Disclaimer :

Detektif Conan milik Gosho Aoyama.

Catatan Penulis :

Waktunya balas komen!

OcHaCocoLaTos : Oke deh! XD

Guest (Atin) : Ada dong, biasanya diiringi demam juga kalau di luar negeri. Btw, ini beneran Atin kan? Aku cuma nebak soalnya sekarang komentator yang tanpa akun namanya guest semua. Ntar kalau komen lagi, jangan lupa tulis nama di dalam komennya yah, atau lebih bagus lagi kalau login pakai fesbuk atau twitter. XD

Guest : Sama-sama. Btw, lain kali tulis nama yah di dalam komennya atau lebih bagus lagi kalau login pakai fesbuk atau twitter. XD

Guest : Aku pikir aku memang tidak humoris. XD. Berikutnya ShuShi (kok kayak nama makanan?), ratingnya T karena habis ini bulan puasa dan AU. Btw, lain kali tulis nama yah di dalam komennya atau lebih bagus lagi kalau login pakai fesbuk atau twitter. XD

Byzan : Yah, memang tidak dipanjangkan soalnya aku takutnya malah bertele-tele. Kalau crossover sama Ouran dan mungkin eyeshield 21. Aku juga berharap epilognya lebih bagus, tapi sepertinya epilog ini sebagian besar untuk fanservice. XD

septiSP : Aku harap juga begitu. Waduh, aku nggak suka naruto, jadi aku pasti nggak bisa bikin. Gimana kalau kamu aja yang bikin? XD

Aiwha0766 : Ya nggak papalah. Orang istri sendiri aja. He he he. Iya, itu kabar gembiranya. XD

Yukio Hisa : Yah, lanjutannya ya tinggal epilog ini. XD

mimi : Lanjutannya epilog. XD

Guest : Ada epilognya. Btw, lain kali tulis nama yah di dalam komennya atau lebih bagus lagi kalau login pakai fesbuk atau twitter. XD

KidMoonLight : Soalnya sudah waktunya tamat. XD

Day-chan Dragneel : Soalnya Shiho belum pernah hamil sebelumnya dan mereka berdua tidak menyangka akan dapat secepat itu, makanya mereka nggak sadar. XD

Anna chan : Rada' gimana memangnya? Aku jadi penasaran. XD

Misyel : Memang ada epilognya. Kamu pasti tidak membaca curcolku, ya kan? XD

eidelwianakudo : Terima kasih banyak. XD

Guest : Apanya yang kurang sreg? Jadi penasaran. Btw, lain kali tulis nama yah di dalam komennya atau lebih bagus lagi kalau login pakai fesbuk atau twitter. XD

Waktunya curcol!

Tidak banyak yang bisa dikatakan. Semoga penulis bisa memulai serial baru secepatnya. Serial baru ini rencananya bergenre misteri dan AU dengan ShuShi (ShuAi lebih tepatnya tapi Ai-nya sudah dewasa) sebagai tokoh utamanya.

Baiklah, ini dia epilog hentainya (XD), tapi karena tidak ada lemonnya, apakah ini masih bisa disebut hentai?

Selamat membaca dan berkomentar!


Tidak Ada yang Terjadi

By Enji86

Tears fall without me realising

I wiped my tears because I didn't want you to be washed away

Could have erased you, could have forgotten you

It makes me cry to think about the days without you

You left me without saying anything, I wish it wasn't you, please

It's okay if you return, it's okay if you return

It must be just a dream where we were apart for a short time

Nothing happened, nothing happened

When the night is over, if I wake up, I'm with you again

Repeatedly telling with my heart, telling with my mouth

I remind myself so many times because I don't want to lose you

Could have erased you, could have forgotten you

It makes me cry to think about the days without you

You left me without saying anything, I wish it wasn't you, please

It's okay if you return, it's okay if you return

It must be just a dream where we were apart for a short time

Nothing happened, nothing happened

If I wake up after tonight

It's okay if you return, it's okay if you return

I still love you, please, please

Nothing happened, nothing happened

When the night is over, if I wake up, I'm with you again

(Nothing Happened – Jung Yeop)

Epilog – Generasi Kedua

"Tenanglah, Ayah. Ini, minumlah teh hijau ini," ucap Ai sambil menyodorkan secangkir teh hijau yang baru saja dibuatnya pada ayahnya yang baru saja meledak pada dua adik kembarnya yang baru pulang dari rumah Kaito untuk belajar sulap.

