Naruto

Disclaimination : Masashi Kishimoto

Author : Fengtian Mai & Fengtian Lou

Rated : M

Warning : Yaoi, BL, ajaib, aneh, alur nggak jelas, gaje, author newbie, dan hal-hal yang dapat menyebabkan pingsan di tempat, membaca fic gaje ini dapat menyebabkan kanker, reumatik, hipertensi, gangguan kehamilan dan janin(?). Fic yang berdasarkan pengalaman dan kisah nyata author sinting ini (tentu saja pengalaman authornya bukan yaoi dan tidak terlalu eksplisit).

Pairing : SasuNaru, ItaKyuu, SasoDei dan entahlah siapa lagi... XP.

Summary : Si Kembar Namikaze tengah liburan ke Konoha. Apa jadinya ketika mereka masuk ke dalam kehidupan para penerus keluarga Uchiha yang notabene adalah rival keluarga Namikaze?

.

Happy Reading, minna!

.

.

Don't like, don't read

.

.

Chapter 1 : The Namikaze's Twin

Konoha Hall Room Center, Konohagakure.

"Tuan muda, silakan masuk..."

Pemuda berambut nyentrik itu langsung melewati sang pegawai hall room tanpa ekspresi yang berarti. Langkah kakinya mantap, walaupun dia tengah dipandangi puluhan mata yang ada di dalam ruangan itu. Sasuke Uchiha―nama pemuda itu―langsung menduduki kursi yang kosong. Wajah stoic yang dipasangnya tidak memecahkan keheningan yang ada, malah memperburuk keadaan saja.

"Bisa kita mulai sekarang, tuan-tuan?," tanyanya mulai melirik ke arah orator yang sudah siap sejak tadi. Lirikan itu cukup membuat sang orator merinding ngeri, mengingat Sasuke adalah putra bungsu sang bos. Setelah sepersekian detik sang orator bergelut dengan ketakutannya, diapun membuka rapat ini.

.

.

Dua jam kemudian, rapat kerja sama perusahaan se-Konoha telah usai, namun Sasuke masih terduduk di kursinya. Tidak, dia bukan betah duduk di kursi itu. Sofa di kamarnya jauh lebih empuk dibandingkan kursi ini. Dia hanya terpaksa duduk lebih lama karena sang ayah ingin memperkenalkannya dengan salah satu rekan perusahaannya.

"Saya tidak menyangka tuan muda Sasuke baru lulus SMA. Saya pikir tuan muda Sasuke sudah kuliah...," sanjung seorang pria paruh baya di hadapannya. Mata lavender pria itu menatap dalam mata onyx yang dimiliki Sasuke, mencoba melihat perubahan ekspresi tuan muda Uchiha ini. "Tuan Hiashi, mungkin kita dapat melakukan beberapa perundingan minggu depan untuk perusahaan kita...," sela Fugaku Uchiha―kepala keluarga serta pemimpin perusahaan Uchiha, mencoba membicarakan maksudnya selama ini untuk menggabungkan perusahaannya dengan perusahaan Hyuuga.

"Ah, saya sangat setuju. Bagaimana jika saya juga mengundang tuan muda Sasuke?"

Pertanyaan yang terlontar itu masih dibiarkan Sasuke, sampai...

"Maaf, saya tidak bisa..."

Jawaban yang diberikan Sasuke sukses membuat kedua alis Fugaku bertaut. Sang Uchiha senior sungguh tidak menyukai jawaban yang diberikan anak bungsunya. "Apa maksudmu, Sasuke?," tanyanya dengan nada geram.

"Aku akan pergi berlibur ke Kirigakure untuk 3 minggu ke depan. Kurasa aku sudah tidak memiliki kepentingan di sini. Permisi...," ucap Sasuke santai nan cuek sebelum akhirnya dia melenggang pergi keluar ruangan.

Blamp!―pintu ditutup dengan keras oleh sang Uchiha bungsu.

Setelah kepergian Sasuke itu, Fugaku merasa sangat malu pada pemimpin perusahaan Hyuuga di depannya. Dia tidak menyangka Sasuke bakal mempermalukannya seperti ini. Dengan sedikit merendahkan diri, dia berkata, "Ah, maafkan Sasuke. Mungkin dia hanya terlalu tertekan setelah ujian akhir―"

"Menarik. Jika suatu saat kita bertemu kembali, tolong ingatkan saya untuk mengenalkan salah satu putri saya. Permisi," sang Hyuuga pun pamit dan mengundurkan diri, meninggalkan Fugaku dalam kebingungan yang teramat menyiksa. Fugaku masih menatap pintu, hampa. Sebelum akhirnya menghela napas berat dan panjang. "Ha-ah... Apa yang sebenarnya terjadi di sini...," ucapnya masih belum mengerti apa yang baru saja dialaminya.

