Je Suis De Retour

Diclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : Sasuke x Naruto | Neji x Gaara | Deidara x Sasori | Naruto x Gaara | Naruto x Sasori

Rate : M

Genre : Romance | Crime | Mistery | Bloody

Warning : OOC | OC | Typo | Yaoi | Dark Naruto, Gaara, dan Sasori | Disini kulit Naruto berwarna putih pucat.

Don't Like, Don't Read.

.

.

.

Setelah mereka meletakan kertas yang berisi kalimat yang diketik itu, ketiga lelaki misterius itu memandang kotak itu dengan tatapan datar.

"Polisi memang bodoh, kami telah membunuh berulang kali.. tapi, tetap saja para polisi itu tidak pernah bisa menangkap kami, untuk apa ada polisi didunia ini kalau menangkap kami saja tidak bisa, cih payah!" celetuk salah satu lelaki yang memandang remeh kotak yang berisikan organ-organ korban yang telah mereka potong.

Sedangkan lelaki yang lain hanya memperlihatkan seringai dingin yang mengerikan.

"Ayo kita kembali," kata pemuda yang lainnya sambil membawa karung yang berisi bukti-bukti yang ada.

"Baiklah," balas kedua lelaki itu singkat.

Lalu mereka berjalan menuju mobil mereka, dan melajukan mobil itu dengan sangat kencang.

xxx

Di sebuah sekolah terkenal yang bernama Konoha International School sedang dipenuhi isak tangis yang menggema di seluruh lorong koridor sekolah. Tentu saja mereka menangis karena mendengar berita kematian Pain, Sakon, dan Haku yang terbunuh dengan tragis. Siapapun yang melihat keadaan mereka, pasti akan menangis karena tidak tega melihat ketiga orang yang pernah menjadi murid disini bisa mati dengan mengenaskan seperti itu. Ya.. walaupun tidak semuanya yang menangisi kematian ketiga pria itu.

Sasuke, Neji, dan Deidara yang mendengar berita itu pun turut sedih, "Siapa yang membunuh mereka, un?" celetuk seorang lelaki berambut pirang panjang kepada salah satu temannya.

"Bukannya kalian? Kalian 'kan Traitor?" sindir seorang lelaki bertato segitiga terbalik berwarna merah di kedua pipinya.

"Tentu saja tidak," balas Sasuke yang merasa kesal karena Traitor dituduh membunuh Pain, Sakon, dan Haku.

Neji mengangguk membenarkan perkataan Sasuke, "Hei, walaupun kami pembunuh, tapi kami akan membunuh orang dengan alasan yang jelas, sedangkan masalah pembunuhan ini, kami tidak mempunyai alasan untuk membunuh mereka! Mereka 'kan juga teman kami!" kata Neji sedikit kesal.

"Tapi kata-kata yang tertulis di kertas itu sangat mengerikan!" balas Lee sambil menatap tajam para Traitor.

Sasuke mendengus kesal.

Neji melipat tangannya di depan dada.

Sedangkan, Deidara memutar kedua bola matanya, "Saat kami membunuh, kami tidak akan pernah mengirim surat seperti itu, un! Apalagi menyimpan organ tubuh disebuah kotak, itu mengerikan, un!" kata Deidara kesal.

Mereka itu pembunuh tapi Deidara malah bilang mengerikan, sepertinya diantara anggota Traitor, hanya Deidara yang mempunyai sedikit rasa kemanusiaan.

"Hn, benar kata Deidara." Ucap Sasuke, dan Neji membenarkan perkataan teman pirangnya.

Lalu, munculah tiga orang pemuda terpopuler di sekolah ini yang sedang berjalan dengan santai di sepanjang koridor sekolah, menghiraukan isak tangis yang menggema diseluruh penjuru sekolah.

Dengan wajah datarnya, mereka memasuki kelas.

"Hei! Apa kalian tau kalau Pain, Haku, dan Sakon telah dibunuh dengan sadis!" tanya Kiba.

Naruto, Gaara, dan Sasori saling berpandangan bingung, "Terbunuh?"

Lee mengangguk dengan antusias, "Huum, terbunuh! Astaga, kalian tidak mengetahuinya? Berita kematian mereka sudah beredar di televisi! Mereka dibunuh dengan sadis, dan orang yang pertama kali mengetahui kematian mereka menemukan kotak dan kertas yang berisi perkataan mengerikan! Kertas yang berisi perkataan mengerikan itu di copy banyak agar orang-orang dapat mengetahui betapa sadisnya orang.. err.. yang mungkin bisa disebut 'binatang' itu membunuh Pain, Sakon, dan Haku!" kata Lee menjelaskan dengan panjang lebar sehingga membuat Naruto, Gaara, dan Sasori malas mendengarnya.

