TWO Wolves

Naruto punya Kishimoto-sensei

Ada baiknya jika saya mengingatkan fic ini mengandung AU, OOC, dan juga Typo(s) ... XXD

Authour : Go Mio

Pair : SasuSaku

Genre : Romance & Humor

.


.

Karena kejadian semalam tubuh Sasuke menjadi demam, demam yang cukup tinggi. Membuat dia dilarang ibunya untuk sekolah, karna ibunya tidak bisa ambil cuti kerja hari ini, tinggalah Sasuke di rumah seorang diri. Semua penghuni rumah sudah pergi ke tempat tujuannya masing-masing.

Hanya tinggal Sakura yang belum berangkat sekolah, karena pagi ini dia bangun kesiangan gara-gara insiden semalam, gadis itu jadi sulit tidur. "Pagi ... Sasuke!" sapa Sakura dengan sedikit mengejek. "Kasihan, sakit ya? Ckck ... bibi juga nggak bisa ambil cuti sih hari ini, jadi sendirian deh di rumah!" ledek Sakura sambil menepuk-nepuk pundak Sasuke.

"Berisik," sahut Sasuke kesal dan juga jengkel. "Ini semua gara-gara kau. Andai kau tidak menunjukkan tubuhmu yang jelek itu, aku tak akan demam seperti ini."

"A-apa?" sahut Sakura kesal. "Huh! Tapi, sudahlah! Lebih baik aku menjauh darimu, nanti ketularan lagi, dadah ... aku jalan dulu ya!"

Tapi tanpa diduga Sakura, Sasuke menarik lengannya. Lalu menarik dirinya mendekat ke arah pemuda itu, mendekatkan wajahnya. Membuat Sakura kaget sekaligus berdebar-debar kebingungan dengan sikap Sasuke itu.

'Eh ... Apa yang mau dia lakukan?' pikir Sakura, wajahnya merona bisa menatap wajah Sasuke dari jarak sedekat itu.

Lalu diluar dugaan Sakura, Sasuke ... 'Hatchiimmm' bersin diwajahnya, membuat empat sudut siku langsung muncul di dahi lebarnya. Dengan sekali pukulan yang cukup keras mendarat dikepala mencuat Sasuke.

'Dasar ... kupikir mau apa dia? Dasar Uchiha menyebalkan ...' iner Sakura berteriak-teriak kesal.

.

.

Sepulang sekolah, Sakura menemukan Sasuke yang sedang tertidur di sofa dalam keadaan televisi menyala. Gadis itu berniat untuk membangunkan Sasuke, tapi diurungkannya karena melihat wajah damai Sasuke yang sedang tertidur itu. Pikir Sakura, wajah Sasuke yang seperti itu membuat pemuda itu semakin tampan. Akhirnya Sakura pun hanya mematikan televisinya saja lalu beranjak ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya dan juga meletakkan tas sekolahnya.

Setelah selesai berganti baju, Sakura berjalan menuju dapur. Berniat untuk membuatkan Sasuke bubur, sebagai tanda permintaan maaf sudah membuatnya sakit seperti itu. Saat bubur buatannya matang, suara bel rumah berdentang.

Ting tong!

Ting tong!

"Iyaaa," sahut Sakura segera mematikan kompornya dan menuangkan bubur buatannya yang sudah jadi ke dalam mangkuk. Setelah itu dia baru berjalan menghampiri pintu depan. Tapi suara bel itu terus dibunyikan dengan tidak sabar oleh si pengunjung, membuat Sakura kesal.

"Iyaa, iyaa, siapa sih?! Tidak sabaran banget!" gerutu Sakura kesal.

Klek! Sakura membukakan pintu dan munculah empat orang gadis dengan pakaian seragam yang sama dengan yang Sasuke miliki, pakaian mereka ngetat-ngetat, tiga kancing teratasnya dibuka dan roknya pun minim sekali, pendek banget. Memperlihatkan paha-paha mereka.

