Katakan bahwa dunia berpihak padamu...
Biar aku yang jadi penentang...
Katakan bahwa dunia selalu mendukungmu..
Maka aku yang akan hancurkan...
Dan ingatlah bahwa kau yang membuatku begini...
Maka takkan kulepas meski kau mengelak...
Naruto © Masashi Kishimoto
.
.
.
Senseless
1
Hentakan musik membahana di seluruh sisi ruangan kedap suara bernuansa remang dengan lampu yang berkelip bergantian. Membuat mata senantiasa berakomodasi betrulang kali diikuti detak jantung yang terus mengikuti dentuman musik yang memekakkan telinga. Bagi orang yang tak terbiasa mungkin akan merasakan siksaan bertubi, namun bagi manusia penikmat gemerlapnya malam, ini adalah surga dunia.
Semakin malam suasana semakin ramai. Berbagai macam jenis manusia berkumpul menjadi satu di atas lantai dansa, menikmati hingar-bingar malam yang semakin membuai tiap insan.
Di sudut lain nampak seorang pria tengah menikmati secangkir minuman beralkohol rendah ditemani beberapa wanita berpakaian kurang pantas. Ekspresinya nampak datar menangapi sentuhan-sentuhan genit wanita-wanita tak bermoral di sekitarnya. Kemejanya nampak kusut sekusut wajahnya yang nampak sedikit muram meski disembunyikan. Ya, hari ini suasana hatinya memang sedang kurang baik.
Angannya berkelana menuju memori pertengkarannya dengan sang istri pagi tadi. Mengawali rasa lelahnya bahkan sebelum memulai hari. Belum lagi tumpukan dokumen yang menyambutnya ramah sejak awal memasuki kantornya yang telah menjadi rumah kedua baginya. Bahkan terasa lebih nyaman dibanding rumahnya sendiri.
Sejujurnya rumah tangga pria dewasa dengan segudang kekayaan yang tak terhitung nilainya itu kini tidak dalam keadaan yang baik. Sejak awal pernikahan, rumah tangga yang mereka bangun memang tak pernah berlandaskan cinta. Tak heran, menginjak tahun ke-lima keharmonisan yang selama ini disandiwarakan benar-benar tak sanggup lagi dipertahankan. Sasuke Uchiha, dengan segala kehebatan yang dimilikinya, justru tak sanggup mempertahankan apa yang menjadi haknya untuk dimiliki. Cinta.
Beberapa kali Sasuke nampak menepis jemari yang berusaha menyentuh tubuhnya lebih dalam, diraihnya jas yang sendari tadi tersampir di bahu sofa, bermaksud segera meninggalkan tempat laknat yang memabukkan itu.
"Aku baru datang, kenapa buru-buru?" tanya salah seorang wanita penghibur langganan eksekutif muda itu –yang baru saja muncul dari dalam kerumunan manusia. Ia nampak begitu menggoda dengan pakaian serba minim membalut tubuhnya, sedangkan rambut kecoklatannya dibiarkan tergerai bebas.
"Hn, kau membuatku menunggu terlalu lama," jawab Sasuke enteng dengan tatapan yang seolah dibuat sebal. "Aku akan kembali lagi lain waktu," sambungnya cepat ketika mendapati wajah gadis manis di hadapannya yang kini nampak murung.
"Haah...kau mulai betah di rumah rupanya," sindir Matsuri yang hanya ditangapi senyuman kecut Sasuke. Ia tahu, pria di hadapannya ini tak pernah tahan berada seharian di rumahnya, mengingat sang istri selalu menariknya kedalam pertengkaran yang melelahkan.
Baru saja hendak melangkahkan kakinya keluar, sebuah suara benda yang dibanting menghentikan langkah Sasuke. Pandangannya tertumpu pada tubuh seorang gadis belia yang jatuh tersungkur tak jauh dari sebuah meja tamu. Pecahan gelas dan botol bir nampak berceceran di seekitar tubuhnya, sedangkan gadis itu nampak menunduk ketakutan. Rambutnya yang mencolok menyita perhatian Sasuke.
