PUZZLE

Pair : WonKyu, HaeBum, HanChul

Genre : Romance, family

Disclaimer : All is belong to God, Super Junior belong to Elf

Warning : miss typos, OOC, YAOI (Except Heechul female), fast chennel, bad language, etc.

.

.

::[]::

PUZZLE

By JojoHye

::[]::

.

.

Musim berganti dengan cepat. Hari ini adalah bulan kedua Kyuhyun kembali ke rumahnya. Dan hari ini Kyuhyun ingin sedikit menghilangkan penatnya selama berhari-hari bekerja di kantor ayahnya. Apalagi ia selalu akan bertemu dengan wajah namja itu di kantor, benar-benar membuat beban pikirannya berlipat.

Ia mengajak adiknya –Ryeowook- berkunjung ke panti asuhannya dulu. Sebenanya ia berniat pergi sendiri, tapi adiknya terus membuntutinya sejak pagi dan memaksa ikut, jadi Kyuhyun akhirnya memutuskan untuk membawanya.

"Wookie-ah, kita sudah sampai. Ireona, Wookie-ah..." Kyuhyun mengguncangkan pelan tubuh adiknya yang tertidur di kursi mobil karena perjalanan yang lama. Adiknya perlahan membuka mata lalu menguceknya sebentar, khas anak kecil yang baru saja bangun.

"Aigo... kau tidur pulas rupanya," Kyuhyun terkikik. "Kajja, bantu hyung membawa ini ke dalam."

"Eum. Jadi ini panti asuhannya, hyung?" Ryeowook turun dari mobil, diraihnya kantong plastik berisi makanan dari tangan Kyuhyun.

"Ne, ayo kita masuk. Kau akan mendapatkan banyak teman disana."

Kyuhyun dan Ryeowook membuka gerbang panti asuhan. Mereka berjalan riang menuju pintu rumah bergaya kuno itu. Sesekali Kyuhyun mengacak rambut Ryeowook gemas, melihat adiknya itu begitu antusias memasuki pekarangan yang sangat luas di depan panti.

"Annyeong..." Pintu rumah itu diketuk oleh Kyuhyun. Tak berapa lama seorang yeoja tua keluar sembari membetulkan letak kacamatanya.

"Nuguseyo?" tanya yeoja itu membuat Kyuhyun tersenyum memandangnya.

"Umma..." Kyuhyun datang memeluknya. Yeoja itu terlihat terkejut, sama seperti Ryeowook yang menatap bingung kakaknya.

"Nu... nuguya?" tanya yeoja itu lagi, kebingungan.

"Umma~. Umma tak ingat denganku?" rajuk Kyuhyun. Tubuhnya bergelayut manja di bahu yeoja itu. "Kyuhyunnie."

DEG

Segera melepaskan pelukannya, yeoja itu menatap Kyuhyun dengan mata membelalak. "Kyu... Kyu...?"

"Ne, umma. Aku... Kyuhyun," Kyuhyun memotong perkataan yeoja tua itu. "Aku, Kyuhyunnie, Leeteuk umma."

DEG

Leeteuk, yeoja tua itu dengan tangan ringkihnya yang bergetar, pelan-pelan mulai membelai kepala Kyuhyun. Terharu, senang, sedih, perasaanya tercampur saat diketahuinya namja kecil yang sempat menjadi anaknya yang bisu itu kini sudah bisa bicara.

"Kyunnie... kau bisa bicara?"

"Eum. Aku sangat merindukan umma, jeongmal bogoshippoyo... Apa umma baik-baik saja?" Kyuhyun menggenggam tangan yeoja itu, menempelkannya di pipi dan merasakan kehangatannya.

"Umma baik-baik saja, Kyunnie," kata Leeteuk. Ia lalu memandang Ryeowook yang berdiri di samping Kyuhyun dengan tubuh kecilnya yang lebih rendah. "Ini... dongsaengmu?"

Kyuhyun mengangguk. "Wookie-ah, perkenalkan dirimu pada Leeteuk umma. Ini umma hyung juga."

Dihadiahi tatapan bingung sang adik, Kyuhyun lalu menjelaskannya sampai akhirnya adiknya mengerti dan mulai memperkenalkan diri. Leeteuk tersenyum melihat tingkah menggemaskan Ryeowook. Yeoja itu lalu membawa Kyuhyun dan Ryeowook masuk ke dalam, memberi mereka kue buatannya dan sedikit berbincang.

"Hyung, Wookie mau main dulu, ne, dilual banyak teman." Adiknya berlari menuju halaman gereja di panti asuhan itu., dengan cepat dia sudah mendapat banyak teman. Kyuhyun dan Leeteuk memperhatikannya dengan tersenyum. Ryeowook melambaikan tangan menandakan ia senang berada di panti asuhan ini.

"Umma..."

Tiba-tiba sebuah suara berat memanggil Leeteuk dari arah pintu belakang. Membuat Kyuhyun bertanya ada siapa selain ia yang datang.

"Kyu... Kyuhyun-ah?" Seorang namja muncul.

DEG

Siwon?

Kenapa dimana-mana namja itu selalu ada dan mengganggu hidup Kyuhyun? Ish, benar-benar merusak mood Kyuhyun hari ini.

"Kau datang kemari, Kyu?" Namja itu tersenyum seperti biasa pada Kyuhyun meskipun mungkin ia tahu benar jika Kyuhyun sangat membencinya sekarang.

"Siwon-ah, kau mengobrol dulu dengan Kyuhyun. Umma ada sekidit urusan yang harus diselesaikan segera." Leeteuk bangun dari duduknya diikuti tatapan tolong-jangan-pergi dari Kyuhyun.

Sepeninggal Leeteuk, Siwon duduk dengan tenang di samping Kyuhyun sembari menyeruput tehnya. Kyuhyun yang merasa tidak nyaman akhirnya membuka mulut, "Mau apa kau kesini?"

Siwon meletakkan cangkirnya, "Memang tidak boleh? Ini juga rumahku dulu."

