Konoha 20 tahun yang lalu...

Disebuah jembatan dermaga 'Konoha Harbour',

"Gaara jangan pergi." gadis kecil bersurai pendek Indigo itu merengek sambil menarik baju seorang anak laki-laki bersurai merah padam.

"Hinata-chan, jangan begitu, Gaara harus pulang." Ibu dari gadis itu berusaha untuk melepaskan pegangan putrinya dari baju anak laki-laki tersebut.

"Ya ampun, Hinata-chan masih ingin bermain dengan Gaara ya?" ucap wanita paruh baya pada Hinata kecil sembari mengelus rambut pendek Hinata.

"Maaf Karura-san, Hinata mendadak menjadi nakal begini."

"Ah..tidak apa-apa Masumi-san, mungkin Hinata masih ingin bermain dengan Gaara." wanita itu mengelus rambut anak laki-lakinya yang sedang bergelayut manja.

"Gaara-kun jangan pulang." Hinata menarik tangan mungil Gaara.

Gaara kecil memandang ibunya, berharap ibunya mengizinkannya untuk tinggaal beberapa minggu lagi di Konoha.

"Maaf Gaara, tapi kita harus pulang." jawab ibunya Seolah-olah mengerti arti tatapan Gaara.

Gaara mempererat pelukannya pada sebuah boneka Teddy Bear yang sedari tadi ia bawa. Mata Jade nya terus berpandangaan dengan mata Lavender milik Hinata.

"Hinta-chan..." Gaara kecil membuka suara "Jangan sedih." tangan mungilnya mengusap pipi Hinata "Aku pasti akan kembali lagi." Gaara kecil tersenyum manis untuk Hinata.

"Be-benarkah?" Hianta terdengar begitu riang.

Gaara kecil menganggukkan kepalanya, meyakinkan sahabat kecilnya bahwa ia pasti akan kembali lagi.

"Tapi kan rumah Gaara jauh." Kepercayaannya memudar ketika mengingat jarak rumah mereka yang teramat jauh. Raut wajah riangnya pun hilang tergantikan oleh kesedihan.

"Nanti kalau aku sudah dewasa dan bisa berangkat sendiri, aku pasti akan sering ke Konoha, kita bermain lagi." Gaara tak menyerah untuk mengembalikan keyakinan itu kembali.

"Tapi kalau Gaara sudah punya banyak teman di sana, Gaara pasti akan melupakan ku." Hinata menundukkan kepalanya, menyembunyikan raut sedihnya.

Gaara mendekat dan menyentuh pundak Hinata "Aku akan kembali dan menikah dengan mu, dengan begitu kita akan selalu bersama." Mata Jade nya memancarkan keyakinan.

"Eh?" Hinata terkejut sekaligus bahagia mendengarnya,

Gaara mengangguk dengan penuh keyakinan.

Sebuah janji yang tercipta saat itu, Gaara berjanji akan menikahi Hinata suatu hari nanti, bahkan mereka tidak mengerti apa itu pernikahan yang sesungguhnya, tapi Hinata percaya, ia sangat percaya pada Gaara.

'Soulmate is not the one you want to live with, Soulmate is the one you can't live without.'


SOULMATE

25-February-2012

Soulmate : ViN

Naruto : Masashi Kishimoto

|Pair : GaaHina and GaaSaku|Genre: Romance|Rate : +T, Rating may change|Warnings : AU,OOC, Typos, Etc.|

Don't Like, Don't read.

YOU HAVE BEEN WARNED!

A/N : Berhubung Author tidak tahu nama ibunya Hinata, maka di Fic ini Author sebut saja dengan sebutan Masumi Hyuuga. Begitu pula dengan nama ayah Gaara, Author sebut saja dengan sebutan Kazekage.


|Soulmate 1|Dia kembali|

.

.

