Disclaimer : I own nothing. Super Junior belong to their self, and 'Goodbye Days' belong to YUI. Hanya fanfic ini yang murni punya saya, Jung Hyun Hyo ^^ Don't copy without permission, please!

Cast : - Choi Siwon

- Kim Kibum

- Choi Hangeng (as appa Choi Siwon)

- Choi (Kim) Heechul (as umma Choi Siwon)
- Choi Kyuhyun (as Choi Siwon's younger brother)

- Choi Minho (as Choi Siwon's cousin)
Pair : SiBum ; KyuMin ; HanChul (pair lain mungkin menyusul ^^)

Warning : Genderswitch for uke, typo(s), OOC. So, don't like, don't read!
.

.

.

Siwon tertawa-tawa. Wajahnya merah karena mabuk. Secangkir minuman keras paling mahal di dunia –"Flawless" Christmas Cocktail– dinikmatinya perlahan setelah menegak berbotol-botol Old Rum berusia 30 tahun. Wajah Siwon menyiratkan ekspresi seakan meminum minuman dari surga –bahagia sekali. Badannya terasa hangat. Pikirannya segar. Alunan musik beat yang dihentakkan DJ membuat Siwon bersemangat. Dentingan 'cheers!' disusul dengan suara gelas beradu terdengar meriah. Ditambah dengan seorang perempuan berumur 24 tahun berambut pirang, berbadan sexy, dan berkulit tan terang yang sedang mencumbunya –yang Siwon ketahui bernama Michelle–, Siwon benar-benar merasa seperti di kahyangan.

"Hyung." sahut Choi Minho sambil menarik lengan kemeja biru Siwon. Minho menutup hidungnya –ia paling benci tempat-tempat seperti ini. Ia tidak pernah mengerti, apa enaknya mencari hiburan di tempat berisik, penuh asap rokok dan bau alkohol, dan dengan yeoja yang menggelendot manja di lenganmu dengan tujuan dompetmu yang tebal.

"Hm?" tanya Siwon sambil menoleh.

"Ayo pulang, hyung. Ahjussi sama ahjumma menunggu di rumah. Mereka bilang ada sesuatu yang ingin dibicarakan." sahut Minho sambil kembali menarik kemeja Siwon.

Siwon tertawa layaknya orang mabuk. "Look, Michelle, I want to introduce you to my beloved cousin, Choi Minho!" sahut Siwon keras sambil merangkul Minho.

'Michelle' tersenyum sambil mengelus dagu tajam Siwon. Matanya berkilat senang. Tubuhnya yang berwarna tan dipamerkan oleh two piece yang hanya menutupi dada dan bagian pribadinya bergetar –karena ia terkikik. Ia lalu naik merangkak ke atas meja bar dan mendekati Minho dengan gerakan menggoda. Minho mengernyit jijik. Ia yakin, wanita ini sama seperti wanita-wanita klub malam lainnya –mengincar dompet tebal Siwon. Kemudian 'Michelle' mengulurkan tangannya yang berkuku panjang dan runcing.

"Nice to meet you, Minhhoo," desah 'Michelle'.

Minho hanya tersenyum paksa. 'Michelle' manyun karena diacuhkan. Ia pun protes ke Siwon. "I thought Asian people was nice and warm."

Siwon hanya tertawa.

Minho tidak tahan lagi. Disambarnya dompet dan i-Phone Siwon dari meja bar, lalu ditariknya sepupu yang berusia lebih tua 3 tahun darinya itu. Siwon seketika limbung –tubuhnya belum siap untuk gerakan tiba-tiba. Minho menyeret Siwon keluar club. Siwon pasrah saja.

"Masuk hyung." sahut Minho tajam sambil melirik Montegue Blue BMW 335D-nya.

"Arra, arra. Kau galak sekali sih?" jawab Siwon sambil masuk ke mobil Minho. Kepalanya sakit. Mendadak, Siwon merasa sesuatu dari lambungnya naik ke tenggorokan dan berusaha menyembur lewat mulut. Siwon membekap mulutnya.

