Seharusnya hari ini menjadi hari yang cerah. Dengan sinar matahari sore yang menghangatkan tubuh dan menemani kegiatan pagimu dengan bersemangat. Bukannya malah ditemani dengan hujan deras yang malah menunda segala kegiatanmu. Apalagi di saat kau sedang sibuk. Kau malah harus terjebak di depan toko untuk berteduh dan menunggu hujan deras itu berhenti. Seperti yang dilakukan namja baby face satu ini. Nichkhun.
"Aissh," untuk keberepa kalinya ia mengeluh. Dengan raut wajah mengerut kesal, yang anehnya malah terlihat lucu. Dia berdiri, bersandar pada kaca etalase toko sambil melipat kedua tangannya di depan dada, matanya melihat ke jalan. Memperhatikan beberapa orang yang lewat menggunakan payung atau pun yang berlari dengan tas sekolah sebagai penadah hujan.
"Aku benar-benar membenci hujan," gumamnya. "Kalau begini terus, bagaimana bisa aku segera menyelesaikan tugasku?" ia mengeluh. Dengan ogah-ogahan, ia membuka tas selempang cream yang ia bawa sejak tadi. Merogohnya dan mencari sesuatu.
"Ommo!" dan wajah mengerutnya tiba-tiba berubah jadi terkejut. Seketika itu dia langsung panik. Kedua tangannya membongkar seluruh isi tasnya, tapi sayangnya apa yang dia cari tidak ada di sana. "Aissh! Kenapa bukuku bisa hilang?"
Sekali lagi, ia mencoba untuk memastikannya. Tapi hasilnya tetap nihil. "Pabboya. Aku sudah menghilangkannya..." dia langsung melemas dan jatuh terduduk. "Oh Tuhan. Apa yang harus aku lakukan?" dan namja itu merengek kayak anak kecil. Di tengah jalan, tanpa ada yang memperhatikannya, atau bahkan melihatnya...
Ultra Lover
By Jang Aya
Fantasy/Romance
Disclamer: Semua anggota 2pm milik Tuhan. Dan cerita ini asli milik Ayaaaaa! Yah, buatan Aya sendiri!
Warning: BoyxBoy. NamjaxNamja. If you don't like, so i hope you dont read this. Oke?
Pairing: Nichkhun x Wooyoung
Chansung x Junho
Taecyeon x Junsu.
2PM pairing!
Summary: Ultra Lover adalah sebuah blog baru yang dibuka untuk menolongmu dalam permasalahan cintamu. Tahukah kau benda magic apa yang bekerja di belakang semua ini? It's Love note.
~KhunYoung~
~ChanHo~
~TaecSu~
Junho yang sedang asik memainkan iPhone-nya dikagetkan dengan sebuah buku yang terlempar tepat di depan mejanya. Buku bersampul merah muda dengan gambar dua bayi malaikat telanjang yang saling menembakkan panah berbentuk hati. Diikuti dengan sahabatnya yang duduk di sampingnya. Judul buku tertulis di atas gambar tersebut dengan huruf berwarna putih yang berkelap-kelip, 'Love Note'.
Junho menyerngit kaget. "Apa ini?" ia mengambil buku itu dan menatap namja di sampingnya dengan pandangan heran. "Yach! Jang Wooyoung, sejak kapan kau punya kesamaan dengan Jokwon hyung atau pun Sungmin? Menyukai warna pink? Aku baru tahu."
Tidak peduli dengan pertanyaan sahabatnya. Wooyoung malah bertanya balik dengan wajah serius. "Junho-yah. Kau percaya tahayyul tidak? Percaya dengan kejadian mistis tidak? Sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba seperti sebuah sihir, kau percaya hal itu tidak?"
"Ani." Junho menggeleng. "Memangnya kenapa?"
Wooyoung tampak gelisah. "Sebenarnya aku juga tidak percaya. Tapi... gara-gara buku ini..." Wooyoung melihat buku di tangan Junho dengan pandangan yang sulit diartikan.
