Story about My Marriage

Kim Kibum

Choi Siwon

other members SJ and DBSK are cameo

Warning : yang ga suka SiBum couple dilarang baca. Ga boleh ada fanwar!

Rate : T (dan bisa berubah mengikuti alur cerita)

Terlalu banyak typo dan ketidakjelasan cerita, harap maklum.

Summary : It's bout love. Pernikahan SiBum yang sudah berjalan selama 5 tahun ditambah kehadiran Minho ditengah keluarga kecil masuk untuk mencicipi sedikit kebahagiaan mereka. New FF, GS

Chapter 1 : Sweetest moment with U

.

.

.

" Bummie, antarkan pesanan ke meja nomer 11" seru sang koki dari balik pintu dapur berwarna merah menyala yang berdecit pelan menandakan sang koki baru saja memasuki area kekuasaannya.

"Arraseo Chef Minimie" sahutnya dengan agak meninggikan nada suaranya.

"Bummieee…" teriak sang koki cantik

"Aish, kalian ini jangan membuatku malu. Bummie, berhenti menggoda Minimie" sahut pria berbadan tambun yang duduk di balik meja kasir.

"Shin Donghee" bentaknya lagi dengan suara melengking

"YA! Aku pemilik café ini, bagaimana mungkin kamu memanggilku tidak sopan seperti itu" Shin Donghee atau biasa disapa Shindong adalah pemilik café mungil bernama "Blue Sapphire Café" yang letaknya berada di persimpangan jalanan kota Seoul, letak yang cukup strategis untuk menarik minat pelanggan yang kebanyakan adalah eksekutif muda yang sering melakukan meeting atau sekedar hang out. Shindong memilih memperkerjakan sahabatnya Lee Sungmin sebagai koki dan Choi Kibum sebagai waitress.

Kibum segera melesat menuju meja nomer 10 untuk mengantarkan pesanan . Coconut Crisped Shrimp, Baked Macaroni & Cheese, dan secangkir espresso sudah tersaji di meja dengan penataan sebaik mungkin agar pelanggan mudah menikmati pesanannya. Kibum melempar senyuman pada seorang wanita paruh baya dengan dandanan ala eksekutif muda yang biasa mengunjungi café.

.

.

Kibum sedang berdiri di depan lokernya, merapikan pakaian kerjanya dan memasukkannya ke dalam loker. Tangan mungilnya meraih tas selempang berwarna hitam dan segera membuka anak tas, merogoh smartphone yang sudah menghuni tas selama 8 jam sejak jam makan siang tadi.

Di layar smartphone muncul 3 missed calls dan 1 message. Jari lentiknya menyentuh layar dan terpampang siapa yang sudah meneleponnya dan mengiriminya pesan.

2 Siwonnie

1 Park adjumma

Jari lentiknya kembali menyentuh layar smartphonenya dan menatap pesan yang muncul di layar.

From : Siwonnie

Chagi-ah, mianhae. Bisa kah kamu menjemputnya? Workaholic.

Kibum mendengus pelan, yah suaminya lagi-lagi tidak bisa menjemputnya secara rutin bahkan dia sering pulang larut malam. Suaminya adalah pekerja keras dan menjadi kepala keluarga yang bertanggungjawab, setidaknya itu di mata Choi Kibum. Kibum sudah menikah dengan Choi Siwon, lelaki berperawakan tinggi serta tubuh atletis yang begitu menggoda iman setiap mata hawa yang memandangnya. Beruntung bagi seorang Kim Kibum –nama lajangnya sebelum menikah dengan Siwon yang bermarga Choi- yah, banyak wanita di luar sana yang iri dengan nasibnya memiliki seorang Siwon. Tapi Siwon tak kalah beruntung mendapatkannya, karena Kibum juga memiliki penampilan yang mampu membuat kaum adam lupa akan dunianya. Yang pasti keduanya sama-sama sempurna hingga mampu menarik perhatian lawan jenisnya.

.

.

.

