fic mau dipublish kalau udah tamat sekalian. Tapi entah mengapa gak jadi. *gaje*

Oh ya! untuk chap depan adalah Part of NejiGaa.

Satu lagi, untuk updatenya, kali ini Ren sarankan tidak perlu ditunggu... *Emang ada yg nunggu?*

Soalnya mood nulis akhir-akhir ini lagi menurun, jadi gak bisa netapin juga kapan updatenya. Tapi Ren gak akan sampai nelantarin fic ini, kok.

So...

Mind to review?

.

.