"Kau percaya adanya youkai, Rukia?"

"Tentu saja. Mereka ada namun jarang menampakkan sosoknya bukan?"

"Kalau vampire?"

"Eh? Untuk yang itu aku tidak percaya,"

"Kenapa?"

"Karena ras vampire sudah lama musnah semua bukan? Dan sekarang tidak ada lagi keberadaannya,"

"Kau yakin dengan pendapatmu? Bagaimana kalau di depan matamu saat ini ada vampire yang sedang menghisap darah seseorang?"

Disclaimers :: Tite Kubo

Warning :: AU, OOC, Typo(s), gaje, dll~

Genre :: Gado-gado XD

"Vamps"

-Chapter 1-

Matahari bersinar cerah, angin-angin bersahutan menggugurkan dedaunan yang telah rapuh, terdengar pula tawa bahagia para murid di sebuah sekolah SMA bernama Karakura Gakuen yang mewarnai hari indah nan menyenangkan ini. Tapi ini sama saja membosankannya dengan hari-hari biasanya bagi salah satu siswi. Kuchiki Rukia, siswi SMA berciri fisik mungil dan menggemaskan ini memilih duduk tenang di bangku kelasnya, tidak seperti murid-murid lainnya yang senang berada di luar kelas. Gadis mungil itu lebih suka menghabiskan waktu istirahatnya dengan tidur-tiduran di bangkunya sampai jam istirahat selesai. Jarang sekali Rukia membeli makanan kecil seperti anak lainnya karena ia sudah bosan dengan makanan kecil yang kantin sekolahnya sediakan. Itu-itu saja, tentu Rukia sudah bosan akan rasa makanan yang hampir setiap hari di rasakannya. Maka karena itu, semenjak ia mulai bosan oleh apa yang selalu di belinya setiap jam istirahat, Rukia lebih senang menyendiri untuk tidur di bangku kelasnya. Walau tentunya dalam keadaan lapar. Namun di lain itu, ada untungnya juga ia menahan rasa laparnya karena uang sakunya dapat ia tabung dan ia bisa membelikan apa yang diinginkannya. Seperti biasanya, saat ini Rukia tengah menyandarkan kepalanya ke meja dengan jaket miliknya sebagai bantal. Mata violetnya tertuju pada seorang murid lelaki berkacamata yang duduk di bangku nomer dua dari depan. Rupanya ia tidak sendirian saja di kelas, tapi ada murid berjulukan lelaki pendiam di kelasnya.

Kurosaki Ichigo, lelaki berkacamata, bersikap dingin, populer di kalangan banyak perempuan dan hampir bisa dibilang sempurna itu sedang sibuk dengan buku pelajaran yang menjadi teman sehari-harinya. Yeah, setiap hari selalu Rukia mendapatinya terus membaca sumber ilmu tersebut. Tidak heran Ichigo dari kelas satu sampai tiga SMA ini terus meraih peringkat pertama di sekolahnya. Tampan, pintar, ahli olahraga, semua ada padanya. Benar-benar tipe pria idaman semua perempuan, sama seperti Rukia. Sayangnya sikap cuek yang di peliharanya yang membuat banyak murid enggan mengenalnya lebih jauh.

"Dasar cuek..." gumam Rukia ketika memperhatikan Ichigo sambil mengingat saat-saat Ichigo mengacuhkannya ketika ia iseng bertanya tentang pelajaran. Yah. Itu sangat menyebalkan. Tapi, diam-diam Rukia cukup mengagumi Ichigo. Ia pernah tak sengaja melihat Ichigo yang sedang berganti pakaian olahraga di ruang ganti pria. Oh, Rukia masih ingat betapa menggodanya tubuh atletis milik Ichigo. Tubuh yang sangat terlihat terlatih dan... uuuh! Rukia, sadar! Sadar! Rukia tidak bermaksud mengintip murid pria di ruang ganti, tapi itu terjadi secara tidak sengaja dan itu akibat kecerobohan Ichigo yang tidak mengunci kamar gantinya sehingga ketika Rukia melewati ruangannya, ia tak sengaja melihat adegan luar biasa itu.

