Please Stay With Me—

(Side Story of Two Faced Lovers, tapi gak nyambung-nyambung amat)

Chapter: 3/3

Disclaimer: All casts is belong to theirselves, their family and God.

Rated: T

Pair: KiHyun (Kibum x Kyuhyun), slight OneSided!SiBum

Setting: sebelum setting Two Faced Lovers dimulai

Warning: AU, OOC, Crack Pair, Miss-typos, bad-description, fluff yang fail, etc.

DON'T LIKE DON'T READ (No BASH, No FLAME)

.

.

Inspired: YUI – Please Stay With Me

.

.

~Happy Reading~

.

Kyuhyun terus berjalan menyusuri koridor sekolahnya, berusaha untuk mencari tempat yang sekiranya bisa membuatnya sedikit merasa lebih tenang. Tujuan awalnya datang ke sekolah sepagi ini sudah jelas untuk menyusul Kibum. Melihat Kibum kemarin malam jelas saja ia sangat khawatir ditambah tadi ketika ia bangun, ia sudah mendapati tempat tidur yang ditempati oleh hyungnya itu sudah kosong dan rapi. Seragam miliknya yang biasanya menggantung juga sudah tidak ada. Jadi sudah jelas kalau dia sudah pergi sekolah kan?

Dan ketika ia menemukan tempat hyungnya itu berada, ia malah melihat pemandangan yang benar-benar ingin membuatnya marah saat itu juga.

Kibum dipeluk oleh… Siwon.

Namun mengingat ia bukan siapa-siapa bagi seorang Kim Kibum, ia punya hak apa untuk merasa marah? Hubungan mereka hanya sebatas hubungan antar roommate, sunbae-hoobae atau hyung-dongsaeng. Tidak lebih. Jadi punya hak apa ia untuk merasa tidak suka kalau melihatnya berdekatan—bahkan berpelukan—dengan orang lain.

Kibum menyukai Siwon dan kalau melihat mereka tadi, sudah jelas kalau Siwon juga menyukai Kibum kan? Dan bukannya ia juga sudah tidak berharap kalau hyungnya itu akan membalas perasaannya juga—walau ia sendiri tidak pernah mengatakan perasaannya itu padanya, secara langsung tentunya.

Kyuhyun terus menaiki tangga menuju tempat teratas di sekolahnya. Atap.

Yah, mungkin itu bisa menjadi satu-satunya tempat baginya untuk melupakan hal yang baru saja dilihatnya itu, walau sebenarnya sangat sulit mengingat ia melihat hal itu dengan sangat jelas.

Ia duduk di tepi atap, sementara kedua tangannya mencengkram pagar kawat pembatas. Diperhatikannya lapangan depan sekolahnya yang masih lengang, hanya satu-dua siswa yang terlihat berjalan memasuki wilayah sekolah. Hal yang wajar, mengingat ini sebenarnya masih terlalu pagi untuk memulai sekolah.

Pikirannya kembali melayang pada sosok seorang Kim Kibum. Orang yang sudah mencuri hatinya sejak awal mereka bertemu—walau pertemuan mereka bukan pertemuan yang diawali dengan sesuatu yang manis, tapi terkesan memalukan malah.

Kyuhyun mengacak rambutnya—frustasi. Ia memang sudah mengatakan perasaannya pada Kibum, tapi itu ia lakukan ketika hyungnya itu sedang tertidur jadi tidak mungkin kan kalau orang itu mendengar ucapannya. Ia juga sudah tidak lagi berharap kalau hyungnya itu juga akan memiliki perasaan yang sama dengannya. Kejadian beberapa saat yang lalu sudah cukup ia jadikan bukti kalau selamanya, ia tidak akan pernah bisa memiliki namja yang selalu terlihat dingin itu.

Kyuhyun menghela nafasnya. Heran dengan dirinya sendiri, ia tidak tahu kalau mencintai seseorang itu bisa begini merepotkan—apalagi kalau orang yang ia cintai justru mencintai orang lain, dan lebih menyakitkan lagi ketika orang yang dicintai oleh orang yang ia cintai itu juga memiliki perasaan yang sama, kesempatan untuknya itu sudah jelas hanya tinggal nol koma sekian persen. Sisanya, berharaplah ada keajaiban yang akan terjadi.

Ia teringat ketika ia masih menjalin hubungan dengan Lee Sungmin, namja yang sempat menjadi namjachingunya itu walau akhirnya mereka putus karena Sungmin pindah ke luar negeri. Hubungan mereka biasa saja, tidak sampai membuat dirinya merasa frustasi seperti ini.

Lama Kyuhyun diam di atap, tak disadarinya sepasang iris gelap berbingkai kacamata persegi tengah menatapnya dengan sendu. Hal yang sangat langka, mengingat ia jarang menunjukkan emosi di wajahnya kecuali wajah datarnya. Detik berikutnya ia melangkahkan kakinya perlahan—tanpa menimbulkan suara—menjauhi tempat itu sebelum Kyuhyun menyadari keberadaannya.

-0-

Kyuhyun berjalan menuju kantin sekolahnya dengan langkah gontai. Ia tidak masuk ke kelas sejak pagi tadi dan malah memilih untuk tidur di ruang kesehatan. Dengan pikirannya yang galau seperti ini, sudah jelas keberadaannya di kelas juga percuma. Toh ia hanya perlu membaca ulang materi hari ini dari buku mengingat kemampuan otaknya memang tidak bisa diremehkan.