Junho mengikuti arah pandang Wooyoung. "Love Note," ejanya. Penasaran, ia membukanya dan mendapati halaman pertama dengan kertas merah muda dengan tinta emas. "Cinta bisa datang di mana saja dan kapan saja. Tidak peduli dengan rupanya, pendek tingginya, warna kulitnya, hubungan statusnya, umurnya, bahkan gender sekalipun. Jika cinta itu sudah datang. Tidak ada yang bisa menghentikannya atau pun menghapusnya. Bahkan Tuhan pun tak bisa," baca Junho.
"Wow," Junho menoleh pada Wooyoung dengan pandangan aneh.
"Jangan salah paham, buku itu bukan punyaku."
"Lalu?"
"Aku menemukannya kemarin, di halte bus."
"Kenapa kau mengambilnya?"
"I-itu... karena aku penasaran, makanya aku ambil saja. Kau tahu sendiri kan, aku orangnya penasaran dan selalu ingin tahu."
"Ck,ck,ck, terlalu kekanakan," ejek Junho.
"Yack!"
Junho kembali membalik halaman buku itu dan membacanya. "Tulis nama sepasang manusia dan keterangan cinta yang kau inginkan. Maka saat itu juga keajaiban cinta terjandi. Hmpf. Hahahahaha..." Junho tidak bisa menahan tawanya. Ia tergelak. "Apa-apaan ini? Kekanakan sekali. Hahaha... kau pikir anak SMA sepertiku akan percaya? Hahaha... Uyong, Uyong..."
"Yack! Sudah kubilang itu bukan punyaku! Dan kau seharusnya tidak menertawainya. Itu nyata lho!" ujar Wooyoung dengan wajah yang meyakinkan.
Junho tersenyum lebar sambil berusaha menahan tawanya. "Oh ya? Memang kau sudah mencobanya?"
"Hm," Wooyoung mengangguk.
Junho berhenti tertawa. "Jijja?"
Wooyoung langsung mengambil buku Love Note itu dari tangan Junho dan membalik beberapa halaman yang sebelumnya ternyata sudah terisi oleh beberapa nama. Tangannya pun berhenti dan menunjuk baris terakhir. "Lihat. Semalam aku menulis nama kedua orang tuaku."
'Jang Jiboem dan Jang Gaeun saling mencintai dan selalu akur selamanya.'
"Mereka tadinya bertengkar hebat gara-gara Appa pulang terlambat dan Umma menuduhnya macam-macam. Tapi kau tahu apa yang terjadi setelah aku menulis ini?"
Junho menggeleng.
"Mereka langsung baikan. Bahkan lebih mesra. Tadi pagi saja, mereka tidak sungkan untuk berciuman di depan aku dan nuuna-ku. Apa mereka sudah gila? Padahal sebelumnya mereka tidak pernah bermesraan di depan anak-anaknya," cerita Wooyoung bersemangat.
Junho mencibir. "Meski kau bilang begitu. Aku masih tidak percaya dengan hal begituan Wooyoung-ah. Lagipula dari awal, kedua orang tuamu itu sudah menikah, bukan hal yang wajar kalau mereka baikan lagi."
"Aissh, kau ini memang paling susah mempercayai orang." Wooyoung cemberut. "Ah! Bagaimana kalau kau mencobanya sendiri? Tulis namamu dan Chansung di sini."
"M-mwo?" wajah Junho mendadak memerah. "Y-yach! Kenapa harus aku dan Chansung?"
Wooyoung menyeringai. "Biar kau percaya. Lagian sudah dua tahun lamanya sejak kita kelas satu sma, tapi tidak ada perkembangan signifikan yang kulihat sampai saat ini. Kau sih, tidak pernah mengungkapkannya."
Junho mendesah. "Jangan bodoh. Jelas-jelas dia hanya menganggapku sebagai teman."
"Kalau kau tidak mau, biar aku saja." tanpa mempedulikan protes dari Junho. Wooyoung menulis di buku itu. "Hwang Chansung sangat-sangat-sangat tergila-gila dan mencintai Lee Junho. Ndeh! Selesai."