.

.

Sasuke tengah berjalan melewati para pegawai yang bekerja di hall room ini. Dengan wajah stoic –nya, dia dapat membuat anak kecil yang lewat menangis ketakutan. Sesampainya di parkiran, dia langsung memasuki mobilnya yang terparkir. Kini dia telah menyalakan mobilnya dan melesat pergi dari sana. Dia telah membawa apapun yang dia butuhkan di Kirigakure. Namun kali ini dia mencoba sesuatu yang lebih baru―dia akan menyamar di tengah keramaian dan naik kereta shinkansen ke Kirigakure. Ya, dia sudah memperhitungkan jika ayahnya mencoba mengejarnya ke Kirigakure atau mengirim anak buahnya ke sana.

Dia sudah punya rencana tersendiri di Kirigakure, dan tidak ada yang boleh mengganggunya. Mungkin saja liburan ini bisa dibatalkan kapanpun jika Fugaku mengetahui alasannya menuju Kirigakure kali ini. Bukan. Walaupun dia seorang playboy, dia tidak akan mengejar seorang gadis incarannya di sana. Bukan juga untuk menemui artis terkenal, toh Sasori sahabat kakaknya adalah artis.

Alasan konyol memang, tapi apa boleh buat? Dia pergi ke Kirigakure hanya untuk menikmati tomat segar langsung di perkebunannya, karena Kirigakure adalah kota pengekspor tomat yang paling terkenal di seluruh dunia. Ha-ah, tanpa dia sadari dia telah membatalkan sebuah pertemuan penting hanya untuk menikmati segarnya tomat di perkebunannya langsung. Dasar maniak tomat...

-Tian Mai & Tian Lou-

Konoha Station, Konohagakure.

Dua orang pemuda tengah berjalan beriringan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Pemuda berambut pirang yang sedari tadi terlihat tengah mencari sesuatu akhirnya mengalihkan pandangannya pada pemuda berambut kemerahan di sampingnya. "Kyuu, kamu bantu aku nyari guide –nya, dong! Seharusnya mereka ada di sini...," gerutu si pirang. Mata safir-nya terus mengedar ke segala penjuru stasiun yang luas ini.

"Kalau begitu kau cari saja sendiri guide –mu. Aku mau pergi...," ujar yang satu lagi. Dia langsung meninggalkan si pirang di tempatnya. Mata ruby –nya seperti tertarik akan sesuatu yang berbau petualangan. "Hei, Kyuu! Kau jangan kemana-mana! Kita 'kan baru pertama kali ke Konoha! Kyuu!"

Bagaikan hantu, pemuda berambut kemerahan itu telah lenyap dari pandangan si pirang. Si pirang masih mencoba mengedarkan pandangannya ke segala arah. Seharusnya dua guide yang disewanya itu ada di sini, sialan! Kini dia harus mencari tiga orang! Sial!

.

.

Sebuah mobil sport berwarna biru tua sudah terparkir dengan mulus di depan stasiun. Mata onyx sang pemilik mobil mencoba melihat sebuah loket kereta yang menuju Kirigakure. Setelah melihat apa yang diinginkannya, Sasuke langsung berjalan menuju loket itu. Saat dirinya hampir beberapa langkah lagi menuju loket itu, tiba-tiba seorang pria bermasker hitam menabraknya keras dan hampir membuatnya terjatuh.

"Maafkan aku, tuan! Ump... Tolong pegang ini sebentar. Terima kasih..." Pria itu meninggalkan Sasuke dan berlari menuju toilet. Sasuke hanya membatu setelah mengalami peristiwa aneh yang tidak sampai semenit lamanya. Mata onyx –nya kini beralih pada sebuah papan yang diberikan pria tadi. Dengan rasa penasaran, dibacanya papan yang ada di tangannya itu. "Naruto dan Kyuubi Namikaze? Apa maksudnya?," gumamnya bingung. "Jangan-jangan..."

"Ah! Akhirnya ketemu! Kau darimana saja! Ayo cepat, kita harus mencari Kyuubi!," ucap seorang pemuda berambut pirang yang terlihat seperti seusianya panjang lebar dan langsung mengamit tangannya. "T-tunggu dulu! Aku―"

"Ayo cepat! Kalau Kyuubi berkeliaran bisa gawat!"

Sasuke terus ditarik dan diajak berlari oleh pemuda tak dikenalnya itu. Bahkan dia nyaris mewek di tempat setelah perkataanya dipotong pemuda yang tidak lebih tinggi darinya itu. Ha-ah, mungkin kau memang harus membatalkan liburanmu atau mungkin nasibmu memang buruk, Sas...

-Tian Mai & Tian Lou-

Kediaman keluarga Sabaku, Konohagakure.