Matanya beredar mencari tempat kosong yang bisa didudukinya. Sebenarnya tak ada niat untuk makan, ia hanya sekedar berpindah tempat karena guru kesehatan menyuruhnya untuk masuk kelas setelah istirahat siang berakhir. Namun, sekali lagi, berhubung pikirannya sedang tidak bisa diajak kompromi untuk setidaknya duduk diam di kelasnya sendiri, ia memutuskan untuk tidak akan masuk ke kelas sampai hari ini berakhir.

"Kyunnie~"

Tatapannya kini beralih ke arah suara tinggi—yang memekakkan telinga—yang baru saja memanggilnya dengan… panggilan yang cukup memalukan. Namun mengingat namja satu ini tidak akan mendengarkan protesnya, jadi kelihatannya ia akan sedikit berpasrah diri kalau namja yang lebih muda darinya beberapa hari itu memanggilnya dengan sebuatan itu.

Kedua matanya agak terbelalak ketika didapatinya kalau Changmin tidak duduk sendiri, melainkan bersama dengan Kibum. Namun, bukan Kyuhyun namanya kalau ia memutuskan untuk kabur—walau tindakannya tadi pagi masuk kategori melarikan diri—ia berjalan mendekati tempat mereka duduk.

PLAK!

"Aww, kau ini kenapa sih?" Changmin merengut kesal sambil memegangi kepalanya yang baru saja terkena pukulan awesome dari tangan kurus Kyuhyun. Tidak menyakitkan sebenarnya, karena Kyuhyun memang tidak menggunakan tenaganya sedikit pun. Namun tetap saja, itu cukup membuatnya terganggu.

"Kan sudah kubilang jangan memanggilku dengan sebutan begitu, memalukan, babo." Kyuhyun mengambil tempat di sebelah Changmin.

Kibum mengangkat kepalanya yang menunduk, terlihat sekali kalau ia baru saja membaca buku. Iris gelap di balik kacamatanya menatap kedua dongsaengnya yang sekelas itu. "Kurasa panggilan itu cocok untukmu. Terdengar manis, sama seperti wajahmu."

Kyuhyun tersentak mendengar ucapan Kibum. Rona merah seketika terlihat di wajahnya, tidak cukup terlihat tapi tetap saja ia bisa merasakan kalau wajahnya kini tengah memanas. Beruntung Changmin tidak melihatnya, karena ia sibuk menyetujui ucapan Kibum sambil perhatiannya terfokus pada makanannya.

Manis? Oh, ia jadi tidak keberatan dipanggil dengan panggilan seperti itu oleh Kibum—asal jangan oleh namja kelebihan tinggi badan itu.

Dan berkat satu kata dari Kibum itu, Kyuhyun sedikit bisa melupakan kejadian yang cukup membuatnya merasa sakit tadi pagi.

-0-

Kyuhyun melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah, ingin segera sampai di kamarnya. Ia tidak jadi melaksanakan niatnya untuk membolos hingga hari ini berakhir, karena ia baru sadar kalau setelah jam istirahat berakhir, pelajaran berikutnya adalah matematika. Mata pelajaran yang paling dicintainya sekaligus yang paling dibenci oleh Yesung.

Dan bersyukurlah ia, setidaknya berkat 'kekasihnya' itu—selain PSPnya tentu saja—ia bisa sedikit mengalihkan pikirannya dari hal-hal yang belakangan ini membuatnya frustasi. Walau itu tetap tidak akan mengubah kenyataan kalau dirinya menyukai Kibum dan Kibum malah menyukai Siwon—yang sepertinya dibalas juga oleh namja kelewat sempurna itu. Bahkan mungkin mereka sudah berpacaran kini.

"Kyuhyun-ah?"

Sebuah suara alto menghentikan langkah kakinya. Suara yang sangat dikenalnya, karena selama dua hari terakhir ini terus memenuhi pikirannya. Kyuhyun membalikkan badannya, dilihatnya Kibum kini tengah berjalan mendekatinya. Di tangannya tergenggam sebuah buku yang cukup tebal. Kelihatannya hyung yang satu ini rajin sekali berkencan dengan buku.

"Ne, hyung?"

"Mau menemaniku?"

Kyuhyun melongo mendengar ajakan Kibum itu. Ia tidak salah dengar kan? Kibum mengajaknya pergi ke suatu tempat entah apa itu, hanya berdua saja kan?

"Kyuhyun-ah, kau mendengarku?"

Namja berkulit pucat itu tersentak dari pemikirannya. Ditatapnya Kibum yang masih menunggu jawaban darinya.

"Kalau kau tidak mau aku tidak akan memaksamu."

"Eh? A-ani, hyung. Bukan itu… aku… hanya… ah, lupakan saja. Memangnya kau mau kemana?"

"Jalan-jalan. Aku agak bosan diam di asrama. Yah, itu juga kalau kau mau menemaniku sih."

Kyuhyun tersenyum lebar—sangat lebar, hingga tanpa sadar malah menunjukkan sisi manisnya, membuat Kibum sedikit terperangah menatapnya. Entahlah, rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hatinya melihat senyum lebar bak seorang anak kecil yang masih polos itu—walau ia tidak sepolos kelihatannya mengingat Yesung pernah bercerita padanya kalau sepupunya, Kyuhyun, itu adalah orang paling menyebalkan yang pernah ia temui.

Yah, rasanya seperti ia tidak ingin kehilangan senyum itu dan hanya berharap kalau senyum itu hanya ditujukan untuknya.

"Yah, kurasa... tidak ada salahnya sih, hyung."

Kibum tersenyum mendengar jawaban Kyuhyun. Dan kali ini gantian Kyuhyun yang terperangah melihatnya. Baru kali ini ia melihat Kibum tersenyum seperti itu—dan senyum itu ditujukan hanya kepadanya saat ini.

"Kajja, ayo ikut aku."