"Oh, tentu saja. Aku lupa dengan namja kecil yang menjadi satu-satunya orang yang mengajak seorang namja kecil bisu bermain." Kyuhyun tertawa meremehkan. "Bagaimana aku bisa melupakan kenangan manis nan menyedihkan itu?" Ia pura-pura menyalahkan dirinya sendiri.

"Kenapa kau masih seperti ini, Kyuhyun-ah?" Jujur, Siwon agak tersinggung.

"Dan kenapa kau terus bertanya seperti itu padaku? Apa kau tidak bosan?" tanya Kyuhyun balik dengan sarkastik.

"Aku hanya ingin kau kembali padaku, Kyu. Aku tahu kesalahanku tidak termaafkan olehmu, tapi aku bersungguh-sungguh meminta maaf padamu. Aku minta maaf karena mengingkari janjiku sendiri."

"Bagus jika kau paham." Kyuhyun menyilangkan tangannya, lalu bersender di sofa.

"Lalu kenapa kau terus menjauh? Kenapa kau tidak bisa kembali padaku?"

Kyuhyun menaikan satu alisnya. "Wae, wae, wae," ulang Kyuhyun dengan nada mengejek. "Aku hanya tidak ingin terus menerus menangis karenamu. Kau pikir siapa kau, bisa membuatku seolah-olah sangat membutuhkuanmu?"

DEG

"Bagaimana kau bisa bicara seperti itu? Aku tahu kau kesepian, Kyu. Jangan berpura-pura di depanku. Aku Choi Siwon, aku tahu semua tentangmu."

Merasa tidak sependapat dengan Siwon, Kyuhyun berdiri cepat, menatap marah ke arah Siwon. "Beraninya kau bicara seperti itu?!" geramnya, "Lalu bagaimana dengan kata-katamu? 'Aku ingin melepasmu, Kyuhyun-ah. Bisakah kita akhiri ini?' Hum?!"

DEG

"Kyu..." Tercengang Siwon, Kyuhyun masih mengingat kata-katanya. Apa Kyuhyun sangat terluka saat itu sampai-sampai hingga kinipun kalimat itu masih sangat dihapalnya?

"Berhenti membuatku terlihat kejam, Choi Siwon." Melempar pandangan tajam ke arah Siwon hingga Siwon merasa terkejut dan bersalah. "Sebaiknya aku pergi..." Dan Kyuhyunpun berlari keluar meninggalkan Siwon. Ia menghampiri mobilnya berniat pergi dari panti asuhan. Hari yang ia kira akan menyenangkan ternyata kembali membuka dukanya. Bertemu Siwon memang selalu membuat hatinya sakit.

"Sial!" umpatnya ketika ia sadari mobilnya terkunci dan ia sendiri yang meninggalkan kunci mobilnya di meja di dalam rumah. Ia mencari-cari suatu kendaraan yang bisa dipakainya dengan gelisah, melihat Siwon mengejarnya.

Sepeda.

Ya, akhirnya ia menemukan sebuah sepeda gunung yang tergeletak di pojokan. Ia menaikinya dengan cepat, mengayuhnya, membuat sepeda itu melaju kilat. Meninggalkan Siwon yang berkali-kali merutuki diri karena tak berhasil mengejarnya.

Kyuhyun bahkan sampai tidak mendengar Ryeowook yang menangis karena panggilannya di acuhkan beberapa kali dan berpikir bahwa kakaknya akan meninggalkannya sendirian.

.

.

Kibum memantau sepanjang perjalanan dengan gelisah dan cemas. Donghae di sampingnya yang sedang menyetir mobil sampai kehilangan konsentrasi.

"Hyung, tenanglah...," sarannya, dan Kibum akhirnya menghela napas. "Kau membuatku ikut cemas."

"Maafkan aku, Hae-ah. Leeteuk ahjumma bilang Ryeowook menangis di panti asuhan dan Kyuhyun entah pergi kemana. Anak itu, bagaimana bisa dia meninggalkan dongsaengnya dan menghilang tiba-tiba?"

Donghae tersenyum menatapnya, Kibum memang kakak yang baik pada adik-adiknya, itu yang ia kagumi dari Kibum. Beberapa saat lalu ibu panti yang bernama Leeteuk menelppon ke rumah, katanya Ryeowook menangis karena Kyuhyun yang lenyap begitu saja. Heechul menyuruh Kibum untuk menjemput Ryeowook dan Kyuhyun. Ia yang sedang bersama Kibum jadi ikut khawatir, dan akhirnya memutuskan untuk menemani Kibum.

"Ryeowook pasti sudah tenang, hyung. Tidak perlu begitu khawatir, semuanya baik-baik saja."

"Ne, Hae-ah, maafkan aku."

Donghae mengacak rambutnya pelan. Tangan namja itu lalu beralih menggenggam tangan Kibum sementara tangan kanannya masih memegang setir. Kibum menyambut genggaman hangat itu setelah sebelumnya ia menatap heran ke arah Donghae. Ia tahu, Donghae ingin menenangkannya, dan itu membuatnya merasa nyaman. Ia menatap tangannya yang kini bertautan dengan tangan Donghae. Kini di jemarinya dan jemari Donghae sudah ada sepasang benda kembar yang tersemat.

'Gomawo, Hae-ah,' batin Kibum sembari tersenyum. Donghae yang kekanakan kini telah berubah dewasa dan sekarang memilikinya, sepenuhnya.

Mereka sampai di panti asuhan, Kibum turun dari mobil. Seketika Ryeowook yang ada dalam gendongan Leeteuk meminta turun dan menyerbu ke pelukannya. Namja kecil itu menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Kibum, masih sesenggukan.

"Hyung... Kyuhyun hyung pelgi... hiks hiks. Woookie ditinggal cendilian...," tangis namja kecil itu.

"Gwaenchanayo, Ryeowookkie... Sekarang 'kan hyung sudah datang." Kibum jujur agak terkikik mendengar tangisan Ryeowook yang terdengar seolah-olah Kyuhyun pergi jauh meninggalkannya. Meskipun begitu, ia tak mau sang dongsaeng bertambah merengut mendengar tawanya.

