Naruto © Masashi Kishimoto

Wonderful life © Achika Yue

Pairing : SasuSaku

Rate: M (untuk jaga – jaga)

Genre: Romance, Drama

.

.

.

"Sasukeee-kuuun!"

"Sasu-kun kereeen!"

"Sasuke jadilah kekasih kuuuu!"

"Kyaaaaaa Sasuke tampaaan!"

Teriakan-teriakan histeris dari sebuah kerumunan gadis-gadis yang terlihat mencolok dari sebagian kegiatan yang dilakukan mahasiswa dan mahasiswi Universitas Konoha. Ini terdengar semakin ramai ketika objek yang menjadi sorotan telah turun dari mobil sporty hitamnya lalu menapaki lorong menuju gedung fakultas hukum. Kegiatan itu seringkali berlangsung ketika seorang Uchiha Sasuke melintas di tengah keramaian UK yang sontak akan menimbulkan keriuhan dari teriakan gadis-gadis yang cukup memekakan telinga. Suasananya tak jauh berbeda layaknya kerumunan orang-orang yang tengah mengantri dana bantuan langsung tunai.

Namun untuk kesekian kalinya pula, Uchiha Sasuke akan tetap menampilkan wajah stoicnya yang dingin bagaikan es dari kutub selatan. Ia juga tidak mau ambil pusing untuk mempedulikan teriakan dan tingkah laku para fansgirlnya yang cukup berlebihan bahkan terkadang ia memutar bola matanya bosan karena terlalu jengah melihat tingkah para fansnya. Sasuke tetap terus berjalan menuju gedung fakultas hukum dimana dirinya disana berstatus sebagai mahasiswa jurusan hukum tingkat akhir yang telah merampungkan tugas akhirnya. Dari kejauhan ia melihat sesosok durian, ralat sesosok pria berambut kuning jabrik tengah duduk di depan sebuah ruangan bertuliskan 'Dean's Office' dengan memamerkan senyuman rubah kearahnya.

"Pagiii, Temeeeee!" sapa si pria berambut kuning yang masih cengengesan tak jelas sambil melambaikan tangan kearahnya.

"Kau kenapa, Dobe? Kau terlihat mengerikan," ucap Sasuke dingin ketika ia sudah berada satu meter dihadapan sahabat kuningnya.

"Kau ini tega sekali Teme, aku kan sedang berbahagia, tak bisa yah kau lihat orang senang sedikit," dengus Naruto―si pria kuning―sebal.

"Hn."

"Kau tahu aku sedang bahagia Teme, karena hari ini dan besok aku bebas tugas. Lalu yang paling penting adalah, pagi ini aku dikejutkan dengan berita kehamilan Hinata-chanku. Oh Tuhan ini adalah hari yang benar-benar menyenangkan yang pernah ada dalam hidupku," ucap Naruto panjang lebar dengan mata berbinar dan wajah bahagianya.

"Hinata hamil?" tanya Sasuke yang menampilkan wajah seperti orang yang tengah keheranan.

"Iya Teme! Aku sebentar lagi akan menjadi seorang ayah muda hahaha!" ujar Naruto bangga.

"Oh ternyata kau bisa juga yah. Hn, selamat, Dobe." timpal Sasuke cuek seraya duduk disebelah Naruto.

Seketika tawa Naruto surut saat otaknya mencerna kata-kata yang baru saja dilontarkan sahabat-Temenya itu padanya

"Hei! Apa maksudmu, Teme? Kau lihat aku terbukti lebih unggul daripada kau yang masih melajang sampai sekarang. Bahkan pacar saja belum punya." cibir Naruto sambil sesekali melirik sahabatnya yang seketika sukses mendelik tajam kearahnya.

"Kalau soal itu aku memang belum berminat, Dobe."

"Tapi aku heran kenapa sampai sekarang seorang pacar saja belum ada? Padahal kau kan bisa dengan mudah mendapatkannya." tanya Naruto sambil melipat tangannya di depan dada dengan pose berfikir memandang kearah sang sahabat yang berada di sebelahnya.

"Hn, kubilang aku belum bermin―"

"Narutooooo!"

Tiba-tiba sebuah suara yang cukup familiar ditelinga kedua pria berbeda warna rambut ini memotong ucapan Sasuke ketika mereka masih tengah berbincang.