"Yach! Apa itu tidak terlalu berlebihan?" protes Junho.
"Kau bilang kau tidak percaya, kenapa harus khawatir?" balas Wooyoung dengan tampang polosnya.
"Aish, kau ini!" Junho mengambil buku tulis lain lalu menggulungnya dan memukulnya ke punggung Wooyoung.
"Appo! Apa yang kau lakukan?"
"Aku memang tidak percaya. Tapi bukan berarti kau menjadikanku sebagai percobaan. Apalagi dengan temanmu yang paling ganteng ini!"
Mereka berdua mulai berdebat. Tak sadar dengan suara ribut yang datang di koridor sekolah. Chansung berlari dengan tergesa-gesa. Menuju ke kelas mereka.
"Junho-yah!" dan ia berteriak lantang di depan pintu kelas.
Wooyoung dan Junho sama-sama berhenti dari perdebatan mereka. Menatap heran pada Chansung yang tersenyum lebar dan terengah-engah karena ia baru saja berlari dari kantin sekolah. Entah kenapa dia mendadak berhenti makan dan malah ingin sekali bertemu dengan Junho.
Chansung berjalan mendekati Junho dan menatapnya penuh dengan wajah yang bersinar-sinar. Ia berlutut di samping bangku Junho, meraih tangannya dan meremas lembut jemarinya, membuat Junho tersipu.
Tanpa ada rasa malu sedikit pun, di depan beberapa teman mereka yang belum meninggalkan kelas. Chansung berkata tanpa ada sedikit pun keraguan,
"Junho-yah. Sarangheyo. Kau harus mau jadi namjachinguku. Mau yah?"
"M-mwo?" Junho menganga lebar.
Sementara Wooyoung yang duduk di sampingnya hanya bisa menahan tawanya.
~ChanHo~
Dengan earphone kuning yang terpasang di telinganya dan lagu hip hop yang mengalun dari earphone itu. Wooyoung sesekali melakukan gerakan dance dengan kedua tangannya atau tubuhnya, di sela-sela perjalanan pulangnya dari sekolah. Tiba-tiba kaleng minuman yang kosong menghantam kepalanya dari belakang.
"Appo!" Wooyoung mengiris kesakitan. Ia berhenti dan menoleh kebelakang. Mendapati namja berkulit putih bersih sedang berjalan ke arahnya sambil menunduk, melemas. Tapi bukannya minta maaf, namja itu malah berjalan melewati Wooyoung seolah-olah namja chabi itu sama sekali tak ada di situ.
Wooyoung mendengus kesal, tak habis pikir. "Yach!" panggilnya. Tapi namja itu sama sekali tak mempedulikannya, terus berjalan menjauh sambil menunduk.
"Aissh, Jijja..." Wooyoung makin kesal. Ia lalu menendang kaleng kosong yang sempat mengenai kepalanya tadi, dan sekarang, kaleng itu juga berhasil mengenai kepala namja yang sudah mengaibakannya tadi.
"Auh, Appo!" namja itu mengelus kepalanya dan berbalik. Menatap Wooyoung heran dengan wajah baby face yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah.
Wooyoung berjalan mendekatinya. "Kurasa aku tidak perlu minta maaf. Karena kita impas, benar kan?" sindir Wooyoung sarkastik, dan langsung berjalan melewati namja itu, tidak lupa ia sengaja menabrakkan bahunya pada namja itu.
Nichkhun, namja tersebut, melongo kaget untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya ia berjalan mengejar namja chabi tadi.
"Tunggu." Nichkhun meraih bahu Wooyoung, menghentikan jalannya. Tapi kemudian tubuh Nichkhun membeku, menyadari tangannya kini berada di bahu Wooyoung. Ia lalu segera menarik tangannya cepat.
"Apa?" tanya Wooyoung.
"Kau..." Nichkhun menunjuk dirinya sendiri. "Benar-benar bisa melihatku?"
Wooyoung menyerngit. Ia menatap Nichkhun dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tidak ada yang aneh dari penampilannya. Seperti namja seumurannya dengan pakaian kasual, namun tampak begitu gagah. Wooyoung sempat memerah.