"Wook-ah, sekarang kita pulang, ne?"

"Kyu hyung eotteokhae?"

Donghae tersenyum setelah ajakannya malah di repon oleh Ryeowook dengan rasa khawatir pada Kyuhyun. "Kyuhyun hyung pasti bisa pulang sendiri."

Dan Ryeowook akhirnya menurut. Masih dalam gendongan Kibum, ia akhirnya bergegas pulang bersama kakaknya itu.

.

.

Kayuh dan kayuh lagi. Kakinya sangat keram, tapi Siwon masih mengejarnya dari belakang. Namja itu sepertinya memang benar-benar ingin membuat Kyuhyun gila. Berkali-kali Kyuhyun melontarkan kata-kata pedas dan pandangan tajam, namun namja itu tidak peduli. Omongan Kyuhyun seolah dianggap angin lalu saja olehnya.

Jalanan semakin terjal, disini bahkan lapisan aspalpun mulai berlubang-lubang. Keseimbangannya mulai bergoyang. Kyuhyun serasa terpental-pental dan melompat-lompat. Sampai...

"KYUHYUN-ah!"

BRAK BRAK BRAK

Siwon menghampiri tubuh Kyuhyun yang tergeletak di tanah setelah ia menghentikan laju sepedanya dan memarkirkannya. Kyuhyun terlihat meringis sambil memegangi lututnya setelah baru saja sepedanya terjun ke dalam turunan yang cukup curam tanpa mengerem sama sekali. Akibatnya ya... lihat saja sendiri.

"Gwaenchanayo, Kyu?" tanyanya khawatir, namun juga geli. Kyuhyun menatapnya kesal, lalu namja itu bangkit dengan cepat seolah lupa dengan luka yang di dapatnya.

"AH!" Kyuhyun mencoba berjalan, tapi lututnya berdenyut, tanpa sadar ia berteriak saking sakitnya.

Tiba-tiba dua buah tangan mencengkeram bahunya, menahan tubuhnya agar tak jatuh. Kedua tangan besar itu, pasti milik Siwon. "Lututmu terluka, Kyu. Jangan berjalan dulu, atau kau bisa kena infeksi."

Kyuhyun menoleh, ditatapnya wajah Siwon sinis. "Memang apa pedulimu?" katanya lirih. Dengan sentakan, ia melepas cengkeraman tangan Siwon. Lalu ia berjalan menjauh sambil terpincang-pincang.

Memandang Kyuhyun yang begitu egois, Siwon berdecak kesal. Kenapa sih, namja itu selalu angkuh, bahkan pada dirinya sendiri? Siwon hanya ingin mengobati lukanya saja, tapi namja itu benar-benar keras kepala. Siwon memutuskan untuk mengejarnya, ia benar-benar khawatir dengan luka di lutut Kyuhyun. Ia memanggil nama Kyuhyun berkali-kali tapi yang dipanggil tidak menoleh.

SREET

GREP

DEG

DEG

"A... apa yang kau lakukan?"

Nafasnya tercekat, Siwon menarik tangannya, sedetik kemudian ia sadar sedang berada di pelukan kekasihnya –dulu-. Hangat itu kembali menyergap seluruh tubuhnya. Semuanya luluh, luntur bersama air mata yang kini perlahan mulai mengalir di pipinya.

Mulutnya bungkam. Terkunci oleh kehangatan itu. Dendam dan segala amarah, semuanya entah menguap kemana. Hatinya mencelos, tubuhnya lemas, Kyuhyun serasa kehilangan rohnya dalam sekejap. Ia serasa di terbangkan ke langit dan dibuai oleh belaian awan lembut.

"Biarkan aku memelukmu, Kyu. Tolong jangan bergerak. Biarkan seperti ini untuk beberapa saat. Biarkan aku memeluk Kyuhyunku yang sangat aku rindukan."

DEG

Kalimat cengeng. Kalimat cengeng yang membuat Kyuhyun hampir saja muntah. Ia ingin melawan dan melepaskan dirinya dari dekapan Siwon yang begitu erat. Tapi apa? Apa dayanya yang kini hanya mampu diam mematung menikmati pelukan Siwon yang begitu memabukkan.

"Kenapa kau pergi dariku, Kyu? Kenapa kau melarikan diri?" tanya Siwon, matanya menyayu, berubah sendu.

"Kenapa kau meninggalkanku waktu itu, hyung?" Kyuhyun bertanya balik.

DEG

"Aku tidak meninggalkanmu, Kyu. Aku kembali dan saat itu kau yang pergi dariku."

Kyuhyun memejamkan matanya, hangat itu benar-benar seperti candu. "Nugu? Siapa yang pergi darimu, hyung? Siapa orang yang akan bisa pergi dari cintanya? Apa orang sepertiku bisa melakukannya? Kyuhyun yang bodoh ini, masih selalu menangis meski kau tak ada di sampinngnya."

Air mata Siwon meleleh. Dipeluknya tubuh Kyuhyun semakin erat lagi seakan ingin melindungi tubuh rapuh itu. "Lalu kenapa kau menghindariku, Kyu? Kau tahu aku begitu merindukanmu tapi kau pura-pura melengos pergi."

"Lalu apa yang harus aku lakukan, hyung? Mataku tak kuat jika melihatmu. Mataku selalu panas dan selalu berakhir dengan air mata yang jatuh terus menerus."

"Maafkan aku, Kyuhyun-ah. Aku memang selalu membuatmu menangis." Seiring dengan kalimatnya, Kyuhyun memang benar-benar menangis sekarang. Terbukti dengan bahunya yang bergetar dan kemeja Siwon yang mulai basah.

"Kau memang jahat, hyung. Tahukah kau betapa sakitnya aku? Aku remuk, hyung. Sungguh aku sangat ingin mati saat itu. Kesepian dengan lukaku yang bertambah lebar. Appa, umma, Kibum hyung dan kau justru meninggalkanku. Jeritanku aku rasa sia-sia. Kalian tidak pernah mendengarkan aku. Selalu aku yang pada akhirnya duduk sendiri dalam kegelapan." Siwon diam, dengan seksama ia mendengarkan Kyuhyun yang terus menangis dalam dekapannya.