"Sudah kubilang untuk melayaninya! Kenapa kau malah lari?" teriak salah seorang pria bertubuh tambun dengan wajah sangarnya. Kemarahan terlihat jelas dari kilatan matanya dan senyuman bengisnya. "Kau memang harus diberi pelajaran!" bentaknya sembari mengangkat salah sebuah botol kaca di tangan kanannya.
"Hentikan!" sentak Sasuke dengan nada rendah namun menusuk. Ia kini berdiri berjarak tiga meter dari tempat kejadian. Suasana riuh kini berubah menjadi tegang. Semua mata memperhatikan dengan seksama pertikaian yang kini tengah terjadi. Bahkan dengan sengaja sang DJ menghentikan alunan melodi yang awalnya menghentak lantai dansa.
Entah untuk alasan apa, pria tambun itu nampak ketakutan menatap Sasuke yang kini berjalan semakin mendekat. "Tu..tuan Uchiha?" sapa sang pria terbata sembari membungkuk memberi hormat.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke dingin sementara Matsuri yang semula berdiri di belakangnya menghampiri tubuh sang gadis yang mungkin masih berusia sekitar delapan belas tahun. Gadis itu nampak ketakutan saat Matsuri berusaha membantunya berdiri.
"Dia hanya gadis ingusan yang baru bergabung tuan. Maaf jika kelalaiannya membuat Anda kurang nyaman," jawab sang pria berkilah.
"Gadis ingusan?" tanya Sasuke tak paham.
"Gadis tolol itu sepakat untuk menjual keperawanannya. Tapi malah kabur dan mencederai pelanggan kami," lanjutnya menjelaskan.
"Aku tak pernah menyepakatinya," triak sang gadis putus asa.
Sasuke memandangnya iba. Gadis itu masih sangat belia. Tubuhya yang ranum dipamerkan dengan sengaja dibalik pakaian minim yang sama sekali tak mampu menutupi lekuk tubuhnya. Sasuke melemparkan jasnya pada Matsuri dan memberikan tanda untuk menutupi tubuh gadis yang masih nampak ketakutan itu.
Sasuke nampak berfikir sejenak. Pikirannya menimbang-nimbang cara terbaik untuk menyelamatkan gadis itu dari kelamnya dunia gemerlap. matanya memandang meneliti pada gadis belia yang menyita perhatiannya. Dirinya yang seorang eksekutif muda dan dengan mudah mendapatkan gadis manapun, mengapa tertarik dengan seorang gadis yang tak jelas asal-usulnya ini?
Tidak...gadis ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Terlalu menarik..
"Berapa harga gadis itu?" tanya Sasuke enteng, membuat setiap manusia di sana tersentak tak percaya. Tak terkecuali gadis yang kini menjadi dagangan.
"Anda tak bisa membelinya tuan. Sudah ada yang membelinya dengan harga tinggi."
"Kubayar tiga kali lipat," sahut Sasuke cepat.
Membayangkan nominal yang akan didapatkannya membuat pria tambun itu menelan ludah. Seorang Uchiha Sasuke memang tak pernah main-main. Berapapun akan dia berikan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Hanya jika kau membayarnya tunai," jawab sang pria dengan senyuman liciknya.
Sasuke mengeluarkan cek dari dalam sakunya dan menuliskan nominal yang akan membuatmu pingsan atau bahkan mati muda jika tahu nilainya. Ini bahkan lebih dari harga yang seharusnya dibayarkan, membuat si pria tambun melongo memandangi cek yang kini berpindah tangan padanya.
"Gadis ini milikku sekarang," ucap Sasuke singkat sembari menarik lengan si gadis yang masih menatapnya tak percaya dan membawanya keluar dari klub malam diiringi tatapan takjub pengunjung lain.
"Siapa namamu?" tanya Sasuke sesampainya mereka di dalam mobil yang kini melaju dengan kecepatan sedang meski jalanan nampak lenggang.