Rukia akui, Rukia bukan hanya mengagumi Ichigo. Tapi juga... suka. Sangat suka. Bukan melihat dari fisik, namun ada 'kejadian' yang membuatnya tak bisa melupakan perasaannya pada Ichigo begitu saja.

"Kurosaki Ichigo..."

Tanpa sadar Rukia memanggil nama lelaki yang sedang menaungi pikirannya itu hingga membuat Ichigo yang tak jauh darinya merespon. Rukia langsung membelalakan matanya begitu mata hazel Ichigo menatapnya karena panggilan yang di dengarnya dari bibir mungil Rukia. Kedua tangan Rukia mengawang-awang sebagai pertanda ia memanggilnya tidak ada maksud apa-apa. Dan Ichigo pun kembali pada kesibukannya, tak memikirkannya terlalu berbelit-belit. Helaan napas lega lolos dari mulut Rukia. Gadis bermata violet itu mengelus dadanya lega karena keadaan kembali sempurna. Hampir saja ia jantungan gara-gara mulut nakalnya yang seenaknya saja memanggil Ichigo. Ia takut Ichigo terganggu karenanya. Tapi cukup senang juga, mata cokelat muda berkilat miliknya bertatapan dengan violet Rukia. Pandangan tadi seakan memberikan getaran di hatinya. Hanya oleh karena tatapan, Rukia merasa hatinya berbunga-bunga. Inilah rasanya kasmaran.

Tapi, apa kalian menangkap sesuatu yang aneh? Rukia berbisik pelan memanggil namanya, tapi, kenapa Ichigo bisa mendengarnya? Pendengarannya cukup tajam juga ternyata.

.

.

.

"Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Dasar guru menyebalkan! Si Kurotsuchi-sensei itu guru paling menyebalkan di sekolah! Dasar jelek! Memberi hukuman boleh saja, tapi tidak harus dengan hukuman pulang sore kan!"

Rukia terus mengumpati seorang guru yang mengajar di jam terakhir dan memberinya hukuman sehingga harus pulang telat. Gadis itu tak henti-hentinya mengeluarkan kalimat-kalimat ledekan untuk melampiaskan kekesalannya selama berjalan melewati lorong-lorong kelas. Sekolah sudah sepi, hanya ada dia saja. Tentu, karena dia baru pulang 2 jam dari jam pulang sekolah yang sewajarnya.

Tep. Langkah kaki Rukia berhenti di tengah lorong kelas saat matanya menangkap sesosok tubuh tinggi seorang lelaki yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Raut wajah si gadis mungil itu keheranan melihat ada seorang murid yang masih berada di sekolah. Ia yakin, itu memang murid dari sekolahnya begitu melihat seragam yang di kenakannya. Sedikit demi sedikit ia melangkah maju untuk mendekat pada murid yang tak terlalu jelas identitasnya untuk menanyakan apa keadaannya baik-baik saja karena murid itu nampak kurang enak badan. Napas terengah dari mulutnya terdengar keras seperti baru di kejar sesuatu.

"Ano, apa kau tidak apa-"

Suara Rukia langsung memberi refleks murid itu menoleh padanya. Rukia tersekiap kaget saat sepasang mata mereka bertemu. Tatapan mata cokelat muda berkilat tajam dengan geraman gigi bertaring berkesan lapar itu bertabrakan dengannya. Tapi tidak butuh waktu terlalu lama, murid itu langsung berlari kencang menjauh dari Rukia sebelum Rukia sempat mendekat padanya. Lelaki bersurai oranye itu tak mempedulikan panggilan Rukia yang terus meneriakinya unuk berhenti. Setelah mendapat tatapan keji barusan, kaki Rukia langsung melemas. Gadis itu jatuh terduduk dan masih merasa takut akan kejadian barusan.