Kibum POV *

Sepertinya suami yang sudah menikahiku selama 5 tahun itu tidak memiliki waktu lagi. Yah,Choi Siwon memang workaholic. Aku maklum saja, karena ia mati-matian bekerja hingga bisa mendapatkan posisi yang bisa dibilang menggiurkan di perusahaan tempatnya bekerja, manajer pemasaran untuk perusahaan minuman kesehatan di Korea.

Aku sangat beruntung memiliknya, tak pernah sedikitpun cela untuknya. Oh God, my husband so perfect. Dan keluarga kami semakin lengkap dengan kehadiran Choi Minho, buah cinta kami yang sekarang sudah menginjak usia 4 tahun. Minho sangat mirip ayahnya, bukan mirip lagi tapi memang kloning sempurna dari seorang Choi Siwon. Matanya setajam elang, sikap yang dewasa mengingat usianya yang baru 4 tahun, tawa renyahnya setiap berhasil membuat eommanya ini kesal, yah mungkin dia hanya memiliki satu kesamaan denganku, sikap sedingin salju ketika sedang marah. Kenapa tidak ada sikap baik dariku yang menurun padanya? Aish, menyebalkan.

Tokkk…Tokkk…Tokkk…

Tanganku yang sudah mulai kedinginan tertempa dinginnya malam, berusaha sekuat tenaga mengetuk pintu besar nan kokoh di hadapanku. Mataku menengadah, melihat arsitektur yang terpahat pada pintu berwarna coklat tua, dan aku yakin ukiran yang melekat dipahat oleh seorang seniman hebat.

Uap dingin keluar dari bibirku yang sudah memerah karena sapuan nakal angin malam, dan gemeretak gigi menandakan dinginnya udara malam ini sungguh menusuk kulitku yang hanya berpenghalang jaket. Pintu terbuka dan mendapati ibu mertuaku menyambutku dengan sapaan yang mampu menghangatkan tubuhku setiap mendengar suara merdunya.

"Kibummie, sebaiknya Minho menginap di sini" tawar wanita paruh baya di depanku dengan tampilan sosok atraktif, rambut crop sebahu, kulit mulus berwarna coklat sedang yang berbalut wol abu-abu yang melingkar indah di lehernya.

"Mianhae eommonim, seperti biasa Siwonnie pasti—" belum juga selesai aku menamatkan ucapanku sudah dipotong rasa beliau tau apa yang akan aku ucapkan, dari gesture tubuhku saja bisa dipastikan beliau tau.

"Yahh, Siwon pasti akan memaksa cucuku pulang. Tidak berubah, apa aku ini terlihat seperti penculik huh.." gumamnya pelan. Mertuaku teramat manyayangi Minho, setiap permintaan cucunya selalu dituruti. Minho layaknya mesin game, penghibur ibu mertuaku di hari tuanya, canda tawanya yang melengking tinggi menghangatkan suasana.

"Siwon terlalu menyayangi Minho, eommonim"

"Arra,Minho ada di kamar biasa"

"Ne eommonim"

Aku berjalan meninggalkan ibu mertuaku yang masih terduduk di sofa berwarna ungu dengan motif bunga di tepinya. Aku berjalan gontai menaiki anak tangga rumah mewah ini, rumah mewah milik keluarga Choi, aku sudah hafal seluk beluk Choi House. Terkadang aku lupa, ah bahkan aku sering salah masuk ruangan karena terlalu banyak ruang di rumah sebesar ini yang hanya ditempati seorang nyonya besar dan para maidnya.

Kibum POV END*

Kibum meraih kenop pintu perlahan, ia tidak ingin membangunkan little Siwon dari mimpi indahnya. Digigit bibir mungilnya, dan klekkk…pintu kamar terbuka perlahan dan telinganya tidak mendengarkan pergerakan yang berarti. Kepalanya menyembul dari balik pintu, mengintip pangeran kecilnya yang tertidur pulas. Pemandangan yang langsung membuat jiwa keibuannya tersentuh. Kibum duduk di tepi ranjang, tangan mungilnya mengusap lembut kening Minho, mencondongkan badannya dan mengecup kedua pipi chubby itu dengan pelan.