Dan berikutnya Kibum menarik tangan Kyuhyun, menyuruhnya untuk mengikutinya. Sementara Kyuhyun yang melihat tangannya kini digenggam oleh Kibum hanya bisa berjalan sambil menundukkan kepalanya, berharap semoga rona merah di wajahnya yang sudah memanas itu tidak akan semakin terlihat jelas—walau mustahil mengingat hal yang membuatnya seperti itu adalah genggaman tangan hyungnya itu pada lengannya, dan berharap semoga ketika Kibum menoleh ke arahnya, rona merah itu sudah menghilang entah kemana. Tentu saja Kibum tidak akan melepaskan genggamannya itu karena bagi dirinya sendiri, tanpa disadarinya ia merasa nyaman dengan itu.

Benar, jauh lebih nyaman daripada ketika Siwon memeluknya tadi pagi.

-0-

Kyuhyun dan Kibum hanya duduk diam di salah satu bangku taman. Kibum, seperti biasa, melakukan hobinya yaitu membaca buku—entah apa, mengingat judul yang tertulis di covernya itu berbahasa Inggris dan sudah jelas Kyuhyun tidak akan mau menanyakan lebih lanjut mengenai buku itu mengingat dirinya benar-benar lemah dalam subjek itu. Sementara Kyuhyun, seperti kebiasaannya ketika ia sedang bosan, ia hanya memainkan PSPnya yang beruntungnya ia bawa.

Ia tidak menyangka kalau Kibum akan membawanya ke taman—hal yang sebenarnya membuatnya mengernyit heran. Ayolah, masa ia diajak pergi untuk kemudian didiamkan selama beberapa puluh menit seperti itu karena hyungnya itu punya hobi yang sangat menyebalkan? Kenapa tidak sekalian saja hyungnya yang dingin itu pacaran dengan buku? Rasanya mereka bisa cocok.

Kyuhyun menekan keypadnya dengan sangat keras—terlihat sekali sebenarnya ia agak kesal juga dengan keadaan mereka ini. Tahu begini ia lebih baik pulang saja ke asrama daripada harus terjebak dalam hening yang amit-amit begini.

Dialihkannya pandangannya ke sekeliling taman. Sebenarnya ia cukup suka dengan suasana taman ini, ditambah juga dengan eksteriornya dimana menara jam yang tidak terlalu tinggi berada di tengah lokasi taman. Rasanya benar-benar bisa membuatnya sedikit tenang. Tapi, HANYA sedikit. Kalau saja hyung di sampingnya ini tidak mengabaikannya dengan membaca buku, mungkin ia akan semakin menikmati suasana tempat ini. Kalau begini sebenarnya untuk apa Kibum mengajaknya untuk menemani dirinya di sini? Bahkan diabaikan oleh Yesung saja masih jauh lebih mending.

Kyuhyun semakin menekan keypadnya dengan lebih keras, tidak mempedulikan kalau perbuatannya itu bisa saja merusak 'soulmate'nya itu.

"Kyuhyuh-ah, kau kan tidak perlu menekan keypadnya sekuat itu. Mau merusaknya? Daripada melakukan hal bodoh begitu, kenapa tidak kau berikan saja PSPmu itu padaku?"

Tek.

Kyuhyun mendongakkan kepalanya, dilihatnya Kibum masih membaca buku di tangannya namun seulas senyum—atau mungkin lebih tepat disebut cengiran iblis—muncul di wajahnya.

Melihat itu, Kyuhyun langsung memalingkan mukanya. Tidak menyangka kalau Kibum sedari tadi memperhatikan tingkahnya.

"Hmph—" Kibum kini menutup mulutnya dengan buku miliknya yang masih terbuka sambil melihat ke arah lain. Kalau saja ia tidak ingat dengan imagenya sendiri, mungkin ia kini sudah tertawa terbahak-bahak melihat wajah Kyuhyun yang menurutnya sangat lucu itu.

Mendengar Kibum yang terlihat seperti akan menertawakannya, Kyuhyun semakin merengut. "Ya, hyung! Kalau mau menertawakanku kenapa tidak sekalian saja yang keras, buat aku sekalian malu saja."

"Hmph, mian, Kyuhyun-ah. Aku tidak bermaksud begitu, hanya saja... jujur wajahmu yang merengut kesal waktu memainkan PSPmu itu benar-benar membuatku ingin tertawa." Kibum menundukkan badannya, kentara sekali kalau ia benar-benar sulit untuk menahan tawanya.

Kyuhyun semakin kesal mendengar ucapan hyungnya itu. Kalau begini ia jadi merasa dipermainkan olehnya.

"Apa kau benar-benar berpikir kalau aku mengabaikanmu, hm?" tanya Kibum, ketika ia sudah berhasil menahan tawanya.

"Itu… habisnya hyung malah membaca buku saja, tahu begini aku kan lebih baik pulang ke asrama."

"Oh… kau tidak suka pergi denganku?" tanya Kibum, sepasang iris gelapnya memandang ke kedua mata Kyuhyun dengan intens.

"Itu…" Ditatap begitu, jujur saja dilihat seperti itu entah kenapa membuatnya sedikit merasa ragu untuk mengeluarkan jawabannya. Bohong kalau ia mengatakan bahwa dirinya tidak senang diajak pergi oleh orang yang dicintainya itu. Namun… melihat Kibum dan Siwon yang tadi pagi berpelukan, jujur saja membuatnya tidak ingin berada di dekatnya untuk beberapa saat.

"Benar kan?" kini Kibum menutup bukunya dan meletakkannya di sampingnya. Kedua iris gelapnya kini melihat menara jam yang kini sudah menunjukkan jam lima sore. "Ayo pulang, ini sudah terlalu sore."