"I-itu... tadi... Ichigo?"

Meski cuma sekilas, ia yang hapal akan ciri fisik Ichigo tentu menyangka bahwa murid misterius bermata tajam tadi adalah teman sekelasnya, Ichigo yang memiliki rambut oranye.

"Bukan... masa yang tadi itu Ichigo?"

.

.

.

Esoknya, sama seperti kebiasaan Rukia di am istirahat. Ia memilih tidur bersandar meja di bangkunya daripada keluar kelas. Sesaat mata violet Rukia melirik sebuah buku yang di bawa teman sebangkunya. Cover buku bergambar seorang vampire lelaki berwajah tampan milik temannya cukup menarik rasa perhatian Rukia. Si mungil itu akhirnya bertanya karena terkalahkan oleh rasa penasaran akan apa isi buku berjudul 'Vamps' itu.

"Ah, Riruka, itu buku apa ya?" Riruka mengerjapkan matanya berkali-kali begitu mendengar pertanyaan Rukia. Gadis penggemar sesuatu apapun yang berbau vampire tersebut menyeringai senang. Ia berpikiran Rukia tertarik akan hobinya dan mereka bisa jadi teman sesama penggemar vampire. Mungkin, haha.

"Rukia~ aku senang kau tertarik dengan kisah vampire! Kupikir saking bencinya kau dengan cerita khayalan, kau tidak akan pernah tertarik dengah hal begini~"

Muka Rukia pun memerah. Jujur saja, baginya sekarang ini ia merasa seorang munafik. Padahal dia tidak suka dengan mitos-mitos macam vampire, tapi sekarang dirinya malah sedikit tertarik dengan dunia mitos vampire.

"Su-sudahlah! Lupakan! Apa itu novel tentang vampire?"

"Hu'um! Vampire di bagi menjadi 4 jenis. Origin, Slave, Alter dan Outcast. Di sini menceritakan sebuah kisah cinta antara vampire Origin dan Slave. Slave adalah manusia yang menjadi vampire karena meminum darah vampire. Slave sangat patuh pada masternya, yaitu vampire Origin yang memberikan darahnya untuk di minum Slave. Origin sendiri adalah vampire berdarah murni. Di sini menceritakan kesetiaan sang Slave perempuan yang mencintai masternya. Namun, suatu ketika, sang master telah mati dan master meninggalkan Slave sendirian tanpa seorang master, ia di hadapi dua pilihan rumit. Seorang vampire Slave tak akan bisa apa-apa tanpa masternya. Dan Slave tanpa master itu di sebut vampire Alter. Seorang Alter hanya punya dua pilihan setelah ia tak lagi mendapat pengganti masternya. Bunuh diri atau jika mentalnya cukup kuat, ia berangsur-angsur akan menjadi manusia. Atau... menjadi vampire bebas yang selalu haus akan darah~!"

Rukia meneguk ludahnya setelah mendengar cerita Riruka. Vampire... mahkluk mitos itu mulai menarik perhatiannya dan itu mengingatkannya kejadian kemarin. Taring tajam dan panjang yang terlihat di antara gigi-gigi Ichigo. Tatapan tajam dengan mata berkilat, seolah memburu siapa yang menatapnya.

Napas yang terengah-engah berhembus tergesa seakan membutuhkan obat penenang untuk segera mendinginkan rasa panas di tubuhnya, haus akan sesuatu. Rukia semakin yakin akan apa yang dirasakannya. Mungkinkah taring Ichigo yang terlihat olehnya walau hanya sekilas itu membuktikan bahwa Ichigo seorang vampire? Ah, tidak. Gadis bermarga Kuchiki menggeleng-gelengkan kepalanya untuk membuang pikiran khayalnya jauh-jauh. Jika Ichigo memang vampire, kenapa dia bisa hidup di bawah sinar matahari? Rukia berusaha berpikir positif. Mungkin saja saat itu Ichigo menggunakan gigi palsu yang memiliki taring panjang karena sebenarnya Ichigo ompong. Tentu seorang remaja bisa ompong karena terlalu banyak berpikir atau bisa juga Ichigo kebanyakan makan cokelat di hari valentine sampai kuman-kuman membuat deretan gigi putihnya rontok bagai daun musim gugur. Menurutku itu bukan pemikiran positif Rukia, tapi pemikiran konyol. Bagaimana dengan kalian?

