This Fic I Dedicated For My Readers. All of You

Head Hunter

Nurama Nurmala©2012

Adventure, Fantasy

Warning : OOC, Typo(s), Alternate Universe

Inspirational Thing : One Piece, Hunter x Hunter

Head Hunters in 6th Episode is Totally Reserved


Cerita sebelumnya….

Yesung yang memiliki kemampuan seorang Orekel tanpa sengaja membunuh kakak dan ibunya. Kemampuan seorang Orekel yang bahkan jarang ditemukan di dunia Monster membuat Ken dan Bakama berpikir dua kali untuk merekrut Yesung pada timnya. Tapi Min yang sudah mengetahui cerita menyedihkan di balik masa lalu Yesung sekarang telah hilang minat untuk mengajak Yesung ikut serta. Min sekarang mengalihkan tujuannya, ia tidak ingin lagi merekrut Yesung, tapi ia ingin menyelamatkannya.


Cerita selanjutnya….

"Dengan anting-anting ini… kutukan itu bisa dikendalikan?" Min mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian manik indah itu menelisik sosok di depannya dengan tatapan bingung.

"…" Min hendak berkata, kutukan? Ini bukan kutukan. Apapun yang dimiliki oleh kita adalah berkat, kita hanya perlu tahu cara menggunakannya; memanfaatkannya. Tapi mengingat apa yang sudah menimpa ibu dan kakaknya ternyata merenggut semangat hidupnya, Yesung dengan tegas menyebut pemberian itu sebagai kutukan. Dia tidak ingin berdebat kusir, terlebih sudut pandang Yesung sebagai korban juga tidak patut dipersalahkan dan diperselisihkan.

"Satu yang menggangguku, siapa yang mengaktifkan kemampuan Yesung?"

Pertanyaan Bakama barusan, berhasil membuat Ken menimpalinya dengan nada enggan. "Seseorang dari dunia kita," Bakama memandang Ken dengan tatapan kaget. "Yang bisa membangkitkan kekuatan Orekel hanyalah seseorang yang berasal dari dunia kita."

Keheningan mulai menelusup perlahan. Masing-masing hal berbeda membayangi atensi mereka masing-masing. Raut serius dan gelisah tak dapat ditutupi lagi. Ken takut kemungkinan terburuk yang ia bayangkan akan menjadi kenyataan. Tidak. Ia berharap, bukan orang itu yang datang ke dunia manusia.

"Well~" Min menggeliat dengan seringai lebar di wajahnya. "Misteri adalah bagian dari kehidupan, kenapa tidak kita nikmati saja? Yang penting sekarang kita semua baik-baik saja," manik merahnya berpendar penuh rasa syukur sebelum akhirnya berlabuh menjarah mereka semua satu per satu menuju rasionalitas penuh harapan.

"Sekarang apa yang akan kau lakukan selanjutnya, Min?" Pertanyaan yang dilontarkan Bakama sukses membuat Yesung ikut mendelik—penasaran akan jawaban Min setelah dirinya melayangkan penolakan.

"Entahlah~" kedua kakinya bergerak maju-mundur sementara senyum enggan meninggalkan wajahnya. "Aku rasa kita harus kembali ke kota untuk mencarinya."

"Err- mencarinya?" Bakama mengernyit tak mengerti. "Siapa?"

"Dia," seringai di wajah Min semakin jelas terlihat. Binar matanya enggan meredup dan semakin jelas berkobar. "Hunter itu, hunter keren yang membongkar aksi si Zack palsu."

Ken dan Bakama tergugu tak mengerti. Di hari pertama kedatangan mereka sebuah peristiwa secara tak sengaja tertangkap atensi mereka. Seseorang yang mengaku-ngaku sebagai Zack dilempar sampai terpental oleh Bounty Hunter bernama Siwon. Dan kejadian itu, secara tak terduga menggelitik kepenasaran Min.

"Jangan bilang… kau ingin merekrut dia sebagai anggotamu?" Bakama bertanya ragu.

"Um!" Min mengangguk semangat. "Lagipula dia belum bergabung ke kelompok manapun 'kan?"

"Yah… memang sih. Tapi aku masih ragu memasukannya ke kelompok kita," ujar Bakama sambil menyilangkan tangan di depan dada. Alasan kenapa seorang Bounty Hunter seperti Siwon masih berkeliaran seorang diri tanpa kelompok sudah pasti karena… dia enggan bekerja bersama orang lain. Min mungkin masih belum menyadarinya, tapi seperti yang sudah dia perkirakan, pasti susah mengubah pendirian Min. Dia sangat keras kepala dan keinginannya harus saja dipenuhi—persis seperti anak-anak.

"Jadi… kalian akan segera pergi ke kota?" Pertanyaan rikuh Yesung terdengar nyaris seperti bisikan. Bakama dan Min yang terlibat dalam adu mulut seketika bungkam, perhatian mereka tertuju pada Yesung seutuhnya.

"Ya," jawab Min singkat.

"Terima kasih karena telah menyelamatkanku."

"Um."

"…."