Kibum menuruni tangga perlahan, tidak ingin membuat Minho yang sudah berada dalam gendongannya terbangun karena ia sudah bersusah payah memindahkan posisi Minho ke dalam dekapan hangatnya. Kedua matanya menangkap sosok ibu mertuanya yang melemparkan senyum hangat seperti biasanya.

"Eommonim, aku dan Minho pulang dulu" bisik Kibum perlahan

"Ne, hati-hati Kibummie. Cupp…" nyonya Choi mengecup cucu satu-satunya dalam keluarga Choi yang tentunya akan menjadi penerus perusahaan Choi.

.

.

.

Mobil Kibum berhenti di lampu merah persimpangan jalanan kota yang sudah agak sepi,walaupun ada beberapa mobil yang berlalu lalang. Kibum melirik Minho yang masih tertidur pulas di belakang kursi kemudinya dengan sabuk pengaman yang melilit pinggangnya, itu sudah sesuai aturan keamanan apabila menyetir mobil dengan anak balita.

Deru suara mobil memasuki sebuah pekarangan rumah minimalis berwarna coklat keemasan dengan lampu taman yang menyala agak terang. Mobil Audi berwarna silver terparkir rapi di depan garasi yang tertutup rapat. Kibum membuka pintu belakang mobilnya dengan perlahan, tangannya meraih sabuk yang mengikat posisi Minho yang membuatnya aman. Kliiikkk… kait sabuk sudah terlepas dan Kibum menarik anaknya ke dalam pelukannya serta mengusap lembut punggungnya.

Tangannya merogoh saku jaketnya, mencari benda kecil yang sudah ia persiapkan sedari tadi. Tangan kanan Kibum sibuk mengutak-atik lubang kecil di pintu sementara tangan kirinya menopang berat tubuh Minho yang masih terlelap dalam gendongannya.

Cklekkk

Pintu rumah terbuka perlahan dan mendapati rumah dalam keadaan sepi dan gelap. Berarti suaminya belum pulang dan kemungkinan akan pulang larut malam lagi. Tangannya meraba dinding, mencoba menemukan saklar untuk memberikan penerangan di ruang tamu.

Kibum merebahkan tubuh kecil Minho di kasur empuknya dan menarik selimut tebal hingga menutup sebatas dadanya. Dikecup pelan kening Minho penuh kasih sayang, matanya tak jenuh mengamati setiap lekuk wajah anaknya. Tangannya menekan saklar yang ada di dinding kamar Minho, membuat suasana sedikit remang karena penerangan dari lampu meja saja.

Kibum membasahi tubuh dinginnya dengan guyuran air hangat yang mengucur dari sela lubang kecil shower yang berada di atas kepalanya. Tangannya memilih salah satu piyama satin Victoria's secret yang sensual, sedikit memperlihatkan lekuk sibuk menyortir surat yang masuk ke dalam kotak posnya, semuanya pasti tertuju untuk sang suami. Tak pernah sekali pun Kibum membuka surat yang tertuju untuk suaminya, lagi pula dia tidak akan pernah paham dengan bahasa yang digunakan. Sudah 1 jam berlalu, namun belum juga ada dering telepon dari Siwon.

Kibum berbaring di sofa dan membuka salah satu halaman buku The Promise of Spring karya Milroad yang belum selesai dibaca, perlahan penglihatannya melemah menjadi kabur, halaman buku yang baru dibaca bahkan sudah kabur karena gerakannya. Bunyi pintu depan yang terbuka kemudian tertutup membuatnya tergugah dari tidurnya yang belum sepenuhnya terlelap.

"Siwonnie" serunya sembari menggosok kedua matanya yang terasa kabur padahal baru tertidur selama 10 menit. Kibum mengulurkan lengannya ke lampu di samping kepalanya, dan memeriksa jam yang terpajang di dinding, pukul sebelas lebih seperempat. Tidak terlalu larut, bahkan Kibum sudah pernah mendapati suaminya pulang ketika sang surya menampakkan semburat warna kuning keemasan yang menyilaukan mata.

