This Fic I Dedicated For My Readers. All of You

The Hunters

Nurama Nurmala©2012

Adventure, Fantasy

Warning : OOC, Typo(s), AU

Inspirational Thing : One Piece, Hunter x Hunter

The Hunters in 1st Episode is Totally Reserved


"Dunia ini sangat menjijikan."

"Itu salahmu sendiri yang bilang ingin melihat-lihat dunia manusia."

"Aku harus menepati janjiku kepada seorang manusia di sini, karena itu aku harus mencarinya."

"Tapi kenapa kau mengajakku ikut serta? Dunia manusia baunya busuk sekali, aku sampai tak mau melepaskan tanganku dari hidung."

"Huahahaha… tangan? Memangnya kau punya tangan?"

"Diam kau! Sayap ini juga 'kan bisa disebut tangan! Lagipula sudah setiap malam selama 10 tahun kita mencari orang itu. Jangankan batang hidungnya, kabarnya saja kita tidak tahu!"

"Um… siapa kalian?" seorang bocah imut terduduk di tepi ranjang dengan tangan bersidekap pada kerai jendela yang terbuka dan pandangan yang mengarah ke sebuah ruang kosong di antara semak belukar.

"Permisi, bocah manusia. Apa kau kenal dengan Zack?" salah satu suara bertanya, sedangkan sebuah suara lain yang didengar bocah itu sebagai teman berdebatnya diam membantu. Terperangah. Aneh.

"Hah? Siapa?" bocah itu bermata bulat dengan iris berwarna merah, sedangkan kulitnya yang putih dan rambutnya yang halus seolah menandakan bahwa dia adalah anak perempuan. Tapi ia sebenarnya adalah bocah lelaki. Bocah lelaki pecinta kelinci dan penyuka warna merah muda.

"Zaackkk…" suara yang serak itu akhirnya meninggi. "Kau tidak pernah bertemu dengan pria itu?"

"Bodoh!"

PLAK!

Terdengar sebuah suara pukulan keras.

"Anak ini bisa mendengar suara kita!" suara yang lebih melengking itu akhirnya terdengar.

"Benar juga…" suara lainnya tercenung. "Aneh sekali ada anak yang bisa mendengar suara kita."

"Eh," bocah itu tersentak. "Kalian terluka?" manik merah bocah itu benar-benar membulat sekarang. Atensinya tertawan pada ceceran darah yang merembes keluar dari kulit, bulu, dan pakaian mereka. "Kenapa bisa terluka? Kalian habis berkelahi?"

"Hahaha…" suara serak itu menguarkan tawa lahak. "Untuk melewati gerbang dunia manusia, kami harus melewati sebuah portal yang dijaga oleh para lock keeper, tak ada satu pun yang diperbolehkan memasuki portal Lodine gates, karena itu kita bertempur dengan lock keeper itu."

"Bodoh! Itu 'kan sepuluh tahun yang lalu! Yang ia tanyakan adalah luka yang kita dapatkan baru-baru ini," suara melengking itu kembali bersungut-sungut kesal.

"Oh, iya. Hehehehe…."

"..."

"..."

"..."

"..."

Mereka kembali teringatkan kata-kata bocah itu barusan. Terluka? Bertempur?

"KAU BISA MELIHAT KAMI?"

Bocah itu tersentak, lalu akhirnya mengembangkan senyum senang dengan mata berbinar. "Tentu!" kedua sahabat lama itu saling melirik dengan tatapan terkejut. "Yang satu adalah Tuan beruang merah yang memakai baju jirah dengan pedang sebesar pohon kelapa. Lalu yang satu lagi adalah Tuan burung elang biru dengan empat sayap, ada busur dan anak panah di punggungnya."

"ASTAGAAAAA!" mereka seolah disetrum dengan listrik beratus juta volt.

Akhirnya, mereka pun menanyakan ini dan itu. Juga menceritakan asal usul mereka kepada bocah manusia yang baru pertama mereka temui.

Ternyata kedua makhluk itu adalah makhluk yang datang dari dunia lain. Bocah itu setengah tak mengerti dengan penuturan mereka berdua, ia hanya mengangguk dan mendengarkan penuh antusias. Lagipula, hei… bocah itu baru berusia tujuh tahun. Memangnya apa yang mau diharapkan?