"Hhhh Nar―ah kalian mengapa ada disini? Apa kalian bolos bekerja?" tanya seorang gadis dengan surai pink sepinggangnya tiba-tiba datang menyapa disertai nafasnya yang sedikit tersengal.

"Kami tidak bolos Sakura-chan, tapi kami sedang bebas tugas. Lagipula kami disini sedang mengurus pengesahan tugas akhir kami yang telah selesai." jawab Naruto yang menjawab pertanyaan Sakura.

"Aa... oh ya aku kemari ingin bertanya soal berita kehamilan Hinata, apa itu benar?" tanya Sakura lagi

"Benar! Kau tahu dari mana, Sakura-chan?" tanya balik Naruto disertai senyum sumringahnya ketika Sakura menyinggung soal kehamilan istri tercintanya. Hinata dan Naruto walaupun keduanya masih kuliah namun atas persetujuan kedua orang tua kedua belah pihak, memang sudah menikah tiga bulan yang lalu tepatnya dua minggu setelah Naruto dan Sasuke dinyatakan diterima bekerja di Kepolisian Konoha. Sasuke diterima sebagai anggota ANBU pasukan elite khusus Konoha, sedangkan Naruto bertugas sebagai asisten Jiraiya, kepala Kepolisian Konoha. Karena prestasi yang mereka miliki, mereka akhirnya diterima sebagai anggota kepolisian bahkan sebelum mereka menyelesaikan studynya di UK.

"Aku tahu dari Hinata yang mengirimkan email padaku tadi pagi. Hari ini aku ingin menemuinya, tapi dari tadi aku tidak menemukannya." terang Sakura dengan nada kecewa.

"Oh maaf Sakura-chan, tentu saja kau tidak menemukannya. Hinata-chan tidak masuk kuliah hari ini. Ia sedang memeriksakan kandungannya bersama ibuku yang ngotot ingin mengantarnya." ungkap Naruto masih dengan cengirannya.

"Oh yasudah kalau begitu aku pergi dul―" ucapan Sakura terpotong ketika tangannya dicengkram oleh jari jemari kokoh yang menahannya untuk tidak beranjak.

Sakura menolehkan kepalanya ke arah orang yang menahannya alias mencengkram tangannya.

"Apa?" kata Sakura yang langsung bertanya pada orang yang sedang mencengkaram pergelangan tangannya.

"Tunggu! Aku ada perlu denganmu." jawab Sasuke dengan raut wajah datar.

"Aku?" tanya Sakura lagi sambil menunjuk dirinya dengan telunjuk tangan yang tidak dicengkram tepat di hidungnya dengan wajah kebingungan.

"Hn, Ikut aku!" perintah Sasuke pada Sakura yang masih mencengkram lengan kanan Sakura, yang kemudian menyeret Sakura mengikuti langkahnya.

"Dobe kami pergi dulu, aku akan mengurus pengesahan tugas akhirku besok, kau duluan saja!" ujar Sasuke pada Naruto yang juga terlihat kebingungan melihat kedua sahabatnya sambil terus menyeret Sakura. Naruto mau tidak mau hanya menganggukan kepalanya, Sakura sendiri hanya pasrah mengikuti langkah Sasuke ia hanya mengucapkan 'sampai jumpa' dan 'salam pada Hinata' pada Naruto dan melambaikan tangannya.

xxxxx

"Apaaa? Kau gila yah, Sasuke!" bentak sakura yang melotot ke arah Sasuke.

"Aku sudah tidak punya pilihan lain, cuma ini satu-satunya yang terpikirkan olehku, Jidat," ucap Sasuke kalem lalu menarik nafas panjang. "Aku sudah kehabisan ide." ungkapnya frustasi.

"Tapi yang benar saja! Kenapa mesti aku?" balas sakura yang malah bertanya sambil mengeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir akan jalan pikiran sahabatnya ini. Yah... Sakura memang bersahabat dengan Sasuke sama halnya dengn Naruto, Hinata juga Ino mereka semua sudah bersahabat sejak lama, hanya Saja Naruto, Sasuke dan Ino lebih tua dua tahun dari Sakura dan Hinata.

