Cherry's Scandal
A SasuSaku Fanfiction for Haruna Sakura
Naruto©Masashi Kishimoto
Cherry's Scandal©Aiko Fusui
Warning: Misstypo(s), Little OOC, AU, Gaje, sorry if you don't like it.
This is my Story, enjoy…
Cherry's Scandal
Chapter 5
Demi mengingat senyum itu, Sakura sengaja tak belajar malam ini. Sudah hapal, batinnya.
BLUP… BLUP… FYUUUH
Sakura meniup gelembung-gelembung sabun putih di permukaan air bathup-nya. Rambutnya yang berwarna 'aneh' itu digerai, basah terkena air sabun. Ia menghela nafas panjang, sebelum akhirnya membuat tubuhnya direndam air sampai ke hidung.
Matanya terpejam. Merasakan sensasi air panas dari shower yang mengguyur kepalanya pelan bagai gerimis awal di musim salju. Mendinginkan kepalanya dan menghilangkan rasa pegal seharian ini.
Lalu, bayangan senyum si senpai-sialan di tengah anak-anak unyil di taman kota muncul kembali. Tapi ada yang lebih kuat dibanding bayangan itu. Senyum Naruto-senpai.
Sekitar lima menit setelah Sasuke tertawa bersama anak-anak itu, Naruto-senpai datang dengan bungkusan plastik besar berisi eskrim yang langsung dibuat rebutan anak-anak unyil itu.
Wajah Naruto-kun yang begitu benar-benar ingin ia miliki. Wajah mereka berdua, yang satu manis dan yang satu tampan. Naruto-senpai memang murah senyum, dan tawanya bersama anak-anak unyil itu menambah nilai plus di hati si gadis pink itu.
Sedangkan Sasu-senpai yang jarang senyum itu…
Lho? Lho? Kok malah mikirin Sasuke-sial sih?
Cepat-cepat gadis Haruno itu bangkit. Melilitkan handuk putih ke tubuh putih mulusnya, berlari ke kamarnya sendiri dan segera menatap pada cermin yang cukup besar menempel di sisi kanan lemari pakaiannya. Wajahnya yang memerah karena sebab yang kompleks, terlihat kebingungan.
'Waduh, kenapa Sasu-sial bisa nyempil ke otakku sih?'
Ia menggelengkan kepalanya sekuat tenaga. Berusaha menolak kehadiran si senpai 'garang' yang tak seharusnya ada.
Tapi, secara fisika Hukum Newton III, gaya yang diberikan kepada sebuah benda akan sama dengan gaya tolakan dari si benda itu sendiri. Singkatnya, aksi-reaksi gitu deh. Nah, ternyata Sakura juga tak luput dari pengaruh hukum tersebut.
Semakin keras ia berusaha membuang bayangan Sasuke-sial, semakin keras pula bayangan tersebut menempel di benaknya.
Sadar atau tidak, Sakura harus mau menyimpan kenangan tentang Sasuke di memorydisknya. Apalagi jika dilihat konektisitas hubungan Sasuke-Sakura yang notabene lebih banyak daripada Naruto-Sakura. Yah, walaupun semua hubungan itu tak menimbulkan rasa sayang sih.
Tapi sekiranya, Sakura masih bisa melihat masa lalu itu. Kejadian sekitar tiga hari yang lalu. Dimana ia diselamatkan pemuda misterius dari serangan 'pamer' exhibisionist super sialan di tikungan jalan tempo hari yang lalu.
Sakura yakin si pemuda itu adalah Sasuke.
Yakin sekali. Seribu seratus sebelas persen yakin.
Hanya saja ia tak berani menanyakan hal tersebut pada si tukang bentak itu. Entah kenapa Sakura lebih suka menyimpan satu pecahan kejadian tragedi semi manis itu sendiri. Daripada debat tak mutu plus dibentak-bentak tak berperikemanusiaan dengan lancarnya oleh orang itu, ya kan?
"Ada saatnya untuk 'itu'" lirihnya, masih betah memandang dirinya dalam cermin.
.
_Cherry's Scandal_
.
Tujuh hari menjelang pendaftaran Cheerleader…
"Whuapaaaa?" teriak Ino. Sakura nutupin kedua telinganya rapat-rapat.