"Esung," nada bicara Min seketika berubah serius, manik merah itu pun memancarkan aura senada—membuat Yesung, Ken dan Bakama memusatkan perhatian secara tersendiri. "Keinginanku untuk mengajakmu bergabung dalam kelompokku belum hilang, tapi misi untuk menyelamatkanmu jauh lebih penting dari memintamu bergabung bersamaku."

"…" Yesung terdiam menyimak. Bibirnya terlihat bergetar, sementara manik hitam itu bergerak gusar. Ia hendak memuntahkan sebuah kalimat, tapi kembali, kepulan kalimat itu tercekik dan terperangkap dalam diafragmanya. Yesung hanya bisa kembali tertunduk.

"Tapi sebelum kita berpisah, aku ingin mengatakan informasi yang berhak kau ketahui."

"Eh?" Yesung memandang Min dengan tatapan tak mengerti.

"Ken, Bakama, ada satu syarat utama dalam penyegelan kekuatan Orekel, 'kan?" Ken dan Bakama menjawab sejurus pertanyaan Min.

"Ya. Syarat agar penyegelan itu sukses adalah…" walau Ken enggan mengatakannya, tapi mau tak mau ia harus memberitahukannya kepada Yesung. Yesung berhak mengetahuinya. Ya, seperti yang dikatakan Min barusan. "Kau harus terus bersama orang yang menyegel kekuatanmu."

"Eh?"

Pernyataan Ken sukses membuat Yesung tercengang sedangkan Min dan Bakama tertunduk muram.

"Maaf, Esu—"

"Jadi… akan sia-sia jika aku tidak terus bersamamu?"

"Eh?" Min tergagap panik. "Maksud Ken, secara teknis, jika kau berada dekat denganku—eng… setidaknya dalam jarak 10 km dariku, maka kekuatanmu akan tetap tersegel dan tidak akan bisa dibangkitkan kecuali atas perintahku. Eh, bukan atas perintahku, maksudku…."

"Jika aku terus bersamamu apa kekuatan ini bisa dikendalikan?"

"…" Min terpana dengan pertanyaan Yesung. Apa yang sedang Yesung pikirkan? Apakah dia mengutuk Min atas penyegelan yang ia lakukan? Apakah dia sedang berpikir bahwa penyegelan yang dilakukan Min adalah salah satu upaya untuk mengikatnya dalam kelompok?

Ah!

Tapi Min tidak perlu berpikir sejauh itu. Ia hanya melakukan apa yang ia pikirkan saat itu. Dan menyelamatkan Yesung menjadi prioritas utamanya.

Lalu dengan tatapan penuh percaya diri Min mengangguk tegas. "Ya!"

"Jika aku terus bersamamu apa kekuatan ini tidak akan melukai seseorang lagi?"

"Ya!"

"Apa aku… masih bisa memegang janji pada ibuku?"

"Dengan bertahan hidup, kau menjaga ayah, ibu, dan kakakmu dalam ingatan. Itu adalah salah satu janji yang dapat direalisasikan."

"…" Yesung memandang Min dengan tatapan penuh pengharapan.

"Jadi… tidak apa-apa, jika aku… ikut denganmu?"

"Eh?" Pupil mata Min seketika membesar. Tak jelas apa yang telah ia tangkap dari guratan maksud yang diucapkan Yesung. Tapi… Min terlihat senang ketika mendengarnya.

"Kau… tidak merasa keberatan? Kau… tidak akan terbebani?"

Sebuah senyum sumringah membias di wajah mungil Min. "Um!" Sekali lagi Min mengangguk pasti. "Aku tidak merasa keberatan sama sekali. Aku juga tidak merasa terbebani. Akan aku lakukan yang terbaik untuk melindungimu."

Setelah azam itu terucap…

Sebuah warna lain berkumpar di antara atensi Yesung. Makna hidup tercampur baur di sana. Prasasti kehidupan saling tumpang tindih—menyeruak dan memeluknya dalam kebahagiaan.

Entah ia sadar atau tidak, Yesung telah mengharapkan kedatangan seseorang seperti Min selama hidupnya.

Di sela desahan napasnya, jemari Yesung perlahan terangkat, lalu mengusap beberapa bulir air yang mencumbui sudut matanya.

"Mohon… bantuannya."


Head Hunter 6th Chapter

Vesta Island, D'Grey City

"Jadi… ini kah dunia luar itu?" iris hitam penuh pijar itu membelalak tak percaya setelah matanya dicekoki berbagai macam totonan aneh—tak biasa yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Beberapa orang berkudung hingga tak tampak muka terlihat melintas di kawasan pertokoan dengan sebundel tas kain yang tersulur diagonal dari pundaknya, sementara sebagian wanita-wanita seksi dengan pakaian tidak menutupi pusar dan lutut mereka tampak menari dengan eksotis di jantung pertokoan. Sudah barang jelas jumlah pedagang yang menjajakan dagangannya dengan semangat meletup—bahkan menggunakan sedikit tipuan tidak terhitung banyaknya.