Uchiha Itachi tengah bersantai dengan sahabat baiknya di gazebo yang ada di halaman depan kediaman Sabaku. Mereka tengah asyik chatting dengan beberapa artis terkenal seperti Lady Gaga dan Britney Spears (?). Setelah beberapa lama ber-chatting ria, sang Sabaku muda melihat seorang pemuda yang jauh lebih muda dari mereka tengah duduk di depan pagar rumahnya. "Tachi... Lihat itu! Ada orang aneh di depan rumah... Siapa, ya?"

Itachi pun melihat ke arah pemuda yang tengah duduk termenung di depan kediaman Sabaku. "Ah, kayaknya pengemis...," jawabnya santai nan ngasal. "Masa' sih? Kok bawa tas gede? Trus dia lebih mirip anak nyasar daripada pengemis... Tanyain, yuk!," ajak sang Sabaku.

"Che! Kau saja sendiri... Ini 'kan rumahmu...," tolak Itachi, sadis. Sabaku pun hanya dapat menghela napas dan mulai melangkah menuju pemuda di depan rumahnya.

.

.

Kyuubi sudah berjalan mengelilingi beberapa kompleks rumah di Konoha. Namun tetap saja dia masih belum tau apa yang sebenarnya ia ingin lakukan. Ya, sedari tadi dia meninggalkan Naruto di stasiun hanya untuk mencari hal yang bahkan dia sendiri belum tentukan apa itu. Dan kini dia terduduk di depan pagar rumah seseorang yang tidak dia ketahui siapa dengan suatu alasan pasti, dia kelelahan. Mau kembali ke stasiun pun percuma, dia sudah lupa jalan menuju ke sana.

Tiba-tiba saja seorang pemuda berambut merah membuka pagar dan duduk di dekatnya. "Maaf, adik kecil..."

"Hah? Adik kecil! Aku ini bukan anak kecil, tau!," bentak Kyuubi kasar. Sasori hanya megap-megap tidak dapat mengelak dari bentakan seorang pemuda kasar di depannya. "Oh.. O-Oke... Siapa namamu? Kau terlihat sedang terse―"

"Apa urusanmu, hah? Lagipula kau ini siapa? Jangan-jangan kau penjahat yang ingin menculikku. Iya, 'kan?," tanya Kyuubi semakin menjadi. Sasori benar-benar terpojok sekarang, dia sungguh baru pertama kalinya menemui orang sarap macam Kyuubi. "Ah.. Aku Sasori no Sabaku... Aku tinggal di sini, dan aku bukan penjahat..."

"Bohong! Setelah aku mengatakan itu, kau mencoba mengikuti pembicaraan agar kau bisa menculikku! Bisa saja ini markas penjahat! Akan kulaporkan kau!," ancam Kyuubi benar-benar sarap. Mendengar tuduhan gila Kyuubi, Sasori jadi panik sendiri. "Percayalah... Aku bukan penj―"

"Nggak usah bohong! TOLONG! "

"H-hei! Sssttt! Te-tenang... aku bukan penjahat...," ucap Sasori makin panik.

"TOLONG! TOLONG! PENJAHAT! TO―"

"TACHI! ITACHI! ITACHIII!," Sasori berteriak gaje sambil mengacak rambutnya sendiri lalu menunjuk Kyuubi bagaikan melihat hantu di siang bolong. Mendengar teriakan histeris sang sahabat yang berkali-kali menyebut namanya, akhirnya Itachi memutuskan untuk melihat keadaan Sabaku muda. Mata kelamnya melihat Sasori yang ada di pojokan sambil terus menunjuk ke arah pemuda berambut kemerahan di depannya. "Apa?," tanyanya santai walaupun sudah melihat temannya hampir pingsan di tempat.

"Chi! Jauhkan anak sarap ini dariku! JAUHKAN!," teriak Sasori semakin menjadi. Itachi memandang pemuda yang ditunjuk Sasori. Ah, rupanya Itachi masih belum mengerti maksud Sasori, masih loading gitu. "Bukannya Sasori orang yang ramah sama siapapun walaupun orang itu pingin buanget nge-rape Sasori yang punya tampang baby face?"

Si Uchiha sulung menatap Kyuubi tepat di mata ruby –nya. Setelah itu, matanya menelusuri setiap jengkal tubuh Kyuubi dari atas sampai bawah. "Tampang polos kayak gini dibilang sarap?"

Itachi mendekati Kyuubi dan sedikit mencondongkan badannya agar dapat melihat wajah Kyuubi dari dekat. Risih diliatin begitu, Kyuubi mendengus sebal. "Ngapain kamu liatin aku kayak gitu? Pergi sana!," bentak Kyuubi mendorong wajah Itachi kasar. Itachipun terdorong ke belakang dan mengusap wajahnya.