'Dia bilang apa? Binatang? Dasar, pagi-pagi sudah berisik, ditambah lagi lelaki beralis tebal ini berbicara panjang lebar, ck merepotkan!'

Batin Naruto, Gaara, dan Sasori bersamaan yang tanpa mereka sadari telah meminjam perkataan yang sering gunakan oleh Shikamaru.

"Ung!" Kiba ikut menganggukan kepalanya, "Ini kertasnya!" kata Kiba sambil menyerahkan kertas berisikan kata-kata ancaman ke mereka bertiga.

Mereka mengambil kertas itu dan membacanya dengan wajah datar.

"Siapa yang membunuh mereka?" tanya Sasori dengan nada datar.

Kiba menghela napas, "Kami tidak tau. Katanya, saat Traitor membunuh, mereka tidak membunuh korbannya dengan sangat sadis seperti ini, mereka juga membunuh dengan alasan yang jelas, karena Traitor.. mereka masih mempunyai hati." Jawab Kiba sambil menyilangkan kedua tangannya.

Naruto mendengus mendengarnya, lalu ia melirik Sasuke, "Bisa saja, kan? Buktinya ia pernah–hampir membunuh orang yang tidak bersalah sekalipun," celetuk Naruto dengan sinis, "Dan.. mereka hampir membunuh orang tanpa alasan yang jelas," lanjutnya dengan sinis.

Sasuke yang merasa tersindir langsung berjalan kearah Naruto, melihat Sasuke mendekat kearahnya, refleks tubuhnya mundur.

Melihat itu Sasuke menyeringai, ia tetap berjalan, sedangkan Naruto terus mundur sehingga punggungnya menabrak dinding yang ada di belakangnya.

Sekarang, Sasuke berada tepat di hadapannya, dengan seringai yang menurut Naruto sangat menyebalkan itu.

"Menyindirku, eh?" bisiknya sambil menjilat telinga Naruto, sehingga membuat Naruto bergidik geli.

Naruto tidak tau kenapa, seharusnya ia mendorong Sasuke, tapi.. tidak tau kenapa ia merasa sekujur tubuhnya lemas saat ia bertatapan dengan mata Onyx itu.

Sasuke menyeringai, dan mengunci tubuh Naruto dengan tubuhnya. Sehingga anak-anak yang melihatnya langsung melotot.

"Minggir," kata Naruto dengan nada dingin.

"Kalau aku tidak mau?"

"Ap–"

Perkataan Naruto terpotong karena adanya bibir lembut yang melumat bibirnya yang dingin, mata Naruto terbelalak lebar saat ia menyadari pemilik bibir ini.

"Empphh.. empphh!" Naruto meronta dalam kuncian tubuh Sasuke, Naruto tau ia pasti kuat mendorong pemuda sialan ini, tapi kenapa tubuhnya sekarang lemas?

Sasuke terus melumat bibir itu tanpa menghiraukan sepasang mata Emerald dan Hazel yang melihat adegan ini dengan kecemburan yang meluap.

Karena tidak tahan lagi, dengan sekuat tenaga Naruto mendorong tubuh Sasuke hingga bibir mereka saling terlepas dan..

BUK

"Fuck!"

Naruto meninju pipi Sasuke dengan keras sehingga tubuh Sasuke mundur kebelakang.

"Akh.. shit!" umpat Sasuke sambil mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah dengan punggung tangannya.

"Sasuke!" dengan segera, Deidara dan Neji menolong pemuda tersebut.

Dengan tatapan mata yang sangat dingin, Naruto berkata, "Jangan berbuat macam-macam, Uchiha!"

Para pemilik rambut merah itu menyeringai senang saat melihat Sasuke yang terluka akibat Naruto.

Kiba mendengus, "Sudah-sudah! Apaan sih kalian! Di dalam keadaan yang penuh duka ini, kalian malah bertengkar!"

"Hn,"

Lalu terdengar suara yang berasa dari Speaker sekolah, "Semuanya, harap ke aula sekolah sekarang, karena disana kita akan berdoa bersama,"

"Hah.. ya sudah lah, yuk kita ke aula," ajak Kiba sambil berjalan menuju aula..

"Oke!"

"Un!"

"Hn,"

.. yang diikuti Lee, Sasuke, Naruto, Neji, Gaara, Deidara, dan Sasori.

xxx

Seluruh murid di sekolah ini telah berkumpul di aula yang besar ini, dan tentu saja aula ini sekarang dipenuhi manusia-manusia yang menyebalkan–bagi Naruto.

