Mengamati langit biru, menikmati hembusan angin, dan kehangatan sinar mentari yang terhalang dedaunan, memang bukan kebiasaan yang dilakukan Uchiha Sasuke. Biasanya, tiap siang hari seperti ini, tiap jam pulang sekolah usai, ia akan segera menuju halte terdekat untuk menunggu bus. Satu-satunya alat transportasi yang dapat membawanya sampai di kediaman mewah milik Uchiha. Rumah besar dimana keluarga yang selalu menyanyanginya berkumpul. Rumah yang ia huni bersama Kakek, Ayah, Ibu, dan Kakak lelakinya. Pulang ke rumah, membersihkan diri, menikmati makan siang buatan sang Ibu, dan istirahat di kamarnya yang bisa dibilang luas untuk ukuran satu orang. Yeah, itulah yang rutin ia lakukan setelah bel sekolah berdering kencang. Namun sepertinya tidak untuk kali ini. Ia lebih tertarik untuk mengunjungi danau buatan yang berada 100 meter dari sekolahnya. Berbaring di bawah rindangnya pohon, dengan rerumputan sebagai alas. Merasakan hembusan angin yang menyentuh lembut kulit porselennya, dan membiarkan angin-angin itu memainkan poninya yang agak memanjang hingga kelopak mata. Ia hanya ingin rileks saat ini. Bungsu Uchiha itu hanya ingin santai dan melupakan sejenak masalah sekolah, percintaan, dan sekolah. Humph! Bagi Sasuke, sekolah jauh lebih penting ketimbang pacaran. Bukannya ia betah menjomblo sementara rekan sebayanya sibuk berkencan dimalam minggu, ia hanya tak ingin konsentrasinya terbagi hanya karena masalah percintaan. Tak laku? Mustahil. Sasuke adalah pemuda yang populer di kalangan anak perempuan. Dia tampan, jenius, cool, dan hal-hal lain yang membuat lelaki itu digilai, hanya saja Sasuke masih tidak tertarik untuk menjalin sebuah hubungan. Ia ingin bebas. Tak mau terikat dalam benang percintaan terlebih dengan makhluk berisik seperti perempuan. Ia belum siap, setidaknya untuk saat ini-mungkin.

+._.+ X +._.+

Naruto bukan milik Fu, tapi juga bukan milik Om Kishimoto, Naruto jelas milik Sasuke seorang, hohoho *ditampol berjamaah*

Warning: Ini NaruSasu, seperti fic yang kemarin-kemarin Fu buat! Gak suka gak usah baca!

+._.+ X +._.+

Siang itu, Sasuke benar-benar hampir memejamkan matanya, dan mencoba untuk memasuki alam mimpi yang selalu membuatnya berusaha untuk mewujudkannya. Namun suara kecipak air yang terdengar keras dan jerit ketakutan yang mengiba, serta permintaan tolong, membatalkan niat awal sang Raven. Dengan cepat ia membuka kedua kelopak matanya, secepat itu pulalah ia bangkit dan menelusuri sekitarnya. Mencari tau dari mana asal suara minta tolong itu.

"Astaga!" Sasuke tercekat, seseaat setelah pupil hitamnya menangkap sosok anak kecil yang tenggelam tak jauh dari tempatnya berada. Tangan kecil bocah lelaki itu nampak menggapai-gapai, berusaha tetap terapung, hingga ia dapat terus menyerukan suara-suara agar ia segera diselamatkan.

Berlari, tanpa pikir panjang, Sasuke berlari ke arah bocah itu, menceburkan diri ke dalam danau sedalam 5 meter dan berenang dengan kecepatan yang ia mampu, untuk menyelamatkan anak lelaki yang perlahan-lahan mulai tenggelam karena kehabisan nafas.

Grepp!

Anak lelaki itu berhasil ia raih, dan buru-buru ia bawa renang bocah malang tersebut menuju tepian. Meletakkan bocah itu dipinggiran danau, dan membiarkan bocah yang tengah menangis tersedu itu menghirup oksigensebanyak-banyaknya.

"Kau aman!" katanya pada bocah yang masih menangis itu. Sasuke lega, Tuhan memberinya kesempatan untuk berbuat baik pada sesama hari ini. Namun sayang, kebaikannya itu membawanya pada musibah yang lain. Tepat ketika Sasuke akan kembali ke dataratan, kedua kakinya mendadak mengalami kram. Sebab, Sasuke memang tak pernah berenang dengan sangat cepat seperti tadi tanpa pemanasan.