"Hallo! Kami teman Sasuke, kami ingin menjenguknya!" jawab salah satu gadis yang rambutnya berwarna merah dan juga mengenakan kaca mata.

"Hari ini Sasuke tidak masuk sekolah, kami jadi khawatir ... jadi kami memutuskan untuk menjenguknya," ucap gadis berambut pirang dan juga poninya yang menjutai membuat sebagian matanya tertutup.

"Maaf, tapi saat ini Sasukenya sedang tidur!" jawab Sakura.

"Wah!" ujar gadis berambut cokelat pendek kegirangan. "Mau lihat wajah tidurnya, ah! Pasti mempesona deh! Hehehe ..."

"Iya ... Iya ... aku juga mau foto ah!" ujar gadis pirang itu lagi mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.

'Eh ... gadis ini apa-apaan sih?!' pikir Sakura. 'Sekarang aku jadi mengerti, kenapa Sasuke begitu membenciku. Pasti gara-gara perempuan-peremuan ini.'

"Misi, kamu mau masuk. Mingir-mingir ..." ucap gadis berambut merah, berusaha mendorong Sakura dari pintu masuk.

"Maaf! Tolong lebih baik kalian pulang saja! Jangan ganggu Sasuke yang sedang sakit," ucap Sakura sambil mendorong gadis berambut merah itu dan langsung ingin menutup pintu. Tapi usahanya ditahan seorang gadis berambut pirang yang dari tadi hanya berdiam saja.

"Apa maksudmu?" tanya gadis pirang itu sinis. "Lagi pula kau siapa? Rasanya Sasuke itu nggak punya saudara perempuan deh?!"

"Iya ... kenapa kau bisa berada di rumah Sasuke, sih?" tanya gadis berkaca mata itu tak kalah sinisnya dengan gadis pirang tadi.

"A ... A-aku ... adalah ..." Sakura kebingungan ditanya seperti itu dengan tatapan sinis pula membuatnya jadi gugup dan juga takut.

"Dia pembantuku! Sudah sana kalian pergi!" ucap Sasuke tiba-tiba dari belakang Sakura, yang langsung menutup pintu. Membuat para gadis diluar terpana dan kaget, karena diabaikan dan diusir seperti itu akhirnya para gadis itu memutuskan untuk pulang dan meninggalkan rumah Sasuke dengan perasaan kecewa.

'Eh ... dia menolongku?!' pikir Sakura kagum dan memandang Sasuke keheranan. Tapi pemikiranya langsung berubah saat Sasuke membuka pintu dan mengusirnya keluar.

"Hei?!" ujar Sakura. "Apa yang kau lakukan? Aku, kan sudah mengusir para fansmu itu, seharusnya kau berterima kasih padaku, bukan malah mengusirku! Hei ... kepala pantat ayam, cepat buka pintunya ..." teriak Sakura tidak terima diperlakukan seperti ini, sambil menarik-narik pintu agar tidak dikunciin diluar oleh Sasuke.

Jadilah mereka seperti anak kecil yang memainkan pintu dibuka dan ditutup, Sakura yang berusaha mempertahankn pintu terbuka agara dia bisa masuk, dan Sasuke mempertahankan pintu untuk tertutup, membuat Sakura yang berusaha masuk terjepit dipintu. Wajah Sakura yang terjepit pintu menjadi aneh sekali, membuat Sasuke tertawa, tertawa lepas sampai membuat dirinya tanpa sadar membuat Sakura terpesona dengan tawanya itu.

'Ah! Senyumnya manis juga,' pikir Sakura tanpa sadar.

"Kau lihat tadi? Wajahmu itu aneh sekali, seperti wajah monster berambut pink, hahaha ..." Sasuke terus tertawa tanpa memperdulikan Sakura yang merona melihat tawanya itu.

.

.

.

Seminggu telah berlalu sejak kejadian itu, Sakura memutuskan untuk bekerja sambilan selepas pulang sekolah, di sebuah cafe pinggir kota yang letaknya tidak jauh dari sekolahnya. Bertujuan untuk mengurangi waktu bertemu dengan dua pangeran serigala itu di rumah, setiap hari dia selalu kena ejekan-ejekan yang menyakitkan dari dua pangeran menyebalkan itu.

