~SELAMAT MEMBACA~


"Anda benar-benar tidak memiliki perasaan," ucap seseorang sambil menggebrak meja. "Bagaimana bisa anda menyuruh anak saya memata-matai sang pembelot penyembah ular itu! Saya akan kesana."

"Kushina, hentikan! Kau sedang mengandung. Kekuatanmu tak mencukupi," ucap Tsunade berusaha menghalangi anak murid kesayaangannya.

"Anda sama sekali tak membantu. Biarkan saya tetap pergi!" Kushina langsung meggunakan idᾱ untuk menghilang dari hadapan sang pemimpin Dunia Atas.

Beberapa kilasan kejadian menghampiri ingatan Tsunade membuat wanita yang biasanya selalu tampil segar ini merengut dan tercenung. Setelah semua kejadian ia malah mengorbankan murid kesayangannya . Hatinya benar-benar panas. Tentu saja ia tak mengetahui ternyata anak dari murid kesayangannya belum mendapat izin. Yang ia ketahui tugas mata-mata itu tak akan berdampak sebesar itu karena beberapa orang kepercayaannya ikut juga mendampingi tanpa diketahui. Namun ternyata semua malah berubah menjadi keadaan yang kelabu.


Line one Guru baru itu

Naruto © Masashi Kishimoto

[ | Romance & Fantasy | Alternative Universe | OOC | Slash | Shonen-ai | ]


Enam tahun pun berlalu.

Seorang pemuda memasuki sebuah yayasan sekolah. Rambutnya kuning keemasan, terlihat sedikit berantakan, wajah manis dengan bola mata berwarna biru sapphire, ia menggunakan kemeja hitam dan celana hitam senada dengan kemeja berwarna biru muda yang dihiasi dasi berwarna dongker, tak lupa sepatu kulit berwarna hitam membaluti kakinya. Setelah mata remaja itu menelusuri seluruh gedung depan sekolah itu dengan langkah pasti remaja tanggung itu memasuki halaman sekolah untuk memulai hari-harinya yang penuh rintangan baru di sana.

Beberapa kali matanya berkedip menatap sekolah itu, wajahnya yang manis itu menunjukkan keraguan yang nyata. Beberapa kali ia memundurkan langkahnya saat memasuki gerbang, namun berkali-kali juga dia mencoba untuk maju.

"Selamat datang Namikaze-sama," tegur seseorang yang suaranya tak asing baginya. 'Huh tak ada jalan untuk mundur ya?' pikirnya.


Bandana merah itu Chōte'isha Yori


"Oi.. oi... Hakate-sensei datang dalam sepuluh menit. Ayo duduk!" ucap seorang anak laki-laki yang baru masuk. Di tangannya terlihat sekumpulan kertas. "Katanya kerjakan soal-soal ini sambil menunggu kedatangannya," terang pemuda berambut hitam panjang yang selalu dikuncir ini sambil membagikan kertas yang telah ada di tangannya kepada seluruh siswa yang ada di kelas itu.

"Ck... Mendokusai...," gumamnya langsung menuju bangkunya di pojok kiri belakang begitu selesai membagikan kertas soal.

"Benarkah Shikamaru? Tumben sekali si tukang telat itu datang cepat," ucap gadis berambut pink sinis seakan-akan tak percaya. Gadis itu berjalan dengan malas menuju bangkunya.

"Ya," jawab pemuda yang dipanggil Shikamaru itu singkat kemudian menumpu wajahnya malas pada tangan kiri sambil membaca lembaran soal. Terlihat sekali kalau dia terpaksa mengerjakannya.

"Sa...sakura-chan, ano... Ja-jangan begitu. Hakate-sensei pasti si-sibuk," ucap seorang gadis manis berambut hitam sepinggul menenangkan gadis berambut pink yang telah duduk d isampingnya.

"Seperti biasa Hinata-chan, selalu baik ya," goda Sakura kalem melirik Hinata.

"Ahh, bu-bukan begitu Sakura-chan. Gomen..," sahut gadis bernama Hinata yang langsung menunduk. Wajahnya menunjukkan rona merah muda.

"Ne...ne.. Sakura," panggil gadis berambut kuning sepinggul yang dikuncir kuda. "Aku dengar kelas kita akan ada sensei baru."

"Hontou? Benarkah?" teriak gadis bercepol dua terkejut. Ia langsung menengek ke arah belakang, tempat temannya duduk. "Pria atau wanita? Ahh, aku berharap itu guru pria tampan yang muda," tanya gadis itu semangat.