"Abisnyaa~" si rambut pink menciut di hadapan si pirang.
"Kamu plin-plan banget jadi cewek deh!"
"…"
"Tau nggak sih? Elo kemaren abis songong-songongan ke dia, bilangnya 'get out'! lha sekarang? Masa' mau gabung lagi?"
"Abisnya~"
"Abisnya, abisnya, abis sudah kesabaran gue. Ah, terserah elo deh. Gue nggak mau nemenin elo mohon-mohon ama si cowok nggak terkenal nan dingin sangat itu."
"…hiks~"
DOEWEWENGGGG
Sakura nutupin mukanya dengan kedua tangan mungilnya. Nangis di depan Ino yang sekarang berubah mimik wajahnya. Kedua tangannya yang sedari tadi berkacak pinggang, kini turun. Memegang kedua bahu teman 'baby-huey' nya itu.
Merasa bersalah.
"Eh, kok nangis sih~"
"Abisnya, kan kamu yang nyuruh aku, hiks." Sakura nyusut ingus.
"Eh?" Ino menggelengkan kepala, bingung. Sekalian menghindari ingus Sakura yang siap dilapin di bajunya. Hihihihi.
"Kan Ino yang nyuruh aku ngejar Naru-senpai. Terus nyuruh aku belajar cheer buat gabung di tim cheerleader sekolah. Hiks, terus pas aku bingung karena nggak bisa nari, Ino juga yang nyuruh aku gabung sama klub dance. Karena aku nggak kuat, Ino nyuruh aku keluar. Hiks, sekarang aku mau gabung lagi, malahan gak boleh… hiks."
Mata Aquamarine itu membelalak. Hatinya mencelos.
'Oh, Kami-sama… apa yang telah aku lakukan pada gadis sepolos dia?'
Kedua matanya perlahan menurun, sendu. Memandangi raut sahabatnya yang masih menunduk di hadapannya.
"Sakura, tapi kan aku cuma ngasih saran. Kamu kan nggak harus nurutin setiap kataku. Jadi…"
"A-aku hanya pengen s-seperti Ino-chan,"
DEG!
Dua kali hati Ino mencelos. Dua menit berlalu dalam hening.
"Sakura…" panggil Ino, lembut. Yang dipanggil mendongak, menatap Ino (dalam hal ini, posisi Sakura lagi duduk dan Ino berdiri). Tatapan polos yang mampu menyesakkan dada.
"Maaf ya. Gomen ne watashi…"
Sedetik setelah itu, raut muka Sakura berubah. Senyum manis menarik dua sudut bibirnya ke atas. Dengan menganggukkan kepala, ia berkata, "Ehmya, tidak apa-apa…"
"Sakura." Ino memanggil lagi, kali ini lebih mantap.
"Iya?"
"Dasar bodoh!"
Hueeeee…
.
_Cherry's Scandal_
.
Pelajaran jam ketiga dan keempat ini tak masuk ke pikiran Sakura. Untung saja hari ini ia duduk agakdi belakang, tertutup sama tubuh gendut Akamichi Chouji. Kalau tidak, wajahnya yang murung itu akan jadi sasaran empuk Kurenai-sensei, pengampu biologi.
Pernah suatu saat teman sekelasnya bernama Nara Shikamaru memasang wajah masam di dalam kelas si sensei. Wesdah, jadilah ia menjadi bulan-bulanan si sensei. Disuruh ke depan, ngerjain soal, dia bisa. Terus disuruh berdiri di depan kelas, membuka kemejanya…
"Kyaaaa…" teriak anak-anak cewek kala itu.
"Nah di bagian ini paru-paru kita berada, terlindungi oleh tulang rusuk, bla-bla-bla…"
Ampun deh, satu kelas jadi tahu kalau badan Shikamaru nggak bagus. Tuh anak kayak kesemek matang, merah banget mukanya. Belakangan diketahui kalau Kurenai-sensei benci dengan wajah yang nggak baik.
Maka dari itu, kita bisa melihat semua anak di kelas ini sekarang mati-matian bertampang baik a.k.a senyum. Benar-benar guru yang aneh.
Oke flashback nya off yee~
KLING… Break Time!