"Jadi, Rukia, apa kau tertarik untuk pinjam novel ini? Mumpung aku berbaik hati lho!" tawar Riruka sambil memamerkan novelnya dan memasang ekspresi menyebalkan yang menggodanya. Dengan wajah memerah dan cemberut, Rukia menyambar novel Riruka.

"Oke, kau berhasil membuatku kalah, rambut merah!"

Setelahnya yang Rukia hanya tawa kemenangan Riruka semakin menjauh ke luar kelas. Kekesalan Rukia semakin tak bisa mereda saat dirinya membuka satu halaman novel bertuliskan sesuatu yang sangat di sengaja.

Kuchiki Rukia percaya mitos vampire! Jangan jadi gadis lain mulut lain hati yah, Chappy-chan~!

Nyut! Itu adalah sindiran paling menyebalkan. Sejak kapan si rambut merah itu bisa menulis kata-kata seperti ini? Rukia terus mengutuk Riruka dalam hatinya agar gadis berkucir itu suatu saat di gigit Batman. Bahasa bagusnya kelelawar deh.

Jemari Rukia membuka halaman demi halaman sampai akhirnya menemukan chapter berjudul ; Alter. Mata Rukia meredup ketika memutar kembali memori dalam otaknya.

Alter adalah vampire yang kehilangan masternya. Ia tidak bisa apa-apa tanpa masternya.

Keadaan Alter sama sepertinya. Adik tanpa kakak, bagai vampire bawahan yang tak memiliki tuan.

"Uhh, kenapa kau jadi kacau begini, Rukia. Kenapa malah ingat tentang kakak..." gadis itu menggumam berusaha menjernihkan pikirannya. Bukannya pikiran itu hilang berganti dengan yang baik, malah buruk, ia kembali kepikiran dengan Ichigo. Rukia penasaran dengan sosok mirip Ichigo kemarin. Untuk murid cerdas yang selalu di penuhi rasa penasaran seperti Rukia tidaklah mudah membuang rasa itu. Diam-diam Rukia melirik tempat Ichigo duduk tak jauh dari bangkunya. Remaja bersurai oranye masih seperti biasanya. Pacaran dengan kekasih(buku)nya. Rukia menyipitkan matanya, mengamati baik-baik celah bibir Ichigo. Ia ingin memastikan kembali bahwa memang punya gigi taring.

Buka mulutmu! Buka mulutmu! Buka mulutmu!

Kalimat itu terus Rukia ulang seperti mantra agar Ichigo membuka mulutnya dan ia bisa melihat taring Ichigo. Tapi rupanya aura penasaran yang dikeluarkan Kuchiki itu keterlaluan sampai Ichigo mengetahui dia sedang di perhatikan. Dan langsung saja si Kurosaki membalikkan badannya karena tidak enak akan pandangan 'bernafsu' Rukia.

Rukia merasa terpukul oleh tatapan dari Ichigo yang di lihatnya walau sekejap sebelum remaja bermarga Kurosaki tersebut merubah posisi duduknya. Tatapan yang berkata, 'Apa kau lihat-lihat? Dasar cewek mesum!' seketika membuat Rukia membatu. Bagus. Niat dari lubuk hati terdalam Rukia yang sebenarnya ingin dekat dengan si pandai berkacamata itu malah berbalik. Bukannya ia menunjukkan sikap baiknya di depan Ichigo, malah menunjukkan sikap stalker. Reputasinya di mata Ichigo pasti jadi hancur dan Ichigo menganggapnya cewek kesepian. Ah, tidak, tidak, Rukia! Bersemangatlah! Ini hanya kejadian kecil yang tidak penting. Ichigo tidak akan mengambilnya sampai hati.