Kedua makhluk itu bernama Bakama (makhluk berwujud beruang), dan Kendori (makhluk berwujud elang). Besar Bakama melebihi lima orang dewasa dengan berat 150 kg yang disatukan, sangat besar (7,8 meter dengan berat 1.980 kg). Sedangkan besar Kendori dua kali dari tubuh orang dewasa dengan dengan tinggi tak lebih dari Bakama (5,1 meter dengan berat 300 kg) menjadikan perawakannya tinggi kurus. Keduanya sangat gagah, dengan baju besi bersinar di tubuh mereka dan senjata besar yang tersemat di punggung mereka.

"Kenapa Tuan-Tuan tidak mau masuk?" bocah itu bertanya bingung. "Tidak akan ada yang melarang kok, paman dan bibi sudah tidur. Dan aku yakin U-Know tidak akan melarang Tuan-Tuan untuk masuk ke dalam."

"U-Know?" Ken mengernyit bingung. Paruhnya yang berkilat di bawah cahaya rembulan menimbulkan kesan luar biasa bagi siapapun yang melihatnya. "Siapa itu?"

"Dia adalah kakakku. Lihat? Dia sedang tidur," bocah itu memberi ruang agar Bakama dan Ken dapat melihat kondisi di kamarnya. "Dia lebih tua empat tahun dariku dan dia galak sekali. Tapi dia orang yang baik kok," bocah itu memperlihatkan sederetan gigi-gigi putihnya.

"Hahahaha… tidak usah," tawa Bakama menggelegar. "Kamarmu akan rusak kalau kami mencoba masuk ke dalamnya," ia terkekeh lagi.

"Eh… begitu," bocah itu tertunduk sedih.

"Seharusnya di dunia ini tak ada yang dapat melihat kami," tutur Ken yang masih duduk bersandar pada dahan pohon di depan kamar bocah itu. "Selain Zack tentunya."

"Benar… ini adalah peristiwa yang langka, panggillah kami dengan nama kami," Bakama kembali tertawa dengan suara menggelegar sedangkan bocah itu memandang keduanya dari tepi kerai dengan pandangan berbinar dan beberapa anggukan kecil.

"Bocah, siapa namamu?" Ken bertanya sambil menenggak air di gelas yang semenit lalu disodorkan bocah itu dari jendela.

"Hehehe…" bocah itu menyeringai. "Namaku Sungmin. Tapi aku punya beberapa panggilan lain."

"Banyak sekali namamu, bocah," Bakama tertawa renyah ketika mendengar jawaban bocah itu. "Sudah lama kita tidak ngobrol dengan manusia 'kan Ken? Ini benar-benar peristiwa langka!" Ken mengangguk dengan tatapan tajam penuh was-was.

"Kadang orang-orang memanggilku Minnie, kadang juga X-Min, hahaha… tapi U-Know memanggilku Sungminie."

"Apa kau pernah bertemu dengan makhluk aneh seperti kami sebelumnya?" Min menggeleng.

"Aku sering mengikuti U-Know ke hutan sana. Di sana banyak makhluk aneh, tapi tak ada yang bisa bicara seperti Bakama dan Ken."

"Hahahaha… begitu?" Bakama tertawa menggelegak seolah yang ia dengar adalah lelucon yang luar biasa lucu. "Sepertinya informasi yang kita dengar itu salah yang bilang bahwa Zack berada di desa Scova."

"Kalian mau ke desa Scova ya?"

"Eh?" Bakama dan Ken saling berpandangan. "Bukannya ini desa Scova?"

Min kembali menggeleng tegas. "Desa Scova ada di pulau sebelah, kalau dari sini ada di sebelah timur. Ini sih desa Momoko."

"APAAAA?" kedua makhluk itu berteriak nyaring sampai Min harus menutup kedua telinganya.

"Sudah aku bilang, di persimpangan tadi kita harusnya belok kiri!" Ken mengetuk-ngetuk perut buntal Bakama dengan sayapnya.

"Mana aku tahu di sana ada persimpangan. Kita 'kan sedang terbang di udara, kau yang membawaku harusnya tahu!"

"Aku 'kan sudah bilang padamu, dasar bodoh!"

"Eh… kalian mau pergi sekarang?"

Bakama dan Ken otomatis menyudahi pertengkaran mereka. "Ini sudah hampir pagi Min, kami harus bergegas sebelum cahaya mentari muncul."

"Kenapa?" Min memandang Ken kecewa.