Bunyi bel—yang menurut Author aneh— berdering di seantero gedung sekolah. Lima detik berikutnya, koridor yang semula sepi mendadak membludak ramai. Shogaku gakuen jadi berisik di jam-jam seperti ini.
Di sudut kelas, seorang gadis berambut pink terlihat sangat amat berusaha membangkitkan temannya yang berambut pirang. Minta ditemani ke kantin. Mau mencari seseorang sepertinya.
"Ah, iya-iya." Akhirnya si pirang cantik itu berdiri. Sebelah tangannya ditarik oleh Sakura dengan cepat. Keduanya melangkah melewati lorong gedung, menuruni tangga dan akhirnya di depan pintu besar bertuliskan 'Canteen' di atasnya.
Sakura celingukan ke kanan, kiri, depan, juga serong. Pokoknya ke semua arah deh. Hingga akhirnya tertangkap juga sosok yang sedang ia cari oleh matanya. Rambut ayam itu. Tak salah lagi, taka da orang lain dengan style rambut begitu di Shogaku gakuen selain dia.
"Ayo, Ino. Dia bergerak ke barat arah jam sepuluh" kata Sakura mantap. Persis meniru agen spy-kids yang suka ia tonton tengah malam.
'Lho? Dimana Ino?' batin Sakura ketika ia akan menarik tangan di sampingnya. Kosong.
"Hahaha, Sai-kun lucu ih," suara Ino yang lumayan cempreng itu membuat Sakura menoleh. GUBRAKK! Ternyata si pirang itu sudah duduk manis di depan Sai-senpai yang terus tersenyum.
"Ah, sialan! Dasar Ino nggak bisa diandalkan" umpat Sakura pelan.
Tanpa ba-bi-bu lagi, cewek manis itu melesat, mencari lagi dan akhirnya menemukan 'buruan'-nya yang sedang duduk sendirian di sebuah bangku yang terletak di bawah pohon sakura yang tak berbunga. Kalau sedang begitu, Sasuke terlihat flamboyan deh. Hihihihi.
Takut-takut gadis kelas satu itu mendekat sampai ia merasa pada jarak yang aman dari 'terkaman' Sasuke yang bisa terjadi kapan saja dan tiba-tiba.
"Err— permisi senpai. A-anu, saya mau minta ma—"
"Sas, nih pesenan loe. Anjriiit dah… panas banget mangkok loe"
Sakura dan Sasuke menoleh barengan #ciyeeh? Ke arah suara khas itu. Ada Naruto yang sedang kerepotan membawa dua mangkok berisi ramen kesukaannya. Dengan sigap Sasuke berdiri, mengambil satu mangkok di tangan kiri Naruto dan membawanya sendiri.
"Eh, ada kouhai manis disini. Ada perlu apa?" sapa Naruto dengan ramahnya ke Sakura yang sedari tadi masih bengong di tempat. Buru-buru ia balik ke tubuhnya, mengoneksikan saraf tubuh untuk merespon sapaan Naruto-senpai dengan, "Em, a-anu… s-saya mau bicara sama…" tak lupa wajah yang memerah dadu melengkapi caranya berbicara di depan si senpai
Kalimat berikutnya terhenti ketika dia merasakan pandangan senpai keren itu teralih darinya. Mata biru laut si senpai melihat jauh ke belakangnya, dimana Hyuuga kembar sedang berjalan menuju ke arah mereka. Sakura ikut menolah ke belakang.
Jauh dari pengawasan Sakura, mata biru si senpai hanya menatap kepada satu Hyuuga manis yang menundukkan kepalanya. Mata itu menurun lembut mengikuti gerak langkah si gadis.
Hati Naruto menyuruhnya untuk mengucapkan nama si gadis, tapi yang keluar ternyata…
"Neji!" teriak Naruto. Si empunya nama tersenyum sambil mempercepat langkah kakinya. Disusul adik kembarnya di belakangnya. Ketiganya dengan cepat terlibat perbincangan. Sesekali Naruto memandang Hinata dan berbicara dengan lebih lembut. Ada sesuatu.
Sakura terasing.
"Kemari," suara itu, Sasuke si sial membuat Sakura menoleh.
"Kau mau bicara denganku, 'kan? Nah sekarang apa?" lanjutnya dengan ekspresi dingin seperti biasa.