"Jangan coba-coba muntah di dalam sini." sahut Minho pedas sambil menyalakan mesin. Siwon hanya diam –berusaha menelan 'sesuatu' itu.

Dan tidak ada yang berbicara hingga Minho dan Siwon sampai di rumah mewah Siwon di distrik Columbia.

.

.

.

Setelah memarkirkan mobilnya di car port rumah Siwon, Minho langsung keluar dari mobil. Tidak dipedulikannya Siwon yang setengah mati berusaha berdiri dan berjalan dengan benar.

Oops. Ternyata orangtua Siwon sudah menunggu kepulangan Siwon diruang tamu. Minho langsung naik ke atas, dan orangtua Siwon mengarahkan pandangan tajam ke arah Siwon. Umma Siwon –Choi (Kim) Heechul pergi ke dapur untuk mengambil air.

Choi Hangeng menatap anak tertuanya tajam sambil menyilangkan tangan. "Bagus. Pulang dalam keadaan mabuk lagi, eh?"

Siwon tertawa. Ucapan appa-nya terdengar sangat lucu saat ini. "Aku tidak mabuk, appa. Lihat, aku masih bisa berjalan lurus." bantah Siwon sambil mendekati sofa dengan terhuyung-huyung.

"Ugh." gerutu Siwon pelan sambil menghempaskan pantatnya ke sebuah sofa single. Seharusnya ia tidak meminum Old Rum terlalu banyak. Kepalanya serasa mau meledak sekarang.

"Berapa juta dollar lagi yang kau habiskan untuk minuman keras, hah?" tanya Hangeng. Hangeng sungguh tidak habis pikir dengan anaknya yang paling tua ini. Kenapa ia suka sekali mabuk-mabukkan? Sepertinya Siwon sudah mulai kecanduan minuman beralkohol. Setiap malam ia akan berkeliling di kota padat Washington untuk mencari minuman baru.

Siwon diam. Perlahan ia mulai sadar. Ia lalu mengernyit. Kepalanya sakit.

"Minumlah." Umma Siwon muncul dari dapur dan meletakkan segelas air di depan Siwon. Dengan cepat, Siwon menyambar dan menegak gelas itu. Uf. Lebih baik.

Heechul menghela nafas. Ia lalu duduk di sebelah suaminya.

"Kau tahu, appa menyesal membiarkanmu menyentuh rak wine appa sebelum 18 tahun. Kau tidak bisa bertanggung jawab!" hardik Hangeng tegas.

"Berapa puluh tahun lagi kau akan wisuda, hah? Mau kau anggurkan berapa lama lagi kuliahmu? George Washington University itu mahal, Siwon!" lanjut Hangeng geram. Ia sudah berupaya sebaik mungkin menuruti kemauan anaknya untuk menyekolahkannya di GWU. Untung Hangeng adalah seseorang yang cukup berada, sehingga tidak sulit baginya menanggung biaya GWU yang mahal sekali. Siwon sejak kecil ingin menjadi seorang forensik, maka itu ia mengambil jurusan Crime Scene Investigation.

Hangeng semakin kesal ketika anaknya tidak menjawab –malah menunduk sambil memainkan kakinya gelisah. Namja berusia 46 tahun itu lalu menarik kerah kemeja Siwon kasar dan menampar wajah Siwon kasar.

"Hangeng!" jerit Heechul panik. Sekesal-kesalnya Hangeng pada Siwon, semarah-marahnya Hangeng pada kelakuan Siwon, ia tidak pernah memukul wajah Siwon. Paling jauh hanya membentak atau memberi Siwon hukuman. Heechul berdiri, kemudian menarik tangan Hangeng yang seperti siap menampar Siwon lagi.

Siwon diam. Sakit memang ketika appa-nya memukulnya. Setitik darah muncul di pinggir bibirnya.

Hangeng menepis tangan Heechul sambil terengah-engah. Amarahnya benar-benar sulit ia kendalikan. Hatinya sakit. "Kemas bajumu. Kau benar-benar harus aku rehabilitasi!" sahut Hangeng keras. Heechul tersentak. Siwon melotot dengan tatapan horror pada appa-nya. Rehabilitasi?