Hari ini tepatnya dipertengahan musim semi, Keluarga Sabaku memberi kabar kepada keluarga Hyuuga bahwa mereka sedang berada dalam perjalanan menuju Konoha, berita itu sontak membuat Hiashi Hyuuga sang kepala klan menjadi senang, Kunjungan keluarga Sabaku berarti banyak baginya, mengingat ia sangat menyayangi putrinya, dan putrinya selalu menanti 'teman kecilnya' kembali, maka ini akan menjadi kejutan terindah untuk putrinya yang bernama Hinata Hyuuga.

Hiashi dan Istrinya bersiap untuk menjemput teman lama mereka di dermaga yang sama ketika 20 tahun yang lalu mereka meninggalkan Konoha dan sekarang baru sempat kembali lagi untuk sekedar bertemu dengan teman-teman lama seperti Fugaku dan Mikoto Uchiha, Shikaku dan Yoshino Nara yang kini menjadi besan keluarga Sabaku.

Angin berhembus menerpa wajah bahagia sepasang Hyuuga yang tengah menunggu sahabat lamanya, burung camar berterbangan menghiasi awan biru yang tampak cerah di siang menjelang sore hari itu.

Tampak sebuah kapal pesiar berlabuh ke tepian, penghuni kapal tersebut bermunculan dengan membawa barang-barangnya, Mata khas klan Hyuuga milik Hiashi tak pernah diam mengamati dan mencari sesosok orang yang ia yakin masih mengingatnya. Matanya menangkap keberadaan seorang pria berambut merah bata yang seusia dengannya, lalu di susul oleh wanita berambut pendek dan kedua anaknya, seorang anak laki-laki berambut merah dan anak perempuan berambut coklat muda.

Hiashi melambaikan tangannya untuk menarik perhatian seseorang yang ia kenal tersebut, sampai pada Akhrinya anak laki-laki berambut merah melihat lambaian tanagan Hiashi dan memberitahu pada keluarganya untuk segera mendekat ke arah jam 3, tempat Hiashi berada.

"Ini Gaara ya?" Hiashi menepuk bahu anak laki-laki berambut merah yang sudah beranjak dewasa.

"Anak-anak cepat sekali tumbuh ya Karura-san." Masumi Hyuuga Istri Hiashi tersenyum hangat pada Karura Sabaku.

"Iya...rasanya baru sebentar kita menggendongnya, sekarang dia sudah risih kalau masih diperlakukan seperti anak-anak." Karura mengelus rambut Gaara tanpa menggubris tatapan risih dari Gaara karena selalu diperlakukan begitu, padahal umurnya sudah 22 tahun.

"Ini Temari ya?" Masumi menatap gadis berkuncir dengan pandangan yang seolah tak percaya.

"Iya Hyuuga-sama," Temari membalas dengan keramahan, ia memang selalu ramah "Ini aku, Temari yang dulu sering bertengkar dengan Gaara dan Kankuro." ia sedikit terkikih.

"Oh iya..mana Kankuro? Aku tidak melihatnya."

"Dia tidak ikut kesini, ia sedang memiliki acara yang amat penting dengan tunangannya." balas Karura.

"Oh..Kankuro sudah bertunangan ya?" Masumi seolah tak percaya,

"Haha..iya Hyuuga-sama, mereka akan menikah dalam waktu dekat ini." Temari menambahkan.

"Wah...Selamat ya Karura-san, kau akan menggelar pesta pernikahan untuk yang kedua kalinya. Kankuro bertunangan dengan orang mana?" Masumi tampak lebih cerewet dari biasanya, itu akibat rasa rindunya pada Karura sahabat lamanya.

"Kankuro akan menikah dengan gadis dari Amegakure" jawab Karura.

"Wah...pangeran padang pasir menikah dengan putri hujan, seperti di cerita dongeng." Masumi terkikih dan diikuti oleh Karura dan temari.

Dan yang terpenting tentu saja ketiga pria disana merasa bosan akan percakapan wanita-wanta yang seperti sedang arisan.

"Bisakah reuniannya nanti saja?" desis Gaara.

Ayahnya menyeringai mendengar keluhan anak bungsunya.