Awalnya Sakura ragu mau bicara di depan umum seperti itu. Kedua tangannya tergenggam kuat-kuat. Pandangan matanya tak beraturan. Melihat keadaan seperti itu, Sasuke berinisiatif untuk mencari tempat lain yang lebih sepi.
"Ikut aku," lirihnya.
"Whoaa, Sas. Mau kemana?" padahal langkah kaki Sasuke hampir tak bersuara lho, tapi ternyata pendengaran Naruto tajam juga. Untuk menjawab pertanyaan Naruto, Sasuke hanya mengibaskan tangan kanannya sekali yang artinya 'Bukan urusanmu'.
"Oh, oke-oke. Akhirnya elo sudah nemuin 'si mata hijau' itu lagi ya?" goda Naruto yang hanya berniat bercanda. Tapi fatal akibatnya as you know! Sasuke kali ini menoleh kepadanya, mengirim death glare-nya seolah berkata, 'Diam! Kubunuh kau nanti'.
Naruto yang hapal banget karakter temannya itu terdiam, pura-pura takut tapi ketawa juga akhirnya.
SYUUUUSSSHHH…
Angin musim semi berhembus, menampar pipi Naruto yang membatu dengan lembut. Sementara Sasuke melangkah menjauh diikuti Sakura yang masih kebingungan dengan pikirannya.
Si mata hijau? Siapa? Aku juga bermata hijau 'kan? Ha? Masa' aku sih? Apa maksudnya? Trus kenapa sih si Sasu-sial ini melototin Naru-senpai begitu? Apa Naru-senpai nggak apa-apa ya? Apa seharusnya aku kesana ya? Ah, tapi ada Hinata-senpai dan Neji-senpai. Aku pasti terasing lagi.
.
_Cherry's Scandal_
.
"Nah, sekarang apa?"
Sakura masih menunduk, kedua bibirnya bergetar. Ragu mau ngomong. Berkali-kali ia melihat mata Sasuke yang seolah statis, lalu menunduk. Begitu terus sampai Sasuke mati kebosanan. Hehehe, kagak ding.
"Cepetan ngomong!" bentaknya. Sakura terlonjak kaget, lalu tanpa kendali ia bicara keras di depan si rambut ayam itu dengan mengepalkan tangan. Reflek.
"AKU MAU DIAJARI DANCE LAGI, DASAR SIAL!"
Oops…
Gawat! Cepat panggil polisi, call 911!
Sakura tersadar, teriakannya itu membangkitkan jiwa seorang macan yang memang sedang haus. RAOOORRR… dia bisa melihat mata onyx si senpai itu sekarang bertambah tajam. Seram sekali. Mau tak mau Sakura terdiam, menahan nafas sembari menjaga mulutnya agar tak hilang kontrol lagi.
"Lo bilang gue sial? Huh?"
"…" tak ada jawaban. Pita suara Sakura tercekat.
"Nyadar woy! Elo lebih SIALAN asal lo tau!" todong cowok yang sepertinya tak bisa lagi diajak kompromi. Telunjuknya mendorong hidung Sakura keras, sedang si kouhai itu hanya bisa merem. Nahan tangis sebenarnya.
"G-g-gomenasai s-senpai…" lirih si kouhai gemetaran.
"APE LU KATA?"
"G-gomenasai, err~ s-sen-sensei" ulangnya masih dengan nada ketakutan disertai mengubah panggilan akhirnya.
"Buaguss!" si senpai puas, mundur beberapa langkah. Tangan kanannya masuk ke saku celana. Mata onyx itu menatap kouhai-nya yang masih mengatur nafas. Selang beberapa menit, si kouhai pun mendongakkan kepalanya, balas memandang senpai-nya.
Pada saat itu, seolah Tuhan sedikit memainkan perasaan mereka. Keduanya kompak membuang muka dengan semburat merah yang menguar tipis.
Sasuke's mind: sial, kenapa ada cewek yang nyontek matanya Shouna sih? An***t!
Sakura's mind: loh? Kenapa aku malingin muka yak? Aduh, dasar bodoh!