Shinichi akhirnya mengambil teh hijau tersebut dan meminumnya.

"Mau jadi apa mereka nanti? Apa mereka mau jadi pencuri?" ucap Shinichi dengan nada mengomel setelah dia meminum tehnya.

"Tidak, Ayah. Mereka mau jadi pesulap seperti Paman Kaito," jawab Ai dengan polos karena dia pikir ayahnya bertanya padanya.

Shinichi bukannya tidak tahu, tapi tidak suka, makanya dia pun facepalm mendengar jawaban Ai sehingga Ai menatapnya dengan bingung. Tatapan Ai berkata 'apa ada yang salah dengan ucapanku barusan sehingga Ayah facepalm?' sehingga Shinichi menghela nafas, lalu tersenyum lembut pada putrinya yang memang sangat polos dan naif itu.

"Ah, sudahlah. Ayah bersyukur punya kau di sini, karena kalau tidak, Ayah pasti sudah menjadi gila. Kau selalu manis dan bersikap baik. Ayah sayang padamu," ucap Shinichi. Lalu dia menarik Ai ke dalam pelukannya.

Tiba-tiba handphone Shinichi berbunyi sehingga Shinichi melepaskan pelukannya dan menjawab teleponnya.

"Sepertinya Ayah harus pergi sekarang. Ada kasus penting yang harus ditangani. Tolong katakan pada Ibumu, oke?" ucap Shinichi sambil berdiri dari sofa.

"Iya, Ayah," sahut Ai.

"Terima kasih, Sayang," ucap Shinichi sambil tersenyum. Kemudian dia bergegas pergi.

Setelah ayahnya menghilang, Ai menghela nafas. Selalu saja begitu. Dia adalah anak yang manis dan baik. Dulu dia merasa biasa saja dengan itu, tapi sekarang tidak lagi. Dia sangat membosankan, berbeda sekali dengan anggota keluarganya yang lain, aneh tapi sangat menarik. Bahkan ayahnya yang selalu memujinya pun bisa dikatakan aneh.

Hubungan Ai dengan kekasihnya juga begitu. Kekasihnya selalu bersikap normal padanya dan dia juga bersikap normal pada kekasihnya. Hubungan mereka sangat normal meskipun hubungan jarak jauh sehingga bisa dikatakan membosankan.

Ai merasa hidupnya benar-benar datar dan dia tidak menyukainya. Tapi dia juga tidak tahu harus bagaimana.

XXX

"Aku berteriak padanya, Bu. Aku bilang dia membosankan," ucap Ai sambil menangis dalam pelukan ibunya.

"Sudahlah, jangan menangis, Sayang. Memangnya apa yang sudah terjadi sampai-sampai kau berteriak padanya seperti itu?" tanya Shiho dengan lembut.

"Aku tidak tahu. Aku tiba-tiba berteriak begitu saja saat dia menelepon. Lalu aku sadar dan aku sangat malu sehingga aku langsung menutup teleponnya," jawab Ai yang masih terisak-isak.

"Kalau begitu, minta maaflah padanya. Ibu yakin Haru-chan akan mengerti," ucap Shiho sambil membelai rambut putrinya yang kini sudah menginjak usia 16 tahun.

Ai hanya diam saja sampai tangisnya reda. Kemudian dia kembali bicara pada ibunya.

"Ibu, apa aku membosankan?" tanya Ai.