Seorang wanita berambut pirang panjang berjalan menuju kedepan aula, langsung saja murid-murid disana mengalihkan pandangannya untuk melihat kepala sekolah yang sangat mereka hormati itu, ya.. mereka semua sangat menghormati Senju Tsunade–kecuali Naruto, Gaara, dan Sasori tentunya.

"Kita berada disini, untuk memberitahukan kematian yang sangat tidak pernah kita duga yang dialami oleh teman kita, Pain, Sakon, dan Haku." Kata Tsunade memulai pembicaraan.

Anak-anak yang mendengar itu sontak menundukan kepalanya untuk menyembunyikan air mata mereka.

Tsunade menggigit bibir bawahnya, "Kemarin malam, mereka terbunuh dengan tragis. Kami hanya memiliki kenangan terakhir yang diberikan oleh sang pembunuh yang sangat tidak berkeprimanusiaan itu berupa jantung, bola mata, usus, dan jari-jari mereka," lanjutnya berusaha menahan tangis.

Sedangkan Naruto, Gaara, dan Sasori hanya menatap malas seorang perempuan tua yang maniak sake sedang menahan tangis di depan aula sana.

Air mata yang sedari tadi ditahan Tsunade akhirnya mengalir, "Baiklah, sekarang tundukkan kepala kalian dan berdoa," perintah Tsunade sambil menundukkan kepalanya diikuti seluruh murid yang berada di aula itu.

Mereka berdoa dengan tangisan dan isakan. Tapi, tanpa disadari mereka semua, diantara mereka ada ketiga orang yang sedang tertunduk dengan bahu bergetar, bukan menangis.. tetapi mereka sedang menyeringai mengerikan dengan tawa tanpa suara.

Setelah mereka berdoa, mereka segera meninggalkan aula itu.

'Siapa pembunuh yang berani membunuh teman-temanku? Sialan!'

Batin Sasuke yang masih tidak terima dengan kematian teman-temannya.

"Aku tau kalian belum dapat menerimanya, kan? Tapi kalian harus mengikhlaskan mereka agar mereka tenang di alam sana," ucap Kiba yang berusaha menenangkan Sasuke, Neji, dan Deidara yang sedang tertunduk sambil mengepalkan kedua tangannya.

Mereka bertiga mendongkakkan kepalanya sehingga memperlihatkan wajah mereka yang sangat dingin, "Kami akan mencari orang yang telah membunuh teman-teman kami, kami tidak terima!" geram mereka bertiga dengan nada suara yang dingin, sehingga membuat orang-orang yang berada disekitarnya bergidik ngeri.

xxx

Diatap sekolah yang sepi, angin berhembus dengan lembut sehingga rambut pemuda pirang itu bergoyang. Kelopak mata putih pucatnya tertutup sehingga menyembunyikan iris mata yang seindah Ocean.

Ia menghela napas, lalu kembali membuka matanya. Ia menyentuh bibir yang beberapa menit yang lalu di cium oleh Sasuke.

DEG

Semburat merah yang sangat tipis muncul di pipi Naruto.

Perlahan, senyuman tipis terlihat di wajah Naruto.

Ia pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, saat ia masih tinggal di New York.

Tetapi, perlahan senyuman tipis itu memudar saat ia mengingat mantan kekasihnya.

"Achlys.." gumam Naruto lirih.

Pikirannya melayang saat ia masih bersama mantan kekasihnya itu.

Flashback

Malam yang indah di kota New York, United States. Malam ini begitu romantis bagi orang-orang yang memiliki pasangan, banyak sepasang kekasih yang berlalu lalang dikota ini dan menampilkan kemesraannya. Sama dengan lelaki yang berambut pirang bernama Naruto dan gadis berambut putih yang bernama Achlys.

Naruto sedang berjalan-jalan sambil menggandeng tangan kekasihnya, dengan senyum tipis di wajahnya. Raut wajahnya tampak bahagia, sama seperti Achlys walaupun tidak sepenuhnya bahagia.

"Kamu mau membawaku kemana, Naruto?" tanya Achlys dengan suara lembutnya yang memecahkan keheningan yang sedari tadi melanda sepasang kekasih ini.

"..Ke suatu tempat," jawab Naruto singkat, yang membuat Achlys semakin penasaran.

"Tapi, kemana?" tanya Achlys lagi.

Tiba-tiba sebuah tangan putih dan pucat menutupi iris mata Azure-nya, dan tentu saja perlakuan itu membuat Achlys terkejut.

"Eh? Kenapa mataku ditutup?" protesnya.