PLAK!

Hangeng kembali memukul Siwon. "Apa lagi? Masuk ke kamarmu! Kau harus sudah siap besok!" raung Hangeng marah.

Siwon menunduk. Ia tidak ingin melawan ayahnya saat ini. Ayahnya sudah tua –terlebih ia punya penyakit jantung. Siwon pasrah. Biarlah. Lagipula, ini memang salahnya. Siwon berjalan menuju anak tangga, lalu membalikkan badannya ke arah umma dan appanya dan mengangguk kecil. "Selamat malam, umma, appa."

Kemudian sosok Siwon menghilang di atas tangga.

.

.

.

"HOEK! HUEK!"

Minho menghela nafas. Suara muntahan Siwon terdengar sampai ke kamarnya. Pasti Siwon hangover. Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Minho turun dari tempat tidur dan membuka pintu. "Ahjumma.." sahut Minho pelan melihat sosok Heechul di ambang pintunya.

"Kau sudah siap untuk mengantar Siwon, Minho?" tanya Heechul dengan suara serak. Ah. Heechul pasti menangis semalaman. Matanya merah dan bengkak, juga sembap. Bibir dan wajahnya pucat.

"Nee, aku sudah siap. Aku siapkan mobil dulu ya, umma."

Setelah melemparkan senyum manis pada bibinya, Minho kemudian turun.

.

.

.

"Kemana kau akan membawaku pergi?" tanya Siwon.

Minho diam –ia pura-pura fokus menyetir.

"Minho." panggil Siwon.

Minho masih tidak mau menjawab.

"MINHO!" teriak Siwon.

"Seperti yang dikatakan ahjussi semalam. Rehabilitasi." jawab Minho tenang.

"Brengsek!" sungut Siwon sambil menendang dashboard mobil Minho. Siwon benar-benar marah. Ia kesal kepada semua orang. 'Hei, apa mabuk-mabukkan itu salah? Tidak kan? Appa juga pernah melakukannya –sering malah. Lalu kenapa aku dimarahi sampai dibawa rehabilitasi? Aku bukan pecandu alkohol!' pikir Siwon naif.

"Perhatikan kelakuanmu, hyung!" ujar Minho kesal. Siwon mendengus.

Tidak ada yang berbicara selama 5 menit. Kemudian –

"Berhenti, Minho." suruh Siwon.

"Hyung mau apa?"

"Pinggirkan mobilmu, Choi Minho!"

Minho melambatkan laju mobilnya ketika Siwon membuka jendela mobilnya. Minho melirik Siwon yang sedang menjulurkan kepalanya ke luar –dan Minho melotot. Mobil itu Minho berhentikan tiba-tiba sehingga menghasilkan suara decitan ban yang lumayan kencang.

Siwon buru-buru keluar dari mobil. Pintu mobil ia biarkan terbuka. Setengah terhuyung dan membungkuk, Siwon membekap mulutnya dan kemudian memuntahkan isi perutnya di pinggir jalan.

"Euw. Gross." komentar Minho jijik seraya memutar kedua bola matanya.

.

.

.

1 am, Florida.

Minho memarkirkan mobilnya di belakang sebuah bar bergaya Hawaii. Siwon mengernyitkan alisnya melihat suasana tempat 'rehabilitasi' itu.

"Ini? Lebih kelihatan seperti sebuah restoran daripada sebuah tempat untuk menyembuhkan 'ketergantunganku'." sahut Siwon dengan nada mengejek sambil memberi penekanan pada kata 'ketergantunganku'.

Minho mengacuhkannya –seperti yang sudah sering dilakukannya kalau Siwon mulai marah-marah dan menggerutu karena alkohol. Siwon membuka seatbeltnya kasar. Segera ia menyusul Minho yang menguap karena kelelahan menyetir.

Pasir putih nan lembut masuk menyapu permukaan kaki Siwon. Siwon bergidik, menunduk, dan menendang pasir itu kencang.