Sial... Rutuknya, saat perlahan-lahan, tubuhnya mulai tertarik oleh gaya gravitasi bawah air, tanpa dapat menggerakkan kaki-kakinya yang terasa kaku, kecuali menggapai-gapai sesuatu yang kosong diatasnya. Ia hampir tenggelam. Saat itu ia masih sempat membayangkan jika anak kecil tadi berbalik menolongnya, tapi kenyataannya itu sangatlah mustahil. Samar-samar, sebelum tubuhnya benar-benar tenggelam, ia sempat mendengar anak lelaki itu menjerit minta bantuan. Tapi, selebihnya, Sasuke tak begitu ingat. Air telah membuat gendang telinganya tak berfungsi. Sama seperti seluruh tubuhnya yang mulai melemah karena tak mampu lagi menghirup sejuknya udara. Sasuke berasal dari klan yang pantang menyerah, ia masih tetap berusaha menggerakkan kaki-kakinya, walau kabut dikedua matanya makin menebal, hingga menghalangi pandangannya, kabut yang hanya mampu dilihat olehnya saja. Kabut yang makin pekat, hingga membuat Sasuke larut dan tak mampu mengingat apapun lagi...

+._.+ X +._.+

Nyaman. Empuk. Dan... Hangat?... Sasuke membuka kedua matanya, mengerjab beberapa kali untuk menghapus kabut dikedua keping onyx miliknya. Ruangan tempatnya berada ini, cukup asing baginya. Kamar ini bukan kamar tidur miliknya. Dan, kenapa dia bisa berada dirumah orang asing? Seingatnya tadi, ia sedang berpacu antara hidup dan mati di danau tempatnya untuk bersantai. Lalu? Sebuah anugrah jika Sasuke berhasil selamat.

Ckreek

Suara cekelan pintu itu mengagetkan Sasuke, namun ekpresi tenang tetap terpatri di wajahnya yang rupawan. Tak lama setelah pintu terbuka, muncul sosok pria, mungkin seumuran dengan Kakak lelakinya. Berambut kuning yang kini sedang dikeringkan dengan handuk oleh si pemilik, berpupil biru, dan memakai kaos oblong dan celana pendek biasa untuk membalut kulit tan miliknya.

"Oh, sudah bangun ya?" lelaki itu tersenyum ramah, "Bagaimana perasaanmu setelah hampir mati tenggelam?" sambil mendekati ranjangnya yang kini dikuasai Sasuke, "Kusarankan padamu, ya! Lebih baik, kau melakukan warming up, itu tindakan pencegahan agar tidak-"

Sasuke menyibak kasar selimut orange yang entah sejak kapan sudah membalut tubuhnya. Sebab, Sasuke benci diceramahi oleh orang asing, Sasuke benci pada orang berisik, dan Sasuke benci pada orang yang tersenyum ramah padanya.

"Anda yang menolongku? Kalau begitu, terima kasih banyak!" tanpa melihat langsung pada orang yang telah menyelamatkan hidupnya, Sasuke melenggang pergi begitu saja. Membuat pemuda yang lebih tua darinya itu mengernyit tak mengerti. Heran kenapa ia bisa menolong orang yang tidak sopan seperti itu.

Menghela nafas panjang, lelaki berhidung mancung itu bergumam, "Haa... Dasar bocah!" tetap dengan ekpresi heran.

Dan sejak detik itulah, pria bernama Uzumaki Naruto itu berjanji, tidak akan lagi menolong pemuda berciri-ciri; kulit putih, bola mata hitam pekat, rambut model pantat ayam, dan siswa di Konoha High School. Daripada memikirkan bocah yang tidak sopan macam Sasuke, pria itu lebih memilih untuk merebahkan dirinya diatas ranjang yang tadi ditiduri oleh Uchiha muda yang tadi diselamatkannya. Karena besok, ia akan memulai hari pertamanya bekerja selepas lulus kuliah. Dan semoga, ia tidak akan bertemu dengan bocah menyebalkan macam Sasuke lagi suatu saat nanti. Tapi tunggu! Bukankah ia sudah tidak berminat untuk membicarakan bocah itu. Daripada terus memikirkan pemuda emo itu, lebih baik ia-

DOK DOK DOK DOK

Pintu apartmennya diketuk dengan cepat, dan keras. Membuat Naruto penasaran pada tamunya ini. Lagipula, ini sudah lewat jam 9 malam, siapa yang nekat bertamu pada jam tidur seperti ini. Kecuali...

"Kau?" alis Naruto menaut. Ia benar-benar tidak menyangka jika tamunya itu adalah, bocah yang tidak tau malu.