"Oi Tenten, pelankan suaramu. Ini kelas, bukan aula," suara tegas pemuda berambut sepunggung dan bermata lavender terdengar dari samping gadis itu.

"Neji-kun.. kau cemburu, ya?" tanya Tenten menggoda. Ia melirik Neji sambil tertawa tertahan

"Huh... Kau terlalu berimajinasi berlebihan," ucap Neji ketus kemudian memalingkan wajahnya.

"Menurut data yang aku dapat, sensei kita itu...," ucapan Ino mengalihkan perhatian siswa di kelas namun terputus ketika seorang pria berambut perak membuka pintu.


Bandana merah itu Chōte'isha Yori


"Yo minna, ohayou," sapa pria berambut perak itu malas sambil berjalan masuk ke dalam kelas. Secara keseluruhan tak ada yang menyolok dari guru laki-laki ini. Kemeja berwarna abu-abu dipadu dengan celana panjang bahan berwarna hitam kecuali satu hal yaitu masker yang selalu pertengger di wajahnya.

"Ohayou gozaimasu, Kakashi-sensei," jawab siswa siswi itu serempak.

"Hari ini kita kedatangan guru baru lulusan University of Konoha Excelent," terang Kasashi-sensei singkat. Mendengar University of Konoha Excelent suasana kelas kembali ramai. "Hei kalian tenang dulu. Namikaze-sensei silahkan masuk."

Pandangan seluruh siswa seolah tersedot pada sosok yang berdiri pintu kelas. Sosok yang benar-benar menarik perhatian siswa di kelas itu hingga tak ada satupun diantara mereka yang bisa berkata-kata. Bisa dibilang sosok itu jauh dari harapan mereka, yang mengharapkan guru pria yang tampan dan berkarisma. Sosok itu malah terlihat seperti seumuran dengan mereka. Guru baru itu benar-benar terlihat sangat muda. Apa Kakashi-sensei tak salah membawa orang? Mungkin itu yang menjadi pertanyaan setiap orang disana. Bahkan guru baru itu terlihat agak manis. Bishohenkah?

"Oi Tenten, menurut data yang aku dapat dia baru berumur dua puluh tahun tahun lho," goda Ino melirik Tenten yang tak berkedip menatap guru baru itu.

"Ssstt diamlah Ino, kau jangan ngomong keras-keras," bisik Tenten malu-malu karena ketahuan menatap ke arah sensei baru itu intens.

Di tengah keheningan itu sebuah suara wanita memecah "Hakate-sensei... dia benar-benar guru kita?" tanya Sakura menuntut tak percaya. Tangannya disilangkan ke dada dan matanya memandang remeh ke arah guru baru itu. "Bukankah dia masih seumuran seperti kita? Jangan bercanda, baka!"

Gadis berambut bubblegum ini sepertinya memiliki sikap sedikit keras dan mungkin agak...err kurang sopan.

"Hai..hai ... Sakura," Kakashi berusaha menenangkan Sakura yang sudah mulai marah. Sebagai guru yang mengajar cukup lama kelas unggul yang satu ini, ia cukup mengenal sifat-sifat setiap orang di dalamnya. "Kau belum mendengarkan dia bicara kan? Setidaknya biarkan dia memperkenalkan diri," lanjutnya sambil menggaruk-garuk kepala. " Hah anak-anak remaja sekarang terlalu kritis," gumamnya sambil menghela nafas.

"Baiklah Namikaze-sensei, silahkan memperkenalkan dirimu," ujar Kakashi sensei sambil mendudukkan panggulnya pada kursi.

Guru yang yang sendari tadi berdiri di pintu kemudian masuk ke kelas. Selanjutnya dia mengeluarkan spidol dari tasnya dan kemudian menulis sesuatu di whiteboard. Selesai menulis sang sensei muda itu membalikkan badan menyapukan pandangannya ke seluruh kelas dan tersenyum.

"Ohayou gozaimasu, minna. Nama saya adalah Namikaze Naruto. Salam kenal!" sapa sensei muda yang ternyata bernama Naruto itu semangat. "Untuk perkenalan sebenarnya saya lebih senang menggunakan sistem tanya jawab karena saya sedikit bingung dengan apa yang akan bicarakan. Mungkin dengan teman-teman bertanya akan membuat kita lebih saling mengenal. Jadi silahkan mengacungkan tangan."