"Yeah, it's me Bummie" ujarnya yang sudah berjongkok di hadapannya, senyum mengembang di bibirnya, menampakkan lesung pipinya, ia bahkan terlihat lelah setelah seharian bergulat dengan berkas yang menghiasi meja kerjanya. Kibum merengkuh tubuh lelah suaminya, memberikan beberapa ciuman di kening, kedua pelupuk matanya, pipi, hidung, dan tentu bibirnya yang terlihat pucat.

"Oh iya, tadi ada beberapa surat untukmu. Aku meletakkannya di meja kerjamu, dan aku harap kamu tidak membukanya di kamar tidur, Siwonnie. Kamu tau aku tidak suka kebiasaan barumu menyembunyikan surat yang sudah kamu baca dibawah bantal"

"Kamu tau? Sorry sweetheart. Tapi waktu senggangku untuk membaca surat hanya ada saat berada di ranjang"

"Ibumu minta Minho menginap di rumahnya"

"Sudah berapa kali aku mengatakan hal ini? Apa perlu aku mengulang jawabanku?"

"Jika pengasuh Park tidak sakit, mana mungkin kamu membiarkan Minho mengunjungi ibumu hah"

"Kamu tau kan akan sulit membawa keluar Minho dari rumah ibu dibanding membawanya masuk" sahutnya pelan. Siwon menggantungkan mantel hitamnya di lemari baju depan, dan berbalik menatap wajah kesal istrinya yang masih terbaring di atas sofa, kemudian Siwon menarik dagu istrinya hingga mata keduanya bertemu.

"Aku paham"

"Maaf jika membuatmu kelelahan meladeni ibuku"

"Tidak. Kurasa sudah kewajibanku"

Siwon kemudian menarik Kibum ke dalam pelukan hangatnya, saling menautkan bibir keduanya, dan membimbingnya berjalan menyusuri lorong pendek sempit menuju kamar mereka. Tangan kekarnya mengusap lembut punggung pujaan hatinya, melampiaskan hasratnya. Perlahan mereka mulai menanggalkan jejak baju yang mereka kenakan dari pintu hingga ke ranjang. Dan energi keduanya yang gelisah bekerja sama dalam memadu gairah panas di ranjang empuk berbalutkan selimut putih, naik turun melawan gelombang gairah yang siap membuncah bersamaan dengan deru nafas yang semakin berat, saling menempa tubuh polos yang tak berpenghalang.

.

.

.

Tidak banyak orang yang berlari di musim dingin. Kibum hanya salah satu dari segelintir orang yang memilih berganti baju dengan baju lari. Selama hampir 10 menit, ia merenggangkan otot betisnya dan urat-urat lututnya, melakukan sedikit pemanasan ringan, dan berlari keluar di mana hawa dingin begitu menyengat kulitnya. Setelah berlari 3 mil, ada perasaan membuncah dalam dirinya layaknya mendapat undian voucher belanja. Hawa panas dalm tubuhnya bercampur dengan cuaca awal musin dingin.

Dan nyatanya pagi ini bukan hanya Kibum yang berlari seorang diri, matanya menangkap sepasang pria dan wanita dengan uap dingin saling berebutan menghembus dari mulutnya. ritme gerakan kaki mereka mantap, terlihat betisnya yang kuat dan berotot. Kibum sedikit iri pada mereka, sejauh ini Kibum melakukan kebiasaan berlari di pagi buta untuk menjaga penampilan fisiknya agar tidak membuat suaminya bermain mata dengan eksekutif muda yang berlalu lalang menghiasi pemandangan kantor tempatnya bekerja. Ia banyak mendengar pekerja kantoran sering tergiur dengan kemolekan body S-line yang dipamerkan wanita melalui setelan kemeja dengan menyembulkan dada montok mereka dan potongan rok yang sebatas paha nan ketat, memperlihatkan lekuk tubuh mereka. Mendengarnya saja Kibum sudah sedikit terbakar, diam-diam matanya juga aktif mengamati penampilan eksekutif muda yang mampir di café.