"Hai, Siwon hyung, Minho-ah!" lambai seorang namja berambut Brunette di depan bar.

Siwon mendongak. Lho?

"K-Kyuhyun?" tanya Siwon tidak percaya.

Dari jauh, Kyuhyun tertawa kecil. Ia tidak menghiraukan Minho yang masuk ke dalam bar. Kaki panjang Kyuhyun berlari mendekat ke arah Siwon. Dipeluknya hyung satu-satunya itu dengan gemas dan senang.

Siwon melongo. "Siwoon hyuuuung, aku rinduuuu ~ " rengek Kyuhyun manja.

Siwon berkedip. "Hentikan, Kyu. Jangan sampai orang-orang salah persepsi melihatmu yang memelukku dengan mesra. Aku tidak mau ada yeoja cantik yang mengira aku gay."

Kyuhyun tertawa. "Uuuh, dinginnya. Sudah sekian lama tidak bertemu dengan dongsaeng-mu yang ganteng nan jenius ini, sikapmu malah begitu, hyung. Lagipula, mana ada orang jam segini."

Siwon akhirnya tersenyum, lalu diacaknya rambut dongsaeng-nya itu gemas. Tidak pernah disangka Siwon, ternyata adiknya ada disini selama ini. Mereka berdua berjalan pelan di atas pasir putih yang cantik. "Kau ternyata bekerja dan tinggal disini ya?" tanya Siwon penasaran sambil melihat-lihat keseluruhan pantai itu. Kyuhyun menaikkan sebelah alisnya sambil menyeringai.

"Ya. Biar kutebak. Hyung bermasalah dengan minuman keras lagi. Kali ini apa hyung? Membakar diskotik atau menghamili anak orang?" tanya Kyuhyun sadis sambil merangkul Siwon.

Siwon melotot, lalu dipukulnya kepala Kyuhyun dari belakang. "Tidak baik berburuk sangka pada namja tampan. Dosa." sahut Siwon tidak terima sambil merangkul Kyuhyun.

Kyuhyun tertawa. "Bercanda, hyung. Hyung juga tidak boleh fitnah loh. Dosa!"

"Heh, maksudmu?"

"Memangnya hyung tampan?"

Siwon mendelik. Dongsaengnya ini.. Mulutnya masih tetap usil. Siwon menggelengkan kepalanya pelan.

"Kau mengelola bar?" tanya Siwon. Ia menunduk dan menendang sebuah rumah keong.

Kyuhyun mengangguk. "Aku memang mengelola bar, hyung. Tapi bar itu bukan punyaku."

Heh? "Lalu?"

"Sandbar Naple itu punya pacarku, namanya Lee Sungmin. Hei, hyung harus lihat dia! Dia cantik sekali, hyung. Manis! Aku jamin, semua namja akan bertekuk lutut di depan tampang aegyo-nya!" sahut Kyuhyun semangat. Kelihatan sekali kalau Kyuhyun ingin membanggakan yeojachingu-nya. Siwon tersenyum.

"Ah. Ada ya, yeoja yang mau sama kamu? Kasihan sekali dia." ujar Siwon usil.

"Hyung!" Kyuhyun cemberut sambil memukul pundak hyung-nya.

Siwon berhenti melangkah, lalu ia melepas rangkulannya di pundak Kyuhyun. Duh. Rasa mual itu datang lagi. Siwon kemudian menunduk. Ia tergugu –ingin muntah tapi tidak ada yang keluar.

"Hangover, hyung?" tanya Kyuhyun cemas. Siwon mengangguk.

"Gwaenchana?" tanya Kyuhyun lagi. Kali ini Siwon tidak menjawab.

Kyuhyun panik. "Ayo hyung, kau harus istirahat." sahut Kyuhyun sambil menarik lengan Siwon.

.

.

.