"Kalau aku minta tolong pada Hinata dia pasti tahu kalau Hinata itu istri dari si Dobe. Sedangkan Ino aku tidak mau mencari masalah dengan si senyum palsu aneh itu," terang Sasuke berusaha menjelaskan pada Sakura. "Jadi harapanku satu-satunya adalah kau, Jidat." tambah Sasuke di akhir katanya.

Sakura mendelik menatap tajam kearah Sasuke yang berdiri di hadapannya, mereka tengah berdiri di samping mobil hitam Sasuke di lapangan parkir UK. Sesaat mata hijau emerald milik Sakura bertatapan dengan mata hitam onyx milik Sasuke. Namun tak lama Sakura mengalihkan pandangannya dan menghela napas panjang karena ia mau tidak mau, tidak akan bisa menolak permintaan sahabat yang menyebalkannya ini.

"Hhh kau selalu menyusahkanku saja Pantat Ayam! Sudah minta tolong juga masih saja menyebutku Jidat huh! Seharusnya kau bersikap lebih baik padaku tauk!" gerutu Sakura tidak terima, sepertinya Sakura masih merasa tidak ikhlas menolong sahabatnya ini.

"Kalau begitu kau juga berhenti memanggilku Pantat Ayam, Jidat!" timpal sasuke dengan penekanan diakhir kalimatnya.

"Hei lihat siapa yang memulainya heh?" sungut Sakura melotot marah pada Sasuke.

"Hn, sudahlah jadi kau mau menolongku atau tidak?" tanya Sasuke memastikan, mengabaikan raut kekesalan Sakura.

"Umh… baiklah, kalau tidak ingat kau juga sahabatku aku juga tidak mau menolongmu. Tapi, sebagai imbalannya kau harus mentraktirku makan sepuasnya di yakiniku-Q bagaimana?" tawar Sakura yang melipat kedua tangannya didepan dada sambil melirik Sasuke yang berdiri di sebelahnya.

"Hn." gumam Sasuke lalu segera menyeret Sakura kedalam mobil hitamnya dan tak lama mobil sporty mewah itu melaju cepat membelah keramaian jalanan kota Konoha menuju kediaman pribadi Uchiha Sasuke.

xxxxx

Mobil sporty hitam milik uchiha Sasuke terparkir manis di pelataran parkir rumah yang terbilang cukup mewah untuk ukuran seorang pria muda seperti Sasuke. Terdapat beberapa tanaman hias menambah kesan asri pada bangunan ini. Kalau dilihat dari bangunannya tentu orang yang tinggal di dalam bangunan ini bukanlah orang sembarangan yang mampu merogoh kocek mungkin hingga jutaan yen untuk mendapatkan hunian mungil namun terkesan mewah yang disajikan dari bangunan yang berdiri kokoh di tengah kota Konoha ini. Untuk sekelas Sasuke sendiri yang baru saja bekerja di kantor Kepolisian selama tiga bulan rasanya mustahil memiliki sebuah rumah semewah ini apalagi mengingat dirinya yang hanya tinggal sendiri karena masih melajang. Tentu saja jika Sasuke bukan seorang Uchiha pasti hal ini terasa mustahil. Namun pada kenyataanya rumah ini dibeli oleh Uchiha Madara sebagai kado ulang tahun ke-22 sang cucu, Uchiha Sasuke yang dirayakan satu bulan yang lalu.

Sasuke kini tengah melangkah menuju kediamannya dengan didampingi seorang gadis manis berambut sewarna buble gum berjalan di sampingnya. Dengan langkah setengah diseret si gadis berjalan mengiringi langkah Sasuke hingga sampai di ruang tengah kediaman pria berambut pantat ayam ini. Sakura yang sejak tadi mengekor langkah Sasuke menjatuhkan diri di sebuah sofa berwana krem yang berhadapan dengan sebuah tv flat 28". Ia menghela napas panjang memejamkan matanya berusaha utuk menyamankan diri, karena hari ini ia cukup lelah setelah melakukan aktivitas dikampusnya yang cukup padat, mengingat hari ini adalah hari terakhirnya menghadapi ujian akhir semester di semester enam. Sedangkan si empunya rumah bergegas menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"Sebaiknya kau minum dulu," ucap sebuah suara berat yang menyadarkan Sakura yang masih memejamkan mata sambil bersandar di sofa milik Sasuke.

