hai, ketemu lagi dengan saya, terima kasih yah respon positif di fict always itu, banyak yang minta epilognya yah, yaudah aku buatin deh, nanti cek di fict always aja yah, aku masukin ke chapter berikutnya aja, gimana?
oh iya, ini fict aku yang baru, semoga suka :)
yohs!
My Ego
Disclamer : Masashi Kishimoto
Rated : M-MA
Genre : Romance, Hurt/Comfort, Angst
Warning : lots of lemon, pure incest, OOC and many more XD
"Aaannggghh! Hah… hah… hah… eeeeennggghhh!"
"Terus di dorong! Kepalanya sudah terlihat, berjuanglah Nyonya."
"D-Dokter, a-apa istri saya tidak apa-apa? S-saya tidak pernah melihat istri saya kesakitan seperti ini," laki-laki yang merupakan suami dari wanita yang sedang berusaha mengeluarkan buah hati mereka ini terus-terusan bertanya pertanyaan yang sama sambil menggenggam tangan istrinya.
"Tuan Uchiha, istri anda akan baik-baik saja, ini sudah hukum alam wanita, bersyukur kaum adam seperti anda tidak merasakan hal ini," jawab sang dokter.
"Aaaaaahhhh!" dengan jeritan panjang, Mikoto nama istri dari Fugaku Uchiha berhasil mengeluarka bayi sehat laki-laki dengan selamat.
"Bayinya… tidak menangis?" ucap Fugaku bingung.
Dengan cekatan sang dokter menampar pantat bayi tersebut, namun bayi itu tetap tidak menangis, akhirnya sang dokter bergumam 'maaf' sebelum kembali menampar bayi itu.
Slaaap.
"Oooeeeeee… ooeeee…"
"Fiuh! Untung saja, bisa gawat kalau bayi yang baru keluar tidak menangis," ujar sang dokter, "Selamat yah, bayi laki-laki yang sehat."
"Ayaah, aku mau lihat adikkuuuu," rengek anak laki-laki berumur 4 tahun yang baru saja di perbolehkan masuk oleh sang dokter.
"Sabar Itachi, adikmu sedang diberi susu oleh ibumu" jawab sang ayah sambil menepuk kepala anak pertamanya itu dan mengangkat lalu memangku di pangkuannya.
"Aku pikir aku akan mendapatkan adik perempuan," kata Itachi sambil mendekatkan dirinya pada bayi yang baru saja lahir itu, "Siapa nama adikku ini?"
"Sasuke… Sasuke Uchiha."
1 tahun kemudian.
"HYAAAAA! Aaaaaanggh!"
"Ayo Mikotooo! Kamu pasti bisa sayaang!"
"Ayo Nyonya Uchiha, sedikit lagi, dorong terus!"
"Hah… hah… hah…eeeennnggghhhhh!"
"Ooeeeee… ooeeeee…"
"Waaahh, bayinya sangat lucuuu," ucap suster yang meraih bayi itu, "Lihat rambutnya berwarna pink."
"Itu pasti dari ibumu, Mikoto."
"ennhh… Fugaku," panggil Mikoto dengan nada lemah.
"Hn?" Fugaku menoleh pada istrinya sambil menggendong bayi ketiga mereka.
"No More Children, please," pinta Mikoto dengan nada lelah.
"Hahahaha, baiklah, aku akan memakai pengaman lain waktu, ini karena Itachi dan Sasuke terus menerus meminta adik perempuan, untung saja benar-benar perempuan," jawab Fugaku tersenyum pada bayinya.
"Rambutnya…" Mikoto menjulurkan kedua tangannya, menandakan ingin menggendongnya, "Mirip dengan ibuku… dan bunga favoritnya."
"Hn," Fugaku mengangguk, "Jadi?"
"Yah, Sakura… Uchiha Sakura."
6 tahun kemudian.
"Itachi sayang, bisa kau bangunkan adik-adikmu? Jangan sampai Sakura terlambat di hari pertama dia masuk sekolah," pinta sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan di dapur pada anak sulungnya yang baru saja bangun.
"Hooaaamm, yaa," jawab Itachi setengah sadar menaiki anak-anak tangga, Itachi membuka pintu kamar Sasuke, namun dia tidak melihat sosok Sasuke di tempat tidurnya, Itachi yang masih setengah sadar menutup kembali pintu kamar adiknya itu, lalu lanjut pada kamar adik bungsunya.
"Hn?" mata Itachi akhirnya sadar, ada dua sosok yang sedang tidur di situ, Sasuke yang sedang tertidur pulas sambil mendekap tubuh Sakura yang juga terlihat lelap, saat Itachi melangkah mendekati kasur Sakura, "Hhhh, lagi-lagi tidur bersama ngga ngajak-ngajak."