"Tch! Dia hanya anak kecil yang kelewat polos..."

Tidak terima dikatai anak kecil untuk kedua kalinya, Kyuubi menendang kaki Itachi keras hingga Uchiha sulung merintih kesakitan. "Apanya yang anak kecil! Aku sudah besar, bodoh! Mata kalian dimana, sih!," gerutu Kyuubi semakin kasar. Mata ruby –nya tidak lepas dari tatapan mata sang Uchiha sulung. Kedua manik beda warna itupun menatap sengit satu sama lain. "Oh, maafkan aku. Baiklah, sekarang katakan padaku kenapa paman ada di sini?," tanya Itachi dengan sindiran a la Itachi-nya. Dia menekankan kata 'paman'. Kyuubi menautkan kedua alisnya. "Mau main-main, ya?"

"Oh, tadi aku hanya berjalan-jalan di sekitar sini, lalu aku tersesat, kakek tua keriputan...," jawab Kyuubi tak kalah dari Itachi. Kini giliran sang Uchiha yang menautkan alis, geram. Tanpa berhenti menatap Kyuubi, Itachi berbisik pada Sasori, "Sasori, dia bukan sarap..."

Sasori memandang sahabtnya dengan kebingungan yang amat. "...tapi dia gila...," lanjut Itachi makin konslet. Mendengar itu semua sanggup membuat Sasori hampir jatuh anime style dengan sempurna. "Chi, kalau dia itu gila, kamu apa dong? Edan?," batin Sasori sweatdrop. Itachi masih memandang sengit Kyuubi. Kalau saja ini bukan rumah Sabaku, pastilah Itachi sudah menghancurkan rumah ini sebelum menghancurkan anak sok tau di depannya.

Tring!

Sebuah lampu bohlam hemat energi (?) menyala di dalam otaknya. Sebuah ide gila nan ekstrim muncul secara tiba-tiba. "Apakah seseorang akan berdosa jika dia lancang mencium tangan lembut seorang gadis yang menawan, wahai pemuda asing?," tanya Itachi tiba-tiba yang bisa membuat orang yang tidak suka atau benci sastra macam Kyuubi kebingungan.

Benar saja, Kyuubi terlihat kebingungan di depan matanya. Mungkin sedikit bumbu sastra mampu menjatuhkannya, bukankah itu maumu, Itachi? "Apa maksudmu, bedebah! Kau pasti sudah gila!"

"Jika itu memang sebuah dosa, apakah aku sang pemimpi ini boleh memimpikan sebuah tangan lembut seorang yang asing namun mampu menawan perasaanku walaupun itu adalah kesalahan yang sanggup membuatku menjadi pendosa, wahai pemuda asing?"

"Ha-ah?"

Itachi mengambil tangan kanan Kyuubi dan langsung memberikan sebuah kecupan manis di sana sambil terus menatap mata ruby milik Kyuubi, "Pemuda asing, biarlah dosa ini menjadi miliku dan keindahan ini milik kita bersama..."

Sasori dan Kyuubi cengo sesaat. Keduanya sungguh terkejut dengan kelakuan aneh sang Uchiha satu ini. Setelah bangkit dari cengonya, Kyuubi langsung menarik tangannya dan mengibas-ngibaskannya dengan cepat, jijik. Wajahnya memerah. Bukan. Bukan blushing, tapi marah dicampur malu. "Pemuda asing, jika kau tidak keberatan dengan diriku yang hina ini, namaku adalah Itachi Uchiha... Dan jika kau tak keberatan, aku sangat ingin mengetahui namamu walaupun kau akan menjatuhkanku jauh dalam pesonamu...," ujar Itachi hampir membuat Kyuubi dan Sasori jantungan.

"Chi... Udah, Chi. Kau kenapa, sih?," tanya Sasori tidak sanggup lagi mendengar kalimat gaje dari bibir sahabatnya. "Apakah para penyamun mengetahui caranya membaptis seorang anak manusia yang suci? Bahkan pendeta pun tak tahu bagaimana caranya untuk menyucikan diri masing-masing. Jikalau anda, tuan yang baik hati hendak menghentikan diriku yang hatinya telah ditawan pemuda asing ini, maka apakah aku akan menjadi golongan para pendusta?," tanya Itachi makin menjadi.

"A-aku tidak mengerti dengan kata-katamu, brengsek! Katakan dengan be―"

Itachi langsung mendekap tubuh mungil Kyuubi dan mendekatkan jarak wajah mereka. "Pemuda yang baik hati, bolehkah aku mencicipi sedikit saja rasa dari manisnya bibir yang dapat mengatakan segalanya dalam kebohongan dunia ini? Apakah aku berhak mendapatkan madu yang kau miliki ini? Atau bolehkah aku mengetahui nama yang akan kau sebut saat aku bertanya siapa nama indah milikmu yang mam―"

"Na-namaku Kyuubi Namikaze! Dan sekarang menjauhlah dariku!," hardik Kyuubi panik sambil mendorong tubuh Itachi menjauh darinya. Bukannya menjauh Itachi malah semakin mendekap Kyuubi erat. Bahkan sekarang bibir mereka berdua hampir bersentuhan sehingga membuat Sasori stress setengah mati dan mulai menjerit histeris. "AAAAAAAA!"