Shiho pun agak terpana mendengar pertanyaan putrinya lalu dia tersenyum geli.

"Kenapa kau berpikir begitu, Sayang?" Shiho balik bertanya.

"Semua orang bilang aku anak yang manis dan baik. Hubunganku dengan Haruka-kun juga monoton dan tidak menarik. Aku membosankan, Bu, dan aku tidak suka," jawab Ai.

Shiho pun tersenyum. Sepertinya putrinya sudah mulai memasuki masa puber, walaupun agak terlambat. Makanya putrinya ingin hubungan yang lebih dari sekedar hubungan manis seperti yang dijalaninya bersama Haruka saat ini.

"Ibu kira kau merasa begitu karena hubunganmu dengan Haru-chan. Jadi Ibu rasa kau harus membuat hubunganmu dengan Haru-chan menjadi lebih menarik," ucap Shiho.

"Bagaimana caranya?" tanya Ai.

"Kau akan menemukannya sendiri nanti, Sayang. Kau kan putri Ibu dan Ayah," jawab Shiho.

"Benarkah?" tanya Ai dengan skeptis.

"Mmm, tapi kau juga harus hati-hati setelah kau melewati garis itu atau Ibu terpaksa menikahkanmu dengan Haru-chan sebelum waktunya, kau mengerti?" jawab Shiho.

Ai menatap ibunya dengan bingung karena dia tidak mengerti apa yang ibunya bicarakan, tapi kemudian dia mengangguk saja karena dia sudah mengantuk sehabis menangis. Dia kemudian menutup matanya dan segera terlelap.

Shiho tersenyum melihat Ai yang sudah tertidur, kemudian dia melepaskan pelukannya dengan hati-hati lalu bangkit dari tempat tidur. Dia menyelimuti Ai dan mencium kening Ai, lalu dia keluar dari kamar Ai.

XXX

"Ada apa dengan Ai-chan?" tanya Shinichi ketika istrinya naik ke tempat tidur mereka.

"Masalah anak perempuan," jawab Shiho sambil tersenyum.

Shiho kemudian mengambil ponselnya untuk menelepon seseorang. Shinichi pun mengerutkan keningnya ketika dia tahu Shiho menelepon Shuichi.

"Kenapa kau meneleponnya? Apa yang kalian bicarakan tadi? Aku mendengar kau menyebut-nyebut nama Haruka. Apa ini ada hubungannya dengan Ai-chan?" tanya Shinichi setelah istrinya selesai menelepon.

"Kau tidak perlu tahu, Sayang," sahut Shiho sambil tersenyum misterius.

"Apa? Tentu saja aku perlu tahu. Kau istriku dan Ai-chan adalah putriku, jadi...," ucapan Shinichi terhenti karena istrinya mendorongnya berbaring di tempat tidur dan memposisikan dirinya di atas tubuhnya.

Shiho kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah suaminya.

"Tidak, Sayang. Aku hanya ingin mendengarmu mendesahkan namaku malam ini. Aku tidak ingin mendengarkan yang lainnya, kau mengerti?" ucap Shiho dengan nada seduktif.

Wajah Shinichi pun langsung memerah dan Shiho kemudian mencium bibirnya.

"Kau akan menemukannya, Sayang. Musim panas ini."

XXX

"Oke, ini dia. Paman Shuichi bilang aku harus merayunya. Aku harus jadi laki-laki sejati agar aku tidak membosankan lagi," ucap Haruka dalam hati dengan jantung berdebar sambil mengintip Ai yang sedang membaca buku di ruang tamu rumahnya. Saat itu, mereka hanya berdua saja di rumahnya. Shinichi dan Heiji pergi menangani kasus, Sera dan Shiho pergi jalan-jalan, Hikari pergi kencan dengan Kyosuke, sementara kedua adik laki-laki Ai tidak ikut ke Osaka karena mereka ingin menghabiskan musim panas bersama Kaito.