"Sudahlah Masumi, nanti saja ngobrolnya, kita pulang dulu. Acara mengobrolnya biar di lanjutkan di rumah nanti." Hiashi membuka suara.

"Aduh...maaf Karura-san, saya terlalu keasyikan sehingga lupa tempat."

Ketiga wanita itu kembali terkikih untuk alasan yang tidak jelas dan tentunya membuat Gaara yang sudah gerah dengan percakapan reuni itu menjadi tambah gerah.

.

.

|Soulmate 1|Dia kembali|

.

.

Kediaman keluarga Hyuuga masih tampak sangat tradisional. Rumah tradisional Jepang berbahan kayu dan atap yang ditindih batu dengan aksesoris fasade khas Jepang,ruang dengan lantai kayu yang dilapisi tatami dan terdapat Onsen di belakang rumahnya, sebuah Onsen yang dikelilingi oleh pohon Sakura dan pemandangan yang sangat indah.

Gaara lebih memilih untuk beristirahat di kamar dari pada mengikuti percakapan reuni ketiga wanita itu, sementara Hiashi Hyuuga dan Kazekage sedang berendam di Onsen. Anak muda memang selalu merasa bosan jika dihadapkan dengan suasana seperti ini, Gaara merebahkan badannya di atas ranjang yang empuk, ia mulai mendengarkan musik dari Ipod nya.

Sementara ketiga wanita itu sedang mempersiapkan makanan di dapur belakang.

"Hyuuga-sama, Hinata kemana?" Temari yang sibuk mencicipi masakan Masumi dan Karura tersadar akan satu hal yang menurutnya ganjil.

"Oh...Hinata belum pulang, sebentar lagi juga dia pulang" jawab Masumi yang sedang membuat Sushi.

"Memangnya Hinata kemana sampai pulang sesore ini?" Karura ikut bergabung dalam pembicaraan.

"Dia sekarang bekerja menjadi Guru Preschool sekaligus penjaga perpustakaan umum di Konoha." Masumi menghentikan aktivitasnya sejenak "Yah...anak itu tidak bisa diam, selalu saja ingin mencari kesibukan, di tambah lagi dia suka dengan anak-anak."

"Wah...itu bagus Hyuuga-sama, berarti Hinata akan menjadi calon ibu yang baik." Temari meminum teh yang di buat oleh ibunya.

"Temari-chan juga," Masumi terkikih.

"Dia sedang Hamil lho." Karura memberitahukan Masumi tentang kehamilan putrinya.

"Hah...Kaa-chan, jangan berisik, aku jadi malu." Temari menutupi mukanya dengan telapak tangannya.

"Benarkah?" Masumi yang memunggungi temari memutar badannya untuk melihat calon Ibu muda itu.

"I-iya..baru 2 bulan, jadi belum begitu terlihat." Temari membenarkan.

"Wah...Karura-san akan segera di panggil Baa-chan nih." Masumi melirik ke arah Karura.

"Hahaha...tidak terasa ya, aku sudah tua." mereka terkikih untuk kesekian kalinya.

"Tadaima..." suara lembut terdengar dari pintu depan.

"Nah itu Hinata." seru Masumi "Hinata cepat kemari," ia berteriak memanggil putrinya.

Hinata yang merasa di panggil pun segera menuju arah sumber suara dan...

"Te-Temari-chan?" ia menyebut nama orang pertama yang ia lihat.

"Hai Hinata, lama tak berjumpa ya." Temari memberikan senyuman khasnya.

"Wah...Hianta juga sudah besar ya Masumi-san. Dia cantik." Karura terkagum melihat Gadis berambut panjang yang mengenakan seragam Guru Preschool.

"Sabaku-sama" Hinata membungkukkan badannya memberikan penghormatan.

Keluarga Sabaku benar-benar berkunjung kembali ke Konoha, Hinata sangat senang, bahkan lebih dari sebuah kesenangan biasa, sejujurnya ingin sekali ia menanyakan 'Dimana Gaara?' tapi perkataan itu terpaksa harus ia telan kembali karena ia merasa malu untuk menanyakannya.