Kibum memasukkan buku miliknya ke dalam tas, berikutnya ia menarik tangan Kyuhyun untuk segera mengikutinya. Melihat Kyuhyun yang hanya diam seperti itu, entah kenapa ia sedikit merasa kecewa. Karena walau bagaimanapun, itu seperti membenarkan kesimpulan kalau sebenarnya Kyuhyun memang tidak suka pergi dengannya. Ini bahkan jauh lebih membuatnya kecewa dibandingkan ketika ia melihat Siwon berdekatan dengan orang lain—

—apa sebenarnya ia justru mulai menyukai namja yang lebih muda satu tahun darinya itu?

-0-

Kibum dan Kyuhyun tiba di asrama ketika waktu menunjukkan pukul setengah enam sore. Jarak taman itu dengan asrama sebenarnya tidak terlalu jauh namun karena langkah mereka yang terlalu pelan, membuat mereka butuh waktu lama untuk sampai di asrama.

Yesung yang sedang berada di ruang tengah bersama seorang namja yang terlihat cantik—atau sebut saja Kim Heechul—dan seorang namja bertubuh jangkung—atau panggil saja Tan Hankyung—langsung mengalihkan pandangannya yang tadinya menatap bosan dua namja yang merupakan teman sekelasnya itu—yang sedang bermesraan—ke arah pintu. Dilihatnya Kibum yang tengah berjalan sambil menarik tangan Kyuhyun.

Ia mengangkat alisnya melihat pemandangan itu. Berpikir kalau mereka mungkin saja sudah berpacaran. Namun melihat wajah keduanya yang tidak menunjukkan apa-apa, ia langsung membuang kesimpulan itu.

Belum sempat Yesung menanyakan sesuatu pada mereka berdua, Kibum yang melepaskan genggamannya pada Kyuhyun langsung menghampiri Heechul. "Hyung, boleh aku… bicara denganmu?"

Heechul mengerutkan alisnya, namun berikutnya ia menganggukkan kepalanya. "Ne, kajja, kita ke kamarku. Tidak apa-apa kan, Hannie?"

Dan Hankyung hanya tersenyum, mengisyaratkan kalau ia tidak keberatan dengan hal itu. Berikutnya, Heechul dan Kibum sudah menghilang di balik tangga, meninggalkan Yesung dan Hankyung yang menatap Kyuhyun dengan tatapan heran.

"Jadi… bisa kau jelaskan padaku apa yang sedang terjadi di antara kalian?" tanya Yesung, kedua tangannya terlipat di depan dadanya sementara iris gelapnya menatap tajam ke arah Kyuhyun layaknya seorang penegak hukum yang sedang menginterogasi para pernjahat.

"Aku saja bingung dengannya hari ini."

"Eh?"

"Tadi pagi ia meninggalkanku ke sekolah. Waktu pulang ia menarik tanganku dan memintaku untuk menemaninya pergi yang ternyata berujung ke taman. Setelahnya ia malah menggangguku dengan kata-katanya sampai ia tidak bisa menahan tawanya. Dan berikutnya ia langsung mengajakku pulang." Kyuhyuh menceritakan kronologis kejadian hari ini pada hyungdeulnya itu, namun beberapa kejadian seperti pelukan Siwon pada Kibum atau pertanyaan Kibum tadi yang sulit untuk ia jawab tadi tidak ia ceritakan sama sekali.

Kedua namja itu seketika melotot mendengar cerita Kyuhyun. "Mwo? Tertawa katamu? Memangnya bisa ya?"

Kyuhyun menatap heran keduanya. "Ya, bisalah, hyung. Dia kan manusia, masa tidak bisa tertawa sih."

"Maksud kami, Kyuhyun-ah. Kibum-ah itu orang yang sangat jarang tersenyum dan dia hanya bisa tersenyum pada beberapa orang saja, tapi kau sudah membuatnya tertawa. Itu kan terasa aneh." Hankyung menjelaskan dengan nada suara lembut, jauh berbeda dengan Yesung yang kelihatannya akan mengeluarkan nada songongnya.

"He? Kok bisa sih?"

Yesung menggeplak kepala Kyuhyun dengan gulungan kertas yang ia bawa. "Ya mana kami tahu, babo."

-0-

Kibum duduk di tepi tempat tidur milik Hankyung. Sementara Heechul duduk di tepi tempat tidurnya sendiri, sambil memeluk bantalnya.

"Jadi… mau membicarakan apa?"

Kibum menghela nafasnya perlahan sambil menundukkan wajahnya, terlihat ragu dengan apa yang akan diucapkannya. Namun, merasa kalau semakin lama ia membenamkan masalah itu dalam pikirannya malah akan membuatnya semakin merasa terganggu, ia pun mendongakkan kepalanya. Ditatapnya wajah hyung yang sudah ia anggap kakaknya itu—yang kini tengah menanti kalimat yang akan diucapkannya.

"Hyung…"

"Ne…"

"Dulu aku pernah bilang kalau aku menyukai Siwon-hyung kan?"

Heechul menganggukkan kepalanya.

"Kalau misalnya... aku sudah menyatakan perasaanku padanya, lalu ia menolakku, aku harus bagaimana?"

"Masih belum selesai kan?" Tanya Heechul yang sebenarnya terdengar agak aneh, mengingat itu tidak menjawab sedikitpun pertanyaan Kibum sebelumnya.

"Maksud, hyung?"

"Ceritamu belum selesai, karena aku tahu masih ada lanjutannya kan?"