Saat Ai berteriak padanya bahwa dia membosankan, Haruka benar-benar merasa depresi. Dia langsung menelepon pamannya untuk curhat dan minta nasehat. Meskipun setelah itu, Ai sudah minta maaf padanya tentang hal itu, tetap saja dia tidak bisa menyingkirkan hal itu dari pikirannya. Dia tidak mau terlihat membosankan di mata Ai dan dia akan membuktikannya.

Sebenarnya Haruka merasa sangat malu tampil bertelanjang dada di depan Ai, tapi kata pamannya dia harus melakukannya. Yah, mereka berdua memang sangat polos dan naif meskipun Haruka sudah kelas 3 SMA dan Ai kelas 1 SMA.

Haruka mengambil nafas panjang berkali-kali sebelum melangkah menghampiri Ai. Saat dia sudah dekat, Ai mendongak padanya lalu mengangkat alisnya padanya sehingga dia merasa dia ingin melarikan diri saat itu juga. Namun akhirnya dia berhasil sampai dan duduk di sebelah Ai.

"H-hari ini sangat panas ya?" ucap Haruka dengan gugup. Dia ingin membuat alasan kenapa dia bertelanjang dada.

"Mmm, a-aku rasa begitu," sahut Ai dengan gugup juga. Dia tidak tahu kenapa, tapi setelah melihat Haruka bertelanjang dada, jantungnya jadi berdebar tidak karuan. Lalu tiba-tiba dia merasa sangat ingin menyentuh tubuh Haruka.

Yah, tubuh Haruka memang sangat bagus karena dia merupakan atlet kendo nasional.

Suasana pun menjadi hening dan canggung.

"Oh, tidak. Bukan seperti ini. Ayolah, Haruka. Ayo!" ucap Haruka pada dirinya sendiri.

"Uhm, kau lagi baca apa?" tanya Haruka sambil mendekatkan dirinya pada Ai untuk melihat apa yang sedang dibaca Ai.

Ai pun tersentak tanpa alasan yang jelas ketika Haruka mendekat kepadanya sehingga dia menjatuhkan bukunya dan mendorong Haruka dengan tangannya. Tangan Ai berada di dada Haruka yang telanjang sehingga wajah mereka berdua pun memerah.

Tapi Ai tidak menyingkirkan tangannya dari dada Haruka. Dia merasakan sesuatu di dalam tubuhnya saat tangannya bersentuhan dengan tubuh Haruka. Sesuatu yang berbeda dari biasanya. Sesuatu yang tidak biasa, tapi dia sangat menyukainya. Kemudian dia mulai menggerakkan tangannya menelusuri tubuh Haruka.

"Ibu, aku rasa aku mulai menemukannya..."

XXX

Haruka sedang berusaha membuka blus yang dikenakan Ai yang berada di atas tubuhnya. Sejak Ai mengganti tangan dengan bibir untuk menyentuh tubuhnya, dia benar-benar ingin melepas blus yang dipakai Ai itu. Kalau dia merasa senang ketika Ai menyentuh tubuhnya, Ai juga pasti akan merasa senang kalau dia menyentuh tubuh Ai. Dia ingin menyenangkan Ai sama seperti Ai menyenangkannya.

Setelah blus lepas dari tubuh Ai, Haruka memegang kedua pipi Ai yang kelihatan agak malu setelah Haruka melepaskan blusnya. Haruka kemudian memandangi wajah Ai selama beberapa saat.

"Kau sangat cantik," kata-kata itu meluncur keluar begitu saja dari mulut Haruka.

Wajah Ai yang sudah merah bertambah merah dan senyum langsung muncul di bibir Ai. Ini pertama kalinya Haruka mengatakan hal itu pada Ai. Hubungan mereka berdua memang sangat datar dan formal sehingga hal-hal seperti ini memang tidak pernah terjadi.