"Tubuh kami akan hancur jika terkena cahaya matahari dari dunia manusia. Karena itu kami hanya mencari Zack pada malam hari dan pada siang hari kami tidur di dalam tanah. Karena manusia tidur pada malam hari, maka informasi yang kami cari pun terbatas."

"Um…" Min tertegun. Apakah tidak ada yang dapat aku lakukan? "Oia, kalau aku bertemu dengan orang yang bernama Zack, aku akan menyampaikan bahwa kalian sudah mencarinya selama sepuluh tahun."

Ken dan Bakama tertawa bersamaan. "Kau anak yang baik Min. Aku harap suatu hari kita bisa bertemu lagi," Bakama menepuk-nepuk kepala Min pelan, dengan teramat hati-hati.

"Ya, aku juga berharap kita bertemu lagi. Aku sangat penasaran dengan kampung halaman kalian, suatu hari aku akan mengunjungi rumah kalian di sana," keduanya saling berpandangan, lalu mulai beranjak pergi menjauh dari depan kamar Min.

"Sampai jumpa lagi, Min si manusia…."

"Sampai jumpa lagi, Ken, Bakama!" Perlahan, siluet mereka mulai menghilang dalam rembangnya malam. Dan pertemuan ini… tanpa sadar sudah menumbuhkan cita-cita tertinggi umat manusia pada bocah sederhana bernama Min.

"Oi… Ken, katanya dia ingin melihat kampung halaman kita."

Ken terdiam cukup lama sampai akhirnya ia menanggapi perkataan Bakama. "Tempat seperti itu tidak layak disebut kampung halaman."

"Kau benar."

Sebuah informasi yang didapatkan mereka di kota Sandes menyebutkan bahwa di desa Scova tengah terjadi pertempuran sengit antara Hunter Black Wood yang dipimpin oleh Mondas Isilk dengan Hunter Easy Wing yang dipimpin oleh Zack the Silver Head. Kedua kelompok Hunter itu adalah Hunter terkenal yang sudah muncul di dunia Hunter selama empat tahun. Kabar pertempuran luar biasa itulah yang mengarahkan mereka ke Scova.

"Bocah Min itu… selain dia bisa mendengar suara kita, dia juga bisa melihat wujud kita."

"Benar," Ken setuju.

"Dia bahkan tidak merasa aneh dengan kelebihannya. Apakah ia tidak mendengar dari surat kabar dan pembicaraan orang desa mengenai Hunter? Terutama Hunter jenis Grogocontrol?"

"Tak heran," Ken masih mengepakkan keempat sayapnya sementara kakinya mencengkram tubuh Bakama dengan kuat. "Desa itu, Momoko sepertinya adalah desa yang terisolir dari dunia luar. Luka yang kita dapatkan ini juga adalah berkat kita yang ingin memasuki pulau terpencil itu secara paksa. Sebuah medan kekuatan yang besar menarik kita jatuh ke sebuah kawasan tandus di seberang pulau itu. Jika manusia biasa yang melintas di pulau Crova, mungkin tubuhnya meledak dan tak berbentuk. Sepertinya… ada seseorang yang tidak ingin siapapun memasuki pulau ini."

"Mata itu," Bakama berpikir keras. "Mata merah itu mengingatkanku pada sesuatu."

Ken tersentak mendengar ucapan Bakama. Iblis merah. Kata itu sudah semacam momok di dunia monster. Iblis merah adalah sang penguasa yang menjadikan tempat itu tandus bahkan sebelum mereka lahir 800 tahun yang lalu. Iblis merah adalah bentuk kekuasaan tertinggi, iblis merah jugalah yang menjadi pelindung dunia monster agar tidak diserang oleh para lock keeper.

Secara tidak langsung… iblis merah sudah menjadi sesuatu yang agung, kekuasaan terjahat, sekaligus pelindung dunia monster.

Namun pada kenyataannya garis keturunan iblis merah telah musnah 200 tahun yang lalu. Sang pengguna mata merah sudah musnah.

"Aku merasakan perasaan nyaman ketika berada di dekat bocah manusia itu."

Ken enggan mengakuinya, namun walau ia menepisnya, ia pun memiliki perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan Bakama. "Aku juga, Sobat."


The Hunters

1st Episode

"Waaaa! Gawat! Kakiku patah!"