"Yeah! Benar! Hanya salah paham. Jangan terlalu kupikirkan! Aku, Kuchiki Rukia bukan cewek mesum! Aku perempuan baik yang merdeka (?), sehat dan setiap hari rajin minum susu! Tak lupa pula beribadah!"

Ah, tingkah konyol Rukia kumat. Rukia terlalu asyik dengan dunianya hingga tak sadar obyek yang tadi diperhatikannya berbalik memperhatikannya. Sedikit menoleh untuk melihat tingkah konyol Rukia yang sedang membaca alkitab tidak jelas, sambil menahan tawa, Ichigo tersenyum geli.

"Dasar manusia..."

.

.

.

Lagi-lagi sama seperti kemarin, itulah pikirkan Rukia begitu melihat apa yang ia temukan di lorong kelas sepi saat ini. Gara-gara mendapat hukuman dan harus pulang sore, Rukia pulang paling akhir di sekolah. Setelah kemarin mendapati sesuatu yang ganjal, lagi-lagi ia mendapatinya. Tapi kali ini lebih ganjal. Aneh. Tidak normal.

Susah bagi Rukia untuk bicara sekarang. Kurosaki Ichigo yang berdiri tak jauh dari hadapannya keadaannya sama seperti kemarin. Napasnya terengah-engah, tubuhnya penuh keringat, mata cokelat muda miliknya berkilat menatapnya tajam, terlihat juga gigi taringnya. Dan sorot mata Rukia tak lepas dari daerah sekitar mulut Ichigo. Darah merah segar mengalir dari mulut ke dagunya, seakan Ichigo baru meminum darah.

"Kuchi... ki... Rukia...?" Ichigo memanggil namanya dengan suaranya yang bergetar. Perlahan-lahan kakinya melangkah mundur, untuk berjaga jika Rukia malah mendekat padanya. Tapi anehnya, yang Ichigo ketahui jika ada wanita yang melihatnya dalam keadaan begini, wanita itu akan berteriak minta tolong atau kabur. Tapi Rukia?

Gadis berambut pendek itu malah mengusap kepala belakangnya dan tersenyum polos.

"Anoo... Kurosaki minum sirup rasa strawberry-nya berantakkan ya? Gigi taring... Ah, gigi palsumu berlumuran air sirup loh,"

Hening. Ichigo membelalakkan matanya mendengar kalimat konyol teman sekelasnya itu. Jujur, Ichigo rasanya ingin tertawa setelah mendengarnya, tapi ini bukan saatnya! Tapi tetap saja ia tak bisa menahannya gara-gara Rukia. Lelaki itu menyembunyikan senyum gelinya dengan tangan alih-alih menyeka bibirnya yang tertempel darah.

"Maaf, aku-"

"Apa kau masih tidak percaya vampire, Kuchiki Rukia?"

Rukia terdiam. Sesaat mata Rukia terbuka lebar mendengar kata vampire. Omongan Ichigo ditanggapinya dengan gelak tawa kecilnya. Gadis itu menghela napas berat lalu kembali memasang ekspresi tenang.

"Vampire itu mitos. Kalaupun ada, mana mungkin mereka bisa hidup di jaman ini. Vampire tidak bisa berbaur dengan manusia di bawah sinar matahari. Kurosaki tahu kan, ras vampire sudah lama punah dan-"

Opini Rukia terhenti begitu pergelangan tangannya di genggam seseorang. Rukia mengangkat kepalanya sedikit ke atas agar bisa melihat wajah pemuda tinggi di hadapannya kini. Tubuhnya mulai sedikit bergetar saat bertatap muka dengan Kurosaki Ichigo yang masih menahan tangannya.