Naruto terkekeh kecil, "Shh.. kau diam saja, nanti kau juga akan mengetahuinya," jawab Naruto dengan nada lembut yang membuat Achlys tersenyum dengan sedikt rona merah di wajahnya.

Dengan mata yang ditutup, Naruto membawa kekasihnya kesuatu tempat yang tidak pernah diketahui orang lain, ya.. bisa dibilang Naruto sendirilah yang merancang tempatnya.

Sesampai di tempat yang dimaksud, Naruto melepas telapak tangan yang menutupi mata kekasihnya, "Buka matamu," perintah Naruto dengan suara datar.

Achlys membuka kelopak matanya menampilkan iris mata Azure yang terbelalak takjub.

Ia melihat tempat yang sangat indah, dengan beberapa lantera di langitnya, disekitar tempatnya dengan Naruto terdapat bunga Lily putih yang sangat indah.

Dengan bunga Bleeding Heart yang mengelilingi pagar, serta bunga Blue Bells dan Foxglove yang berada disudut-sudut tempat ini. Sungguh, tempat ini sangat indah dan romantis, bahkan sulit untuk mendekripsikan tempat ini.

"A–astaga indah sekali.." gumam Achlys yang takjub dengan tempat yang sangat romatins ini.

Mendengar gumaman kekasihnya, Naruto tersenyum, "Kau menyukainya?" tanyanya dengan lembut.

Achyls mengangguk dengan antusias.

"Tentu, aku sangat menyukainya. Tempat ini, kau yang merancangnya?"

"Hn, tempat ini aku yang merancangnya. Ini adalah tempat yang selalu aku kunjungi saat aku mempunyai banyak masalah, karena tempat ini membuatku tenang. Tempat ini kunamakan 'Praecordia'," jwab Naruto sambil tersenyum tulus, sehingga pipi Achlys sedikit merona.

Achlys tersenyum manis, "Terima kasih, ini adalah hal terindah yang belum pernah kulihat," ucap Achlys tulus.

"Ya, sama-sama." Balas Naruto sambil melingkarkan tangannya di pinggang ramping kekasihnya.

"I Love You," bisik Naruto tempat di telinga kekasihnya.

"Love You Too," balas Achlys sambil tersenyum dipaksakan yang tentu saja tak dapat dilihat oleh Naruto.

'Benarkah? Tapi, kenapa matamu berkata lain? Setiap aku menelusuri matamu, aku selalu melihat kebohongan. Achlys.. apa yang telah kau sembunyikan?'

Batin Naruto yang masih belum paham dengan kekasihnya.

'Naruto.. aku sangat senang dengan semua ini. Tapi, aku kasihan padamu, karena semua yang kita jalani adalah kepalsuan, aku tidak pernah mencintaimu.. aku mencintai orang lain, Naruto.. maaf..' batin Achlys yang merasa bersalah karena telah membohongi Naruto.

Flashback End

Naruto menghela napasnya saat ia mengingat kenangan itu, ia mengepalkan kedua telapak tangannya dengan erat sehingga membuat buku-buku jarinya memutih, "Jadi semua itu bohong, cinta memang tidak ada di dunia ini. Aku sangat tidak percaya dengan cinta!" gumam Naruto dengan nada dingin yang penuh kebencian. Lalu, ia berbalik dan berjalan menuju pintu.

Ia membuka pintu dan..

BRAK

..menutupnya dengan kasar.

Tanpa disadarinya, ada seorang lelaki bermata Onyx sedang memperhatikan dan mendengar perkataan Naruto dari kejauhan.

xxx

Tidak tau kenapa, sedari tadi pemuda berambut pirang ini selalu mengingat sosok perempuan berambut putih dan bermata Azure yang telah mengkhianatinya. Dan itu membuat Naruto sangat kacau, dan mengamuk di dalam kamarnya.

"ARGGH! Dasar perempuan sialan!"

BUK!

Teriak Naruto sambil meninju dinding kamarnya hingga retak, sehingga tangannya berdarah dan bengkak. Memang itu yang ia ingin kan saat ini.

Ia terdiam sejenak, mencoba menikmati darah yang mengalir disela-sela jarinya.

Merasa cukup ia menikmati rasa sakit ini, ia berjalan menuju kotak obat dan mengambil beberapa obat dan perban untuk mengobati tangannya.

Lalu ia mengobati lukanya dengan obat yang ia ambil.

Ia menahan sensasi perih dengan menggigit bibir bawahnya sehingga membuat bibir itu berdarah.

Lalu ia menutupi lukanya dengan perban yang ia ambil, dan menghiraukan darah yang terus mengalir dari sela-sela bibir merah cherry-nya.