Melihat namja di depannya tetap terdiam. Nichkhun kembali bertanya. "Kau tadi benar-benar berbicara padaku kan? Bukan berbicara sendiri? Iya kan?"
Lagi-lagi Wooyoung menyerngit. "Yach! Kau pikir aku gila?" protesnya.
Nichkhun langsung tersenyum senang. Wajah baby face-nya terlihat lebih tampan di mata Wooyoung. Tanpa sadar Wooyoung lagi-lagi merona. Tak ingin berurusan dengan orang asing, apalagi namja aneh tapi tampan yang berhasil membuat jantungmu berdegub kencang. Wooyoung memutuskan untuk segera meninggalkan namja tersebut. Tapi Nichkhun masih tetap mengikuti langkahnya di belakang. Dengan senyuman malaikatnya yang terus memandang Wooyoung dari belakang.
Merasa risih. Akhirnya Wooyoung berhenti dan kembali berbalik menghadap Nichkhun yang sejak tadi mengikutinya. "Apa maumu?" ketusnya.
Nichkhun dengan senyum bodohnya menunjuk tas punggung Wooyoung dengan dagunya. "Bukuku."
Satu alis Wooyoung terangkat. "Bukumu?"
"Hm," Nichkhun mengangguk. "Bukuku yang kau bawa itu. Love note."
Wooyoung sempat terkejut, tapi ia dengan cepat menutupi kegugupannya. "B-buku apa itu? Aku tidak pernah punya buku aneh seperti itu. Kau salah orang." Setelah mengatakan itu, Wooyoung segera berlari menjauhi namja aneh itu. Lagipula dari mana namja itu tahu dia membawa Love note di tas sekolahnya. Apa dia stalker? Memikirnya saja membuat Wooyoung merinding.
Nichkhun yang ditinggal lari itu, terdiam di tempatnya. Menatap kepergian Wooyoung dengan tawa geli. "Dasar," gumamnya. "Bocah itu sama sekali buruk dalam hal berbohong." Dan ia kembali tertawa geli.
"Akhirnya aku menemukan bukuku," gumamnya lagi dengan senyuman lebar.
.
~KhunYoung~
.
Wooyoung duduk di meja belajarnya. Laptop di depannya di atas meja terbuka, menampilkan layar dengan jendela web. Baru saja ia membuat blog terbarunya dengan nama 'Ultra Lover'.
Wooyoung tersenyum puas. Ia sudah mengambil keputusan dengan Love note yang sudah ia temukan itu. Dengan buku ajaib ini, ia ingin sekali mencoba untuk menolong orang. Membuat orang tersenyum bahagia karena apa yang sudah ia lakukan, meski itu hanya masalah sepele.
Kembali teringat dalam benaknya. Bagaimana Junho tersenyum senang. Pancaran kebahagian jelas sekali tersirat dalam wajahnya ketika Chansung memperlakukannya seperti pangeran yang sangat berharga. Wooyoung sendiri tidak habis pikir, Chansung tadi benar-benar memanjakan Junho.
"Mulai sekarang. Blog Ultra Lover resmi dibuka!" gumam Wooyoung senang. Blog Ultra Lover yang ia buka sengaja dibuat untuk menampung segala macam permasalahn cinta dari siapa pun, dan siap memberikan solusi yang pasti membahagiakan. Tentu saja. Dia sudah memilki Love note. Buku ajaib yang bisa melakukan apapun yang berbau dengan percintaan.
"Ternyata kau sangat kekanakan yah?" sebuah suara lain beserta kepala menyembul di samping kanan bahu Wooyoung dari belakang.
"Huwaaa..." saking kagetnya, Wooyoung terjatuh ke samping kiri dari kursi dengan tidak elitnya. Ia melotot terkejut pada namja yang sekarang berdiri di samping meja belajarnya.
"K-ka-ka-kau...?" Wooyoung menunjuk namja itu dengan sangat terkejut. "B-bagaiman bisa? Bagaimana bisa kau ada di kamarku?" tanyanya pada namja yang ternyata adalah namja aneh yang ia temui tadi di tengah perjalanan sepulang sekolah.