Di sebuah acara makan malam.

Kedua keluarga nampak duduk di atas tatami dan menikmati hidangan yang tadi sore telah dipersiapkan, Hinata kebetulan duduk berhadapan dengan Gaara, mereka tampak canggung dan tidak ada yang berani memandang satu sama lain.

"Hinata sekarang bekerja sebagai Guru Preschool dan penjagaperpustakaan umum di Konoha." Hiashi membuka percakapan.

"Bagus...sepertinya Hinata tertarik dengan anak-anak dan pengetahuan ya?" Kazekage merespon.

"Begitulah...ia tidak ingin terus berdiam diri di rumah." balas Hiashi "Bagaimana dengan Gaara?"

"Gaara akan ku berikan kepercayaan untuk menggantikan ku di salah satu perusahaan ku, untuk sementara ini dia hanya perlu fokus kuliah saja yang sudah tinggal beberapa bulan lagi." paparnya.

"Baguslah...belajar bertanggung jawab sejak muda."

"Hinata, bagaimana kalau besok kau berangkat di antar Gaara?" Kazekage menyarankan pada Hinata.

"Eh?" Hinata tertegun mendengarnya

Sementara Gaara langsung meresponnya dengan acara tersedak lalu terbatuk kecil. Tak lupa dengan sebuah cubitan kecil yang mendarat di perutnya sebagai teguran dari Karura.

"Bagaimana Gaara?" Kazekage melemparkan pandangannya pada Gaara.

"Umm..Iya, baiklah." balasnya ragu dan malas.

"Kalau Gaara tidak mau biar Hinata berangkat sendiri saja, dia sudah terbiasa kok." sambar Masumi.

"Ah..tentu saja Gaara mau, iya kan Gaara?" Karura memandang ramah pada Gaara yang ia artikan sebagai sebuah teror yang halus.

"I-iya." Hanya itu yang ingin ia katakan sebelum pada akhirnya Karura memandangnya lagi "Aku senang diberi kepercayaan untuk mengantar Hinata." lanjutnya dengan terpaksa.

Setelah makan malan usai, Gaara dan Hinata sengaja di tinggal berdua, berharap akan terjadi sebuah percakapan yang dapat membuat hubungannya kembali seperti 20 tahun yang lalu.

Hinata nampak duduk dengan gelisah di hadapan pria berambut merah yang sedari tadi hanya terdiam.

Mereka memang pernah akrab dan pernah merasa saling menyayangi layaknya seorang sahabat, tapi itu sudah berlalu begitu lama, dengan kepribadian Hinata yang pemalu dan Gaara yang bersikap dingin, rasanya butuh waktu yang lama untuk memulai sebuah pembicaraan, dan pada akhirnya si gadis lah yang menyerah.

"Ga-Gaara-kun masih kuliah?" pertanyaan biasa yang selalu dilontarkan saat bertemu seseorang yang sudah lama tak di jumpai.

"Hn." Gaara mengirit suara "Kau sendiri?" ia menanyakan sesuatu yang sebenarnya sudah ia ketahui.

"Aku kuliah sekaligus menjadi Guru Preschool." Hinata tertunduk, berharap ia segera keluar dari suasana yang sulit ini.

"Besok mau di antar jam berapa?" tanya nya datar.

"J-jam 8 saja."

"Kalau begitu tidurlah, ini sudah jam 9." Gaara berniat untuk mengakhiri percakapan ini, ia berdiri dan membalikkan badannya untuk meninggalkan Hinata.

Gaara...dia benar-benar sudah berubah, sama sekali tak seperti dulu.

Hinata hanya tercengang menyaksikan pria berambut merah itu pergi dan menghilang di balik pintu kamar.

Malam ini keluarga Sabaku menginap di kediaman Hyuuga.

.

.

|Soulmate 1|Dia kembali|

.

.