Melihat bibir Ai yang membentuk senyuman, Haruka spontan menarik wajah Ai mendekat lalu tanpa basa-basi dia mencium bibir Ai, yang merupakan ciuman pertama mereka setelah dua tahun mereka berpacaran. Mereka berdua berciuman selama beberapa saat kemudian Haruka mengakhirinya. Entah kenapa dia merasa dia tidak bisa melanjutkan acara mereka di ruangan ini. Dia merasa dia harus membawa Ai ke kamarnya. Jadi itulah yang dilakukannya.

Haruka membaringkan tubuh Ai di tempat tidurnya kemudian memposisikan dirinya di atas tubuh Ai dan menahan kedua pergelangan tangan Ai di tempat tidur. Dia menatap tubuh Ai yang berada di bawahnya selama beberapa saat, sedang mempertimbangkan apakah tidak apa-apa kalau dia melepaskan semua pakaian Ai yang tersisa karena entah kenapa pakaian Ai yang tersisa itu terlihat sangat mengganggu di matanya.

Melihat Haruka yang sedang memandangi tubuhnya sambil berpikir membuat Ai menggeliat. Dia tidak menginginkan ini. Yang dia mau adalah bibir Haruka menempel pada bibirnya dan tangan Haruka menggerayangi tubuhnya sementara tangannya juga menggerayangi tubuh Haruka.

"Cium aku, Haruka-kun," ucap Ai dengan suara mendesah sehingga jantung Haruka seolah berhenti berdetak. Dia langsung mengalihkan pandangannya ke wajah Ai dengan agak terpana. Tubuhnya terasa panas. Sangat panas.

"Cium aku, Sayang," desah Ai dengan agak merengek ketika Haruka masih belum memberikan apa yang diinginkannya.

Ai pun tidak perlu mengatakannya untuk yang ketiga kalinya karena Haruka langsung memberikannya. Mereka pun berciuman dengan penuh gairah.

Sekarang mereka tahu apa yang kurang dari hubungan mereka. Gairah. Dan sekarang mereka sudah menemukannya.

XXX

Ai tersenyum senang dengan bibirnya yang merah dan agak bengkak dalam pelukan Haruka. Dia menggambar spiral di dada Haruka dengan jari telunjuknya sementara Haruka membelai rambutnya. Bibir Haruka juga mengulas senyum senang dan sesekali dia akan mencium kepala Ai.

"Itu tadi sangat menyenangkan," ucap Haruka.

"Iya, kau benar," sahut Ai.

"Kenapa kita tidak pernah melakukannya sebelumnya ya?" tanya Haruka dengan heran.

"Aku tidak tahu, tapi sejujurnya aku tidak pernah berpikir kalau aku akan melakukan hal-hal semacam itu denganmu," jawab Ai.

"Mmm, aku juga. Tidak pernah terbersit dalam pikiranku tentang hal itu," ucap Haruka.

"Lalu, apa kita akan melakukannya lagi lain kali?" tanya Ai.

"Tentu saja, Sayang," jawab Haruka dengan cepat. Lalu dia sadar pada apa yang baru saja dikatakannya sehingga wajahnya langsung memerah. "M-maafkan aku. Aku tidak bermaksud memanggilmu begitu, Ai-chan," ucapnya.

"Tidak, itu tidak apa. Kau boleh memanggilku Sayang kalau kau mau," ucap Ai dengan malu-malu dan wajah merona. Dia ingat dia tadi juga sempat memanggil Haruka dengan Sayang.

"Baiklah kalau begitu," ucap Haruka.

"Hei, Haruka-kun, tadi aku merasa ada sebuah gundukan yang menyembul dari celanamu dan rasanya sangat keras dan berdenyut. Apa itu tadi?" tanya Ai sehingga wajah Haruka kembali memerah meskipun dia tidak yakin kenapa.

"Uhm, aku pikir itu alat kelaminku. Sebenarnya rasanya agak sakit tadi, tapi kemudian terasa sangat enak ketika aku menggesekkannya ke arah... uh... dimana alat kelaminmu berada...," jawab Haruka dengan agak malu.