Namja baby face itu dengan santainya menunjuk jendela kamar Wooyoung yang terbuka lebar.
"Kau sama sekali tidak punya sopan santun," tuduh Wooyoung kesal.
"Ketahuan," celetuk namja itu sambil menunjuk buku merah muda bertuliskan Love note yang berada di samping laptop Wooyoung. "Jelas-jelas kau membawanya. Tapi tadi kau bilang tidak punya buku aneh seperti itu. Iya kan?" ujar namja itu tanpa mempedulikan tuduhan kesal Wooyoung tadi.
Wooyoung gelagapan. Ia segera berdiri dan dengan cepat mengambil Love note dari atas meja dan menyembunyikan di balik punggungnya. "Aku yang menemukan buku ini. Jadi mulai sekarang buku ini milikku," klaimnya.
Namja itu menghela nafas lelah. "Dengarkan aku, Jang Wooyoung, kau tidak boleh me–"
"Tunggu. Dari mana kau tahu namaku?" potong Wooyoung cepat.
"Oh, maaf. Mungkin aku sedikit lancang. Tapi aku sudah mencari segala informasi tentang dirimu," jawab namja itu santai.
"A-apa?"
"Baiklah, kalau kau merasa tidak adil. Aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Nichkhun. Kau bisa memanggilku Khun, atau hyung. Karena aku lebih tua darimu. Dan aku adalah pemilik buku yang kau pegang itu. Jadi tolong kembalikan Love note-ku," pinta Nichkhun sambil menengadahkan tangannya sambil tersenyum.
"Tidak mau!" ketus Wooyoung. Ia merasa punya hak untuk memiliki Love note. Karena dia yang menemukannya. Lagi pula dari mana ia bisa yakin kalau Love note ini benar-benar milik Nichkhun. Jelas-jelas di buku ini tidak ada nama pemiliknya.
Senyuman Nichkhun menghilang, dan raut wajahnya berubah jadi mengeras. "Kubilang kembalikan," katanya lebih tajam, dengan sorot mata yang lebih serius. Ia melangkah lebih dekat dengan Wooyoung.
"Kubilang tidak mau!" Wooyoung ikut melangkah mundur. Entah kenapa ia merasa terintimidasi dengan aura Nichkhun yang mendadak berubah.
"Kembalikan."
"Aniya."
Wooyoung terus melangkah mundur, dengan Nichkhun yang terus maju mendekatinya. Sampai punggung Wooyoung menabrak dinding. Wooyoung menoleh ke samping, matanya tertuju pada pintu kamar. Tapi niatnya yang hendak kabur segera hilang karena lengan Nichkhun yang menjadi palang di kedua sisi tubuhnya. Menguncinya agar tidak kabur.
"Ommo!" Wooyoung terkejut bukan main saat ia kembali melihat ke depan yang ternyata wajah Nichkhun sudah berjarak sangat dekat dengan wajahnya. Wooyoung menahan nafas. Lagi-lagi jantungnya berdegub kencang tak karuan.
"Jang Wooyoung," suara berat Nichkhun terdengar lirih. "Kau harus mengembalikan Love note padaku. Kalau tidak..." Nichkhun memiringkan kepalanya dan berbisik di telinga Wooyoung.
"Aku akan terus menghantuimu..." bisiknya, dan diakhiri dengan sebuah ciuman di pipi chubi Wooyoung yang sukses membuat namja penggila ayam itu... tak berkutik.
_EnD_
Bye bye~
.
.
.
.
*Plaak!*
Canda, Aya ganti deh jadi tube kontinyu...
Review Yaw? Tentang pendapatmu tentang fict 2PM pertama yang asli buatanku. Asli yang buat aku sendiri lhooooo. *lompat kegirangan* sebelumnya kan Cuma fict translate. Jadi mohon sarannya yah chingu... :D
Thanks to:
Death Note & Heaven Postman, karena sudah jadi inspirasiku dalam pembuatan fic ini..^^