"Sakura...namaku Sakura," jawab si gadis masih dengan wajah yang disembunyikan.
Sasuke melirik sepintas gadis yang kini duduk di kursi penumpang sembari meremasi tangannya. Dipandanginya helaian rambut soft pink yang begitu menarik perhatian, tubuh yang baru tumbuh dengan kulit pualam yang menambah indahnya paras cantiknya. Serta sepasang emerald yang kini meliriknya malu-malu. Gadis ini, entah mengapa memunculkan sensasi aneh dalam diri Sasuke. Membuatnya gemas dan ingin memandangnya lebih lama. Apalagi aroma manis menyegarkan yang menguar dari tubuhnya dan menguasai indra pembau Sasuke, benar-benar gadis belia yang menggoda.
Sasuke meraih ponselnya dan mencari salah satu kontak dari ratusan nama dalam daftar. "Golden Apartement, tipe luxury, lantai 28," ucapnya singkat sebelum mematikan sambungan.
"Kemana kita hendak pergi tuan?" tanya Sakura pada pria yang berusia sekitar delapan tahun di atasnya.
"Kau akan tinggal di salah satu apartemenku," terang Sasuke sembari tetap menjaga konsentrasinya menyetir. "Ini, gunakan untuk membeli segala kebutuhanmu. Tagihannya akan langsung masuk ke rekeningku," ucapnya sembari menyerahkan sebuah kartu kredit.
Sakura memandang benda ajaib bak dewa bagi setiap wanita. Dengan ini ia bisa membeli apapun yang ia inginkan. Namun pikirannya tiba-tiba terusik dengan maksud dan tujuan pria di sampingnya. Dari penampilannya saja Sakura dapat menangkap bahwa pria ini bukanlah orang sembarangan. Pasti kebaikannya bukan tanpa maksud.
"Jika yang kau maksud adalah alasanku membelimu, untuk saat ini aku hanya bisa mengatakan bahwa aku menginginkanmu," ucapan Sasuke seolah menjawab pertanyaan dalam benak Sakura, membuat gadis itu tersentak bingung. "Dan jangan berharap kabur dariku sebelum aku bosan," tungkasnya mengakhiri pembicaraan.
Sakura hanya memandang pria di sampingnya nanar. Batinnya bergidik ngeri menyadari ia kini terjerumus dalam kandang macan setelah berhasil keluar dari mulut buaya.
###
Tak henti-hentinya Sakura dibuat takjub dengan interior ruangan yang tak bisa dibilang sederhana. Benar-benar apartemen mewah yang tak pernah berani diidamkannya. Berbagai fasilitas yang hanya pernah dilihatnya di televisi kini tersuguh di hadapannya. Ruangan itu didominasi warna coklat dan emas yang memberikan kesan mewah dan menenangkan. Hal berbeda justru terlihat dalam ruang tidur yang didominasi warna putih dengan berbagai hiasan kristal di atas meja di sudut ruangan. Nampak rangkaian bunga lily menghiasi sudut ruangan.
"Kau suka?" tanya Sasuke memecahkan lamunan Sakura. Pria itu berdiri di belakangnya sembari perlahan mendekap tubuhnya dari belakang. Sakura merasakan tengkuknya meremang merasakan deru nafas Sasuke.
Dirasakannya pelukan Sasuke yang semakin mengerat, membuat Sakura sulit berfikir jernih. Sentuhan pria itu dalam setiap jengkal tubuhnya memuatnya terhipnotis, bahkan ia hanya pasrah ketika Sasuke membalikkan tubuhnya dan semakin mendekatkan wajahnya.
Sakura bahkan tak menolak saat Sasuke dengan sengaja mencuri ciuman pertamanya. Ia tak merasa takut maupun ragu memberikan celah pada pria yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu itu untuk memilikinya lebih dalam. Ia sadar ia tak dapat menolak pesona seorang Sasuke Uchiha yang telah membelinya dengan harga selangit. Baginya ini lebih baik ketimbang berada dalam bar dan melayani berbagai macam pria.