"Diam cengeng!" anak yang lebih tua itu membentak anak yang beberapa tahun lebih muda darinya. "Kakimu cuma terkilir, nanti bisa dimarahi Tuan kalau dia tahu kamu terluka. Kamu bisa 'kan tidak menangis? Salahmu juga mengikutiku sampai ke hutan ini."

"WAAAAAAA!"

"ADA APA LAGI?" si kakak yang sudah kehabisan kesabaran menoleh dengan ganas kepada adiknya.

"I…itu… a-ada orang mati."

Kedua pasang atensi dari anak-anak berperangai jujur itu, tertawan oleh kehadiran tubuh yang tengah mengapung di tengah aliran sungai yang berarus tenang.


The Hunters

In 1st Episode

"Hei… dia masih hidup," lelaki yang lebih tua itu mengusap bulir air dari seluruh tubuhnya, sedangkan anak yang lebih kecil tengah jongkok di samping lelaki dewasa yang masih tak sadarkan diri.

"Apa dia mati tenggelam?"

"Sudah kubilang… dia tidak mati."

"Mungkin dia tidak bisa berenang karena itu dia mati."

"Dia tidak mati."

"Atau mungkin dia dirampok dan mayatnya dibuang ke sungai? Kau tidak lihat seluruh tubuhnya terluka?"

"SUNGMINIE!"

DEG!

Anak lelaki yang tampak lebih muda, lebih kecil yang tak lain adalah Min tersentak kaget. Lantas memandang kakaknya; U-Know tanpa berkedip sekalipun.

"Dia belum mati," anak itu pun lalu mendekat ke arah seonggok tubuh yang masih tak sadarkan diri, lalu menekan-nekan dadanya keras. "Bantu aku."

"Hm!" anak yang bernama Sungmin itu lantas mendudukkan bonek kelinci pink-nya di sebatang pohon palem yang besar, lalu ikut menekan-nekan dada lelaki itu.

"UHOK! UHOK!"

"Dia sadar…" Min meretas senyum bangga di bibirnya.

"UHOK! Di-dimana ini?" lelaki berambut panjang itu berkedip setengah terbatuk ketika melihat dua orang anak kecil di depannya.

"Ini di desa Momoko, Tuan," Sungmin duduk bersimpuh, lalu setengah menunduk sambil menjelaskan. Sedangkan kakaknya berlegeg dengan kedua tangan berlipat di depan dada.

"Ah… jadi kalian adalah penyelamatku?" Sungmin tiba-tiba merona merah, sedangkan kakaknya diam tak menjawab. "Siapa nama kalian?"

Manik merah itu berpendar. "Aku biasa dipanggil Minnie, dan ini adalah kakakku, U-Know."

"Minnie dan U-Know? Sungguh nama yang tak lazim. Perkenalkan, aku adalah Zack, Zack the Silver Head. Kalian jangan takut ya kalau aku bilang apa profesiku."

"Memangnya apa profesimu, Tuan?" Sungmin tersenyum sumringah.

"Aku adalah seorang Hunter. Lebih tepatnya… Grogocontrol Hunter," Zack berkata penuh percaya diri, sangat yakin bahwa kedua anak di depannya akan terperangah memandangnya; penuh kekaguman dan penghormatan. Namun, yang terjadi adalah….

"Apa itu?" U-Know dan Min kompak bertanya.

"KALIAN TAK TAHU?"


The Hunters

1st Episode

Hunter adalah sebuah profesi di dunia baru setelah berakhirnya orde pemerintahan Ging si sayap perak di pemerintahan dunia. The Hunter, sang pemburu. Walau Hunter adalah profesi yang banyak diinginkan orang, namun pemerintah memandang para Hunter sebagai pelaku kriminal. Bagaimana tidak? Treasure Hunter biasanya memburu harta karun walau harta itu sudah diklaim sebagai harta negara. Lalu Assassin Hunter adalah Hunter yang dapat disewa untuk membunuh seseorang. History Hunter adalah Hunter yang memburu kebenaran sejarah setelah dengan sengaja ditutup atau dihilangkan pemerintah. Karena sebagian profesi dari para Hunter itu berbahaya, maka pemerintah menempatkan profesi itu sebagai bentuk kriminalitas. Namun anehnya… para Hunter malah menikmati judge kriminal kepada mereka, terlebih setelah dimunculkannya harga buruan bagi para Hunter terkenal.