Itachi mulai melepas Kyuubi dan berbalik memandang Sasori. "Hei, kau tidak perlu seperti itu juga, 'kan?," tanyanya mulai bersikap a la Uchiha seperti semula. Sasori sudah puas teriak langsung terduduk lemas. "Chi! Berhenti bermain-main dengan hal yang aneh-aneh!," pinta Sasori dengan wajah memelas. Duh, bisa kena serangan jantung kalau terus-terusan melihat Itachi dan ke-gaje-annya. "Hmp.. Uhmhh..HAHAHAHAHA..," Itachi tertawa keras bagai orang kesurupan.

Dia tertawa terbahak-bahak, sampai berguling-guling di tanah. "Aku.. Bisa buat kalian sampai pucat begitu! Haduh... Padahal aku cuma niru kata-kata yang ada di pentas drama Romeo Juliet tahun lalu!," ujar Itachi masih menertawakan sahabat dan anak nyasar nan belagu di depannya. Kyuubi terkejut dengan kalimat yang baru saja diucapkan Uchiha sulung. "Sialan kau, bedebah!," ucap Kyuubi sambil melancarkan beberapa tendangan dan pukulan ke arah Uchiha sulung. Namun sang Uchiha dengan sangat mulusnya menghindar segala bentuk perlawanan Kyuubi. Ha-ah, dua orang gila bertemu dalam satu arena.

-Tian Mai & Tian Lou-

Kediaman Namikaze Pain, Konohagakure.

Naruto dan Sasuke sudah berkeliling kota Konoha, namun tak ada tanda-tanda Kyuubi dimanapun. Kini mereka tengah berdiri di depan pintu gerbang kediaman sepupu Naruto. "Arsitekturnya... Seperti pecinaan...," batin Sasuke saat melihat beberapa lampion merah di gantung di depan pintu gerbang. Membiarkan Sasuke menikmati suasana pecinaan rumah sepupunya, Naruto menarik tali yang panjang menjuntai ke bawah.

Teng.

Teng.

Teng.

Lonceng besar yang ada di atas pintu gerbang berdenting seiring dengan gerakan Naruto yang menarik tali tersebut. Pintu dibukakan seorang pemuda berwajah putih pucat lengkap dengan ekspresi datar, namun wajahnya selalu menyunggingkan senyuman palsu. Sasuke memandang pemuda putih pucat di hadapannya dengan tatapan benci. Dia tidak suka dengan orang yang penuh kebohongan dan senyuman yang jelek macam itu, sialan! Pemuda itu mempersilakan Naruto dan Sasuke masuk setelah Naruto menunjukkan sebuah kartu emas bergambar rubah berekor sembilan. Saat mereka masuk ke dalam, Naruto bertanya pada pemuda itu, "Shì nï de zhŭrén zài nălï?―Dimana tuanmu?"

"Zhŭ qù dào lìng yīgè difāng yŭ tā de qīziTuan sedang pergi keluar kota bersama istrinya," jawab pelayan itu. Sasuke mengernyitkan dahinya mendengar percakapan kedua orang aneh di depannya. Bagaimana tidak aneh? Yang satunya menganggap dirinya seorang guide padahal dia nggak ada tampang-tampangnya guide, sedangkan yang satunya selalu tersenyum palsu. Apalagi setelah kedua orang itu berbicara dalam bahasa asing, dan kedengarannya bahasa Mandarin yang dibencinya.

Pemuda aneh itu berbalik untuk memandang Sasuke. "Tā shì shuí?―Siapa dia?," tanyanya penasaran. Naruto melirik ke arah Sasuke yang nampaknya bingung dengan perkataan sang pelayan. "Tā shì wŏ de zhĭnán...―Dia guide –ku...," jawab Naruto santai. Sang pelayan mengangguk mengerti. Pemuda itu masih menatap Sasuke lekat-lekat.

Hening.

Hening.

"Saya Sai. Jika anda membutuhkan sesuatu katakan saja pada saya...," ucap Sai pada Sasuke dengan tetap menyunggingkan senyuman trademark-nya.

"Bilang dari tadi kalau bisa bahasa Jepang...," batin Sasuke sebal. Dari tadi dia merasa dikacangin, tau! Sai mengundurkan diri. Tak seberapa lama, seorang anak laki-laki berambut panjang datang dari dalam sambil bersorak, "Kak Naru! Akhirnya datang juga!"