"Tahukah kau seberapa takut dan bingungnya aku saat itu? Aku sendirian. Siapa orang yang bisa menenangkan aku? Aku benar-benar kesepian dan butuh pertolongan. Tapi seorangpun tak ada di sampingku, bersamaku. Salahkah aku jika aku menyimpan dendam untuk itu? Dendam atas kesendirianku tanpa kalian?"

"Mianhae, Kyu..."

"Hiks, hiks... Aku lelah. Aku sangat ingin tidur dan beristirahat. Tapi semua ketakutanku membuatku semakin merasa kesepian. Dan kalian tidak datang padaku."

Keluhan-keluhan itu akhirnya terbongkar oleh mulut Kyuhyun sendiri. Bagaimana selama ini namja itu terluka dan menangis, Siwon akhirnya mengerti. Dibelainya kepala Kyuhyun semakin lembut, menginduksikan seluruh kehangatan yang sangat dibutuhkan oleh Kyuhyun.

"Maafkan aku, Kyu. Aku yang salah. Maafkan aku karena waktu itu aku benar-benar membuatmu terluka. Mianhaeyo, jeongmalya. Aku akan memenuhi janjiku yang waktu itu sempat aku ingkari." Siwon menarik Kyuhyun dari pelukannya, menatap namja itu dalam. Kemudian ia melepas satu cincin di jarinya. Cincin biru safir yang dulu sempat Kyuhyun tolak. Lalu menyematkan benda berbentuk lingkaran itu di jemari manis Kyuhyun.

Kyuhyun memandangnya dengan tak berkedip. Ia terlalu terkejut dan sedih. Ingat sekali ia dulu dengan jelas melemparkan cincin yang kini melingkar di jarinya. Namun sekarang, saat Siwon kembali memasangkannya, ia tak berkutik. Tidak ada satu penolakanpun yang mencuat dari hatinya. Ia sudah kalah dari rasa cintanya pada Siwon. Ia tidak bisa jika tidak bersama namja itu. Tapi yang ia tahu, ia berhasil mengalahkan dendamnya sendiri. Semua lenyap tergantikan oleh ketulusannya pada Siwon, kekasihnya.

"Jangan buang cincin ini lagi, Kyu. Biarkan kali ini aku menebus semua kesalahanku karena membuatmu terluka dan kesepian. Biarkan kali ini aku buktikan jika aku akan membuatmu benar-benar bahagia."

Kyuhyun melihatnya, kesungguhan dalam mata Siwon. Ia tak bisa memungkiri jika ia tidak bisa jika tidak mempercayai Siwon sepenuhnya. Tubuhnya kembali bergetar dan air mata lagi-lagi berjatuhan dari matanya. Kali ini, tangisnya adalah tangisan yang berbeda. Tangis yang bukan menyiratkan kesedihannya, tapi sebuah tangisan yang mengungkapkan jika masa kesepiannya telah berakhir.

"Tepati janjimu, dan jangan tinggalkan aku lagi, hyung. Jangan buat aku kecewa untuk kesekian kalinya, karena kali ini aku benar-benar percaya padamu." Ia menghamburkan tubuhnya dengan cepat memeluk Siwon. Mendekap namja itu tanpa ingin sekalipun untuk melepaskannya. Ia cengkeram bahunya kuat-kuat, menyerahkan semua cinta dan rasa rindunya.

Dan Kyuhyun berhasil membuat Siwon tersenyum. Siwon berhasil mengembalikan Kyuhyunnya. "Saranghaeyo, Kyu. Jinjja saranghaeyo..."

"Nado. Nado saranghae. Nado saranghae..."

Perlahan wajah mereka semakin mendekat. Hembusan napas hangat mulai menerpa dan membisikan hawa kerinduan satu sama lain. Terima kasih untuk cinta yang telah kembali pada mereka. Cinta yang sempat ternoda oleh kesalahpahaman dan pengingkaran janji, telah kembali dengan sejuta bahagia. Cinta yang kini tersalurkan dengan sebuah pautan dua bibir yang saling berbagi kerinduan.

'Harusnya sejak dulu kita seperti ini, harusnya aku mempercayaimu sejak dulu, Kyuhyun-ah.'

.

.

::[]::

.

.

Heechul sedang merapikan pakaian Ryeoowk pagi itu saat suara sebuah mobil menghentikan aktifitasnya. Ia berjalan ke arah halaman. Ternyata itu mobil Kyuhyun. Kenapa anak itu baru pulang pagi ini? Kemana dia semalaman?

Tiba-tiba sosok Siwon turun dari pintu mobil sebelah kiri. Kemudian ia lihat namja itu berjalan ke arah pintu mobil sebelah kanan lalu membukanya. Heechul terhenyak melihat Kyuhyun sekarang tengah berada dalam gendongan Siwon dengan mata terpejam. Dengan segera ia hampiri Siwon untuk meminta penjelasan, daripada pikiran-pikiran negatif melanda otaknya.

"Siwon-ah, kenapa kau...?"

"Sebentar, ahjumma. Biarkan aku membawa Kyuhyun masuk ke dalam kamarnya," cegat Siwon memotong kalimat Heechul.

"Ah, arraseo. Kamarnya ada di lantai atas."

Heechul membantu Siwon menuju ke kamar Kyuhyun, Ryeowook mengikuti dari belakang. Terlihat namja itu begitu bersusah payah menggendong Kyuhyun di punggungnya. Sampai di kamar, Siwon merebahkan tubuh Kyuhyun lalu menyelimutinya. Di belainya lembut kepala Kyuhyun, lalu mengecupnya sekilas.

"Siwon-ah, Kyuhyun kenapa?" tanya Heechul penasaran sekaligus cemas.

"Kemarin dia bersepeda denganku, ahjumma. Lalu dia terjatuh. Lututnya mengalami sedikit pendarahan dan harus di jahit, makanya aku membiarkannya tidur sebentar di rumah sakit."