"Ooo, begitu ya. Aku juga tadi merasa tidak nyaman di bawah sana. Tapi saat kau menggesekkan milikmu, rasanya memang luar biasa. Meskipun begitu, semakin lama rasanya semakin tidak nyaman dan juga basah, jadi aku sangat lega saat kau berhenti," ucap Ai sambil tersenyum. Namun Haruka malah menatapnya dengan khawatir.

"Maaf aku sudah membuatmu tidak nyaman, Ai-chan. Aku tidak tahu. Sejujurnya aku berhenti karena rasa sakitnya bertambah seiring dengan rasa enaknya. Kalau aku tahu, aku pasti akan berhenti lebih cepat," ucap Haruka dengan perasaan bersalah.

Ai pun tertawa kecil mendengarnya.

"Tidak perlu minta maaf. Aku menikmatinya kok, meskipun rasanya jadi tidak nyaman," ucap Ai. Namun tiba-tiba wajahnya terlihat cemas. Peringatan ibunya tentang melewati batas kembali terngiang di telinganya dan sekarang dia mengerti apa maksudnya.

"Hei, Haruka-kun, bukankah alat kelamin itu digunakan untuk membuat anak? Apa itu berarti setelah ini aku akan hamil? Tapi aku tidak boleh hamil sebelum aku menikah. Bagaimana ini?" ucap Ai dengan agak panik.

"Tenanglah, Ai-chan. Setahuku kau baru bisa hamil kalau alat kelaminku mengeluarkan cairan bernama sperma dan spermaku itu masuk ke dalam tubuhmu. Lalu sperma itu juga harus bisa mencapai sel telurmu," ucap Haruka dengan nada menenangkan sehingga Ai menghela nafas lega karena sepertinya dia belum melewati batas.

"Oh iya, benar juga. Aku ingat pernah mempelajarinya saat pelajaran biologi," ucap Ai dengan lega. "Lalu bagaimana ya caranya sperma keluar dari alat kelaminmu? Apa sperma itu keluar begitu saja saat kau mau? Lalu bagaimana caranya kau memasukkan spermamu itu ke dalam tubuhku?" tanya Ai.

"Yah, aku pikir sperma itu tidak keluar begitu saja saat aku mau, tapi aku juga tidak tahu bagaimana cara mengeluarkannya dan aku tidak tahu bagaimana cara memasukkannya ke dalam tubuhmu. Aku akan menanyakannya pada Paman Shuichi nanti," jawab Haruka.

"Baiklah kalau begitu," ucap Ai.

Lalu mereka berdua diam, menikmati kehangatan satu sama lain.

"Aah, kau begitu lembut, Ai-chan. Aku benar-benar sangat menyukaimu," kembali kata-kata meluncur keluar dari mulut Haruka dengan begitu saja setelah dia mendekap Ai selama beberapa saat sehingga wajah Haruka kembali memerah.

Wajah Ai juga langsung memerah mendengarnya.

"Uhm... aku juga sangat menyukaimu, Haruka-kun," gumam Ai dengan suara pelan dan malu-malu.

Mendengar hal itu, entah kenapa Haruka merasa dia harus mencium Ai sehingga dia mengangkat wajah Ai yang tersembunyi di dadanya lalu mencium bibirnya. Mereka mengakhiri ciuman itu beberapa saat kemudian, lalu Haruka kembali mengubur wajah Ai di dadanya dan memeluk Ai dengan erat. Mereka pun memejamkan mata mereka dan tak lama kemudian mereka sudah tertidur.

XXX

"Huh? Kenapa sepi sekali? Kemana Haru-chan dan Ai-chan pergi?" Sera bertanya-tanya dengan heran saat dia dan Shiho sudah berada di ruang tamu rumahnya. Saat itu mereka berdua baru pulang dari jalan-jalan.

Shiho tidak menyahut karena sesuatu yang tergeletak di lantai menarik perhatiannya sehingga dia menunduk untuk mengambilnya.