"Apa kau bisa mengantarku pulang? Aku tidak tau daerah sini!" kata Sasuke, sedikit merona karena malu, namun tetap bertampang datar seolah tak terjadi apa-apa. Padahal ia memang sudah sangat malu sekali karena harus kembali ke rumah orang yang menurutnya aneh itu. Kembali ke apartmen seorang pria yang kini berekpresi menahan tawa.

Sasuke merutuki dirinya yang bisa-bisanya tidak hafal jalanan kota yang sejak kecil ia tinggali. Hingga harus minta bantuan lagi, pada orang yang bahkan tidak ia ketahui namanya. Mungkin setelah ini, Sasuke akan lebih banyak pergi keluar dan berjalan-jalan, agar ia tau dimana ia berada, dan tidak takut tersesat seperti malam ini. Seandainya Sasuke ingat, jika teknologi GPS di handphonenya bisa sangat bermanfaat saat ini. Humph... Dasar Uchiha.

+._.+ X +._.+

Ini adalah kali pertama bagi Sasuke, tinggal dan menginap di rumah orang yang baru ia kenal beberapa jam yang lalu. Satu ranjang dengan orang tersebut, sarapan di atas meja yang sama dengan orang itu, dan berangkat menuju tempatnya menuntut ilmupun, bersama-sama.

'Apa yang terjadi sebenarnya?' tanya Sasuke setengah mendesah, ia benar-benar tidak menyangka, jika takdir Tuhan, terkadang amat membingungkan.

"Yosh! Sepertinya cukup sampai disini saja aku mengantarmu!" Pria bernama Naruto itu tersenyum lebar ke arah Sasuke.

Dan yang diajak bicara hanya mendengus, lalu masuk ke dalam halaman sekolah dengan rasa kesal yang amat sangat. Jelas saja demikian, karena lelaki bernama Naruto itu, sudah membuatnya dianggap seperti anak TK, karena harus diantar sampai sejauh ini. Sedangkan Naruto hanya dapat geleng-geleng ria ketika melihat sikap Sasuke yang terkesan benci padanya. Padahal,jika tidak ada dirinya, Sasuke entahmasih hidup atau sudah tinggal namanya saja sekarang.

+._.+ X +._.+

Dengan cepat Sasuke menjauh dari dekat Naruto, menerobos siswa dan siswi KHS yang lain. Satu tujuannya, lepas dari penolong berisik seperti Naruto. 'Che!' Decihnya kala itu, 'Semoga saja, aku tidak bertemu dengan lelaki itu lagi!' harap Sasuke dalam hati.

.

.

.

.

Pelajaran jam pertama di hari Selasa, untuk kelas 11 adalah Olahraga. Pelajaran yang paling dibenci Sasuke karena sangat menguras energinya. Dan lagi, setiap pelajaran ini, dia akan bertemu makluk berpakaian hijau ketat, berambut bob, dan beralis tebal, dengan senyum yang super menyilaukan ala iklan pasta gigi, Maito Gai namanya.

"Woy! Ada yang tau belum?" Sasuke melirik ke arah teman-temannya yang sedang berkumpul di bawah pohon Oak yang tumbuh dengan sangat subur di halaman sekolah.

"Ada apa?"

"Dengar-dengar, ada guru baru lho, masih muda, tampan pula, Ukh..." Yang berbicara itu, Haruno Sakura namanya, Fangirl Sasuke yang nomor 1-menurutnya sendiri-, berambut pink, dan berpupil Emerald.

"Oh ya? Kok, aku tidak tau?" Yang itu, Ino. Yamanaka Ino, teman baik Sakura, sekaligus rival gadis bermarga Haruno.

"Aduh! Memangnya, kau kemana saja, hah?" Sakura mulai lagi, "Itu 'kan, gosip sudah lama, Ino!" Ino hanya merengut, mungkin, dia sudah terlalu sering bolos sekolah hingga tidak tau info sepenting ini.

"Memang dia guru mata pelajaran apa?" Sasuke yang diam-diam turut mendengarkan dari kejauhan, kini melihat ke arah Kiba, cowok berkulit kecoklatan yang baru saja bertanya.

"Berapa umurnya?"

"Setampan apa dia?"

"Tidak lebih tampan dariku pasti!" Hyuuga Neji menyahut, dan membuat rekan-rekannya tadi berwajah bego, saat mendengar pernyataan Narsis Neji. "Apa? Memang aku tampan kok!" Neji membuang muka, menolak melihat semua teman-temannya yang kini melihat kepadanya. Dengan tetap membanggakan wajahnya yang yang memang sangat tam-cantik. Yah, Neji memang lebih layak disebut cantik daripada tampan. Sebab, rambutnya yang panjang dan bola mata lavendernya yang indah, membuatnya lebih cocok menjadi anak perempuan.