Kibum terdiam mendengar ucapan Heechul, tidak menyangka kalau apa yang diucapkann oleh Heechul itu ada benarnya. Memang, setelah itu banyak kejadian yang terjadi, namun sejujurnya ia cukup sulit untuk menceritakannya.

"Lagipula... itu bukan pengandaian kan? Kau… memang mengalaminya, bukan?"

Kibum semakin tidak bisa mengeluarkan suaranya. Sungguh, ucapan hyungnya ini benar-benar tepat sasaran dan tidak ada satu pun yang meleset. Bagaimana mungkin orang yang terlihat cuek begini justru malah yang paling memahami keadaannya.

"Dari mana… hyung tahu?"

"Dari matamu. Sudahlah, kalau kau tidak mau menceritakannya juga tidak masalah."

"Ani, hyung. Aku harus menceritakannya karena aku tidak ingin merasa terganggu dengan pemikiranku yang mulai terasa aneh ini."

Kibum menghela nafasnya perlahan, sementara Heechul menantinya dengan sabar. Hanya pada Kibum ia bisa terlihat sabar seperti ini, karena bagaimana pun namja manis di hadapannya ini sudah ia anggap seperti dongsaeng kandungnya sendiri. Dengan orang lain, jangan harap ia akan bersikap lembut.

"Apa kau kecewa waktu Siwon menolakmu?"

Kibum diam sambil menatap ke arah Heechul yang juga tengah menatap ke arahnya. Kecewa? Jelas lah. Namun itu tidak berlarut hingga berhari-hari, hanya dalam waktu semalam saja ia sudah bisa sedikit menenangkan dirinya. Apa sebenarnya ia tidak benar-benar serius menyukai Siwon?

Yang membuatnya merasa galau justru pernyataan cinta Kyuhyun yang bahkan membuatnya menghindari Kyuhyun pagi tadi. Harusnya ia tidak punya perasaan apapun pada hoobaenya itu, lantas kenapa ia bisa merasa kalut hanya karena itu?

"Aku tidak tahu, hyung. Jujur saja, aku memang kecewa, tapi entah kenapa aku tidak terlalu memikirkannya. Yang mengganggu pikiranku justru…"

"Hm?"

"…ketika aku mulai bisa menerima kenyataan kalau Siwon-hyung menolakku, ada orang lain yang bilang kalau ia mencintaiku, tanpa ia tahu kalau aku sebenarnya mendengar semua ucapannya. Apa yang harus kulakukan, hyung?"

"Siapa?"

"Eh?"

"Siapa orang yang kau maksud di bagian akhir?"

Kibum menelan ludahnya. "Kyuhyun-ah…"

Mendengar itu, seketika Heechul langsung melotot. "Mwo? Maknae super nyolot dan gak sopan itu?"

Kibum mengerutkan alisnya. Ia tidak tahu kalau hyungnya ini mengenal Kyuhyun—apalagi sebutannya itu. Apa mereka sudah saling mengenal sejak lama?

"Jadi… hyung? Aku harus bagaimana?"

Heechul menghela nafasnya. Walau sebenarnya ia tidak rela juga kalau sampai seorang namja bernama Cho Kyuhyun yang notabenenya adalah orang yang berada dalam daftar nomor satunya untuk digaplok kepalanya dalam setiap kesempatan itu menyukai Kim Kibum yang notabenenya adalah namja yang paling ia sayangi—sebagai adik tentunya.

"Perasaanmu pada Kyu bagaimana?"

Kibum diam sambil menundukkan kepalanya. "Aku tidak tahu, hyung. Waktu tadi aku dipeluk oleh Siwon-hyung di perpustakaan dan Kyuhyun-ah melihatnya, entah kenapa jauh di dalam hatiku aku malah tidak ingin Kyuhyun-ah melihatnya. Lalu waktu aku melihatnya di atap dengan wajah frustasi, tanpa sadar aku malah merasa sakit melihatnya. Dan waktu tadi aku bersamanya di taman, aku malah jadi tidak bisa menahan diriku untuk tertawa. Aku ini kenapa sih hyung?"

Hechul tersenyum mendengar jawaban itu. "Tanpa harus kau tanyakan padaku, sebenarnya sejak awal kau sudah menemukan jawabannya. Ah, ngomong-ngomong, kenapa Kuda itu memelukmu?"

"Dia memintaku menjadi namjachingunya."

"Mwo? Setelah menolakmu, dia malah memintamu menjadi namjachingunya? Lalu jawabanmu?"

"Aku belum menjawabnya, hyung. Kukatakan kalau aku butuh waktu untuk memikirkannya."

"Kalau kau yang sebelumnya pasti akan langsung menerima permintaan itu. Kali ini apa yang membuatmu ragu melakukannya?"

"Itu..." Kibum diam, ia tidak tahu harus mengucapkan apa. Jujur saja, ia makin merasa dipojokkan saat ini oleh ucapan hyungnya yang selalu tepat sasaran ini.

Heechul tersenyum melihat dongsaengnya itu diam, ia berjalan ke tempat Kibum duduk dan memeluk tubuhnya. "Tanpa kau sadari justru ada setitik cinta lain yang membuatmu ragu, karena itu kau tidak langsung mengiyakan permintaan kuda itu. Kini semuanya tergantung padamu, apa kau akan lebih memilih cinta lamamu atau sebuah cinta lain yang kini tengah menunggumu."

Kibum menatap Heechul yang kini tengah tersenyum padanya. Jarang-jarang ia bisa melihat hyungnya itu tersenyum seperti ini. Rasanya julukan Cinderella itu sebenarnya tidak ada salahnya juga ditujukan padanya.

"Gomawo, hyung. Kurasa aku tahu apa yang harus kulakukan sekarang."