"Apa itu?" tanya Sera saat Shiho sudah berdiri kembali dengan sesuatu di tangannya.

"Seingatku ini blus yang dipakai Ai-chan tadi," jawab Shiho sambil mengerutkan keningnya.

Kemudian Shiho dan Sera saling bertatapan selama beberapa saat sebelum mereka berdua berlari ke kamar Haruka.

Sera hampir saja berteriak kalau Shiho tidak menutup mulutnya dan menariknya pergi dari kamar Haruka. Ketika mereka berdua kembali ke ruang tamu, tawa Shiho pun meledak sehingga Sera melihatnya seperti sedang melihat orang gila.

"Shiho, bagaimana bisa kau tertawa sementara anakmu baru saja ditiduri oleh anakku?" tanya Sera dengan agak marah. "Aku akan membunuh anak itu. Beraninya dia melakukan hal itu," lanjut Sera sambil mulai melangkah kembali menuju kamar Haruka. Namun Shiho buru-buru menahannya.

"Tenanglah, Sera. Mereka berdua belum melakukannya kok," ucap Shiho.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Sera dengan nada tidak percaya.

"Yah, mereka berdua itu terlalu polos sekaligus juga tidak bodoh, jadi tidak mungkin mereka melakukannya. Setidaknya mereka pasti sudah tahu cara kerja sistem reproduksi manusia, jadi mereka pasti bisa menduga kalau mereka melakukan hal yang salah sehingga mereka tidak akan melakukannya," jawab Shiho.

"Tapi tetap saja...," ucapan Sera langsung dipotong oleh Shiho.

"Lagipula pakaian bagian bawah mereka masih lengkap kok, jadi pasti tidak ada yang terjadi di bagian itu," ucap Shiho.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Sera.

"Kita harus membangunkan mereka sebelum para ayah kembali," jawab Shiho sambil tersenyum simpul.

XXX

"Oh, lihat ini. Gadis kecilku jadi sering melamun sambil senyum-senyum sendiri setelah pulang dari Osaka. Dia bahkan tidak sadar kalau aku sudah berdiri di sini selama lima menit," ucap Shiho sambil nyengir.

Lamunan Ai pun langsung buyar dan dia langsung bangkit untuk duduk di tempat tidurnya dengan wajah cemberut.

"Ibu," protes Ai.

Tadi sore Ai sudah diledek habis-habisan oleh adik kembarnya yang menemukannya melamun sambil senyum-senyum sendiri di ruang tengah, jadi dia tidak mau diledek lagi, apalagi oleh ibunya. Adik kembarnya itu memang selalu menindasnya. Bahkan kadang-kadang mereka baru berhenti ketika dia mulai menangis dan mereka akan langsung melarikan diri karena ibu mereka, yang kadang-kadang bisa sangat mengerikan, pasti akan muncul. Mereka juga yang membuatnya tidak percaya diri dengan Haruka karena mereka selalu bilang dia tidak pantas untuk Haruka dan mereka juga selalu bilang tidak akan ada laki-laki yang suka padanya.

Yah, Ai memang tidak tahu kalau adik kembarnya itu sebenarnya menderita sister complex. Ai sebenarnya sangat populer, tapi karena adik-adiknya itu, yang selalu bertindak tanpa sepengetahuannya, jadi tidak ada laki-laki yang berani mendekatinya. Untung saja, Ai menyukai Haruka, sehingga kedua adik kembarnya dan juga ayahnya yang sangat overprotective terhadapnya, tidak melarangnya pacaran dengan Haruka. Mereka pikir, karena Haruka ada di Osaka, Haruka tidak akan bisa sering-sering berduaan dengan Ai dan karena Haruka sama polosnya dengan Ai, Haruka pasti tidak akan macam-macam kepada Ai.

Shiho hanya tertawa kecil, kemudian dia ikut duduk di tempat tidur Ai.