Gaara benar-benar menepati janjinya, tetapi Hinata merasa bahwa yang sedang bersamanya itu bukanlah Gaara yang ia kenal, di sepanjang perjalanan menuju tempat Hinata bekerja mereka hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Hinata benar-benar bingung harus melakukan apa supaya tidak terus-terusan seperti ini. Mata lavendernya tak bisa mengalihkan pandangannya pada Gaara, walaupun hanya mengamati dari sudut matanya saja, ada rasa bahagia di hatinya ketika memperhatikan raut wajah pria berambut merah itu, ia nampak lebih tampan dan berwibawa, sungguh beruntung gadis yang menjadi kekasihnya. Tapi...begitu memikirkan hal itu, tiba-tiba perasaan tak rela perlahan bermunculan, walaupun ia sepenuhya sadar bahwa ia bukan siapa-siapanya Gaara, namun ia tak bisa melawan rasa ketidak relaan itu ketika membayangkan Gaara sudah memiliki kekasih, namun faktanya Hinata tidak tahu, mungkin nanti akan ia cari tahu sendiri.

"Sudah sampai." suara datar itu terdengar kembali.

Hinata masih terdiam dengan memikirkan banyak hal.

"Hei..kau melamun? Ini sudah sampai." suara beratnya meninggi.

"Eh? I-iya Gaara-kun, Ma-maaf." Hinata bergegas mengambil tas kecilnya lalu membuka pintu mobilnya dan keluar.

Melihat kegugupan gadis itu Gaara langsung mengikutinya keluar.

"Hei tunggu Hinata." ia berseru memanggil Hinata yang hendak melangkah menuju gerbang. "Kau ingin ku jemput? Jam berapa?" lanjutnya.

"Jam 4 sore aku pulang." jawab hinata dengan gugup.

"Baiklah, aku akan menjemputmu jam 4 sore."

"I-iya, terimakasih Gaara-kun."

Gaara tak memperdulikan ucapan terimakasih dari gadis itu, ia segera memasuki mobilnya dan berbalik arah untuk pulang.

"Hei yo! Gaara, bagaimana kencan perdana mu?" Temari langsung mengagetkan Gaara yang baru saja memasuki apartemen milik orang tuanya yang hanya di huni selama mereka di Konoha.

"Kau apa-apaan sih?" Gaara merasa risih "Aku Cuma mengantarnya, aku tidak berkencan." Sanggahnya.

"Bertahap kan Gaara? Ha?" goda Temari.

"Terserah kau saja lah!" Gaara menghindari pertanyaan yang akan menjurus pada hal yang lebih pribadi.

Ia memasuki dapur dan memakan Apel yang tertata di sebuah keranjang yang terletak di atas meja makan.

"Bagaiman kencannya?" Karura yang sedang mencuci piring menanyakan hal yang sama.

"Cih..aku tidak kencan!" tegasnya dengan nada kesal.

"Hinata itu gadis yang baik, kau seharusnya sudah mengenalnya kan? Dia itu teman lamamu."

Gaara menarik kursi dan mendudukinya.

"Kaa-chan, Gaara tidak mau mengaku tuh." Temari tiba-tiba muncul di amabang pintu sambil berkacak pinggang.

"Berisik kau, dasar Baka!" Gaara melempar Temari dengan sebutir Anggur dan tentu saja Temari langsung menghindar lari, lalu terdengar suara tawa renyah di sana.

"Hei Temari, kau jangan sering berlarian begitu." teriak Karura mengingatkan putrinya yang tengah hamil. "Kau juga Gaara, jangan terlalu kasar pada perempuan, Nee-san mu itu sedang hamil."

Gaara menguap malas dan bangkit dari posisi duduknya. "Aku ngantuk." suaranya melemas "Ingatkan aku jam 4 nanti ya Kaa-chan." sambungnya.

"Mau kemana?"

"Menjemput Hinata." jawabnya sambil meninggalkan dapur.

"Tuh kan kau mau menjemputnya segala." Temari kembali menggoda adik nya.