Grogocontrol… adalah jenis Hunter paling langka di dunia. Mereka memburu binatang-binatang langka, namun bukan untuk dijual, melainkan dijadikan pasukan. Yang paling menakutkan adalah… mereka dapat memanggil monster dari dunia monster yang dapat mengalahkan kekuatan pasukan militer dunia. Itulah yang menjadikan Grogocontrol sebagai profesi paling berbahaya, sekaligus dicari di dunia. Grogocotrol… merupakan sebuah ancaman.

Tercatat, hanya empat orang di dunia yang pernah berprofesi sebagai Grogocontrol Hunter. Dua orang di antaranya telah meninggal, dua sisanya adalah buronan pemerintah. Old Man : Shaggy the Shadow, dan satu lagi… Zack the Silver Head.

"Jadi… kau bisa mengendalikan binatang buas?" U-Know bertanya dengan tatapan meremehkan, namun Zack hanya bisa terkekeh di tengah sakitnya.

"Terima kasih kalian berdua sudah menyelamatkan nyawaku, aku berhutang kepada kalian."

"Hehehe… tidak, U-Know yang menyelamatkanmu," Min menyeringai dengan muka berseri-seri.

"Namamu… Zack bukan? Kau bukan penduduk dari pulau Crova, bagaimana kau bisa ke sini?" U-Know terlihat menguliti ikan yang ia dapatkan setelah memancing. Tidak, maksudnya setelah menangkapnya secara barbar. Kalian tahu? Turun ke sungai dengan kaki telanjang, lalu menangkapi ikan dengan tangan kosong.

"Aku ada pertempuran di pulau sebelah, temanku yang bernama Yul menyelamatkanku dan menendangku masuk ke pulau ini," Zack menjelaskan dengan setengah terengah di tengah rasa sakitnya yang mendera.

"Pertempuran? Zack? Tunggu sebentar," manik merah itu mengerjap-ngerjap terkejut. "Zack… berapa lama kau bertempur di Scova?"

"Sepuluh hari," Zack memandang Min bingung. "Cukup lama juga, kenapa Min?"

"T-tidak…" Min berpikir keras. Apakah orang ini yang dimaksud Ken dan Bakama? Ia bertanya dalam hati. "Seminggu yang lalu ada dua orang yang tersasar kemari, mereka mencarimu."

"Eh?" Zack memandang Min terkejut, lalu ia tertawa mengerti. "Aku punya banyak musuh, mungkin mereka mencariku karena mendengar pertarunganku dan ingin ikut bertarung untuk mengalahkanku."

"Bukan… sepertinya bukan seperti itu. Janji, salah satu dari mereka mengatakan itu. Ada yang pernah berjanji padamu. Dan mereka datang untuk menunaikan janji itu," iris itu bergerak-gerak cepat. Dengan dada bergemuruh, Min kembali melanjutkan perkataannya sementara U-Know tengah sibuk menyalakan api pembakaran.

"Sepuluh tahun… mereka sudah mencarimu selama sepuluh tahun."

"Sepuluh… tahun?" Zack mengerjap-ngerjapkan iris hitamnya.

"Ya, nama mereka… adalah Ken dan Bakama."

Tidak pernah terbayangkan sekali pun walau dalam mimpi bahwa ia akan mendengar kembali nama itu dari orang lain. Sekitar sepuluh tahun yang lalu, ketika usianya baru saja 12 tahun, ia pernah terangkut sebuah rombongan yang berangkat menuju dunia monster. Itu adalah rombongan para Hunter yang dipimpin oleh seorang Grogocontrol, ayahnya sendiri.

Namun dunia itu sangat berbeda dengan dunia manusia, tanahnya tandus dan bisa berbicara—berbisik, pohon-pohonnya jahat dengan duri setajam pedang, langitnya merah pekat pada siang hari dan gelap tanpa bintang pada malam hari. Yang ada hanyalah jejeran empat buah bulan putih secara vertical di cakrawala langit.

Di dunia monster itulah… ia menyaksikan ayahnya meregang nyawa.

Dari keganasan dunia monster, ia bertemu dengan Bakama—seorang pejuang yang tampak tak peduli dengan keadaan sekitar. Ia bahkan tidak memiliki hasrat membunuh dan enggan melukai Zack ketika melihatnya. Ia sebenarnya hanya tak peduli, itu saja.

Namun pada saat itu Bakama bekerja pada Landen of Ark, sebuah kekuasaan di dunia monster yang mengambil keuntungan dari sisa puing kerajaan iblis merah sebagai Laksamana yang mengomandoi 10.000 pasukan monster. Ia diperintahkan oleh atasannya… Maroni untuk menghabisi kelompok Hunter yang baru saja datang ke dunia mereka—tanpa kecuali.