"Omo! Tapi Kyuhyun sudah tidak apa-apa 'kan?"

"Ne, ahjumma." Siwon berdiri hendak meninggalkan Kyuhyun dan Heechul yang duduk di tepi ranjang sembari menatap Kyuhyun khawatir. Namun tiba-tiba igauan Kyuhyun membuatnya berhenti dan kembali mendekati tubuh kekasihnya itu.

"U... umma...," panggil Kyuhyun yang perlahan membuka mata. Heechul segera mendekat, dielusnya kepala Kyuhyun, menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajahnya.

Entah kenapa tiba-tiba Kyuhyun terisak. Air matanya mengalir satu persatu. Tubuhnya bangkit dan dengan segera memeluk Heechul. Membuat Siwon, Heechul, dan Ryeowook tersentak karenanya.

"Wa...wae? Waeyo? Ada apa?" Heechul kebingungan dengan sikap Kyuhyun yang begitu mengejutkannya. Namun nalurinya sebagai seorang ibu akhirnya membuatnya mengerti jika Kyuhyun sedang sangat ingin bersamanya saat ini.

"Um... umma, mianh... hiks, mianhaeyo..." Tangisan Kyuhyun terdengar tersengal-sengal. Ia mendekap tubuh ibunya sangat erat, dekapan yang sangat lama tidak dilakukannya pada sang ibu.

DEG

'Kyunnie... akhirnya kau benar-benar kembali.' Hati Heechul mencelos. Kalimat penuh ketulusan yang ia dengar dari putranya, seakan membuktikan bahwa sosok sang anak yang sempat menghilang telah kembali. Utuh seperti Kyuhyun kecilnya dulu. Hembusan napas lega dan bahagia mengiringi sebulir air mata haru yang keluar dari kelopak matanya. Ia terlalu bahagia, akhirnya ia mendapatkan putranya kembali.

"Hm, hm, ne, Kyunnie-ah. Nado mianhaeyo... Berjanji pada umma kau tidak akan pergi lagi. Jangan pergi dari umma. Maafkan umma-mu ini yang begitu kejam telah meninggalkanmu. Maaf untuk kejadian sembilan belas tahun yang lalu. Untuk semua penderitaan dan kesendirianmu tanpa umma, appa, dan hyungmu. Jeongmal, mianhaeyo..."

Kepalanya mengangguk beberapa kali, Kyuhyun memahami kalimat ummanya. "Ne, umma..." Ia beralih menatap Siwon, berterima kasih karena namja itulah yang membuatnya kembali menjadi seorang Kim –oh Tan Kyuhyun yang sesungguhnya. Ia tersenyum di tengah tangisnya, kembali mendekap ummanya seerat yang bisa ia lakukan, melepas semua rasa rindu dan kasihnya untuk sang ibu yang lama telah menghilang dari lubuk hatinya.

"Saranghae, umma..." Kyuhyun mendesakkan kepalanya di pelukan ibunya, memperdalam kehanyutannya dalam buaian sang umma.

"Nado, nae agiga, nado saranghae...," jawab Heechul tulus.

Siwon yang memandang mereka pun tersenyum. Tangannya mengacak rambut Ryeowook yang terlihat kebingungan melihat pemandangan ini. Ia terkikik menatap wajah polos Ryeowook yang belum mengerti sama sekali konflik yang terjadi dalan keluarga ini. Kalau bisa, anak kecil yang masih lugu ini jangan sampai tahu. Biarkan Ryeowook menjadi satu-satunya orang di keluarga ini yang merasakan kebahagiaan seutuhnya, tanpa harus ada kesedihan lagi.

"Ryeowook-ah, ayo berangkat bersama hyung." Ia ajak Ryeowook keluar kamar, meninggalkan Kyuhyun yang masih setia mendekap Heechul dan Heechul yang masih menimang-nimang Kyuhyun dengan lembut.

.

.

::[]::

.

.

HUP!

"Woah~ hahaha..." Riuh tepuk tangan dan tawaan terdengar dari seluruh tamu undangan saat Kyuhyun akhirnya mendapatkan buket bunga yang di lemparkan kakaknya. Ia membelalak senang melihat buket bunga berpita cantik kini ada di genggaman tangannya. Dengan bangga ia mengangkatnya tinggi-tinggi dan menunjukan kepada semua orang jika ia berhasil mendapatkan buket bunga itu setelah bersusah payah berebut dengan orang lain apalagi dengan Ryeowook yang terus memaksanya untuk memberikan buket itu.

Kibum dan Donghae yang berdiri di altar tertawa terbahak-bahak melihat tingkah konyol Kyuhyun dan Ryeowook yang berkejar-kejaran hanya untuk merebutkan sebuah buket bunga. Kebahagiaan mereka hari ini seolah menjadi pelengkap setelah perubahan sikap Kyuhyun yang berangsur-angsur membuat kondisi keluarganya membaik akhir-akhir ini.

Kyuhyun melempar pandangan ke arahnya sambil menunjukan buket bunga di tangannya. Namja itu nampak tersenyum bahagia tanpa satupun ada yang ditutp-tutupi. Kibum balas tersenyum dan mengangguk saat Kyuhyun meminta ijin untuk pergi dari pesta itu.

'Kyuhyunnie... Gomawo, jeongmal gomawo. Terima kasih karena kau telah kembali. Terima kasih akhirnya kau menerima hyung lagi. Hyung senang melihatmu seperti ini, penuh senyuman kebahagiaan. Kyunnie kecilku sudah pulang.' Ia menatap kepergian adiknya dengan pandangan sayu.

Matanya beralih menatap langit. Membayangkan wajah ayahnya yang lama tidak ia sapa. 'Appa... Apa aku berhasil menjadi seorang kakak? Apa appa akan bangga padaku setelah appa lihat aku pernah membuat Kyuhyun menangis? Appa... terima kasih kau sudah mengembalikan Kyuhyun padaku. Aku berjanji tidak akan merebut mainannya lagi. Aku janji akan selalu membuatnya tersenyum. Aku janji tidak akan lagi membuatnya kesepian. Appa bisa memegang janjiku. Hukum aku jika tidak menepatinya.'