Entah sejak kapan, sekarang Sakura telah terbaring tak berdaya di bawah himpitan pria yang tak henti menciumi bibirnya dan kini beralih menyeasapi leher putihnya. Meninggalkan jejak kemerahan seolah menandakan gadis itu miliknya.
"Kau lebih nikmat dari yang kubayangkan sayaang.." bisik Sasuke menggoda, membuat wajah Sakura semakin memerah.
Sakura mulai berusaha meronta saat dirasanya Sasuke mulai berusaha melucuti pakaiannya. Ia memang menikmati sentuhan Sasuke, namun rasanya belum siap untuk step selanjutnya. Berkali-kali Sakura berusaha mendorong dada bidang Sasuke meski berakhir sia-sia, mengingat ia mendorongnya setengah hati.
Rontaan Sakura membuat Sasuke semakin bernafsu. Bukannya menghentikan, ia justru semakin berusaha mengencarkan serangannya. Menyentuh setiap jengkal yang dapat tersentuh, mengecup setiap bagian yang sanggup diraihnya. Ini menyenangkan, membutakan pikirannya dan memacu nafsunya untuk terlampiaskan.
Jika saja tak disadarkan dengan raungan ponselnya, Sasuke takkan mungkin menghentikan aksi gilanya dengan gadis yang baru saja 'dibeli'nya. Dilihatnya nama kontak yang terpampang, memanggil-manggil dirinya untuk segera mengangkat.
"Sepertinya sampai sini dulu perkenalan kita," pamit Sasuke sembari menarik mundur tubuhnya dan merapikan kemeja kerjanya. "Besok akan datang beberapa orang yang akan mengantarkan pakaian untukmu. Ini ponsel, di dalamnya ada nomorku. Selalu katakan kemana kau akan pergi," terang Sasuke menjelaskan.
"Istirahatlah...kau pasti lelah," ucapnya sebelum mengangkat panggilan di ponselnya dan melangkah pergi, menghilang dibalik pintu kamar, meninggalkan Sakura yang masih terbengong dengan nafas terengah.
"Hampir saja!" gumamnya pelan sebelum menarik selimut dan mencoba tidur. Sekilas air mata nampak mengalir dari sepasang mata sucinya. Jika bukan karena himpitan materi, ia tak mungkin terjerumus sedalam ini. Batinnya meraung saat menyadari ia hampir saja bercinta dengan seorang pria asing yang belum begitu dikenalnya. Bukankah ini sama bejatnya dengan menjual diri di klub malam?
Meski sadar apa yang dilakukannya menentang moral, Sakura bersyukur karena tak perlu lagi terombang-ambing di jalanan dan bekerja di bawah tekanan pria tambun yang hampir saja menjualnya pada seorang kakek-kakek mesum dengan harga rendah. Setidaknya Sasuke membayar mahal untuknya dan memberikan segala yang ia inginkan.
Untuk kali ini saja,biarkan Haruno Sakura menjadi sosok egois yang mementingkan materi.
###
Sakura tak percaya ketika terbangun dan membuka lemari pakaiannya. Beberapa pasang pakaian tergantung rapi dengan berbagai model dan warna yang entah bagaimana bisa sangat sesuai dengan selera fashionnya. Di atas meja makan telah tersuguh berbagai suguhan makanan yang menyambut paginya. Ia merasa seperti seorang putri yang amat dimanja.
'...Sasuke Uchiha dikabarkan akan mengembangkan usaha bisnisnya...'
Perhatian Sakura teralihkan ketika mendengar nama yang tak asing disebut-sebut dalam sebuah tayangan berita di televisi. Terlihat gambar bergerak seorang pria yang baru dikenalnya semalam dengan pakaian formal dan jas membalut tubuh bidangnya.
"Dia..."