"Jadi bagaimana? Apa kau masih merasa kalau dirimu membosankan?" tanya Shiho.

"Aku rasa tidak. Haruka-kun bilang dia sangat menyukaiku," jawab Ai dengan malu-malu.

"Dia bilang begitu?" tanya Shiho.

Ai menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Apa kau senang saat dia mengatakan itu?" tanya Shiho lagi.

Ai kembali menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu Ibu ikut senang untukmu," ucap Shiho sehingga Ai memeluknya.

"Aah, waktu cepat sekali berlalu. Sekarang gadis kecilku sudah mulai beranjak dewasa. Bahkan mungkin tak lama lagi dia akan diambil orang," batin Shiho sambil membelai rambut Ai yang hitam dan panjang.

"Tapi kau harus ingat, Ai-chan. Jangan pernah membiarkan Haru-chan melepaskan celana dalammu sebelum kalian menikah, kau mengerti?" ucap Shiho sehingga wajah Ai memerah tanpa sebab yang jelas.

Sejujurnya Ai tidak mengerti kenapa celana dalamnya tidak boleh terlepas ketika dia sedang melakukan 'hal yang menyenangkan' bersama Haruka. Tapi dia tidak memikirkannya lebih jauh karena dia dan Haruka sudah berjanji pada Sera tidak akan melakukannya lagi sampai mereka menikah.

"Tidak, Ibu. Kami tidak akan... uh... melakukan hal-hal semacam itu lagi setelah Bibi Sera memarahi kami saat itu," ucap Ai.

"Dan kau pikir Ibu akan percaya dengan komitmen kalian itu sementara kau terus melamun sambil senyum-senyum sendiri sejak kau pulang dari Osaka?" ledek Shiho sehingga wajah Ai langsung cemberut.

Ai pun melepaskan pelukannya dan menatap ibunya dengan angkuh, yang mengingatkan Shiho pada Shinichi.

"Tentu saja Ibu harus percaya. Aku dan Haruka-kun bukan orang seperti itu. Kami selalu menepati janji," ucap Ai dengan angkuh sehingga Shiho tersenyum geli.

"Baiklah, Sayang, kalau kau bilang begitu," ucap Shiho. Dia kemudian mengusap kepala Ai dan mengecup kening Ai, lalu mengucapkan selamat malam dan keluar dari kamar Ai.

XXX

Beberapa minggu kemudian, Ai kembali melakukan 'hal yang menyenangkan' bersama Haruka saat mereka berdua berlibur ke Amerika. Ai yang tinggal di rumah kakek dan neneknya mengunjungi tempat tinggal Haruka selama di Amerika yaitu rumah Shuichi setelah mereka berjalan-jalan. Karena Shuichi baru pulang pada malam hari, maka mereka hanya berdua saja di rumah itu saat itu sehingga hal tersebut tak terhindarkan.

Semua dimulai ketika Haruka ingin membuat teh untuk mereka berdua saat mereka sudah duduk di sofa ruang tengah rumah Shuichi. Lalu Ai menahan Haruka dan berkata bahwa dia yang akan membuat teh. Tapi Haruka tidak setuju dan berkata bahwa dialah yang harus membuat teh. Mereka pun sedikit berdebat dan ketika Ai bangkit dari sofa untuk mendahului Haruka, Haruka langsung menariknya untuk duduk kembali dan entah bagaimana Ai malah terduduk di pangkuan Haruka.

Mereka berdua pun saling berpandangan dengan wajah merah selama beberapa saat, kemudian Haruka melingkarkan lengannya di pinggang Ai dan tak lama kemudian mereka sudah berciuman.

Saat Haruka kembali menindih tubuhnya di tempat tidur untuk yang kedua kalinya, Ai teringat pesan ibunya, yang selalu benar.

"Uhm... Haruka-kun, aku tidak tahu kenapa, tapi kalau kau sampai berani melepas celana dalamku, aku akan membunuhmu."