"Selamat datang," ucap Sakura sopan, saat seorang pelanggan memasuki cafe. Lalu menuntun tamu itu menuju meja kosong. "Silahkan, ini menunya."

"Aku pesan yang minum ini saja."

"Baik, satu minuman, ada lagi?" si pelanggan menggelengkan kepalanya. Dan Sakura segera melenggang pergi ke dapur untuk memberikan pesanan menu yang ditulisnya.

"Maaf, Sakura ..." panggil seorang pria paruh baya, saat Sakura keluar dari dalam dapur.

"Ah, iya ada apa ya, pak?" tanya Sakura segera menghapiri pria itu, yang ternyata adalah manager di cafe tempatnya bekerja.

"Ini, yang bekerja di shift malam ijin untuk datang terlambat! Kamu bisa tidak untuk menggantikannya sampai dia datang?"

"Oh! Boleh saja kok pak," jawab Sakura dengan senang hati.

"Tolong ya, soalnya karyawan yang lainnya tidak bisa."

Setelah itu Sakura pun melanjutkan pekerjaanya menyambut setiap tamu yang datang dengan sopan dan juga senyuman, sampai saat pemuda yang tidak diharapkannya datang, "Selamat data-ng, eh ...?!"

'Sasuke? Mau apa dia malam-malam begini datang ke sini?!' pikir Sakura curiga. 'Apa jangan-jangan dia mengkuatirkanku ya?' tanya Sakura pada dirnya sendiri dengan pedenya.

"Hei! Aku mau pesan, lama banget sih!" ucap Sasuke dengan kasarnya saat Sakura berjalan dengan ragu mendekati pemuda itu.

'Huh! Tenrnyata memang bukan, dia hanya ingin mengganguku bekerja saja,' karena kesal Sakura memberikan menu kehadapan Sasuke dengan kasar. "Mau pesan apa?!"

"Pelayanan di cafe ini payah, pelayannya juga jelek banget! Memang tidak ada yang lain apa?"

'Rasanya aku ingin sekali menguliti, pemuda sialan ini,' pikir Sakura berusaha bersabar dengan sikap Sasuke yang seenaknya itu, nggak di rumah nggak di manapun, sikapnya tetap menyebalkan.

.

.

Selesai kerjanya, Sakura mengganti seragam kerjanya setelah itu baru dia keluar keluar setelah sebelumnya pamit dulu dengan sang manager. Saat berjalan menuju halte bisa yang letaknya tak jauh dari cafe, Sakura melihat Sasuke sedang duduk di halte sambil memainkan ponselnya.

'Ha, sedang apa dia di sana? Apa dia datang untuk menjemputku?!' Sakura mengerutkan keningnya bertanya-tanya kenapa Sasuke masih berada di sini.

"Hei, maaf membuatmu menunggu, lama ya?!" Sakura mengejutkan Sasuke, yang membuat pemuda itu segera menutup ponselnya entah apa yang ingin dia sembunyikan dari Sakura.

"Aku tidak menunggumu," jawabnya datar.

"Nah, ayo kita pulang, tuh bisanya sudah datang," ucap Sakura menarik lengan Sasuke paksa saat memasuki bis yang baru saja terbuka pintunya.

"Jangan tarik-tarik tanganku, sakit. Lepaskan!" ucapnya dengan sedikit kasar.

"Mmm ... kau tenang saja, aku janji nggak akan mengajakmu bertengkar lagi," ucap Sakura tiba-tiba setelah mereka duduk bersebelahan disalah satu bangku bis. "Aku nggak nyangka, tenrnyata kau orang yang baik, kau mau berlama-lama hanya untuk menjemputku. Terima kasih, ya!" ucap Sakura tulus. Membuat Sasuke termenung sebentar.