"Ya!" Min mengangguk penuh semangat. "Ini juga kali pertama aku keluar dari tempat tinggalku. Ternyata dunia luar itu jauh lebih menarik daripada yang kupikirkan!"

"Kau juga tidak pernah melihat dunia luar?" Yesung membelalak tak percaya sementara Min hanya memamerkan sederet gigi putih rapinya dengan muka polos. "Kenapa? Kalau aku sudah barang jelas karena kekuatanku, lalu kamu?"

"Aku…" Min mulai melangkah dengan langkah panjang yang lambat, lalu bersandar pada kedua lengannya yang ia lipat di belakang kepala. "Tempatku tinggal… tidak bisa dimasuki siapapun. Dan penduduk yang tinggal di sana tidak bisa meninggalkan pulaunya."

"Eh?" Yesung terkesiap dengan raut terkejut. Ia menghentikan langkahnya lalu secara spontan menarik tangan Min yang masih setia di tempatnya berada. "Tempatmu tinggal… apakah pulau Crova?" Yesung terlihat menenggak ludahnya dengan kepayahan, sementara Min menatap iris hitam penuh kelam itu dalam. Sedetik kemudian atensi Min terantuk langit dan tanpa sadar bibirnya menarik sebuah senyum penuh kedamaian.

"Langitnya… indah ya," ia berucap tanpa beban. "Langit ini pula yang kulihat di pulau Crova. Langit yang sama, langit yang sama indahnya."

Srraaaakkkkk!

Desir angin yang cukup kencang melibas kedua anak manusia itu dengan gencar, namun itu sama dengan tamparan tak bertenaga yang dilayangkan seorang bayi. Mereka diam tak beranjak dari tempat mereka—masih saling berpandangan; berkomunikasi dalam diam.

Pada akhirnya, Yesung perlahan mengendorkan pegangannya sebelum ia benar-benar melepaskan tangan Min.

Ia tersenyum paham.

"Baiklah… tak masalah dari mana kau berasal, sama halnya dengan tak masalah siapa aku. Kita menjejakan kaki di tempat yang berbeda bukan berarti kita tak sama. Aku juga tak peduli siapa kau, aku sudah berjanji untuk selalu mengikutimu—sama seperti Ken dan Bakama yang senantiasa berada bersamamu."

….

Adegan tanpa suara itu… membuat Yesung terbius dalam rasa takjub. Entah sudah berapa kali ia melihat Min tersenyum, tapi ia tak pernah melihat senyum Min yang seindah ini. Senyum Min yang ini sangat menentramkan hatinya, seolah menghapus segala penat—gelisah dan rasa bersalah yang menjadi momok masa lalunya.

"Apakah kau… adalah malaikat?"

Lontaran pertanyaan spontan itu keluar secara tiba-tiba. Membuat ingatan Yesung kembali merenggut rasionalitas dan membuat Min mengedipkan matanya beberapa kali.

"Apa tadi kau bilang?"

"Eh? Ah… tidak. Aku… hanya bertanya… apa kau… ah! Apa yang sebenarnya kita cari D'Grey City?"

"Heung~" Min terlihat melipat kedua tangannya di depan dada sementara kepalanya terantuk udara dan melampai menekuri tanah. "Kita di sini mencari seorang Bounty Hunter bernama Siwon untuk kita ajak bergabung dengan kelompok kita."

"Kalau aku boleh tahu, kenapa harus dia?"

"Kalau itu…."

"Ya, kami juga ingin tahu. Kenapa kau malah ingin mengajak dia bergabung? Bukankah dia adalah orang yang telah menghina Zack?" suara serak Bakama tiba-tiba terdengar dari kalung Zoid yang dikenakan Min. Ah—mereka; Min dan Yesung sedang berjalan mencari informasi di tengah kota, tentu Ken dan Bakama kembali tersimpan di dalam Zoid Min.

"Apa kalian tidak menciumnya?" Min bertanya rasa heran.

"Apa? Mencium apa?"

"Kalian 'kan setengah binatang, apa kalian benar-benar tidak bisa menciumnya?"

"…."

"Jadi… kalian tidak tahu?" Manik merah Min berkilat-kilat penuh selidik. Melurung jatuh menimpa sang Zoid yang masih tersemat di lehernya. "Orang itu… Siwon, memiliki bau yang sama dengan Zack."

DEG!

WHAT?

"Ada urusan apa?"

"Eh?"

Sebuah suara secara tiba-tiba menimpali dari arah belakang Min dan Yesung. Dengan serempak Min dan Yesung membalikan tubuh mereka secara bersamaan. Dan betapa kagetnya Min setelah kedua atensi merahnya menangkap sosok kekar yang tidak asing tengah berdiri dengan raut kesal di depannya.

"Ada urusan apa denganku? Kalian tadi sedang membicarakanku 'kan?"

"SI… SIWOOOOOOOOON?"

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Tak memerlukan waktu lama bagi mereka untuk menemukan Siwon, karena ternyata Siwon lah yang datang menemui mereka.

Lalu… apakah Min bisa membujuk Siwon sama seperti ketika ia membujuk Yesung?

To Be Continued