Dan akhirnya sepasang pelari tadi mendahului Kibum yang berbelok menuruni jalan setapak, tubuh mereka serempak menunjukkan kecepatan beritme sama, mengingatkan Kibum pada awal pernikahannya dengan Siwon yang setiap pagi selalu berlari berdua, sebelum akhirnya pekerjaan sialan itu merebut perhatian suaminya.

.

.

.

Sebuah audi memasuki pekarangan rumah bergaya Inggris modern, di balik pilar kokoh yang menyangga atap rumah sudah berdiri seorang wanita berkulit putih dengan tubuh mungil, jaket wol-nya menemaninya berdiri menunggu kedatangan Kibum ah lebih tepatnya anak laki-laki bermata lebar, Choi Minho. Kibum membuka pintu mobilnya dan kedua kaki mungil yang terbalut celana jeans berwarna coklat menapak di hamparan salju yang menutupi permukaan tanah.

"Aku titip Minho. Mungkin nanti aku yang menjemputnya"

"Baiklah, aku mengerti. Aku tidak perlu mengharapkan bertemu suamimu yang tampan itu" sahutnya. Pernyataan yang begitu menohok perasaannya sebagai seorang istri, bukan karena suaminya yang dilirik oleh pengasuh anaknya, tapi pernyataan yang membuatnya tersindir karena secara tidak langsung wanita paruh baya itu mempertanyakan kehadiran Siwon untuk dirinya. Tidak perlu dijawab, Kibum juga tidak berniat membocorkan rahasia pernikahannya.

"Minho, jangan nakal. Eomma akan menjemputmu nanti"

"Baik eomma"

Kibum mengecup kening Minho sebelum memasuki mobilnya. Sementara tangan pengasuh Park menggenggam tangan bocah mungil itu erat agar tidak terpeleset dalam tumpukan salju yang menghiasi anak tangga halaman rumahnya. Tangannya semakin erat menggenggam ketika kaki kecil Minho menghentakkan sepatunya agar bulir salju yang menempel pada permukaan alas kakinya menipis.

"Aih, sampai kapan kamu akan bergelut memperhatikan eksekutif muda itu" desah Sungmin sambil menyesap kopi, memegangi cangkir dengan jari tangannya yang tergolong halus karena pekerjaan yang bergelut dengan pisau tajam yang bersiap mengoleskan luka di jemarinya, dan kuku jari yang yang rapi dengan dicat bening tipis.

Kibum menoleh sebentar dan mengusap kedua tangannya yang kedinginan,"Sampai aku tau kenapa kamu selalu mengomporiku agar cemburu pada suamiku"

Sungmin tesedak mendengar jawaban sahabat karibnya, punggung tangannya mengusap tetesan kopi yang mengalir hingga dagunya. Untuk sementara mulutnya mengatup, kedua bola matanya bergerak memandangi langit-langit café yang dihiasi lampu kristal.

"Karena itu semua fakta Kibummie. Sudah berapa banyak pekerja kantoran yang membina rumah tangga harus mengakhirinya karena punya affair dengan teman kerjanya, untuk kasus suamimu sih aku yakin semua wanita yang berada di kantor akan melirik Siwon"

"Minnie…" desahnya pelan

"Jangan memanggilku seperti itu"

"Kamu sedang tidak bertugas, jadi sesuka hatiku memanggilmu Minnie. Lagi pula kamu juga selalu tersipu malu jika kekasihmu memanggilmu Minimie" dengus Kibum kesal.

"Ya! Darimana kamu tau hah?"

"Tentu dari kekasihmu itu. Ah, aku bisa gila jika terus mendengar ocehanmu tentang affair pekerja kantoran"

"Kenapa kamu tidak menjadi nyonya Choi Siwon? Enak. Tinggal menjentikkan jari, maka semua keinginanmu ada di depan mata"

"Aku bukan tipe wanita seperti itu"

"Seharusnya Siwon beruntung memilikimu, badanmu bagus. Terbukti dengan mata pengunjung laki-laki yang terus mengamati pantatmu Bummie haha.."