"Hmm." gumam Sakura lalu meraih sekaleng minuman yang disodorkan Sasuke kepadanya. "Jadi kapan dia datang? Dan kapan aku memulai aksiku?" tanya Sakura yang masih sesekali menenggak minuman ditangannya.

"Kurasa dia akan datang sebentar lagi, tadi Tenten sudah mengabariku bahwa misinya sukses." jawab Sasuke lalu meraih remote tv dan menyalakannya.

"Cih, wanita macam apa yang tidak tahu malu sampai harus mengejar-ngejar pria sampai sebegitunya." cibir Sakura sambil menggoyang-goyangkan kaleng minuman ditangannya.

"Yang pasti menyebalkan, oleh karena itu kau harus membantuku meyakinkannya." balas Sasuke yang tidak mengalihkan pandangannya dari layar tv.

"Ya ya, kau kan selalu dikelilingi gadis-gadis menyebalkan seperti si Nenek Sihir berambut merah itu." timpal Sakura dengan nada merendahkan. Kentara sekali bahwa ia tidak suka dengan objek yang dibicarakannya

"Karin maksudmu?" Sasuke menoleh kearah Sakura dan menautkan alisnya.

"Siapa lagi Nenek Sihir berambut merah yang sering bermuka manja menjijikan didepanmu, yang berisik, genit dan sok seksi didepan tiap laki-laki itu, euuugh." Sakura bergidik ngeri mengatakannya.

"Hn, kau cemburu?" ucap Sasuke yang menyungingkan senyuman miringnya dan melirik Sakura dari ekor matanya.

"Apa?" Sakura menganga, "Yang benar saja? Tidak sudi. Kau dengar ya, gadis-gadis yang mengelilingimu itu, hanya sekumpulan gadis-gadis labil yang menyukai ketampanan dan kekayaanmu saja tuan Uchiha!" tambahnya lagi.

"Berarti kau mengakui diriku ini tampan." Sasuke menyeringai di akhir katanya.

"Terserah kau sajahlah Sasuke." Sakura pasrah dengan kata-kata Sasuke karena pada kenyataanya Sasuke memang err tampan. Namun ia enggan mengakuinya, karena bagi Sakura, Sasuke hanya sesosok pria sombong menyebalkan yang berbalut ketampanan dan kekayaan yang menunjang performanya. Namun jauh dilubuk hatinya ia mengakui kalau pria yang sudah lama menjadi sahabatnya ini adalah pria yang memiliki kharisma dan ketampanan yang tidak bisa ditampik begitu saja

"Oh ya tunggu sebentar," kata Sasuke seraya beranjak dari tempat duduknya dan melangkah kekamarnya dan tak lama muncul dihadapan Sakura sambil membawa sebuah pakaian berwarna putih di tangan kanannya. "Pakai ini!" perintahnya setelah berdiri di hadapan Sakura dan melempar pakaian yang tadi di pegangya kepangkuan Sakura.

Sakura meneliti pakaian itu dan mulai mengangkat tinggi pakaian itu. Matanya melotot tak percaya. "Kau gila! Masa aku harus memakai pakaian seperti ini!" teriak sakura tidak suka ambil mengacungkan dress berwarna putih yang terbilang err cukup seksi."

"Demi kesuksesan misi kita, kau pakai saja. Tidak usah banyak komentar!" ucap Sasuke enteng.

"Kita? Ini misimu baka!" sungut Sakura kesal.

"Kalau begitu―" ucapan Sasuke terpotong oleh sebuah suara ketukan pintu dari arah pintu depan rumahnya.

"Sepertinya dia sudah datang, cepat kau ganti pakaian dan lakukan sesuai dengan apa yang ku perintahkan tadi!" suruh Sasuke cepat dan meninggalkan Sakura yang masih berada di ruang tengah, dengan segera menuju kearah pintu depan rumahnya.

Ceklek

"Halo Sasuke-kun!" sapa gadis berambut pirang pucat panjang yang sekarang tengah berdiri di ambang pintu depan rumah Sasuke. Dengan lancangnya gadis itu langsung menerjang Sasuke memeluk pria itu ketika Sasuke sudah berdiri membukakan pintu.