Namun Bakama yang tak memiliki hati busuk seperti kebanyakan monster, ternyata meloloskan satu nyawa. Yaitu… si kecil Zack. Ia berjanji… untuk terus menyertai dan menjaganya, sebagaimana ayahnya dulu.

"Bakama… mencariku?" kenangannya terputus, sampai ketika Bakama mengikrarkan janji itu di tengah pertempuran pasukan monster dengan dirinya. Saat itu Bakama tengah meregang nyawa untuk melindungi Zack.

"Ya, bersama Ken. Seorang ksatria burung."

Zack tak percaya dengan apa yang didengarnya, manik penuh kebebasan itu seketika menitikkan air mata. Dia sudah datang dan mencariku di dunia manusia… selama 10 tahun.

"Tunggu," ia mengusap wajahnya. "Kau bilang… Bakama?" Min mengangguk tegas dengan senyum lebar di wajahnya. "KAU BISA MELIHAT BAKAMA?"


The Hunters

1st Episode

Aku diselamatkan oleh dua bocah penduduk asli pulau ini, namanya Min dan U-Know. Mereka bocah tangguh, dan kami malah jadi akrab.

Entah kapan aku bisa keluar dari pulau ini. Aku sudah terkurung di sini selama satu bulan, teman-teman.

Pulau ini sangat aneh. Tak ada tranmisi untuk gelombang televisi dan radio. Di sini hanya ada listrik, itu pun dayanya tak seberapa, hanya digerakkan oleh air terjun di timur pulau ini hingga memungkinkan untuk daya penerangan penduduk pulau.

Ada sebuah kekuatan aneh yang dipancarkan pulau ini yang membuat pulau Crova terisolir dari dunia luar. Aku yakin ini karena kekuatan Yul hingga aku bisa terlempar dan masuk ke pulau ini secara tak sengaja.

Masih ingat dengan dua anak yang menyelamatkanku? Ya, mereka adalah Min dan U-Know. U-Know mengingatkanku pada diriku sendiri ketika masih kecil. Namun Min… kalian tidak akan percaya bahwa aku menemukan seorang lagi Grogocontrol di pulau ini. Grogocontrol bermata merah… yang mungkin menyimpan sebuah kekuatan yang tak pernah kita bayangkan.

"Hahaha… kau sedang apa Zack? Menulis?" U-know berteriak dari pucak sebuah bohon dengan buah bulat berwarna merah berjuntai di dahannya.

"Kau sedang menulis apa?"

"Ini?" ia memandang Min yang balik menatapnya dengan rasa ingin tahu. "Ini adalah Sand Paper dua sisi, hitam dan putih. Yang aku pakai adalah Sand Paper putih, apapun yang aku tulis akan langsung sampai kepada pemilik Sand Paper yang menjadi pasangannya. Dalam hal ini, akan sampai pada Yul."

"Yul? Temanmu ya?"

"Iya," Zack terkekeh. "Dia sangat idealis dan tak pernah ragu untuk menendang pemimpinnya," matanya menerawang jauh. "Entah sudah berapa puluh kali nyawaku diselamatkan olehnya. Dia sangat kuat. Dia adalah… sahabatku."

"Hm…" Min memandang Zack penuh kekaguman. Kekaguman terhadap Zack, dan terhadap Yul yang hanya pernah bayangkan. "Hebaaaattt… aku jadi ingin bertemu dengan dia."

"Hahaha…" Zack mengacak rambut Min kecil cepat. "Aku punya banyak teman-teman yang hebat, kau pasti senang bertemu mereka."

"Um!" dada Min sungguh penuh dengan harapan. Pertemuannya dengan Zack, tengah menawarkan sebuah perasaan baru pada Min.

DUUUAAAARRRR!

Tanah bergetar, dan suara ledakan pun membahana. Sebuah daerah di Crova telah meledak.

"Daerah terlarang terah hancur!" U-Know berteriak dari atas pohon; memberitahu sementara kedua atensinya menyipit untuk meyakinkan apa yang ia lihat. "Daerah terlarang…."

Min menelan ludahnya. Zack terperangah terkejut.