Detik berikutnya, gerakan Sasuke yang melangkah menjauh membuat Sakura—untuk kesekian kalinya—mendongak, minta penjelasan. Dan hatinya tak berhenti berbunga ketika senpai itu bilang, "Gue belum dapat bayarannya, jadi elo nggak boleh keluar gitu aja." dengan nada super duper datar pake banget dah.
Berjalan semi loncat-loncat, Sakura yang menjauh meninggalkan tempat itu. Pikirannya kini dipenuhi gambar-gambar masa depannya menggunakan seragam cheer dengan di sampingnya ada Naru-senpai merangkulnya mesra. Siang ini benar-benar menyenangkan.
Dan jauh dari tempat itu, kedua pasang mata seorang lelaki kacau mengawasi semua gerak-gerik Sakura dari tadi. Seorang lelaki sakit yang belum puas memainkan 'keahlian'nya di depan gadis berambut merah muda lembut itu.
Oh, tidak. Sepertinya Sakura dalam bahaya!
.
_Cherry's Scandal_
.
Benar saja, sore itu selepas pulang sekolah, Sakura tak langsung pulang. Ia sakit perut dan harus menuntaskan masalah perutnya saat itu juga. Akibatnya ia keluar dari gerbang sekolah dalam keadaan yang sudah sepi. Hanya ada beberapa anak yang ikut ekskul yang masih aktif di sekolah. Itupun di ruangan ekskul mereka masing-masing.
Dan ketika Sakura tepat keluar dari area sekolahnya, lelaki sakit itu muncul dengan wajah yang menyeramkan.
"Hahaha, halo gadis manis…" katanya tepat di depan Sakura yang reflek teriak ketakutan. Gadis itu dengan cepat mengambil langkah seribu, kembali ke area sekolah dan berlari tak tentu arah. Di belakangnya, lelaki kacau itu mengikutinya dengan tawa aneh yang menyebalkan.
"Kyaaaaa…! TOLOOONG!"
Agaknya tenaga Sakura sudah sampai batasnya. Ia berlari terhuyung hingga menyandung sebuah batu dan terjerembab di taman rumput depan gedung tua yang sepi.
"Hehehe, kau tak bisa lari lagi. Nah, nikmatilah pertunjukanku ini. Hahahaha…"
"TIDAAAKKK…"
Sakura menutup mata. Tubuhnya meringkuk ketakutan dengan keringat dingin yang terus saja turun. Detak jantungnya berpacu cepat. Nafasnya tersengal habis berlari.
Intinya, Sakura dalam BAHAYA!
Dan seperti di sinetron-sinetron pada umumnya, dimana ada yang butuh pertolongan disitu ada Superhero nya. Dan walaupun ini fict, author pengen ngebuatnya begitu.
Tepat ketika si lelaki sakit itu hampir menurunkan restletingnya, sebuah teriakan yang mengiringi tendangan keras, menghentikan aksi itu.
"Heyaaah!" suara cewek.
BUG! BUAGH! ARRRGGHHH…
Sakura yang masih menutup mata, lamat-lamat membuka matanya. Penasaran, siapa sih yang jadi pahlawannya sore ini.
"Kamu nggak apa-apa 'kan kouhai-chan?"
Pemandangan yang dilihat Sakura kini berubah. Ada Hinata-senpai yang berjongkok di depannya. Si lelaki sakit itu? Sudah terikat tak berdaya di sebuah pohon di belakang Hinata-senpai. Sudah K-O. hahaha.
Mata hijau Sakura membelalak lebar, tak percaya. Jadi, Hinata-senpai yang menolongnya? Hebat sekali.
"Bukan aku saja kok. Sasuke juga tadi nolong kamu" kata Hinata seolah bisa membaca pikirannya. Sakura mengedarkan pandangannya, agak ke kiri. Dimana si Sasuke sedang berdiri bersidekap memandang lelaki sakit itu.
Kouhai manis itu speechless, terpaku di tempatnya. Semuanya terjadi begitu cepat. Hinata-senpai menelepon pihak RSJ untuk membawa pergi lelaki sakit itu, sampai kini ketiganya berdiri dalam keheningan.
"Pulanglah sekarang. Sasuke akan mengantarmu, ya 'kan Sasuke?" kata Hinata sambil tersenyum manis.
"Ha? Kenapa harus gue?"