Terdengar Suara derap kaki seperti orang yang sedang bermain kejar-kejaran lalu di susul oleh suara pintu yang terbanting keras.

Karura hanya tersenyum mendengarnya, mereka tetap akrab, yah..walaupun keakrabannya itu berbeda dari yang lain.

.

.

|Soulmate 1|Dia kembali|

.

.

Dengan niat setengah Hati Gaara memutuskan untuk menjemput Hinata, Jalan raya Konoha tampak sangat ramai dan macet. Di waktu orang-orang pulang kerja memang akan selalu begini, macet dan 'membosankan'.

Gaara menyematkan Cigarette di bibirnya, ia meraih pemantik dari dalam saku dan menyulutkan ujung rokok pada api.

Sudah hampir 15 menit ia bersabar dengan kemacetan yang terjadi di jalan, ia memasuki jalan yang lumayan sepi, menghirup nafas lega karena terbebas dari macet yang sangat menganggu.

Ia melajukan mobil Bugatti Veyron nya dengan santai sembari menikmati suasana jalan sepi yang memang berpemandangan indah. Bunga Saukra bermekaran di sepanjang jalan, menjadikan jalan ini bernuansa romantis dan hangat.

Kedamaiannya tidak berlangsung lama ketika ia hampir saja menabrak seorang gadis yang menyebrang jalan dengan terburu-buru. Ia segera menginjak rem nya dan nyaris saja menabrak gadis itu.

Gaara turun dari mobilnya dengan perasaan kesal, sebelum ia membentak dan memariahi gadis itu, ia langsung menyadari bahwa ia pernah berjumpa dengan gadis itu, ia mengenalnya, seorang gadis berambut pink yang kini berada di hadapannya pun menatap mata Jade nya.

"K-kau?" gadis itu menunjuk ke arah Gaara. "Gaara ya?" gadis itu ragu.

"Kau Sakura?" tanya Gaara.

"Iya..ya ampun, kita bertemu lagi." serunya.

"Kau sedang apa sembarangan menyebrang begitu, untung saja aku cepat menginjak rem nya." tidak biasanya Gaara banyak bicara begini.

"Maaf, tadi aku buru-buru" Sakura manggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Lain kali kau harus berhati-hati."

"Eh, ngomong-ngomong sejak kapan kau di Konoha?" Sakura mengalihkan pembicaraan

"Sudahlah, jangan di bahas di jalan, " Gaara merasa tidak nyaman mengobrol di tengah jalan "Kau mau kemana?"

"Aku mau ke cafe, tadinya aku mau mencari Taxi , tapi malah hampir tertabrak begini." ia terkikih.

"Baiklah kalau begitu, kita ke cafe bersama saja." Gaara benar-benar lupa pada janjinya untuk menjemput Hinata.

.

.

|Soulmate 1|Dia kembali|

.

.

Sudah lewat setengah jam dari waktu perjanjian mereka, Gaara belum juga muncul menampakkan batang hidungnya, Hinata semakin gelisah menunggu Gaara, jarum jam sudah menunjukkan pukul 4.30 sore, jika ia tak segera pulang, maka ia akan disuguhi beberapa pertanyaan dari Ayahnya, keluarganya memang sangat menghargai waktu. Tapi bagaimana kalu saat ia pulang lalu Gaara datang kesini?

Hinata benar-benar bingung saat ini dan akhirnya memutuskan untuk menunggu Gaara.

1 jam, 2 jam, sampai matahari tenggelam Gaara tak kunjung datang, sepertinya Gaara tidak berniat untuk menjemput Hinata, dan tentu saja menyisakan kekecewaan pada hati Hinata. Satu-satunya yang ia harapkan adalah 'ia dapat selamat dari interogasi Ayahnya di rumah.'

"Tadaima." suaranya lesu, memendam kekesalan pada Gaara yang tak menepati janjinya.

Hiashi sudah berdiri di depan pintu sambil menyilangkan tangannya di atas dada, namun ada sedikit hal yang terlihat berbeda, wajah Ayahnya tersenyum.