Walau Min tidak tahu apa yang tersembunyi di daerah terlarang, namun ia tahu pasti bahwa sesuatu di sana adalah sebuah tameng dari segala bentuk ancaman yang datang dari luar pulau. Dengan kata lain… jika daerah itu dihancurkan, maka pulau Crova akan bisa bebas dimasuki siapa saja.

KKOOOAAAAKKKK!

Ssssrrrraaaakkkkkkk!

Sekelompok burung tiba-tiba terbang melewati mereka, sementara dedaunan menari liar diterpa angin yang berembus ganas.

"Bagaimana bisa?" Zack berdiri kaku.

"Zack, kita harus cepat pergi!" Min berusaha menarik tangan Zack sekuat tenaga. "Kita harus bersembunyi!"

"Apa? Kenapa?"

Tep!

Min memandang Zack dengan mata merah darahnya tanpa berkedip. Oh, My. Ia serius.

"Sampaikan pada seluruh alam, bahwa Si Tua Shaggy, datang untuk memenggal Zack the Silver Head."

DEG!

"Itu yang diteriakkan burung-burung dan angin. MEREKA DATANG UNTUK MEMBUNUHMU!"

Zack… terpana oleh kata-kata Min.

"Sedang apa kalian?" U-Know yang baru turun dari pohon segera menghampiri mereka berdua. "Cepat! Kita harus bersembunyi di suatu tempat!" bukannya segera menyelamatkan diri, namun Zack tetap diam memandang langit. "Sungminie, kita akan ke gua persembunyian!" Min mengangguk, lalu menarik tangan Zack dan membawanya mendaki bebatuan di hulu sungai, sementara itu U-Know berjaga untuk menghalau semua ancaman dari belakang.

Untuk sampai ke gua persembunyian, mereka harus melewati lembah batu lalu berjalan menerobos hutan selama kurang lebih 20 menit. Setelah melewati sebuah pohon oak besar, mereka akan menjumpai sebuah bukit kecil. Dari jarak kurang dari 10 meter, siapapun akan melihat bukit itu sebagai bukit biasa, namun jika kau berjalan sedikit lebih dekat, maka kau akan menemukan sebuah semak yang terpisah dari koloninya. Dan jika kau sibakkan semak itu, maka kau akan menemukan sebuah lorong bawah tanah menuju sebuah ruangan besar di perut bukit. Itulah yang mereka sebut… gua persembunyian.

Dengan susah payah dan debaran dada yang terus bergemuruh akhirnya mereka berhasil mencapai gua itu. Namun apa yang terjadi ketika mereka bertiga sampai di dalam gua?

"Hei, kenapa kalian diam saja? Cepat masuk!" U-Know yang sudah mulai kesal akhirnya berteriak protes. Sudah beberapa menit Min dan Zack berdiam diri di bibir ruangan itu.

"K-Keeennnn? Ba-Bakamaaaaa?"

Min tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ken dan Bakama… ada di dalam gua itu dengan tubuh hancur lebur. Jauh lebih parah dari sebelumnya.

"A-apa yang terjadi? Apa yang terjadi?" dengan pandangan kalut Min berlari menghambur ke arah mereka yang masih terbaring dengan erangan tertahan. "Kenapa kalian masih di sini?"

"M-Min? Kaukah itu?" suara berat itu adalah milik Bakama. Min mengangguk setengah terisak, sementara tangan kanan Bakama berusaha mencapai tubuh kecil Min. "K-kami baru tahu efek dari medan kekuatan p-pulau ini."

"Apa?" Min bingung dengan perkataan Zack.

"Makhluk seperti kami, tidak bisa terus berada di daerah yang dimantrai Retrieve the Death selama empat jam. Jika kami terus berada di daerah ini selama empat jam, maka tubuh kami akan lumpuh. Jika kami terus berada di daerah ini selama 2 hari, maka sendi-sendi otot akan rusak, lalu—" belum selesai Ken membantu menjelaskan apa yang terjadi pada mereka, Min malah memotong dengan teriakan khawatirnya.

"TAPI KALIAN SUDAH BERADA DI SINI SELAMA SATU MINGGUUUUUU!"

Min terisak, sementara U-Know tak paham apa yang terjadi.

"Karena kami ini hebat," Bakama terkekeh dengan bangga. "Karena kami hebat, kami… bisa bertahan sejauh ini."

Min teringat sesuatu, lantas ia segera menghapus air matanya. Ia menoleh ke arah Zack cepat. "Zack… ini, Bakama…" Zack memandang mereka dengan tatapan tak percaya.