-0-

Kibum berjalan menuju lantai dua. Didatanginya kamar bernomor 29B, lalu mengetuknya perlahan. Beberapa detik kemudian, suara langkah kaki disusul suara kunci yang diputar dan pintu yang terbuka menyapa pendengarannya.

"KIbum-ah?"

"Siwon -hyung, boleh kita bicara?"

"Tentu."

"Mengenai permintaanmu tadi pagi…"

"Kau menolaknya?" potong Siwon.

Kibum menelan ludahnya, ia menganggukkan kepalanya dengan berat.

"Sudah kuduga."

Kibum mendongakkan kepalanya. Bukan sorot kekecewaan yang dilihatnya di wajah Siwon, tapi malah tatapan hangatnya yang biasa.

"Pasti karena anak yang tadi pagi memergoki kita sedang berpelukan itu kan?"

Kibum memilih untuk tidak menjawab atau bereaksi apapun. Namun, Siwon tahu kalau itu memang benar.

"Aku tidak keberatan dengan apapun yang kau pilih karena itu hakmu untuk menentukannya. Kalau kau bahagia dengan pilihanmu, maka aku pun akan turut berbahagia. Walau begitu... kita tetap teman kan?" Siwon tersenyum lembut. Ia memang tidak menyesali hal ini, karena jujur saja, baginya Kibum itu memang sosok yang akan selalu ia anggap sebagai teman dekatnya.

Kibum membalas senyum Siwon, sebelum kemudian membungkukkan badannya. "Ne, gomawo, hyung. Dan... mianhae."

"Gwaenchana, Kibummie..."

-0-

Kyuhyun masih duduk di ruang tengah bersama dua hyungnya yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri itu. Yesung yang sedang mendengarkan musik melalui headphonenya lalu Hankyung yang sedang sibuk dengan ponselnya. Ia meraih PSPnya, namun sebelum ia sempat menyalakannya, dilihatnya Kibum tengah berjalan ke arahnya.

"Kyuhyun-ah, bisa kita bicara?"

Yesung dan Hankyung yang mendengar suara alto seketika mendongakkan kepalanya, lalu serentak mengalihkan pandangannya pada Kyuhyun dengan tatapan penuh tanya, dan hanya dibalas dengan bahu yang diangkat dari seorang Cho Kyuhyun.

"Ne, hyung." Dan Kyuhyun pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Kibum, merasa kalau terlalu lama di tempat ini kebaboan dua hyungnya itu bisa menular padanya.

Kibum berjalan menaiki tangga diikuti oleh Kyuhyun di belakangnya. Keduanya berhenti di depan pintu kamar mereka sebelum akhirnya memasuki kamar yang sudah tidak dihuni sejak pagi itu.

Kyuhyun meletakkan tasnya yang memang sejak tadi tidak ia simpan di atas meja belajarnya, sebelum kemudian membalikkan badannya dan menatap hyungnya itu. "Jadi, hyung... kau mau bicara apa?"

"Kyuhyun-ah, apa kau tahu kalau aku menyukai Siwon-hyung?"

Kyuhyun menelan ludahnya dengan berat. Ia tidak menyangka kalau ia akan ditanya hal ini. Jujur saja, ia bahkan tidak mau mengingat hal ini karena ini hanya akan membuatnya merasa sakit saja. Namun, bukan Kyuhyun namanya kalau ia menjadi pengecut hanya karena ini, maka dari itu ia hanya menganggukkan kepalanya.

Kibum tersenyum sendu melihat itu. "Apa kau tahu juga kalau aku sudah menyatakan perasaanku padanya lalu ia menolakku dan besok paginya ia malah memintaku untuk menjadi namjachingunya?"

Kyuhyun melotot mendengar itu. Jujur ia baru pertama kali mendengar hal ini. Dan seketika ia menggelengkan kepalanya. "Lalu... jawaban hyung?"

"Aku menolaknya."

"Eh? Tapi bukannya hyung menyukainya?"

Heran. Jelas saja, padahal sudah jelas Kibum menyukai Siwon lalu kenapa ia malah menolaknya ketika ia diminta untuk menjadi namjachingu namja kelewat perfect itu?

"Entahlah, aku sendiri juga bingung. Dan apa kau tahu apa yang membuatku jadi ragu dengan perasaanku sendiri terhadap Siwon-hyung?"

Dan untuk kedua kalinya, Kyuhyun kembali menggelengkan kepalanya.

Melihat itu, Kibum menyunggingkan senyum lebarnya sambil berjalan mendekat ke arah Kyuhyun. Kyuhyun yang melihat senyum Kibum itu seketika merona. Muncul semburat merah muda di pipinya yang pucat. Baru kali ini ia melihat senyum itu muncul di wajah hyungnya yang biasanya berwajah dingin itu. Dan jujur saja, hal ini justru ingin membuatnya benar-benar ingi memiliki hyungnya itu. Memiliki senyum itu hanya untuknya.

"Yang membuatku ragu itu adalah... ucapan seseorang yang mengatakan kalau ia mencintaiku ketika aku sedang tertidur— ani, lebih tepatnya ketika aku sedang pura-pura tidur."

Mendengar itu, kedua mata Kyuhyun seketika membulat, karena ia tahu benar apa yang sedang dimaksud oleh hyungnya itu. Sudah jelas lah dirinya sendiri lah yang dimaksud itu.

"Dan sejak saat itu, aku malah jadi ragu dengan perasaanku sendiri. Apa aku memang benar-benar menyukai Siwon-hyung atau justru menyukai orang lain." Kibum melirik Kyuhyun sambil melepas kacamatanya. Kini ia berada tepat di hadapan Kyuhyun yang kini memalingkan wajahnya dari dirinya.