Sakura yang sudah kembali dari hipnotis kenarsisan Neji berkata, "Dia masih muda sepertinya, dan mungkin dia akan jadi guru Olahraga kita yang ba-"

"TIDAAAAAKKK!" Lee, teman mereka berteriak histeris. Duplikat Gai itu wajar jika berteriak bak anak perempuan yang sedang melihat kecoa, sebab bagi Lee, Gai adalah guru Olahraga penuh semangat yang tidak akan bisa tergantikan. Tapi bagi Sasuke, sebuah anugrah jika guru hiper itu, digantikan posisinya oleh orang lain. Yang semoga saja, tidak lebih aneh daripada Gai. Berbicara tentang guru baru itu...

'Kenapa dia lama sekali? Sampai kapan dia akan membiarkanku berjemur di-'

"Ohayou minna-san!" semua murid kelas 11-A reflek menolehkan kepala mereka ke sumber suara tadi bersalah, begitu pula Sasuke. "Apa aku sudah membuat kalian semua menunggu? Kalau iya, Sensei... minta maaf!" Mimisan, hampir para murid perempuan disana dibuat meleleh oleh senyuman guru mereka yang rupawan. Senyum yang meneduhkan, bukan menyilaukan. Membuat para pria mengumpat-ngumpat iri karena guru mereka begitu keren, tampan, dan nampak macho. Membuat Neji merutuk kesal karena tak memiliki kulit seeksotis guru barunya itu, membuat Kiba terpukau dengan gaya kalem tapi tetap cool gurunya, dan membuat Sasuke ingin melompat ke jurang yang paling dalam di dunia,setelah tau jika guru barunya adalah seorang Uzumaki Naruto. Sang penyelamat hidupnya, orang yang paling banyak bicara yang pernah ia kenal, dan pria yang sepertinya akan menjadi sosok yang lebih menyebalkan ketimbang Maito Gai. Sasuke... Sasuke... Sayang, doamu kali ini, belum dikabulkan Tuhan.

.

.

.

.

.

Uzumaki Naruto namanya, 25 tahun, baru saja lulus kuliah, bercita-cita menjadi guru olahraga, dan kini berhasil mewujudkan citanya sebagai guru di KHS.

"Sensei sebenarnya masih gugup, karena ini adalah hari pertama sensei mengajar, jadi... mohon bantuannya ya?" kata Naruto, yang langsung disambut antusias oleh para murid perempuan, dan 'huuuuh' yang panjang dari para murid laki-laki yang iri. Sementara Sasuke, wajahnya nampak memerah saat ini, entah karena sinar matahari yang makin panas, atau memang Sasuke sedang marah kerena tau jika guru barunya adalah Uzumaki Naruto?. Hanya pemuda stoic itulah yang tau alasannya.

"Well, pertama-tama, mari kita melakukan pemanasan! Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti cidera, atau kram saat berolahraga!" Sasuke mendengus, ia sadar betul, lirikan mata Naruto itu tertuju padanya. Dan memang benar, Naruto sedang menyindirnya.

'Aku harap, ini semua cepat usai!' pinta Sasuke sambil menatap langit diatasnya dengan muka datarnya yang banyak dipenuhi oleh semburat merah, tanda jika ia sedang kepanasaan saat ini.

.

.

.

.

.

"Kau mengikutiku ya?" bentak Sasuke dengan tidak sopan, setelah jam pelajaran olahraga berakhir. Saat ini, hanya tinggal Sasuke dan Naruto saja yang masih berada di lapangan. Dan, bungsu Uchiha yang merasa tidak terima dengan kehadiran Naruto, menghadang guru baru itu dan berusaha mencari jawabannya.

Naruto tersenyum sarkatis, "Kau, punya tingkat percaya diri yang tinggi sekali ya? Coba kau pikir, apa untungnya aku mengikuti bocah tidak tau sopan santun sepertimu? Bahkan aku kini sangat menyesal sudah menolong bocah sialan macam dirimu!" setajam belati, yeah... ucapan Naruto yang tajam itu benar-benar tepat menohok ke jantung Sasuke. Membuat pemuda yang nafasnya naik turun seperti sedang terengah itu beku ditempatnya.

"Lagipula, apa alasan kau menolak keberadaanku? Aku tak pernah mengenalmu sebelumnya? Bahkan, aku diterima menjadi pengajar di sekolah ini, sebelum aku menyelamatkanmu kemarin?" Naruto kembali buka suara, walau nada bicara sedikit meninggi saat ini. "Aku ingin tau, alasan kenapa kau membenci diriku?"