"Hn, ada apa kau kemari?" tanya Sasuke datar seperti biasa, sambil berusaha melepas pelukan si gadis pirang itu.

"Ah ano aku mau mengantarkan berkasmu yang tertinggal, Tenten-san tidak bisa mengantarnya jadi aku yang menggantikannya." ungkap gadis itu dengan memerkan senyuman termanisnya untuk pria yang berada di hadapannya. Lalu ia menyodorkan sebuah map berwarna biru ke hadapan Sasuke.

"Hn, terimakasih." balas Sasuke meraih map yang disodorkan padanya. Melihat gelagat gadis di depannya yang terus memandang ke dalam rumahnya Sasuke membukakan pintu lebih lebar. "Mampirlah dulu, masuklah," Sasuke menyilahkan si gadis untuk masuk ke rumahnya.

Mendengar undangan seperti itu wajah si gadis langsung cerah dengan semburat merah di wajahnya ia berfikir bahwa Sasuke memberi sinyal positif padanya, ah sepertinya sebagian harapanny akan segera terkabul.

"Kau sendirian Sasuke-kun?" tanya si gadis pirang itu dengan langkah anggun melintasi ruang tamu sasuke menuju ruang tengah. Gadis itu terlihat kagum akan suasana rumah Sasuke yang terbilang cukup elite.

"Tidak, ada tunanganku didalam."

DEG

Seperti di tusuk-tusuk jarum hati gadis itu terasa sakit mendengar pria pemilik rumah ini mengatakan bahwa ia sudah memiliki tunangan dan mereka tinggal bersama. Jadi rumor tentang Sasuke yang masih lajang itu tidak benar?

"Duduklah, aku akan mengambilkan minuman." ujar sasuke menyadarkan lamunan si gadis yang terlihat sedikit menegang. Gadis itu lalu duduk di sofa krem yang tersedia di ruang tengah itu. Berusaha untuk tetap tenang walaupun banyak pemikiran-pemikiran yang memenuhi otaknya.

"Sasukeee siapa yang datang?"

terdengar sebuah suara dari tangga di lantai dua, gadis berambut pirang itu mendongakan kepalanya memandang kearah tangga. Dan voila! Berdirilah sesosok gadis cantik berambut pink panjang bertubuh aduhai yang hanya dibalut dress putih tipis yang err cukup seksi menampilkan lekuk tubuh indahnya. Bisa dikatakan pakaian itu lebih cocok disebut pakaian tidur. Dan oh tuhan rambutnya terlihat acak – acakan sepertinya gadis pink itu baru bangun tidur. Gadis pink yang tak lain dan tak bukan adalah Sakura segera mengucapkan 'maaf' sambil menundukan kepalanya dan berbalik kekamar yang berada dilantai dua.

Seketika gadis beramabut pirang itu memucat, ia seperti kehilangan udara untuk bernafas. Baru saja mendengar pernyataan dari pria yang dipujanya yang mengatakan sudah memiliki tunangan, sekarang ia disuguhi dengan kemunculan seorang gadis dengan pakaian seksi di rumah pria pujaannya. 'apa perempuan itu adalah tunangnnya?' batinnya lemas.

"Kau baik baik saja Shion?" tanya sebuah suara berat yang menyadarkan gadis yang bernama Shion ini.

"Aa iyah aku tidak apa-apa Sasuke-kun."

"Hn, kalau begitu minumlah!" ujar sasuke yang sedang membawa minuman untuk disuguhkan pada tamunya―Shion.

Sasuke meletakan minumannya di meja yang berada diantara dua buah sofa krem yang tengah diduduki ia dan Shion. Shion menunduk meraih minuman yang disajikan untuknya lalu meminumnya perlahan, sebenarnya pikirannya tidak tenang, ia terlihat gusar dan tidak nyaman dengan suasana disekelilingnya saat ini sampai ia tidak menyadari sesosok gadis pink yang tadi dilihatnya ditangga sekarang sudah memakai jaket Sasuke namun masih menggunakan dress putih yang tadi dipakainya, tengah menghampiri ia dan Sasuke.

"Maaf atas ketidaksopananku tadi," ucap gadis pink―yang berdiri diantara Sasuke dan Shion―tengah menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menyunggingkan senyum terpaksanya.