Siwon mengerjap. Hoh, masih gelap. Kepala Siwon serasa dihantam dengan linggis ketika kupingnya berdenging saat ia terduduk. Uh, sial. Coba saja Kyuhyun mau memberinya aspirin. Tapi Kyuhyun menolak. Kyuhyun bilang, akan berbahaya meminumkan obat ke seseorang yang darahnya baru saja diikat oleh molekul alkohol. Siwon mencibir. Ia lalu menoleh dan melihat jam digital yang terletak di meja kecil di samping tempat tidurnya. Pukul 02:07

Suara deburan ombak lembut sampai di telinga Siwon. Siwon memejamkan mata. Entah bagaimana, suara hantaman air lembut itu membuatnya rileks. Mungkin ia akan merasa lebih baik kalau menenangkan diri di tepi laut yang hening. Heh, good idea.

.

.

.

Langkah Siwon terseok. Kepalanya memang masih pusing, namun Siwon merasa lebih segar. Angin malam pantai yang dingin meniup rambutnya. Seketika ia merasa jauh lebih baik.

Tiba-tiba, seekor anjing Siberian Husky berbulu abu-abu dengan belang putih mengikutinya disampingnya. Siwon tertawa. "Halo, anjing manis! Dimana majikanmu?" tanya Siwon pelan sambil mengelus lembut kepala anjing itu.

GUK!
Dua detik kemudian, anjing itu berlari mendekati seseorang yang sedang duduk sambil membaca buku di tepi pantai. Siwon mengangkat sebelah alisnya, lalu ia putuskan untuk mendekatinya. Adakah orang normal yang mau repot-repot membaca buku di pantai pada pagi buta?

Sekitar 10 langkah lagi, Siwon bisa mendekati orang itu.

Namun langkah Siwon terhenti –dan ia terpana.

Seorang yeoja dengan balutan cardigan putih yang serius membaca buku berbayang di mata Siwon. Ia duduk bersila di atas pasir, sehingga beberapa bulir putih itu tampak menempel di paha putihnya yang mulus. Matanya terpaku lurus pada buku putih yang dibacanya –dengan bantuan kacamata kotak yang membuatnya terlihat sangat manis. Rambutnya yang bergelombang dan sehitam arang tertiup angin dengan lembut. Pancaran sinar bulan yang putih dan terang membantu Siwon menelusuri wajah yeoja itu.

Tubuhnya putih –cenderung pucat. Tangannya kecil. Di kuping kirinya ada 2 tindikan –Siwon melihatnya dengan jelas karena batu permata itu memamerkan kilatan putih nan mahalnya di bawah sinar bulan. Bola matanya coklat. Bibirnya tipis dan berwarna merah. Hidungnya agak mancung. Pipinya gembil dan bulat –chubby– dihiasi dengan rona merah.

Rasa mual yang bersarang di perut Siwon menghilang. Jantung Siwon berdegup kencang. Mukanya memanas. Hanya ada satu kata yang terlintas di benak Siwon melihat yeoja ini –CANTIK!
Dan jantung Siwon semakin berdetak tidak normal ketika yeoja itu mengelus kepala anjing di sebelah kirinya. Yeoja itu tersenyum, mencium pucuk hidung anjing Russia itu, kemudian mendongak –ketika yeoja itu merasa ia melihat sekelebat sosok yang berdiri tidak begitu jauh darinya.

Poni yeoja putih itu jatuh di depan matanya. Seraya menyibak poninya, yeoja itu memiringkan kepalanya dan tersenyum lembut ke arah Siwon. Dan, percayalah. Siwon menahan nafas melihat kecantikan yeoja itu. Jantungnya benar-benar sudah meledak sekarang –dan itu membuat tubuhnya lemas, ditambah senyuman maut yeoja itu yang menambah rasa panas yang sudah terlebih dulu menatap di wajah Siwon.

Oh Tuhan. Orang-orang diluar sana memang benar –malaikat memang kadang kita temukan di tempat yang tidak terduga.

.

.

.

A/N : Annnyeong readers ~ Another SiBum fic ^^ *dihajar karna numpuk fanfic*

Bagus kah? ^^

Ini baru prolog.. Jadi, mau diteruskan atau tidak?

Kalau tanggapannya tidak terlalu bagus, fic ini langsung berubah menjadi 'complete' ^^

Itu semua terserah anda ^^
Mind to review?