"Jangan membicarakannya di depan Siwon"

"Aku tidak bisa membayangkan jika suamimu yang posesif itu mengetahui istrinya diam-diam menjadi mangsa serigala"

.

.

.

Kibum merapatkan tubuh mungil Minho ke dalam dekapan hangatnya, layaknya seekor induk yang ketakutan jika anaknya mati kedinginan terserang udara malam yang menyelip masuk. Bukan ini alasan Kibum sebenarnya, biasanya ia selalu menunggu suaminya pulang di sofa sambil menghabiskan beberapa lembar buku The Promise of Spring yng belum mencapai setengah halaman. Ah, rasanya malam ini pikirannya memerlukan penenangan sebelum menatap wajah suaminya yang selalu kelelahan saat membuka pintu rumah mereka.

Ingin rasanya Kibum bersikap posesif, menyuruh suaminya melepaskan jabatannya yang sekarang ini didapatkan dengan susah payah tanpa bantuan dari keluarganya. Tapi niat itu melebur seketika saat dengan bangganya Siwon menceritakan pengalamannya ketika bosnya memuji hasil kerjanya. Status Siwon sebagai penerus keluarga Choi akan memberikannya kemudahan dalam bekerja, tidak perlu mengeluarkan keringat, tidak perlu mengeluh lelah setiap menemuinya.

Hembusan hangat menyapa pipinya, merasakan hawa dingin yang menjalari permukaan pipinya. Sekarang suaminya sedang menatapnya sendu, Kibum merapatkan pelukannya di leher Siwon. Menyandarkan kepalanya di dada bidang pria tampan yang sudah terlalu banyak mengukir memori indah dalam pikirannya. Indera penciumannya mengendus aroma yang menempel pada baju Siwon, memastikan tidak ada aroma parfum wanita menempel di kemeja yang dikenakan suaminya. Sekilas matanya menelusuri krah kemeja, meneliti apakah ada jejak lipstick yang tertinggal. Paranoid! Kibum terlalu takut suaminya yang tampan akan meninggalkannya.

"Kamu mencari jejak lipstick?" ucapnya lembut. Dan tentu mendapatkan anggukan kepala istrinya yang berbaring di dadanya. Siwon terkekeh pelan.

"Percuma, aku tidak sebodoh itu jika mau berselingkuh" lanjutnya lagi dan membuat Kibum memberikan tatapan tajam seolah siap menerkamnya saat itu juga.

"Jadi, kamu berselingkuh?"

"Tidak, jika kamu berhenti menjadi waitress"

"Tapi aku lebih khawatir jika dirimu terus menerus dikuntit wanita cantik di kantormu"

"Bagaimana dengan bekerja di sarang serigala? Apa itu tidak membahayakan posisiku hemhh?" sahutnya sembari mengendus aroma tubuh istrinya.

"Sejauh ini mereka tidak mendekatiku"

"Aku tau. Tapi mata mereka terus mengikuti kemana pun kamu bergerak, sweetheart"

"Tau darimana?"

"Apa aku sudah bercerita tentang teman kantorku menceritakan betapa sexy-nya tubuhmu di depan wajah suaminya sendiri?" Kibum menimpalinya dengan gelengan pelan. Siwon mengukir senyum lebarnya. Dan mengusap pucuk kepala istrinya pelan.

"Apa aku sudah bercerita saat malam-malam aku pulang dengan kemeja yang berantakan dan tangan berdarah? Aku ingat bagaimana raut wajah ketakutanmu saat itu, sweetheart"

"Bukan kah kamu saat itu menolong temanmu yang dikeroyok Siwonnie?" jawabnya lugu. Siwon tersenyum sumringah mendengar jawaban istrinya.