"Arrghhh… apa? Apa katamu Min?" Bakama yang sudah susah untuk melihat ragu dengan apa yang ia dengar. "Zack… ada di sini?"

"Iya," Min memaksakan senyumnya. "Aku sudah bilang pada Zack bahwa kalian mencarinya. Dan dia datang untuk menemui kalian…."

"Fuuuhhh~" Ken menarik ujung paruhnya; tersenyum. "Syukurlah ia datang sebelum kita mati."

"Mereka akan menghancurkan Momoko!" U-Know tiba-tiba berteriak cemas. "Aku akan melihat keadaannya sebentar."

"Apakah tak sebaiknya kau ikut kakakmu, Min?" Min menoleh ke arah Zack. "Kalian harus memastikan bahwa semuanya baik-baik saja."

"Zack…."


The Hunters

1st Episode

"Hahaha… trik yang bagus untuk membohongi anak-anak," Zack tersenyum, lalu mengambil tempat di samping Bakama.

"Sudah lama tak bertemu, Bakama."

"Hm."

Si Tua Shaggy adalah seorang Grogocontrol selain Zack. Usianya sudah lebih dari 80 tahun, namun ia masih kuat dan bugar dengan otot-otot bisep yang menyembul di lengannya. Ia sangat jarang muncul, dan keberadaannya sangat sulit ditemuan. Namun yang menjadi pertanyaan… mengapa ia datang bersama Mondas Isilk? Assassins Hunter yang sebulan lalu bertarung dengan Zack dan Easy Wing di Scova Village?

"Kau yakin dia diterbangkan ke pulau ini?" seorang tua dengan rambut putih diikat ekor kuda bertanya kepada seorang pemuda berambut sebahu. Senyumnya aneh, dan sebuah bekas luka membentang dari leher ke dagunya.

"Aku yakin, ayah. Keberadaannya tak bisa ditemukan. Tak ada pulau lain di sekitar sini, selain pulau Crova," lelaki berambut hitam sebahu yang tak lain adalah Mondas Isilk memandang api pertempuran yang telah digolakkan anak buahnya dengan bangga di desa Momoko.

"Ya, mungkin juga begitu," Shaggy mengelus helai janggutnya yang masih tersisa. "Bagaimana juga, pulau ini sangat menarik," Mondas melirik kepada pria yang dipanggilnya ayah. "Aku harus mengerahkan semua monsterku untuk membuka gerbang ke pulau ini dan menghancurkan dinding pelindung di pulau ini."

"Apakah mungkin ada kekuatan sehebat itu di pulau ini?"

"Tidak," ia menyipitkan matanya. "Kekuatan ini hanya ditanamkan saja, sudah jelas bahwa kekuatan ini bukan berasal dari dunia manusia."

The Hunters

1st Episode

"Kau… serius?" Bakama seolah mendapatkan terapi kejut ketika mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Zack.

"Ya, ia bahkan bisa mendengar teriakan hewan dan suara angin."

"Bukan itu yang kutanyakan," Bakama sungguh bingung dengan apa yang dikatakan Zack. Sudah sepuluh tahun mereka tak bertemu, namun apa yang dikatakan Zack?

"Sudah dari sebulan yang lalu aku merasakan bahwa ajalku semakin dekat," Zack memandang api di tengah ruangan itu dengan pandangan sendu. "Pasti ada tujuan kenapa aku sampai mendarat di pulau ini, dan ada alasan kenapa aku sampai bertemu kedua bocah itu."

"AKU MOHON!"

Bakama dan Ken tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Zack… menundukan kepala dan mensejajarkannya dengan tanah untuk bersimpuh di depan mereka; memohon.

"KUMOHON! LINDUNGI MIN, DENGAN SELURUH NYAWA KALIAN!"

"Zack…."

Entah apa yang dilihat Zack dari Min sampai ia mau memohon seperti itu kepada dua makhluk yang sudah tak berdaya. Entah apa yang dirasakan Zack, dan entah rahasia apa yang diketahui Zack. Hei, Zack… dapatkah kau beritahu kami?

"Gawat!" tiba-tiba U-Know muncul dari lorong gua dengan… darah berceceran dari tubuhnya yang sudah babak belur. "Min dibawa oleh gerombolan orang yang ingin menghancurkan Momoko!"

"Apa?"

To be Continued…


Silahkan, komentarnya :3