"Lalu kau pikir cairan merah apa yang berlumuran di mulutku ini?"

"I-itu air sirup!"

"Taring milikku ini?"

"Itu gigi palsu!"

"... Sebegitu yakinkah kau bahwa ras vampire benar-benar sudah musnah sampai kau mengelak dari kenyataan yang kau lihat saat ini dengan mata kepalamu sendiri?"

Rukia bungkam. Ia tak punya lagi kata-kata untuk membalas orang yang menahannya ini. Ia menahan geraman rasa emosi dengan kepala tertunduk karena ia tak sanggup menunjukkan wajah yang baginya memalukan.

"Vampire, vampire, vampire. Kenapa akhir-akhir ini banyak yang bercerita soal vampire? Ah, dan satu lagi. Kukira kau murid yang tahu sopan santun pada lawan jenis, tapi ternyata kau sama saja dengan laki-laki kurang ajar lainnya..."

Ichigo sedikit tersentak. Yeah, dia tahu betul apa yang Rukia maksud. Dia memang lancang karena sudah seenaknya menggenggam tangan Rukia.

"M-maaf. Aku tidak ada maksud untuk kurang ajar kok..."

"AYAH DAN IBUKU SAJA BELUM PERNAH MENGGENGGAM TANGANKU, KENAPA KAU YANG BUKAN SIAPA-SIAPA LANCANG MENGGENGGAMKU DENGAN TANGAN KOTORMU, PENGGEMAR VAMPIRE BODOH!"

Tanpa ampun Rukia menginjak keras kaki tak berdosa di bawahnya. Seketika Ichigo melepaskan kuncian tangannya pada Rukia dan mengeluh sakit. Kesempatan itu tak di sia-siakan Rukia, gadis itu segera berlari menjauh dari Ichigo, bertujuan sampai ke gerbang sekolah.

"T-tunggu, Rukia!"

Sekuat apapun Rukia berlari, Rukia pasti tertangkap. Ia tahu sendiri. Ia sadar ia bukan pelari yang handal, tak bisa berlari cepat untuk kabur.

Sekuat apapun Rukia lari dari kenyataan, ia akan tetap tertangkap oleh apa yang dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Sekuat apapun ia berlari dari lelaki populer di sekolahnya, ia tetap tertangkap. Kaki kecil yang menapaki tanah itu tak berarti apa-apa. Karena sebanyak apapun ia menapak, ia akan tetap tertangkap. Sama seperti dirinya di masa lalu...

BRUK!

Napas kedua tubuh insan yang baru saja berkejaran itu terdengar memburu saling bersahutan. Tak membutuhkan waktu lama, Ichigo menarik tubuhnya yang sempat menimpa gadis di bawahnya.

"Tertangkap kau, Rukia! Sekarang dengarkan aku!"

Rukia mulai ketakutan dengan tingkah aneh Ichigo. Ia takut dengan seringaian di wajah pemuda itu.

"M-MAAF! AKU AKAN MELAKUKAN APAPUN ASAL KAU TIDAK MERENGUT HARTA BERHARGAKU SEBAGAI WANITA! TOLONG KASIHANI CALON SUAMIKU KELAK! AKU TIDAK INGIN MEMBERIKANNYA 'BARANG' SECOND!"

"S-siapa yang mau merengut keperawananmu, hah! Aku bukan laki-laki semesum itu!"

"Makanya sekarang menyingkirlah dariku!"

"Kalau aku menyingkir, kau nanti kabur dan tidak mau mendengarkan penjelasanku!"

"Berarti benar kan! Kau tidak mau menyingkir dari atas tubuhku, berarti kau mau merengut 'mahkota'ku!"

Wajah Ichigo semakin merah gara-gara topik pembicaraan ini melenceng jauh dari apa yang ingin di katakannya. Topik ini malah jadi... sedikit menyerempet pembicaraan orang dewasa?