Anak itu langsung berhambur memeluk Naruto. Anak itu tampak senang akan kedatangan si pirang ke rumahnya. "Kak Naru... Kak Kyuu mana? Kok kakak malah bawa dia?," tanya anak itu polos seraya menunjuk Sasuke. Naruto menatap anak itu, "Tanya saja padanya..."

Anak itu pun berdiri di hadapan Sasuke. "Namaku Nagato Namikaze. Kakak siapanya Kak Naru? Jangan bilang kalau kakak pacarnya...," tanya anak itu polos banget dan menggemaskan. Sasuke menyamakan wajahnya dengan anak itu. "Namaku Sasuke Uchiha... Aku guide kakak ini dan bukan pacarnya...," jawab Sasuke dengan sebuah senyuman. Ah, dia tidak dapat menunjukkan sikap dinginnya pada anak kecil, tidak sanggup lebih tepatnya.

"Kak Kyuu-nya mana, kak Sasu?"

Naruto maelirik ke arah Sasuke dengan tatapan khawatir, "Kyuu pergi jalan-jalan sebentar," jawab Naruto dengan senyuman manis pada keponakannya yang masih penasaran dengan keberadaan saudara kembarnya yang seharusnya bersama dengannya saat ini. Nagato mengangguk mengerti. "Mana ayah ibumu, Nagato?," kata Naruto balik bertanya.

"Ayah dan ibu pergi ke Sunagakure selama 2 minggu ke depan. Sai sudah memberi tahu 'kan, kak?"

"Iya. Tapi dia tidak bilang kemana. Eh, Sasuke akan menginap di sini selama jadi guide –ku, ya?," pinta Naruto pada Nagato yang terlihat senang. Sasuke menatap Naruto tak percaya. Bener deh, anak ini... Dia 'kan nggak ada niat jadi guide –nya, apalagi nginap di rumah orang!

"Oh... Kakak akan menginap di rumahku juga, ya? Kalau begitu, ayo masuk! Sai sudah menyiapkan makanan untuk kita...," ujar anak itu sambil tersenyum senang sebelum pergi masuk ke dalam lagi, meninggalkan Sasuke dan Naruto di sana.

Sasuke tampak bingung. Dia 'kan bisa pulang? Tapi kalau pulang... Ayahnya pasti langsung mencak-mencak setelah tahu dia tidak jadi ke Kirigakure. Apalagi, anak tadi kayaknya sudah kerasan sama dia walau bertemu. Jadi nggak enak hati, deh... Naruto menatap Sasuke dengan tatapan lembut. Lalu dia mengeluarkan sebuah cengirannya.

"Ayo masuk! Aku dapat mencium bau ramen! Besok kita akan keliling Konoha! Kau juga harus membantuku mencari Kyuubi, Sasuke...," ajaknya langsung menarik Sasuke masuk. Bukan itu yang dipikirkan Sasuke, Nar. Tapi... "Apa boleh buat...," batin Sasuke pasrah aja. Toh, semalam tak apa, bukan?

-Tian Mai & Tian Lou-

Kediaman Uchiha, Konohagakure.

Kyuubi akhirnya mengikuti Itachi setelah disiram air oleh Sasori dengan kejamnya. Sebenarnya, dia mau langsung saja ke rumah sepupunya, Pain. Berhubung ini baru pertama kalinya dia ke Konoha dan alamat itu hilang dan dia tidak dapat menghubungi saudara kembarnya―Naruto, terpaksalah dia menginap di rumah Uchiha. Sesampainya di dalam rumah Itachi, Kyuubi tidak dapat melihat keluarga Itachi selain pelayan-pelayannya. Dia sedikit bingung karena biasanya jika dia di rumah, Deidara atau Naruto pasti akan menyambutnya, ibunya memasakkannya ramen dan ayahnya duduk di sofa sambil membaca koran atau menonton televisi walaupun mereka punya banyak pelayan. Namun di keluarga Uchiha itu, seperti mencari sebutir apel di lautan luas, sulit sekali di terjadi.

Itachi menyuruhnya berganti pakaian mengingat dia baru saja disiram dengan kejamnya oleh Sasori. Entah kesambet setan apa, Itachi mau menampung sang Namikaze di rumahnya. Dia tau siapa Kyuubi sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi, Itachi nggak tega sama anak kecil yang kesasar. Apalagi Kyuubi seumuran dengan adik tersayangnya, Sasuke. Ha-ah, gara-gara brothers complex rupaya...

.

.