"Oh iya tidak apa-apa err…"

"Sakura, Haruno Sakura tunangan Sasuke," ucap Sakura tersenyum manis, menjulurkan tangannya kearah Shion.

"Shion aku rekan kerja Sasuke." balas Shion lalu menjabat tangan Sakura. Namun tatapannya terlihat tidak suka pada Sakura.

Setelah berjabat tangan Sakura segera duduk di sebelah Sasuke dan bergelayut manja di lengannya.

"Tak kusangka kau sudah punya tunangan Sasuke, padahal kau selalu terlihat sendirian." ujar Shion berusaha menutupi nada sinis yang masih begitu kentara di nada bicaranya.

"Oh tentu saja Shion-san Sasuke dan aku sama-sama sibuk, jadi kami hanya bisa menghabiskan waktu berduaan kami dirumah." kata Sakura malu-malu yang malah menimpali ucapan Shion.

"Oh begitu, rupanya Sasuke-kun memiliki selera gadis yang tidak terlalu buruk, memilih remaja yang masih sangat muda seperti anda yah, Sakura-san?" balas Shion meremehkan dengan wajah sombong seorang gadis keturunan bangsawan.

"Hahaha Shion-san bisa saja aku hanya lebih muda dua tahun dari Sasuke, tapi tak kusangka aku ternyata terlihat semuda itu. Aku jadi tersanjung." timpal Sakura lagi, tidak mau kalah.

'Hahahaha jangan coba-coba berdebat denganku gadis pirang' batin sakura tertawa gaje.

Grrr... sepertinya gadis pirang ini sudah mengeluarkan asap panas dikepalanya menahan emosi. Genderang tanda perang akan segera dimulai berkumandang saling mengibarkan bendera siap bertarung dantara dua kubu yang saling bersitegang Sakura dan Shion.

"Namun sepertinya Sasuke harus ekstra bersabar untuk menati anda siap menikah yah Sakura-san?" Shion terlihat makin berang menghadapi Sakura. Emosi sudah menguasai dirinya namun ia tetap berusaha untuk bersikap tenang.

"Ah tidak juga karena sebentar lagi kami akan menikah kok, karena aku..." Sakura menggantukan kalimatnya dan tangannya bergerak menyentuh perutnya yang tertutupi dress putih dan jaket Sasuke. "Sudah satu minggu mengandung janin Sasuke." lanjut Sakura dengan senyuman manis yang lebih terlihat seperti senyum kepuasan.

Gotcha!

Sakura tersenyum puas, Shion menganga dengan wajah pucat dan Sasuke menyeringai melihat ekspresi Shion. Sepertinya Sasuke tidak salah memilih orang untuk berakting bersamanya.

"Ah selamat Sakura-san!" Shion masih berusaha tersenyum walaupun dibalik senyuman ia ingin ransanya memaki, menjambak dan berteriak pada perempuan berwajah inosen dihadapannya itu. " Umh Ano sudah jam 5, kalau begitu aku permisi dulu Sakura-san, Sasuke-kun." pamit Shion dengan wajah sedikit memerah menahan emosi dan senyum dipaksakan.

"Hn."

"Ah hati-hati Shion-san. Sasuke-koi antarkan Shion-san sampai depan yah!" Sakura berujar manis dihadapan Sasuke yang membuat Shion semakin membara.

"Hn, ayo Shion."

Shion bergegas cepat, ia ingin segera keluar dari situasi ini. Rasanya ia benar – benar butuh liburan untuk sekedar refreshing, dan soal harapannya yang sebentar lagi akan terkabul, sepertinya lupakan saja.

xxxxx

"Hahah kau lihat wajah si pirang itu, ia seperti melihat jarum suntik di hidungnya. "Sakura tertawa terbahak setelah kepergian Shion ia sungguh tak menyangka akan menang telak begini.

"Hn, aktingmu cukup lumayan, jidat." balas Sasuke dengan menyunggingkan senyum tipisnya.

"Ooohh tentu saja, kau seharusnya berterimakasih banyak padaku. Dan jangan lupa janjimu Pantat Ayam!" ucap Sakura yang tawanya sudah mulai mereda.

Sasuke tetap sibuk dengan laptop dihadapannya, ia hanya menanggapi dengan gumaman 'Hn' andalannya.