Secara mengejutkan hampir semua siswa dan siswi mengacungkan tangan Sedangkan yang tidak mengacungkan tangan hanya beberapa orang yaitu Hinata yang bingung antara apakah ia harus mengacungkan tangan atau tidak, Shikamaru yang duduk di pojok kiri sambil menguap berkali-kali dengan posisi tangan kiri masih menupang dagu, Neji yang sibuk mengerjakan soal yang diberikan Shikamaru, pemuda gendut yang sibuk mengunyah-nguyah sesuatu(?), pemuda berambut merah yang duduk di baris ketiga nomor dua dari kiri yang hanya menatap kosong ke papan tulis dan seorang pemuda yang duduk di bangku ketiga dari depan sebelah kanan. Wajahnya menghadap jendela, menunjukkan ketidak-tertarikannya terhadap apa yang terjadi di kelas.

Naruto tertegun sesaat namun kembali bibirnya kembali melengkung. "Sa~ sa~ ternyata banyak sekali yang ingin bertanya. Kalau begitu saya membatasi tiga pertanyaan. Untuk pertanyaan pertama, silahkan gadis bercepol dua yang duduk disana." Naruto menunjuk kearah kanannya, sang siswi yang duduk di dekat jendela luar. Gadis itu terlihat sangat bersemangat dengan kehadirannya sejak awal masuk.

"Na-nama saya Tenten, sensei," ucap Tenten malu-malu.

"Tenten-chan, silahkan bertanya," balas Naruto seadanya.

"Ano...," wajah Tenten memerah hingga terlihat sedikit kepulan awan di kepalanya. Berkali-kali ia menelan ludah karena merasa tenggorokannya kering. "Sensei! Se-sekarang umur anda berapa tahun!" suara Tenten yang tercekat akhirnya lepas juga. Pertanyaannya terdengar seperti teriakan yang tertahan.


Bandana merah itu Chōte'isha Yori


Semua siswa dan siswi yang berada dikelas itu langsung menatap Tenten intens.( Yah kecuali orang-orang yang cuek diatas). Dalam hati mereka masing-masing langsung mengacungkan jempol pada gadis yang ahli beladiri itu. Pertanyaan yang membebani mereka sejak awal sensei muda mereka itu masuk ke kelas mereka.

Ino langsung mengeluarkan gadget yang sepertinya berteknologi terkini dari tasnya untuk mencatat jawaban dari sang sensei. Sakura tanpa malu-malu langsung mengacungkan dua jempolnya ke arah Tenten.

Naruto terdiam sejenak dan kembali menyapukan pandangannya pada semua siswa siswi yang kini menatap tajam padanya. Ketika dia akan menjawab pertanyaan tadi Ino langsung memotong.

"Gomen, sensei. Saya tahu ini tidak tidak sopan. Sebelum anda menjawab pertanyaan..." matanya menatap Naruto tajam. "Saya harap anda juga memberi sedikit penjelasan tentang riwayat pendidikan anda. Dari penampilan anda entah mengapa saya tak yakin anda adalah seorang guru."

Kakashi memutar matanya. Dilema kelas unggul. Pikirannya melayang saat pertama kali masuk ke kelas itu. Dia saking malasnya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tak masuk akal dari siswa siswinya terpaksa ia langsung masuk ke pelajaran dan memberikan kuis yang tidak ia rencanakan. Haa~aahhh, tanpa disadarinya ia telah menghela nafas berat untuk sekian kalinya.

"Namamu?" tanya Naruto menatap Ino tanpa melepaskan lengkungan senyum dibibirnya.

"Yamanaka Ino, sensei," jawab Ino lugas.

"Terima kasih untuk pertanyaannya Tenten-chan dan Ino-chan. Saya akan menjawab pertanyaan kalian sekaligus. Tapi saya tidak suka menjawab dengan jawaban simple saja. Saya akan memberikan sedikit yah, mungkin kuis. Siapkan diri kalian. Yang bisa menjawab tanpa ragu-ragu saya akan memberi dia bonus bertanya kepada saya tiga kali."

Naruto mengedarkan senyumannya kepada seluruh kelas. Matanya tertuju pada siswa siswi yang (sepertinya) tidak tertarik terhadap semua tentang dirinya. Ia sedikit membenarkan sikap tubuhnya sebelum bersuara.