Kyuubi sudah mencoba beberapa pakaian yang disediakan pelayan keluarga Uchiha. Namun karena postur tubuhnya yang memang kecil dan agak kurus, baju-baju itu terlihat kebesaran untuknya. Akhirnya dia memilih memakai piyama berwarna orange terang dengan gambar rubah chibi. Dia mencari Itachi di seluruh ruangan, namun tidak ditemukannya si Uchiha sulung tersebut. Tanpa mengetuk pintu dan meminta ijin, Kyuubi langsung nyelonong masuk ke kamar Itachi. Tetap saja, dia tidak menemukannya. "Ha-ah... Kemana sih, kakek keriputan itu?"

Creeshhh.

Suara air yang berjatuhan terdengar sangat keras dari dalam kamar mandi. Namun tiba-tiba suara air itu berhenti. "Kok, mati? Apa dia sudah selesai mandi, atu mungkin... dia pingsan..." Setelah menunggu cukup lama, pintu kamar mandipun tak kunjung terbuka. Semakin kuatlah dugaan Namikaze satu ini. Kyuubi mencoba mendekatkan telinganya di daun pintu, mencoba mencari tahu keadaan si Uchiha sulung. Namun sayang, pintu langsung dibuka dan menyebabkan Kyuubi terjatuh ke depan. "Uwaa!"

Meraih apapun yang ada didekatnya, Kyuubi langsung menangkap tangan Itachi yang baru selesai mandi. "Ha-ah... Selain belagu kau juga mesum ya, paman...," sindir Itachi yang masih memegangi tangan Kyuubi yang menjadikan dirinya sebagai tumpuan. Kyuubi langsung meloncat bak ikan salmon, menjauhi Itachi dengan wajah pucat pasi. "Ha-ah? K-kau bilang apa, kakek keriputan? Aku nggak mesum! Dasar kakek keriputan!," ejek Kyuubi yang masih sempat teriak di saat napasnya tercekat, kaget.

Itachi tersenyum mengejek, "Lalu kau ngapain di depan pintu kamar mandi? Ngintipin aku, ya?," tanya Uchiha sulung ke-pede-an mencoba menggoda Kyuubi. "A-a-aku... Nggak, lah!," sangkal Kyuubi.

"Ngaku aja kok sulit, sih? Nggak masalah lagi..."

Kyuubi memandang Itachi nggak percaya. "Busyet, dah! Dia ini apa sih? Pede amet... Kagak ketulungan!," batin Kyuubi. "Ayolah.. Katakan saja kalau kau mau itu-itu, hn?," tanya Itachi dengan nada sensual, mencoba menggoda Namikaze kedua itu. "Ha-ah? K-ka-kau..."

Itachi merapatkan tubuhnya dengan Kyuubi dan mencoba mengarahkan Kyuubi ke ranjangnya. Kyuubi merasa ini adalah kiamat, mencoba menelan ludah dengan susah payah. "Kau mau berapa ronde, ahn?," tanya Itachi makin sarap, nggak peduli sang Namikaze kedua sudah pucat pasi.

"Ha?A-a-a.. ARGH!," geram Kyuubi mengacak rambutnya dan menjauh pergi dari Itachi, frustasi. Dia benar-benar depresi menghadapi makhluk bernama Itachi Uchiha satu itu. Dia langsung meninggalkan Uchiha sulung dan berjalan dengan menghentakkan kakinya. Tanpa sepengetahuannya, Itachi tersenyum kemenangan setelah mengalahkan telak anak nyasar itu. Lalu... "HAHAHAHA... DASAR POLOS!," teriak Itachi, nggak berperasaan. Kyuubi yang mendengar itu menggertak giginya keras. "Ingat, ya! Suatu saat aku akan membalasmu! Awas kau, kakek keriputan!," batin Kyuubi benar-benar kalap. Ha-ah... Dasar Kyuubi... Siapa yang akan dipermainkan siapa?

-Tian Mai & Tian Lou-

Namikaze's Mansion, Uzumakikagure.

Seorang pemuda berambut pirang panjang diikat satu tengah berjalan setengah berlari menuju ruang tengah. Wajahnya begitu kusut, menandakan dirinya tengah dalam badmood tingkat dewa. Sang pemuda yang diketahui bernama Deidara Namikaze ini langsung membuka pintu ruangan dengan tergesa-gesa. Mata birunya menatap kedua orang tuanya yang tengah bersantai.

"Ayah, ibu! Apa maksudnya Kak Naru dan Kak Kyuu pergi ke Konoha berdua? Aku kok ditinggal?," tanya Deidara menyampaikan uneg-unegnya pada kedua orang tuanya. Ya, tentu saja dia tidak terima, karena Konohagakure itu 'kan kota tempat tinggal artis idola si Namikaze bungsu, Sasori no Sabaku."Dei, mereka hanya ingin mengunjungi Pain dan Konan. Kau kenapa, sih? Kakak-kakakmu itu 'kan mau masuk Konoha International University (disingkat KIU)... setidaknya mereka harus mengenal Konoha, sayang...," ucap Kushina lembut. Anaknya yang satu ini memang tidak bisa dikasari. Karena... meweknya itu lho, yang buat semua orang bakal bersalah membuatnya sedih.