Merasa cukup, ia menaruh obat-obat itu di dalam kotak obat.

Naruto bangkit dari ranjangnya, lalu berjalan menuju pintu untuk menemui kedua sahabatnya.

Bahkan ia lupa mengobati darah yang masih keluar dari sela-sela bibirnya.

Ia membuka pintu kamarnya, dan berjalan menuruni tangga.

Di ruang tengah, terlihat dua orang pemuda berambut merah yang sedang menonton televisi, segera saja Naruto menghampiri keduanya dan duduk di antara mereka.

Gaara dan Sasori langsung menoleh, dan menatap Naruto dengan pandangan menyelidik. Karena mereka merasa ada sesuatu yang aneh.

'Itu tangannya kenapa?' batin Gaara saat melihat sela-sela jari Naruto yang terbalut perban, dan itu membuat Gaara sangat khawatir.

'Itu bibirnya kenapa? Kok berdarah?' batin Sasori saat melihat sela-sela bibir Naruto yang terdapat darah.

"Naru, tangan kiri kamu kenapa? Kenapa sela-sela jarinya di perban?" tanya Gaara dengan raut wajah khawatir.

Naruto terdiam tak menjawab.

"Iya Nar, bibir kamu kenapa berdarah?" tanya Sasori dengan wajah polos.

Mereka memang sangat OOC saat mereka sedang berada dirumah, atau sedang bersama-sama.

Naruto yang mendengar kata-kata Sasori sedikit terkejut dan langsung mengusap bibirnya dengan punggung tangannya, "Aku tidak apa-apa, kok." Kata Naruto berusaha membuat kedua sahabatnya tidak khawatir.

Gaara mengernyitkan dahinya. "Nar, kamu kenapa? Bibirmu kenapa berdarah? Dan.. tanganmu kenapa?" tanya Gaara bertubi-tubi dengan kekhawatiran tercetak jelas di wajahnya.

Sedangkan Sasori malah cengo mendengar Gaara yang sangat OOC itu.

'Ini anak kenapa?'

Sasori mulai membatin–yang tidak sadar kalau dirinya juga terlihat OOC dengan wajah cengo-nya.

Ck, dasar aneh.

"Ini–"

"Kau habis melakukan apa, Naruto! Tangan dan bibirmu terluka! Lihat, tanganmu saja lukanya belum mengering!" potong Gaara yang membuat Sasori semakin cengo mendengarnya.

"Aku–"

"Aku khawatir!" potong Gaara spontan dengan suara keras, sehingga membuat Sasori melotot mendengarnya.

Hening.

"Eh? Kenapa kalian diam?" tanya Gaara yang merasa tidak ada tanggapan dari kedua sahabatnya.

Melihat Naruto yang manatapnya aneh, dan Sasori dengan ekspresi melotot dan cengo, Gaara langsung tersadar dengan ucapannya.

BLUSH

'Aku khawatir!'

'Aku khawatir!'

'Aku khawatir!'

Perkataan itu terus menggema di kepalanya, sehingga membuat wajah Gaara sangat merah.

Tapi, bukan Gaara namanya kalau ia tidak bisa menyembunyikan rasa malunya, dengan kembali memasang wajah stoic-nya, ia berbicara, "Ehm, lupakan perkataanku tadi," ucap Gaara dengan wajah stoic-nya.

Sasori yang tersadar dengan ekspresinya yang buruk, langsung mengembalikan wajah stoic-nya lagi, "Hn,"

Sedangkan Naruto?

Naruto yang memang tidak peka, memandang kedua sahabatnya dengan tatapan heran.

'Mereka.. kenapa?'

.

.

.

TBC

Terimakasih untuk nine, Schein Mond, hana-chan, Lucchiiiie siie Fujoshiie Uueey, MoodMaker, dan Guest yang telah memberikanku review^^

Hehe akhirnya saya update :D maaf ya klo updatenya lama-_-

Maaf kalau ceritanya semakin gaje, aneh, banyak typo, dan banyak kesalahan, jadi saya minta kritik dan sarannya^^

Maaf kalau pembunuhan yg saya buat di chp sebelumnya kurang sadis T_T

Lemon ya? Tp saya ga janji ya, krn saya ga bisa bkin lemon=.=

Untuk crita ini, saya tidak menerima Flame kecuali Flame yang membangun^^

Terimakasih utk yg sudah mau mereview fict-fict ku yang lain^^

Gimana? Mau di lanjut? Klo ga ada yg review, ga jd lanjut T_T

Saya tunggu review nya :D