"Hyung." Lamunannya tiba-tiba saja terbuyar oleh Donghae yang menggenggam lengannya. "Gwaenchana?"

Kibum tersenyum menghadap Donghae, ia tatap wajah suaminya itu dalam. 'Donghae-ah. Terima kasih karena kau telah mengobati lukaku. Terima kasih karena sudah mencintaiku dan tidak membiarkan aku sendiri. Jangan pernah tinggalkan aku, Hae-ah. Tepati janjimu... Dan kita akan hidup bersama sampai semua kehidupan ini berakhir.'

Tatapan Kibum yang tenang benar-benar membuat Donghae serasa berada dalam kedamaian. "Hyung... Saranghae." Dan ia mendekatkan wajahnya pada Kibum. Mulai memperpendek jarak antara bibirnya dengan bibir namja yang sudah menjadi miliknya itu. Akhirnya semua cintanya tersalurkan. Lama, ciuman mereka masih juga belum berakhir. Membuat Ryeowok yang awalnya ingin mendekati mereka untuk meluapkan kekesalannya pada Kyuhyun harus memutar langkah menuju sang umma.

.

.

"Han, duduklah. Daripada kau mondar mandir tidak jelas, lebih baik duduk dan minum tehmu." Heechul emnatap kesal suaminya yang tidak berhenti melintas bolak-balik di hadapannya. Mengganggu konsentrasinya yang sedang meyuapi Ryeowook makan siang.

"Aish... Kyuhyun eodiga?! Ini hari pernikahan kakaknya dan anak itu justru menghilang sejak pagi." Masih berdiri dengan berkacak pinggang, Hangeng memandang sekeliling mencari keberadaan anak keduanya yang lenyap entah kemana.

Tak lama Kibum datang bersama Donghae. "Sudahlah, appa. Mungkin dia bersama Siwon hyung. Appa tidak perlu khawatir, Kyuhyun tidak akan melarikan diri lagi."

"Ah, ah, arraseo, arraseo." Akhirnya Hangeng dengan terpaksa duduk. Sebenarnya ia masih kesal tapi yah... jangan sampai kekesalannya itu justru membuat orang lain ketularan marah.

Kibum duduk berdampingan dengan Donghae. Ia mengeluarkan sebuah kotak kayu berisi puzzle yang sudah tersusun rapi dan meletakkannya di meja. Ryeowook menghampirinya lalu memandangnya dengan takjub.

"Whoa... ini apa, hyung?" tanya Ryeowook.

"Ini puzzle, Wookie-ah."

Dengan pandangan menyelidik, Heechul mengamati kotak itu. "Kibummie, bukankah puzzle ini...?"

"Ne, umma. Ini pemberian Kangin appa dulu. Sebenarnya ini untuk Kyuhyun, tapi dulu Kyuhyun menyuruhku menyelesaikannya." Ia tersenyum sambil menjelaskan, membuat Ryeowook, Heechul dan Hangeng mengangguk paham.

Ryeowook menguap tiba-tiba, tandanya ia kelelahan setelah sejak semalam ada pesta di rumah ini. Heechul dan Hangeng akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Menyisakan Kibum dan Donghae duduk berdua di taman belakang rumah itu. Menikmati udara menjelang sore hari yang terasa mendamaikan.

"Kau membawa potongannya 'kan, Hae?" tanya Kibum. Tangannya bergerak mengatur dan merapikan susunan puzzle dalam kotak kayu itu.

"Ne, hyung," jawab Donghae. Sebuah potongan puzzle yang tersisa dalam genggaman tangannya ia letakkan di meja. "Kau berhasil menyelesaikannya, hyung."

Kibum mengangguk, diambilnya potongan puzzle itu di meja dan kemuadian memasangkannya pada satu-satunya bagian kosong dalam kotak kayu yang seharusnya menjadi tempat untuk potongan puzzle terakhir.

KLIK

Ia selesai memasangkannya, dan puzzle itu sudah lengkap. Matanya membuka lebar karena terkejut setelah melihat gambar apa yang terbentuk setelah semua potongan puzzle itu telah lengkap dan di satukan oleh potongan terakhir.

Sebuah gambar yang sangat indah yang terbentuk setelah sebelumnya gambar itu hanya berupa sebuah lukisan abstrak yang tidak bisa dinikmati apa-apanya. Sebuah gambar pohon rindang dengan daum hijau yang berkilauan dan kupu-kupu yang warna-warni. Awalnya daun di pohon itu hanya daun hijau biasa, tapi entah kenapa setelah potongan terakhir di letakkan, semuanya tiba-tiba berkilau.

"Hyung?!" Donghae tak kalah menatapnya terkejut. "Ini..."

"Benar 'kan, Hae. Ayahku tidak berbohong. Ayahku bilang puzzle ini membawa keajaiban," gumam Kibum memotong kalimat Donghae.

"Ne, hyung ini indah sekali."

"Bukan, Hae. Bukan itu yang aku maksud." Kibum mengalihkan pandangannya, menghadap Donghae dengan penuh keseriusan. "Aku baru sadar, puzzle inilah yang telah mempermainkan takdir kita. Tapi pada akhirnya puzzle inilah yang menyatukan kita semua. Bukan kita yang menyatukan puzzlenya tapi puzzle ini yang membuat kita akhirnya menjadi satu. Semua kejadian yang kita alami, bukankah itu semua ada kaitannya dengan puzzle ini?"

Donghae tersenyum mengerti. Diusapnya rambut Kibum, ia paham semuanya. "Ne, hyung. Kau ebnar. Tapi yang terpenting, puzzle inilah yang membawamu kepadaku." Direngkuhnya tubuh Kibum dalam pelukannya. Kibumpun menurut tanpa penolakan.

"Ne, Hae. Aku tak bisa percaya, puzzle ini benar-benar memiliki keajaiban."