"Aku berkelahi dengan teman sekantorku karena menceritakan betapa sexy-nya dirimu, bukan kah hanya aku yang harusnya boleh menikmati tubuhmu Kibummie?" tangan Siwon menarik pinggang Kibum semakin erat dalam dekapannya.

"Emh—apa aku harus menyalahkan dress-ku?"

"Apakah aku harus menyalahkan Choi Kibum yang terlahir secantik dan se-sexy ini heuhh?"

"Aku lelah. Aku tidur dulu Siwonnie"

"Aku kedinginan Bummie"

"Minum saja bir, tapi maksimal 2 botol saja untuk malam ini" perintah Kibum sambil mengedikkan kepalanya. Siwon terkekeh melihat sikap istrinya.

"Bukan itu. Harusnya kamu tau maksudku"

"Tidak bisa. Tidak bisa untuk minggu ini dear"

"Bukan kah seminggu yang lalu kamu menolakku karena alasan yang sama?"

"Itu hanya tameng. Sudah, aku tidur dengan Minho malam ini. Good night"

Kibum beranjak dari pangkuan Siwon yang sudah memanyunkan bibirnya, tanda kekecewaan karena hasratnya tidak tersalurkan untuk malam ini.

.

.

.

Kibum melenggang keluar dari pantry dengan membawa beberapa pesanan pengunjung, meletakkannya di meja persegi yang ada di depannya, Ryeowook yang juga waitress sama sepertinya mengusap ceceran saus yang menghiasi tepi piring dengan napkin yang terselip di celemek hitam yang menggantung di dressnya. Selanjutnya Ryeowook mengantarkan pesanan gesit sebelum pengunjung merancau.

Kibum menggenggam erat ujung celemeknya yang mulai berantakan karena sudah setengah jam berdiri mematung di pantry, mencuri waktu kerjanya untuk mendapatkan balasan pesan dari suaminya. Entah kenapa perasaannya tak tenang. Kibum kemudian memilih menelepon guna menghilangkan perasaannya yang berkecamuk. Telepon pertama tidak diangkat, telepon kedua sama halnya, dan yang ketiga sudah non aktif. Ada yang aneh… Tidak pernah sekali pun suaminya mematikan teleponnya. Setiap hari smartphonenya selalu terisi penuh, meski rapat sekali pun pasti hanya akan men-silent nada dering.

Kibum bimbang, apakah harus menghubungi temannya yang kebetulan bekerja satu devisi dengan suaminya. Apa tidak berlebihan, dan apa tidak memalukan jika ternyata dirinya menaruh rasa cemburu yang membara? Kibum menepis semua pikirannya, dan langsung menghubungi temannya.

"Hallo…" sapa suara bening yang memecah lamunan Kibum.

"Hallo. Jaejoong unnie?" ucapnya terbata.

"Iya, saya Kim Jaejoong. Berbicara dengan siapa?"

"Emhh..ini aku"

"Biar aku tebak, apa ini Kibummie-ku hah? Kibummie si cengeng itu?"

"Unnieeee…" rengeknya di seberang telepon.

"Haha…kamu tidak berubah Kibummie. Ada apa menghubungiku? Jangan bilang kamu menanyakan suamimu?"

"Benar"

"Apa yang bisa aku bantu?"

"Apa dia ada di kantor?"

"Tidak, dia keluar. Akhir-akhir ini Siwon sering keluar hingga jam makan siang usai"

"Benarkah? enghh…"

"Lets meet up Bummie,aku rindu padamu. Sejak menjadi nyonya Choi kamu sangat sulit dihubungi" desak Jaejoong lembut, tapi ada penekanan dalam pengucapannya.

"Akan ku atur. Aku akan menghubungi unnie lain kali"

"Baik lah"

.

.

.

_TBC_

FF baru datang u,u karena ide bikin FF dengan genre berbeda lagi menghiasi otak author. Semoga suka… Kali ini bakalan ada banyak cast di sini. Oh ya, untuk POV'nya kebanyakan akan diisi Kibum yah soalnya dia main cast di sini. Harap maklum…*deep bow*

So, leave your review here .