Berada di posisi yang sebenarnya terlalu dekat ini sebenarnya membuat Kyuhyun gugup. Ia bingung dengan apa yang sebenarnya tengah direncanakan oleh sang hyung dengan mengatakan itu padanya.

"Kyuhyun-ah, tatap mata orang yang sedang mengajakmu bicara ini."

Kyuhyun menelan ludahnya ragu. Nada suara yang digunakan oleh hyungnya itu memang terkesan biasa saja, namun di saat yang sama justru mengandung tekanan yang begitu mengintimidasi.

Kibum memegang kedua pipi Kyuhyun dengan kedua tangannya, karena dilihatnya Kyuhyun masih juga belum menatap ke arahnya. Dan tanpa diduga, hanya dalam hitungan detik, jarak mereka benar-benar tereliminasi dengan menyatunya kedua bibir mereka.

Seketika kedua mata Kyuhyun melebar, kaget dengan perlakuan hyungnya ini. Namun di sisi lain, ia justru senang.

Beberapa detik mereka hanya saling menempelkan bibir mereka, hingga akhirnya Kibum mulai melumat bibir Kyuhyun dan membelainya dengan lembut menggunakan lidahnya. Kedua tangannya memegang kedua sisi wajah Kyuhyun, mengantisipasi kalau-kalau Kyuhyun berniat untuk berontak, walau sebenarnya itu percuma saja mengingat Kyuhyun justru merasa senang dengan hal ini.

Tak mendapat respon yang diharapkan, Kibum menggigit bibir bagian bawah Kyuhyun sedikit keras, membuat sang pemilik tanpa sadar malah membuka mulutnya disertai dengan erangan tertahan. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, Kibum langsung memasukkan lidahnya dan mulai menelusuri seluruh rongga hangat milik Kyuhyun itu.

"Hmh…"

Erangan tertahan terdengar dari mulut Kyuhyun, yang tanpa disadarinya mulai mengalungkan tangannya di leher namja yang lebih pendek darinya itu.

Lidah Kibum tidak berhenti di situ, ia mulai menautkan lidahnya dengan lidah Kyuhyun, mengajaknya untuk 'bermain'. Kyuhyun membalas itu dengan pasif, namun berselang sekian lama akhirnya ia mulai mengikuti permainan lidah hyungnya itu, walau tetap Kibum yang terus mendominasi.

Suara erangan tertahan terdengar dari mulut keduanya, sebelum kemudian kebutuhan akan oksigen memaksa mereka untuk melepas ciuman yang sebenarnya cukup mereka nikmati.

"Hhh… hhh…" Kyuhyun menarik nafasnya dalam-dalam, wajahnya sudah sangat memerah, membuat Kibum mau tidak mau hanya bisa tersenyum lebar.

"H-hyung? Yang tadi itu… maksudnya apa?"

"Ayolah, masa kau tidak mengerti sih? Kupikir kau itu pintar."

"I-itu..."

"Perlu kujelaskan?" Kibum terdiam sejenak sambil mendorong tubuh Kyuhyun hingga keduanya terbaring di ranjang milik Kibum dengan Kibum berada di posisi atas menindih Kyuhyun. "Bagaimana kalau kukatakan kalau aku mencintaimu dan menginginkanmu untuk bersamaku?"

Mendengar itu, Kyuhyun hanya bisa melotot. Senang namun di sisi lain juga tidak percaya. Ia hanya khawatir hyungnya itu tengah mempermainkan dirinya. "J-jangan bercanda, hyung…"

"Aish, untuk apa aku bercanda dalam urusan seperti ini? Kau tahu, di dunia ini orang pertama yang berhasil membuatku jadi frustasi sampai harus terlihat out of character ini baru kau saja, dan kau masih menganggapku main-main?"

Kyuhyun masih diam, tidak berniat untuk membantah atau mengiyakan lagi.

"Apa aku harus menunjukkan keseriusanku?"

"He? Caranya?"

"Dengan ini mungkin?" Kibum menenggelamkan kepalanya di leher Kyuhyun dan mulai menjilatinya perlahan, menimbulkan rasa geli bagi Kyuhyun yang hanya bisa menggigit bibirnya, berusaha menahan agar ia tidak mengeluarkan desahan.

"Atau ini?" Dan berikutnya, Kibum mulai menggigiti leher Kyuhyun dengan sangat perlahan lalu menghisapnya.

"A… I-iya, hyung. A-aku percaya… hentikan ini."

Kibum mengangkat kepalanya dari leher Kyuhyun dan menatap wajah Kyuhyun yang sudah benar-benar memerah.

"K-kalau kau sungguh-sungguh, katakan sekali lagi…"

"Hee?"

"Itu... katakan kalau kau... mencintaiku..." Kyuhyun benar-benar ingin menutup wajahnya dengan tangan kalau saja kedua tangannya tidak ditahan di samping tubuhnya oleh Kibum. Sungguh, dari mana tubuh yang jauh lebih kecil darinya itu memiliki tenaga untuk menahannya.

"Hm? Berapa kali pun kau memintanya atau bahkan tanpa kau pinta sekalipun dengan senang hati aku akan mengatakannya. Saranghae, Kyuhyun-ah... ah, ani, Kyunnie~"

"Mwo? Aish, hyung, jangan memanggilku seperti itu!"

"Wae? Sudah kubilang kan kalau kau terdengar manis dipanggil seperti itu."

Wajah Kyuhyun semakin memerah mendengar itu. "Aish, terserah hyung…"

"Jadi… jawabanmu…?" Tanya Kibum sambil mengusap pipi Kyuhyun dengan lembut.