"Semuanya sudah berakhir, hyung. Puzzle ini sudah lengkap dan luka di antara kita semua juga sudah sembuh. Kyuhyun sudah kembali. Dan akhirnya kita juga dipertemukan." Sebuah kecupan ia berikan untuk Kibum membuat namja itu tenang dalam dekapannya.

"Sudah berakhir. Sudah berakhir. Ini semua sudah berakhir. Terima kasih karena kau sudah mau berada di sampingku, menghadapi ini semua, Hae," ujar Kibum.

"Gwaenchana, hyung. Aku melakukannya karenamu. Saranghae..."

Kibum tersenyum. Keajaiban yang dijanjikan ayahnya benar-benar datang kepadanya dan keluarganya. Ini kebahagiaannya yang sesungguhnya. Kebahagiaan yang emnggantikan semua kesedihan dalam hidupnya. Kebahagiaannya sudah datang. Sudah datang.

.

.

"Kau senang?"

"Tentu." Kyuhyun merekatkan pegangannya di pinggang Siwon. Ia sandarkan kepalanya di bahu Siwon sembari memejamkan mata menikmati angin di bawah pepohonan musin gugur ini.

"Dasar. Tubuhmu ini berat sekali." Siwon menoleh ke belakang sebentar, menatap Kyuhyun yang sepertinya sungguh nyaman berada di boncengan sepedanya.

"Biar saja. Aku tidak peduli berapa berat badanku sampai membuatmu kesulitan mengayuh sepeda seperti ini, hyung. Yang penting aku menikmatinya." Kalimat Kyuhyun terdengar sarkastik, namun justru membuat Siwon terkekeh.

Daun-daun kering berjatuhan sepanjang jalan yang mereka lalui. Indah, kedamaian ini membuat mereka terhanyut. Jalanan ini sepi dari orang-orang membuat mereka serasa memiliki dunia hanya berdua saja. Pohon-pohon yang rantingnya mulai ditinggalkan dedaunan bagai meneduhkan hati mereka, dua orang yang baru saja membangun kasihnya.

Tangan Kyuhyun semakin melingkar di pinggang Siwon. "Tubuhmu hangat, hyung... Kau tahu, sungguh aku sangat menyukainya."

"Benarkah?" tanya Siwon.

"Hm, yah... Hangatmu ini yang selalu membuatku nyaman jika kau mendekapku." Hembusan napas Kyuhyun terlepas bersama senyumannya yang tersungging dengan manis. "Membayangkannya saja aku merasa sangat betah."

"Kau ini. Nanti jika kau sudah resmi menjadi milikku, setiap hari aku akan memelukmu agar kau selalu merasa hangat. Bahkan jika musim dingin tiba, kau akan merasakan seperti di saat musim panas." Siwon masih mengayuh sepedanya dengan fokus, meski matanya bergerak memandang sekeliling menikmati hawa sejuk di daerah ini.

"Ne, ne, aku akan menunggu saat itu. Awas kalau kau berani pergi dariku lagi!" ancam Kyuhyun. Dikepalkannya tangan lalu menunjukannya pada Siwon, membuat namjachigunya itu tertawa.

"Dasar Kyuhyun jelek! Mana mungkin aku akan pergi darimu. Aku sudah cukup menyesali kebodohanku waktu itu, semua tidak akan terulang."

Mendengarnya, Kyuhyun tersenyum. Meskipun ia dikatai jelek, namun kalimat sesudah pengejekan itu sungguh membuatnya tenang. "Yaksokhae?"

"Ani."

Seketika ia tersentak oleh jawaban Siwon, mengangkat kepalanya yang tersender di punggung Siwon. Matanya membulat lucu, menatap tajam ke arah sang kekasih yang membelakanginya. "Mwora?" geramnya dengan nada marah.

"Kau bilang aku tidak boleh berjanji jika tidak bisa menepatinya," jawab Siwon santai. Kembali ia menoleh ke belakang, sekedar memberi Kyuhyun tatapan menggoda dan kekehan kecil.

"Lalu?" tanya Kyuhyun bingung. Matanya mengerjap, kepalanya miring ke kanan –memikirkan sesuatu.

"Aku bilang tidak akan pernah berjanji lagi padamu. Aku akan membuktikan segala kata-kataku. Aku tidak ingin membuatmu kecewa untuk yang kesekian kali. Aku ingin saat kau menjadi pendampingku, sudah tidak ada air mata yang menetes lagi. Aku... akan membuatmu bahagia hidup denganku."

DEG

Apa? Apa Siwon bilang tadi? Apa yang dia katakan? Sungguh Kyuhyun tidak salah dengar? Namjanya bilang akan membuatnya hidup dengan penuh kebahagiaan jika ia bersamanya. Hidup bahagia dengan Choi Siwon?

"A...apa, hyung?" tanyanya tak percaya. Nada bicara Kyuhyun terbata, kelihatannya ia benar-benar terkejut.

Siwon hanya menanggapinya dengan senyuman tulusnya. "Dengar, Kyuhyun-ah. Sudah banyak yang kita lewati. Sudah banyak waktu yang kita sia-siakan dengan semua masalah ini. Sudah cukup aku membuatmu terluka. Aku ingin mengakhirinya dengan membuatmu tersenyum. Aku ingin ini semua selesai dengan kebahagiaan." Ia menatap menerawang ke langit, sembari menyesapi udara sejuk musim gugur ini. "Semua lukamu harus segera aku sembuhkan. Air matamu harus segera aku menghapusnya dan menjaganya agar tidak kembali mengalir di pipimu. Tahukah kau jika melihatmu menangis, sebenarnya hatiku sakit. Rasanya seperti dicambuki dan diiris-iris."

"Hyung..."

"Berakhir. Dan kebahagiaan itu semakin dekat dengan kita, Kyu. Sedikit lagi, kita sudah sampai pada gerbangnya. Kita akan memulai dari yang awal, melupakan hal-hal menyakitkan yang kita alami, dan kita akan bersama-sama menjalani segalanya sampai akhir yang sesungguhnya." Ia menoleh, menatap wajah kekasihnya, dan menyusup ke dalam mata namjanya. Sebuah raut wajah terharu, bahagia, dan setengah menangis, ia temukan dari balik punggungnya. Detik selanjutnya ia kembali memusatkan perhatiannya pada jalanan yang sedang dilaluinya.