"Dengarkan baik-baik. Ini mungkin terdengar simpel tapi kecepatan dan ketepatan kalian dalam mencerna kata-kata saya, sangat dibutuhkan," Naruto menarik napas panjang. "Saya masuk sekolah dasar Konoha Elementary Private School pada umur lima tahun saya tamat setelah lima tahun pada sekolah menengah pertama di Suna Young AuBerge Wohnlich saya menyelesaikan studi dua tahun dan sekolah menengah atas Ame Briliant saya masuk ke kelas pertama dan masuk ke kelas akhir pada tahun ke dua di perguruan tinggi saya masuk kelas tahun pertama dan meluluskan beberapa pelajaran tahun kedua pada tahun kedua saya menyelesaikan mata kuliah tahun ketiga dan keempat dan pada tahun ketiga saya menyusun skripsi dan lulus. Jadi berapakah umur saya sekarang?"

Naruto langsung mengangkat tangan kirinya dan menatupkan jari telunjuk dan ibu jarinya selanjutnya memulai hitungan.

Seluruh isi kelas langsung menunjukkan wajah panik. Berusaha menghitung cepat. Suasana kelas cemas menimbulkan kesan panik. Suara riuh rendah mengisi ruang kelas.


Bandana merah itu Chōte'isha Yori


"Tujuh belas tahun," jawab Shikamaru masih dengan muka malasnya dan pemuda yang berada di bagian kanan baris ketiga bersamaan.

Kontan saja kelas yang tadinya ribut hening.

Naruto memberikan tatapan khusus pada dua orang yang telah menjawaab pertanyaannya serempak.

"Benar sekali. Wah-wah seperti yang saya janjikan masing-masing dari kalian mendapat tiga bonus pertanyaan. Hm, harus menjawab enam pertanyaan ya? Cukup banyak juga. Jadi apa yang akan kalian tanyakan emm...,"

"Shikamaru...," sambung pemuda berambut nanas itu malas.

"Uchiha Sasuke...," jawab pemuda yang duduk di bangku ketiga itu.

"Yap Shikamaru-kun dan Sasuke-kun, apa yang kalian ingin kalian tanyakan?" tanya Naruto pelan. Anak-anak satu kelas langsung menolehkan kepala mereka bergantian antara Shikamaru dan Sasuke.

"Oii baka, awas kau tidak menanyakan pertanyaan bermutu aku jambak kau setelah jam istirahat nanti," batin Ino dan Sakura menatap tajam Shikamaru yang kini menguap.

"Tidak terima kasih, saya tidak berminat untuk bertanya saat ini, sensei," jawab Shikamaru kemudian menguap.

"Hn," sahut pemuda Uchiha ini sambil menatap sebentar mata Naruto dan langsung melempar pandangannya keluar jendela.

Bola mata berwarna biru itu membulat namun ia telah menduganya.

"Eheem.." suara dehaman mengalihkan perhatian Naruto. Dia nyaris melupakan keberadaan orang itu di kelas.

"Sepertinya saya harus menginterupsi acara perkenalan kalian. Karena saya masih ada jam di kelas lain saya akan permisi dulu Namikaze-sensei," ucap Kakashi cepat kemudian mengaruk kepalanya dan segera meninggalkan ruangan. Terlihat diwajahnya ia tak ingin lama-lama tertawan dalam kondisi yang sepertinya bakal panjang ini. Jelas-jelas pemuda yang seharusnya menjadi siswanya ini sangat mampu menguasai keadaan. Keberadaannya tentu saja tak dibutuhkan.

Naruto sepertinya merasa bersalah pada guru yang baru saja keluar itu.


To Be Continue


A/n yang panjang

Ano~ Chapter-capter awal Yori reedit biar sesuai dengan gaya menulis Yori yang sekarang .

Semoga nggak mengganggu mata ya. Terima kasih buat teman-teman yang telah menunggu fic ini.


DICTIONARY

(B. Jerman)

AuBerge Wohnlich : luar biasa

(B. Jepang)

Sensei : guru

-chan : suffik yang biasa digunakan untuk orang yang dikenal/disayangi.

-kun : suffik yang biasa digunakan untuk anak laki-laki

mendokusai : menyebalkan

Onamae wa : nama kamu?

Douzo : silahkan

Ohayou : selamat pagi (non formal)

Ohayou gozaimasu (formal)

Ima : sekarang

Hajimemashte : salam kenal

Gomen : maaf


~TERIMA KASIH TELAH MAMPIR~