"Ac nya mati yah? panas sekali!" Sakura berkomentar lalu menanggalkan jaket yang menutupi gaun tipis putihnya, ia lupa ia masih menggunakan gaun yang sasuke berikan padanya. Sauke juga mrasa gerah karena saat ini sedang musim panas dan memang ac kamarnya sedang rusak lalu ia memutuskan melepas kaos hitam yang ia kenakan hingga hanya memakai boxer biru tuanya. Jangan salah mereka berdua dikamar karena Sasuke sedang membuka situs internet di laptop yang ada dikamarnya sedangkan Sakura tidur-tiduran di tempat tidur milik Sasuke.

Merasa tidak nyaman dengan pakaiannya dan merasa kepanasan Sakura bergegas mandi. Dan saat setelah mandi ia lupa tidak membawa pakainnanya, sedangkan dress putihnya sudah masuk di keranjang pakaian kotor. Ia memutuskan memakai handuk yang tersedia di kamar mandi milik Sasuke dan menyembulkan kepalanya keluar pintu kamar mandi menyuruh Sasuke keluar kamar.

Dengan bertelanjang dada hanya menggunakan boxer biru tuanya Sasuke keluar kamarnya agar Sakura bisa berganti pakaian. Dan sat ia suadah diluar kamar sasuke dikejutkan dengan sesosok pria paruh baya yang berdiri di depannya dengan raut wajah berwibawanya bak seorang bangsawan berdiri tidak jauh dari hadapannya.

"Kakek…" Sasuke mengernyitkn dahi keheranan kakekanya bisa berada di rumahnya. Bukan karena mengapa Kakeknya bisa masuk ke rumahnya, karena kalau soal itu tentu saja Kakeknya memiliki kunci cadangan rumahnya. Tapi kenapa tiba-tiba Kakeknya muncul mengunjunginya tanpa kabar sebelumnya.

"Kau kemana saja? Kakek menghubungimu tapi tidak bisa." ucap sang Kakek kalem.

"Hn, aku lupa handphoneku batreinya hab―" belum selesai berucap, Sasuke sudah mendengar teriakan seorang gadis dari dalam kamarnya

"Sasukee bajuku ada dimana? Kok tidak ada." teriak seorang gadis dari dalam kamarnya.

Seketika Sasuke terlonjak mendengar suara Sakura dari kamrnya dan melirik Kakeknya yang sekarang menatapnya dengan tatapan 'siapa gadis yang berteriak itu'. Sasuke bingung harus mengatakan apa karena ia tahu situasi ini akan mengundang persepsi yang salah, keringat dingin mengucur dari dahinya.

Cklek

Pintu kamar Sasuke terbuka menampilkan sesosok gadis muda berambut pink yang hanya mengenakan handuk putih membalut tubuhnya dan memegang jaket biru Sasuke untuk menutupi bagian dadanya yang tidak tertutupi handuk.

"Dimana kau simpan bajuku Sasuke? pakaian tidur yang kau berikan juga sudah kutaruh di pakaian kotor. Cepat katakan dimana baj―" merasa ada orang lain disitu Sakura melirik dan melihat dari ekor matanya, terlihat seorang pria paruh baya berdiri tidak jauh di sebrang Sasuke.

"Ka-kakek Ma-madara," ucap Sakura tergagap melihat sosok Uchiha Madara berdiri dihadapan ia dan Sasuke dengan kondisi dirinya yang hanya mengenakan handuk dan Sasuke yang hanya mengenakan boxernya baru saja keluar dari sebuah kamar tidur. Oh tuhan anak remaja 16 tahun saja pasti akan berpikir yang tidak-tidak jika disuguhi pemandangan seperti ini.

"Apa yang sudah kalian lakukan hm?" tanya Madara pada dua muda mudi ini.

Dan yang ditanya jangan ditanya sudah seperti apa pucatnya wajah mereka yang sudah putih seputih salju di musim dingin.

.

TBC

.

Maaf yah readers kalau ceritanya jelek dan mengecewakan readers sekalian. Kalau banyak kekurangan dalam fic ini mohon maklumnya yaaaaa….saya hanya seorang author baru #nunduk–nunduk. Tapi, author akan berusah memberikan yang terbaik so RnR please ^^.