Kemudian keduanya saling tatap dengan dialog yang bersusun yang tak bisa dijabarkan dengan sederhana. Lumayan lama keduanya begitu hingga akhirnya Sasuke memalingkan mata. Nyerah sudah.
Dua puluh menit berikutnya, keadaan berubah. Di dalam busway, Sasuke berdiri dengan memegang palang pegangan yang terpasang di bawah atap bus dalam. Berjarak dua bangku di belakangnya, Sakura duduk rapi. Memandang keluar jendela. Baru setelah tiga penumpang turun, Sakura berdiri, berjalan mendekati Sasuke.
"S-sensei?"
CKIIIIITTT…
"Wadow! Woy, jangan dorong." Sasuke ketus, memposisikan tubuhnya kembali seperti semula. Agak mendorong ke belakang tubuh si kouhai yang ternyata sudah menggelayut lemas di punggungnya.
"Ma-af…" balas gadis itu. Berusaha bangkit dan duduk lagi di bangku semula. Tak dinyana, Sasuke mengikuti gadis itu. Dengan gerakan kepala, ia menyuruhnya geser ke sebelah jendela.
Hening.
"A-anu, sensei. Apa benar aku boleh ikut lagi?"
"…" tak ada jawaban.
"Sensei?" panggil Sakura lagi.
"Yah, terserah elo. Tapi inget, gue hanya bantu elo buat bisa nge-dance, bukan ngebantu elo dapetin perhatian si baka-dobe!"
Sakura tertarik, dia bergeser lebih dekat pada Sasuke.
"Kenapa?" polos dan penuh keingintahuan. Tapi naas, jawaban yang diperoleh Sakura tidak menyenangkan. Sasuke men-death glare nya dengan arti 'Bukan urusan lo!' garang.
Jadilah sekarang gadis manis itu menciut. Menghindari percakapan sepanjang sisa perjalanan mereka.
Ingatlah, duduk di samping senpaimu yang galak itu tidak menyenangkan.
.
_Cherry's Scandal_
.
_TBC_
Sebelumnya kami minta maaf kalau kami TELAT beud buat update nih fanfict. Author kami a.k.a Aiko fusui adalah author yang bergerak dan beraksi tergantung pada banyak sedikitnya review yang masuk. Jadi, kami, Fui dan Haru benar-benar minta kesediaan hati para reader untuk mereview fict kami ini.
Nggak ada review, terpaksa deh…
Lagipula, kami juga tidak mengurusi fict ini saja. Ada urusan dari kehidupan nyata kami yang juga penting. Jadi maaf kalo kami sering banget telat untuk publish chappie baru. Tapi, insyaallah kami tetep akan melanjutkan fict ini (tergantung review)
Review seperti apapun, kami terima dengan lapang dada. Segala bentuk flame, konkrit, komentar, dll, akan kami terima dengan senang hati (Banget).
Nah, curcol-nya cukup. Sekarang kami mau berterima kasih kepada para reviewer tercinta:
Terima kasih buat saran Addys, oke akan kami ingat pesanmu kakak. Trims buat semangatnya ya Dijah-hime, bocah2 unyil itu anak-anak jalanan yang suka disamperin sama SasuNaru waktu sore or weekend. Terima kasih ama Ayren buat kesetiaanmu menungguku #Plak, nunggu fict ini maksudnya. Hehehe. Trims buat hiruma hikari, hinata itu…#nutup mulut. Hihihi. Kurang panjang yah minamoto? Hehehe, ntar dipanjangin deh, sankyuu. Hihihihi, iya deh Miyank. Thanks for your ripyu
Oy, salam kenal juga buat thyz-thyz, onegai shimashu. Yah, beneran nggak nunggu diriku nih Doremi saku-chan? #maksa. Hahaha, thanks ya. Romance Sasusaku ditunggu saja. Untuk always Sasusaku, makasih buat ripyu-nya. Ini sudah diapdet. Aku setuju denganmu kikihanni, Sasu yang mbentak2 lebih cool. Hahahaha. Makasih ya.
And terima kasih buat yang lainnya. Buat para silent reader, ayo dong kasih kami review lewat tombol di bawah sana. Hihihi, flame juga dipersilahkan kok.
Regards
Aiko fusui n Haruna Sakura
Love you are