"Kau sudah tahu apa jawabanku, hyung…"

"Hm? Tapi aku ingin mendengar langsung dari mulutmu, bukan ketika aku sedang pura-pura tidur… Kyunnie~"

"Aish, kau merepotkan saja, hyung…" Kyuhyun menarik wajah Kibum mendekat ke arahnya dan mencium bibirnya sekilas. "Ne, nado saranghae, hyung…"

"Gomawo, chagiya~"

Dan Kibum pun memeluk Kyuhyun dengan erat, seolah tidak ingin kehilangan dirinya. Setidaknya mulai saat ini mereka sudah saling memiliki satu sama lain. Dan itu jauh lebih menyenangkan daripada ketika mereka bersama dengan orang-orang yang dulu pernah singgah di kehidupan mereka.

.

.

.

"Ngomong-ngomong, Kyu…"

"Ne?"

"Bisa kau turunkan tinggi badanmu? Rasanya aku jadi seperti memeluk tiang listrik."

"YA! HYUNG! Jangan mengejekku! Kau saja yang terlalu pendek dariku, harusnya aku yang jadi seme kalau begini!"

"Yah, coba saja. Itu juga kalau kau bisa mendominasiku di tempat tidur~"

"ARGH, TERSERAH HYUNG!"

.

.

.

Di Kamar Sebelah

"Hannie, mereka berisik." Kata Heechul sambil menutup kedua telinganya.

"Hm? Mau membuat suara mereka tidak terdengar?" Tanya Hankyung sambil meletakkan ponselnya di atas meja belajar, lalu mendekat ke arah Heechul.

"Eh?"

"Ayo lakukan 'itu'."

Dan sebuah bantal terlempar tepat ke kepala Hankyung.

"CHINA OLENG, SEJAK KAPAN KAU JADI PERVERT BEGINI, HEH?"

.

END—

.

a/n: hari terakhir liburan dan saya memutuskan untuk update chapter terakhir sebelum nantinya saya jadi males ngelanjutin, dan dengan adanya adegan gaje yang terakhir, maka telah diputuskan kalau side story berikutnya adalah HanChul. :D

Terima kasih untuk yang selama ini mendukung fic ini hingga akhirnya bisa saya tamatkan, walau bagian akhirnya KiHyun itu bener-bener bikin saya harus nahan diri sebelum berubah rate. =.=a

Oke, bales review~

Resza mochi: sejak akhir chapter kemarin Kibum emang udah mulai ada rasa sama Kyuhyun, makanya dia jadi ragu. :D Oke, udah update, chingu. Gomawo reviewnya~ XD

MilMilk203407: Saya gak macem-macem tuh. =,=v Udah saya bikim mereka bersatu tuh.

Kim 'Nyx' Eunjung: mian, ini yang jadi semenya Kibum. :( gomawo udah review, semoga aja next saya bisa bikin KyuBum... kalau gak males. XD #plak

Blakyuline: Iya, saya lebih gak nyangka lagi kalau ini juga bakalan ending. XD #plak Di sini Kyuppa gak dicuekin kok, saya capek dua chapter Kyuppa dicuekin terus sama Kibum-oppa. =.=

Jung Ryuhee: Gomawo... Yang uke di sini Kyuhyun. :D Oke, udah update, chingu. Gomawo reviewnya. :D

: Saya susah bikin Kyu nangis, jadinya bikin Kyu super uke aja deh. -.- #plak IYAP, Ini udah ending, gomawo reviewnya. XD

Lady Hee Hee: Yang dipilih pun akhirnya Kyu. -.-d Gomawo udah review, chingu. :D

Fujo-tan: Sekalian aja kerasukan bang Antonio biar jadinya cinta tomat jadinya Kibum-oppa buat aku. XD #plak Di sini gak ganggu kok, malah berkesan kayak tukang ngasih solusi(?) =.=d Yah, kakekku dibawa kabur. -.- *digeplak pake penggorengan Yao*

minIRZANTI: Saya aja pengen ngegeplak kepala Kyuhyun, untung aja udah diwakilin sama Yesung. =.=d #duagh Iya, udah diupdate kok, jadinya awesome kan. Xp #plak

RistaMbum: Gapapa kok, tapi gomawo untuk reviewnya. :D Kibum akhirnya jadi sama Kyuhyun kok.

Ika . zordick: gapapa kok, kalau saya gak digituin, biasanya saya males ngelanjutin nulis sih. X3 Ya, yang ini chapter terakhir. :D

Aul: Kibum suka Siwon dan Kyuhyun suka Kibum, sementara Siwon entah suka siapa. -.- #hah Tapi berakhir dengan Kyuhyun suka Kibum sebaliknya juga. :D

KyuKi Yanagishita: Eh? Emang awalnya bikin ngakak ya? O.o Iya, saya juga pengen ngegetok mereka berdua kok. -.- *lah terus kenapa malah bikin deskrip yang itu* #plak Di sini HanChul udah keluar walau super gaje. -..-a Nah, masalahnya saya gak kebayang bikin Kyuhyun nangis, di story yang lain mungkin bisa kali ya. #lah YeRy-nya udah update juga kok. Bareng sama yang ini. =3= Yup, boleh kok, asal jangan dipanggil yang aneh-aneh. XD #plak

Oke, dengan begini "PLEASE STAY WITH ME" akhirnya berakhir, kalau ada yang mau sekuel atau sejenisnya silakan request, tapi belum tentu saya penuhi dalam waktu dekat. XD #plak Pair terserah kalian~ #lah

Yah, dengan begini, saya ucapkan: SEE YOU ON THE OTHER STORY. :D

.

Sign

RIN—