'...sayangnya hal ini tak lepas dari pemberitaan tentang pecahnya rumah tangganya dengan seorang model ternama Jepang,Yamanaka Ino anak dari salah seorang pengusaha...' Sakura tak mendengarkan lagi berita selanjutnya.
"Rumah tangga?" gumam Sakura lirih menyadari bahwa Sasuke adalah pria beristri.
Dipandangnya layar televisi yang kini menampilkan gambar seorang wanita dewasa dengan rambut pirang dan mata indahnya yang memukau. Busana elegan yang ia kenakan menunjukkan betapa berkelasnya wanita itu. Sangat berbeda dengan dirinya yang berasal dari kalangan menengah kebawah.
Belum apa-apa, Sakura telah dihadapkan dengan dengan kenyataan yang membuatnya gamang. Takdir di hadapannya membuatnya tak mengerti. Ia kini merasa bagaikan seorang simpanan.
###
"Kalau bukan karena ayahku kau takkan bisa seperti sekarang! Ingat itu Sasuke!" bentak seorang wanita yang masih mengenakan gaun tidurnya kepada sang suami yang tengah menyibukkan diri dengan dasinya.
"Maksudmu hidup menyedihkan dengan seorang wanita penuh obsesi?"
"Apa maksudmu? Aku memberimu segala yang kau inginkan, mewujudkan segala mimpimu, bahkan memberikan seorang putra! Kenapa kau selalu merasa kurang?"
"Ya..aku memang tak pernah merasa puas denganmu. Apa kau pernah mengurus anakmu? Apa kau pernah peduli padanya? Semua orang bisa saja mengaku sebagai ibunya! Kau harusnya memenuhi peranmu sebagai seorang ibu dengan baik!" amuk Sasuke tak mau kalah. Selama ini ia sudah memilih diam, rasanya mulai tak tahan saat sang istri mulai menyinggung masalah putra mereka.
"Kau menyalahkanku? Apa kau sendiri perhatian padanya?"
"Setidaknya aku masih meluangkan waktuku untuk menemaninya sebelum tidur. Lihat dirimu! Aku bahkan tak yakin kalau kau mengingat hari ulang tahunnya dua hari lalu." Sasuke kalap. Ia kesal dengan wanita di hadapannya yang terus menyudutkan dirinya.
"Oh ya? apa kau juga memperkenalkannya dengan wanita simpananmu itu hah?"
PLAK!
Tamparan lepas dari tangan Sasuke, diiringi tangisan bocah yang melihat adegan kekerasan kedua orang tuanya. Membuat Sasuke tersadar dengan apa yang baru saja dilakukannya, sementara wanita di hadapannya terisak pilu.
Sasuke benci keadaan ini, benci saat merasa bahwa dirinya adalah pihak yang bersalah. Segera saja Sasuke mengambil jasnya yang tersampir di dekat pintu dan melangkah keluar setelah sebelumnya menggendong putra kecilnya. Berusaha menenangkan tangisan bocah dalam pelukannya itu.
Selalu begini setiap pagi. Pertengkaran-pertengkaran yang membuat Sasuke muak dengan kehidupannya di rumah. Jika bukan karena putra kecilnya yang sedang sangat membutuhkan perhatian, ia takkan mungkin kembali pulang ke rumah yang terasa bagai neraka baginya.
Kesalahannya adalah menikah muda dengan gadis yang tak pernah dicintainya. Hanya demi mengejar harta, ia merelakan masa mudanya dan memilih berumah tangga dengan anak seorang pengusaha kaya raya. Sesalnya kini saat menyadari berumah tangga tak sesederhana membalikkan telur dadar. Apalagi sekarang ada anak yang menjadi korban keegoisan kedua orang tuanya.
Jangan tinggalkan aku...
Meski takdir tak lagi berpihak padaku..
Jangan pergi dariku...
Meski langit bukan lagi milikku...
Bertahanlah sayaang...
Aku janji akan tetap bersamamu meski dunia menentangnya...
TBC,,,
Author's place :
Haaaaah... -.-
Langsung saja...
Keep or delete ?