'Alasan kenapa aku membencinya?' pikir Sasuke, tak mengerti. Ia juga tidak tau, kenapa ia tidak suka pada Naruto. Mana yang salah dari orang itu?. Keringat mengalir dari pelipis Sasuke, mata hitamnya menatap lurus ke arah Naruto yang juga balik melihatnya. Jika Sasuke membenci Naruto karena lelaki itu berisik, bukankah sama saja dengan Kiba dan Lee? Dua kawannya itu juga sama berisiknya dengan Naruto, bahkan lebih parah dari guru olahraganya itu. Sasuke meneguk ludahnya paksa, ia benar-benar mati kutu sekarang. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang membuat kepalanya berdenyut sakit. Terutama, tentang alasan sebenarnya ia tak suka pada Naruto.

"Kenapa kau diam? Sibuk mencari alasannya, hm?"

Panas. Sasuke merasa sekelilingnya makin panas. Telinga, mata, dan hatinya terasa memanas oleh kata-kata Naruto yang makin menyudutkannya. Sasuke menjilat bibir pucatnya yang terasa kering, ia tatap punggung Naruto yang perlahan berjalan menjauh dari tempatnya. Sementara ia masih berada di tempat itu dengan banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya.

Alasan... aku... membencimu?... Aku-

BRUGGHH

Kelopak mata Naruto melebar, bunyi 'brug' itu berasal dari tempat Sasuke. Dan dia benar-benar shock, ketika melihat pemuda itu jatuh terkelungkup di atas tanah berdebu. Segera, lelaki bersurai pirang itu berlari menghampiri sang pemuda. Mendekati sosok Sasuke, dan kembali menolongnya.

"Woy, kau kenapa Sasuke?" Naruto menyibak poni yang menutupi wajah tampan Sasuke, dan bersamaan dengan itulah, lelaki tersebut tau. Jika wajah memerah Sasuke, disebabkan oleh demam. "Kau adalah bocah yang super menyebalkan!" gumam Naruto sesaat setelah menghembuskan nafas panjang.

.

.

.

.

.

Naruto memperhatikan sosok Uchiha Sasuke yang terbaringlemah di atas ranjang. Nafasnya memburu, wajahnya memerah, dan di dahinya terpasang handuk basah untuk mengompres suhu tubuhnya yang meninggi. Shizune, perawat di Konoha High School bilang, Sasuke hanya mengalami demam biasa, dan tak ada yang perlu dicemaskan. Naruto menghembuskan nafas lega, bocah bernama Sasuke itu, memang sangat merepotkannya. Dan mungkin Sasuke akan mendapat hadiah jika sekali lagi membuat Naruto cemas.

+._.+ X +._.+

Yang membuatku membencimu adalah... Senyuman yang terlihat tulus kau berikan padaku... Senyum yang entah kenapa dapat membuat hatiku merasa tenang. Senyum yang membuat wajahku memanas, dan degup jantungku berpacu dengan sedikit tidak normal. Aku tidak mengerti mengapa, padahal kau pria, dan aku juga pria. Harusnya aku tidak perlu merasa berdebar saat melihatmu tersenyum ke arahku. Harusnya...

Sasuke membuka kedua matanya, dan ketika ia melihat kesekelilingnya, pemuda berzodiak Leo itu sadar, jika kini ia sedang berada di dalam kamarnya sendiri. Ia mengurut keningnya, kepalanya terasa sakit saat ini. Apalagi ketika ingatan-ingatan semenjak kejadian malam kemarin, berputar di otaknya. Uzumaki Naruto. Pria itu benar-benar berbeda dimatanya, atau...cuma Sasuke yang merasa demikian. Humph! Semua sangat abu-abu dimata Sasuke.

"Kau sudah bangun, Sasuke-kun?" Mikoto yang baru masuk ke kamar anak bungsunya tersenyum lega, "Tadi guru Olahragamu yang mengantarmu pulang," lanjut wanita paruh baya itu. Diusapnya rambut Sasuke sebelum menyuapi anak kesayangannya dengan sup jagung. Sasuke kini hanya dapat patuh ketika disuapi sang Ibu, karena ia sedang sangat malas melakukan apapun, sebab... ia masih terlalu fokus memikirkan guru Olahraganya yang baru.

+._.+ X +._.+

TBC

+._.+ X +._.+

Abal banget fic ini, Yeah.. memang khas Fu sih... Oke, buat yang udah baca, wajib untuk REVIEW... hehehe. Baiklah, sampai ketemu di chapter 2.. Jaa minna...