Tapi buru-buru ia mengubur pikiran kotornya dalam-dalam. Kali ini Ichigo serius ingin mengatakan sesuatu pada Rukia.

Pertama, Ichigo mencoba bersikap lembut pada Rukia agar dia tenang.

"Rukia... dengarkan aku baik-baik..." bisiknya seraya membelai pipi Rukia.

"A-APAAN SIH! Kalau mau bicara ya cepat bicara! Tidak usah pakai elus-elus pipiku! Dasar muka dua! Padahal di kelas kau pendiam, tapi ternyata kau mesum begini!"

Ichigo, sabar. Beginilah Rukia, perlakuan lembut seorang pria di matanya adalah lampu merah untuknya. Pemuda berambut oranye ini mengerutkan alisnya dan cemberut, terlintas di kepalanya mungkinkah Rukia ada gangguan hormon? Sudahlah, lupakan.

"Aku... adalah vampire, Rukia. Vampire... Slave."

"AHA! Kau bohong, Kurosaki! Kau habis pinjam novel Vamps dan meniru dialog dalam novel itu-"

Suara Rukia tercekat ketika terasa ada lidah yang bermain di lehernya. Hembusan napas Ichigo terasa hangat, di tambah suara bisikan pemuda ini berhasil membuatnya begidik.

"Mau coba satu gigitan dariku?"

Sontak mata Rukia membulat sempurna. Gadis itu mulai memberontak, tapi tidak bisa. Genggaman Ichigo terlalu kuat.

"T-tunggu, kalau kau benar-benar vampire..."

"Aku memang benar vampire,"

Bisakah kali ini Rukia mempercayai adanya vampire setelah melihat di hadapannya ada manusia memiliki taring tajam dan pesona luar biasa ketika matanya saling bertatapan? Warna cokelat muda mengkilat itu menghipnotisnya. Membuatnya lengah dari dunia nyatanya. Membiarkan lelaki bermata indah ini melakukan apapun terhadapnya. Termasuk menghisap darahnya...

CTAK!

Suara jentikan jari menyadarkan Rukia dari dunia yang sempat memerangkapkannya. Rukia mengerjapkan matanya beberapa kali. Yang dilihatnya saat ini adalah Ichigo dengan cengiran kuda tanpa taring di antara ruas giginya.

"K-kau, benar-benar vampire? Yang barusan itu..."

Ichigo mengangguk. "Ya. Aku adalah vampire Slave. Mohon jaga rahasiaku ini ya, Kuchiki Rukia. Aku... Ingin di perlakukan sama seperti manusia biasa di sekolah ini. Aku masih ingin berteman dengan yang lain. Aku... Tidak ingin identitasku ini ketahuan banyak orang dan orang-orang yang kusayangi menjaga jarak dariku karena aku vampire... aku... seorang vampire yang ingin menjadi manusia sepertimu! Percayalah!"

Dengan begini, Rukia percaya ras vampire belum musnah seluruhnya. Percaya apa yang di ceritakan dalam novel Vamps milik Riruka adalah benar. Vampire ada empat golongan, Origin, Slave, Alter dan Outcast. Dan saat ini, ia sudah bertemu dan tahu seperti apa yang namanya vampire Slave. Apakah ia juga akan bertemu Origin, Alter dan Outcast?

To Be Continued...

Ngaaaah~! Fic iseng! Fic iseng! Kali ini entah kenapa pengen bkin fic macam gini! Hiru sekali-kali pengen bkin fic macam gini dengan chara IchiRuki yang sifatnya kaya chara2 di manga Dengeki Daisy~ Ngahahahahaha~ ntar di chapter2 laen bakal terus menunjukkan sisi2 konyol para vampire~ XD

Yosh, gak banyak ngomong, klo nggak bagus tinggal hapus fic ini,

Tapi tetap minta repiu yah ^^~