Tanpa disadari, Kyuhyun dengan mata yang sudah berkaca-kaca, tersenyum menatapnya. Ia terkesima dengan kalimat Siwon yang begitu menenangkan hatinya. Ia tak menyangka, kali ini Siwon benar-benar penuh kesungguhan.

"Gomapda...," gumamnya lirih. Sadar, Kyuhyun sadar, Siwonnya sudah bertekad untuk membahagiakannya.

"Mwo? Gomapda?" tanya Siwon bingung.

"Ne. Jeongmal gomapseumnida, Siwon hyung."

DEG

"Kyunnie..."

"Terima kasih, kau sudah menerimaku kembali. Kau yang menyadarkan aku. Kau yang membuat aku mengerti pada akhirnya jika aku salah menyimpan dendam. Kau yang menegaskan padaku, membuatku yakin dengan perasaanku, membuatku tidak lagi membohongi diri sendiri, jika aku mencintaimu. Saranghaeyo..."

Tuhan... Inikah rencana-Mu? Inikah yang Kau sembunyikan dibalik semua kesedihan itu? Inikah hadiah sesungguhnya dari-Mu untuk mereka?

Kalimat yang tulus itu, sungguh Kyuhyun mengucapkannya dari palung hatinya yang dalam. Rasa terima kasihnya untuk Siwon, bukan hanya sekedar dibuat-buat. Ini adalah bukti cintanya pada sang namja yang sudah mau menjadi pemilik hatinya.

"Nado, Kyuhyun-ah. Nado saranghaeyo... Hari ini, besok, selamanya, kau tidak perlu lagi menyimpan kesdihanmu. Bersandarlah padaku, serahkan semuanya karena aku akan melindungimu. Tak akan membiarkanmu jatuh lagi. Kau hanya perlu mempercayaiku, dan semuanya akan baik-baik saja."

"Ne, hyung. Aku percaya. Aku mempercayaimu."

Kyuhyun sudah mantap menyerahkan kepercayaannya pada Siwon. Tak ada satupun keraguan lagi di hatinya. Siwon, yang sudah mendapatkan Kyuhyunnya kembali kini hanya mampu mengembangkan senyumannya. Berkali-kali ia meneriakkan, "KYUHYUN-AH, SARANGHAE...!" untuk namja yang berada dibelakangnya ini. Mengumumkan pada seluruh dunia, betapa senangnya ia karena telah berhasil memiliki Kyuhyun. Akhirnya ia dan Kyuhyun bisa bersatu setelah sekian lama mereka terhalang oleh waktu dan kesedihan yang datang bertubi-tubi.

Angin musim gugur meniup pelan dedaunan kering ringkih yang mulai berjatuhan. Siwon dengan penuh rasa bahagia kembali mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Senyumannya lebar tak bisa disembunyikan. Di belakangnya, Kyuhyun kembali memeluk pinggangnya erat. Mencari kehangatan tubuhnya yang sangat dia sukai. Mata kekasihnya itu terpejam, sedangkan kepalanya kembali disenderkan pada punggungnya. Kini cincin itu telah bertengger manis pada jemari kekasihnya. Cincin kembar yang juga tersemat di jarinya, mengikatnya dan Kyuhyun menjadi satu.

Keduanya merasakan hangat dan damai yang sama. Ketenangan dan cinta yang menyelimuti mereka dengan ramah. Pada akhirnya mereka berdua yang menyadari cinta besar masing-masing. Siwon yang telah memperbaiki segalanya. Dan Kyuhyun yang angkuh itu, kini mulai membuka dirinya, membiarkan Siwon merengkuhnya kembali. Akhirnya semua kebencian itu sirna, tergantikan oleh sebuah ketulusan. Dan kisah mereka benar-benar berakhir dengan indah.

Inilah sebuah perjalanan panjang yang sudah berakhir dan tercatat pada buku di dalam hati mereka... Perjalanan yang begitu melelahkan, namun membawa mereka pada kebahagiaan yang sebenarnya...

.

.

::[]::

~ THE END ~

::[]::

.

.

ANNYEONG HASEYO...

Akhirnya! Akhirnya PUZZLE selesai! YIPPI! Senang sekaligus sedih. Ini ff saya yang paling berarti karena berumur satu tahun lamanya –publis sampai selesai-. Saya gak tahu, ini ending memuaskan apa enggak, yang terpenting saya sudah berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan ff ini. Gomawo yang sudah selalu review setiap chap. Saya bener-bener nggak tahu bagaimana membalas kebaikan hati readers sekalian. Saya hanya bisa bilang TERIMA KASIH BANYAK...!

Sebetulnya ini mau dibikin satu chap, tapi karena kepanjangan saya penggal (?) jadi dua chap. Mohon maaf jika tidak memuaskan. Tapi sudah dibaca saja saya sudah sangat senang...

Ini chap terakhir, jadi saya mohon readers berkenan review untuk yang terakhir kali di Puzzle. Maaf saya nggak bisa sebutkan satu-satu dan balas review satu-satu, tapi JEONGMAL GAMSAHAMNIDA... Ini rasa terima kasih saya yang terbesar untuk readers. Tolong maafkan saya...

Dan pesan terakhir untuk Yesung oppa yang akan wamil. Saya sedih dengernya, waktu SS5 Yeppa jatuh, ditambah kabar wamil, jadi tambah galau. Tapi, apapun yang terjadi, saya tetep dukung suami saya –Yeppa-. Berjuanglah dan tetap semangat, jaga selalu kesehatanmu. Jangan khawatir, ELF selalu menunggumu sama seperti ELF menunggu member lain yang sedang pergi. Dan saat oppa kembali, ELF pasti masih mencintaimu. Sranghae, Yesung oppa...

My new fanfiction, coming soon...

Author pamit untuk yang terakhir di PUZZLE, annyeong...