"Ma-maaf Tou-san." Hinata membungkukkan badannnya, ia menyadari kesalahannya.

"Tak apa." Hiashi menyentuh pundak putrinya "Tak apa kau pulang terlambat, kau pasti jalan-jalan dulu dengan Gaara kan? Tou-san senang kalian akrab kembali." ia tersenyum lebar.

Tidak ada yang bisa Hinata katakan setelah mendengar pernyataan senang dari Ayahnya. Perasaan kalut menyelimutinya lagi, akan sangat bermasalah kalau ia mengatakan bahwa Gaara tak menjemputnya dan membiarkannya menunggu sampai selarut ini, tapi kalau ia mengatakan bahwa ia habis jalan-jalan dengan Gaara, itu sangat bohong sekali.

"Hinata-chan habis berkencan ya?" Suara riang Ibunya menambahkan rasa bersalahnya "Ya ampun lihatlah Tou-san, Hinata sudah dewasa ya." Masumi berbicara pada suaminya.

Hinata hanya tersenyum hambar menyembunyikan kebohongannya.

Ia memasuki kamarnya dengan di ikuti oleh Masumi.

"Bagaimana kencannya?" Ibunya terdengar sangat antusias.

Hinata menghela nafas "Seperti kencan biasanaya." ia berbohong.

"Gaara baik pada mu kan?" masih selalu bersemangat.

Hinata berfikir sejenak, mencari sebuah kebaikan pada pria yang membiarkannya menunggu ber jam-jam. "Iya, dia baik." ia terpaksa berbohong kembali.

"Kaa-san senang kau bisa dekat dengan Gaara." Masumi tersenyum pada putrinya sebelum ia meninggalkan kamar Hinata.

Sejujurnya Hinata merasa sangat kesal pada perlakuan Gaara hari ini, Gaara membiarkannya menunggu tanpa menelfon atau membalas pesan singkat dari Hinata.

Ia tak berhenti memikirkan mengapa Gaara tidak jadi menjemputnya, namun entah mengapa ia selalu mengeliminasi kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi pada Gaara, ia berusaha sebisa mungkin agar tidak berprasangka buruk pada Gaara. Mungkin Gaara mempunyai kesibukan mendadak, mungkin itu alasannya mengapa ia tak menjemput Hinata.

Ingin rasanya menelfon Gaara, menanyakan mengapa tidak jadi menjemputnya. Hinata berkali-kali melihat layar ponselnya, tidak ada pesan singkat maupun panggilan dari Gaara, hal itu membuatnya semakin ingin menghubungi si rambut merah itu. Tapi siapa dia kalau harus memprotes mengapa Gaara tidak jadi menjemputnya, bahkan ia bukan pacar Gaara kan?

Hinata terus memutar otak mencari alasan untuk menelfon Gaara, sepertinya ia harus menanyakan hal itu dengan cara halus tentunya.

Ia memberanikan diri untuk menekan tombol call pada nomor ponsel Gaara.

Tuut...tuut..tuut...lumayan agak Lama Hinata menunggu sampai pada akhirnya di jawab juga.

"Halo?" suara gadis yang menjawab panggilannya.

Hinata langsung terbelalak dengan degup jantung yang semakin cepat, ia langsung menutup panggilannya dan meletakkan ponselnya di atas meja.

Ia langsung menyembunyikan wajahnya di balik bantal, entah mengapa ia merasa sangat kesal, berbagai pertanyaan bermunculan di benaknya, siapa gadis yang menjawab panggilannya? Bagaimana bisa ponsel Gaara ada padanya? apa itu temari-nee? Tapi suaranya sama sekali tidak mirip denga suara Temari-nee.

Mungkinkah Hinata cemburu?

.

.

TBC


A/N :

HoHoHo...Kasihan Hinata di tinggalin (T_T)

Jadi bagaimana menurut Minna-san tentang chapter ini?

Review penting sekali bagi Author, Mihihi (^^)v

Terimakasih yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca Fic ini,

I Freakin' Love You