Deidara berpikir sejenak. "Konoha International University... Academy High School!"

"Aha!," ucapnya setelah mendapat ide. Ayah dan ibunya saling berpandangan, mereka tau ada yang direncanakan si bungsu saat ini. "Ayah, ibu! Aku mau masuk KIU Academy! Di sana 'kan ada High School-nya!," ujar Deidara dilengkapi dengan puppy eyes mematikannya, "boleh, ya?"

Kushina menatap Minato dengan cemas. "Hm.. Kalau begitu silakan," ucap Minato santai.

"Minato! Deidara 'kan..."

"Sudahlah, Kushina. Di sana 'kan ada Naruto dan Kyuubi. Lagipula di Academy itu ada Nagato. Dia tidak akan kesepian. Asalkan dia bersungguh-sungguh belajar di sana...," ucap Minato mampu membuat wajah Deidara berbinar-binar. Sungguh, tipe ayah bijak. "Terima kasih, ayah...," ucap Deidara girang. "Tapi ingat, Dei. Kau itu punya penyakit asma, jadi jangan terlalu membebani dirimu...," pesan Kushina mengkhawatirkan putra bungsunya. "Ibu tenang saja...," jawab Deidara tenang.

Setelah mendapat ijin dari kedua orang tuanya untuk bersekolah di Konoha, Deidara berjalan menuju kamarnya sambil bersenandung kecil. "Sasori no Danna, tunggulah penggemar terberatmu ini!," batinnya kegirangan. Ha-ah, Dei. Kau jangan memanfaatkan kebaikan orang tuamu itu...

Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka? Akankah Kyuubi menemukan Naruto atau sebaliknya? Dan bagaimana dengan liburan Sasuke ke Kirigakure? Apa mimpi Deidara bakal kesampaian? Tunggu selengkapnya di chapter berikutnya...

~TSUDZUKU~

.

.

~OMAKE~

Sasori yang melihat pertengkaran gaje itu langsung berteriak dengan keras. "BERHENTI!," jeritnya geram. Bagaikan angin yang berlalu, teriakannya tak digubris oleh kedua orang gaje di depannya. "Kau kakek keriputan, seharusnya aku memperingatimu sejak tadi. Aku ini juara Kung Fu di Uzumakikagure!," ujar Kyuubi menyombongkan diri. "Uzumakikagure? Berarti dia benar-benar anak keluarga itu..."

"Oh, ya? Kau juga sebaiknya berhati-hati, paman nyasar. Aku adalah juara Karate se-Jepang...," ucap Itachi santai. Kyuubi mendengus kesal mendengar pernyataan Itachi. Memang benar 'kan dia juara Karate se-Jepang? Untuk apa berbohong? Saat mereka hampir memulai kembali pertarungan mereka, Sasori datang dengan seember penuh air. Dan...

Bruash!

Disiramnya air itu ke tubuh Kyuubi secara kejam. Kyuubi yang basah kuyup hampir saja memukul Sasori kalau tidak ada Itachi yang melarangnya. "Chi! Bawa pergi anak itu! Kalian bikin aku pusing!," hardik Sasori dengan keras nan sadis pada sahabat dan orang nyasar di depannya. Apa jawaban Itachi?

"Hn."

Hanya sepatah kata itulah yang keluar dari bibirnya. Dengan cepat, dia menggendong Kyuubi di pundaknya dan membawa si Namikaze ke dalam mobil yang di parkirnya di teras rumah Sabaku. "Hei! Turunkan aku! Turunkan aku!," protes Kyuubi sambil memukul punggung Uchiha sulung. "Kau mau ikut denganku atau disiram Sasori lagi, hm?"

Mendengar itu, Kyuubi langsung diam membisu dan mengikuti Uchiha sulung masuk ke mobilnya. Ha-ah... Kau bernasib sial, Kyuu...

.

.

Bagaimana? Ceritanya aneh, ya? Aku tau kok. Tapi sungguh, ini adalah kisah nyata. Aku dan saudari kembarku Tian Lou. Makanya aku tulis Tian Mai & Tian Lou. Yah... Ujung-ujungnya juga ntar yaoi lemon. Bagian-bagian yang vulgar itu kebanyakan ideku, tapi ada juga yang nyata dari Tian Lou. Aku sempet nggak percaya ceritanya jauh lebih excited dari pada punyaku. Chapter depan banyak SasuNaru! Yuèdú hé shĕnchá, qĭng?―RnR, Please?

._._._. Xie Xie ._._._.

Fengtian Mai & Fengtian Lou