Setelah menempuh perjalanan sekitar sepuluh menit, tibalah mereka di depan gang apertemen Sasuke. Seturunya dari bis Sasuke menarik lengan Sakura paksa, menuju sebuah gang sempit, yang Sakura tak kenal nama jalan itu.

"Hei, Sasuke! Sakita, jangan tarik-tarik, kau kenapa sih? Pelan-pelan saja jalannya," ujar Sakura yang kaget diseret paksa Sasuke. "Lho, ini bukan jalan pulang ke apertemenkan?"

Sakura keheranan kenapa Sasuke jalan lewat sini, jalan ini Sakura belum pernah dan tidak mengenal jalan sempit ini. Dan juga jalan ini sepi tak ada orang satupun yang berlalu lalang di sini. Tiba-tiba saja Sasuke berhenti di sebuah sudut gang yang penuh dengan tong sampah dan juga berkantong-kantong sampah, membuat tempat itu mengeluarkan aroma yang tidak enak.

"Hei, selamat malam!" sapa seorang pemuda yang keluar dari sudut kegelapan gang itu, yang memperlihatkan wajahnya yang cukup seram untuk Sakura, wajah pemuda itu seperti wajah ikan, dan juga giginya yang bertaring itu seperti gigi ikan hiu. Sakura merinding melihatnya.

"Sasu ..." Sakura terhenti mengucapkan nama pemuda itu saat Sasuke mendorong paksa gadis itu kehadapan pemuda berwajah ikan. "Ke?"

"Kau lama sekali, sih pulangnya. Padahal aku sudah menunggumu dari sore juga," ucap Itachi yang muncul dari belakang Sasuke. "Makanya aku menyuruh Sasuke untuk menjemputmu ke sini."

"Wah ternyata cakep juga," pemuda berwajah ikan itu mendekat ke arah Sakura dengan seringai yang mengerikan membuat Sakura mundur beberapa langkah kebelakang. "Serius nih kita boleh main-main sama dia? Kau tidak menyesal, eh Itachi?"

"Sudah seterah kau saja mau kau apakan dia, aku sudah muak melihatnya berkeliaran di rumahku," ucap Itachi santai tanpa memperdulikan tatapan terkejut sekaligus takut Sakura. "Buat dia sampai jera!"

"Eh? Itachi ..." Sakura kaget, 'Kenapa? Kenapa Itachi tega melakukan hal ini padaku dan juga Sasuke, dia ... jadi dia menungguku hanya untuk ini? Tega, jadi kebaikannya padaku ... hanya bohong!'

Sakura ditarik paksa masuk kedalam sudut gang oleh pemuda berwajah ikan, lalu secara paksa pemuda itu melepaskan seragam sekolah yang Sakura kenakan. Sakura, gadis itu gemetar ketakutan, berusaha menghalangi pemuda itu saat membuka seragamnya dan juga air matanya mengalir begitu saja, ingin rasanya dia berteriak tapi tidak bisa, dia terlalu terkejut karena dengan teganya kakak beradik itu mencelakai dirinya.

Sasuke yang melihat Sakura menangis dan berusaha berontak dari pemuda bayarannya itu, terdorong tanpa disadarinya menarik kerah belakang kemeja yang digunakan pria berwajah ikan itu. Lalu memukul kencang wajahnya dan juga menonjok perutnya sampai pria berwajah ikan terpental membentur tong sampah dibelakangnya, membuat sampah-sampah berhamburan.

Dengan cepat Sasuke menarik tangan Sakura, lalu mencium gadis itu tepat di bibirnya. Sakura tekejut dengan sikap Sasuke yang tiba-tiba itu. "Maaf kak, aku tidak bisa melanjutkan rencana kita ini, Sakura ayo kita pulang ibu pasti sudah khawatir." Ucapnya tanpa memperdulikan Itachi yang terkejut dengan sikapnya yang tiba-tiba itu.

.

.

.

*TBC*

Akhirnya .. akhirnya Mio bisa melanjutkan fic ini.

Yap bagaimana? Silahkan tinggalkan review nya ya!

Salam Go Mio ^^