Itachi mengambil nafas dalam-dalam, kemudia berteriak, "BANGUUUUUUUUNN!"
Teriakan Itachi sukses membuat kedua adiknya membuka matanya perlahan, Sakura mengucek matanya dan ketika melihat sosok kakak sulungnya ada dihadapannya, Sakura melepaskan pelukan Sasuke dan melompat kearah Itachi sambil memeluknya.
"Itachi Nii-chaaaaan, selamat pagiiii," ucap Sakura riang.
Saat Itachi akan memeluk balik adiknya yang baru berusia enam tahun itu, tubuh Sakura ditarik kembali oleh Sasuke yang berdiri diatas kasur. Tanpa mengucapkan apa-apa, Sasuke memandang Itachi dengan sinis.
Ya, seperti inilah hubungan Sasuke dan Itachi, tidak pernah akur, selalu bertengkar, dan selalu dulu-duluan mengambil perhatian Sakura, tapi walaupun begitu Itachi tetap menyayangi Sasuke, terbukti saat Sasuke sakit, Itachi lah yang merawatnya saat kedua orang tua mereka sedang bekerja keluar negri.
"Harusnya yang kau sapa duluan adalah orang yang di sebelahmu!" dengan nada kesal, Sasuke yang berusia satu tahun diatas Sakura mencubit pipi gadis kecil itu.
"Selamat pagi, Sasuke Nii-chaaan," sapa Sakura lembut sambil melingkarkan kedua lengannya di leher Sasuke.
Itachi, yang umurnya jauh di atas mereka kini berusia 11 tahun, menduduki bangku kelas enam, Sasuke kelas dua dan Sakura baru akan memasuki kelas satu, "Ibu sudah menyiapkan sarapan, ayo kebawah," ajak Itachi.
Itachi mengambil langkah duluan, meninggalkan kedua adiknya di belakang, Sakura yang masih memakai dress piyama bangkit menggandeng tangan Sasuke, berlari seolah ingin mendahului Itachi untuk datang keruang makan.
"Selamat pagi anak-anak," sapa sang ibu sambil meletakkan beberapa piring di atas meja.
"Hooaahhhmmm," mendengar Sasuke yang menguap dan tidak menyapa balik, Sakura menggerutu, "Sasuke Nii-chan, kalau ibu memberi salam, salamlah balik."
"Yaah, pagiii," sapa Sasuke malas-malasan.
Mikoto sudah terbiasa oleh sifat Sasuke yang cuek, tapi Mikoto bersyukur karena Sasuke sangat perhatian pada adiknya. Terbukti ketika mereka selesai menghabiskan sarapannya, dan setelah mereka akan siap berangkat sekolah, Sasuke lah yang mengepang dua rambut Sakura, membawakan tas Sakura dan menggandeng tangan Sakura.
Itachi lebih menjadi seperti pengawas mereka berdua, dia sosok kakak yang sangat baik, disaat Sasuke menggandeng tangan Sakura dan berjalan mendahuluinya, Itachi memasang mata menjaga kedua adiknya agar tidak terjadi sesuatu pada mereka. Ayah mereka Fugaku jarang sekali pulang kerumah, sebetulnya, Mikoto yang merupakan sekertaris pribadi Fugaku pun harus menemani suaminya kemanapun dia pergi, tapi Mikoto lebih memilih untuk merawat anak-anaknya.
Mikoto sangat bangga pada anak-anak laki-lakinya yang mempunyai sifat overprotective pada adik perempuannya, benar-benar menurun dari sifat sang ayah.
Saat ini, Sakura yang baru masuk sekolah sudah mendapatkan banyak teman, Sasuke yang duduk dikelas dua, sesekali menengok ke kelas adiknya, diikuti bersama temannya.
"Nee, Teme, yang mana adikmu?"
"Mau apa kau?" tanya Sasuke ketus.
"Ish, Cuma ingin tahu saja kok."
Sesampainya di depan kelas, Sasuke melihat Sakura yang sedang berbincang-bincang dengan beberapa teman wanitanya, yang satu berambut pirang dan yang satu berambut hitam.
"Ah, Sakura-Chan, itu kakakmu kan?" tanya gadis berambut pirang menunjuk kearah pintu kelas.
Sakura tersenyum dan berlari kearah Sasuke, "Sasuke Nii-Chan, ada apa?"
"Waaah, kau manis sekalii, aku tidak percaya kau adiknya Teme, aku Naruto Uzumaki, sahabat kakakmu ini," ucap Naruto yang langsung menggenggam tangan Sakura, namun genggaman itu tidak bertahan lama karena Sasuke menepis tangan mereka.
"Siapa yang mengizinkanmu utnuk menyentuhnya?" dengan ketus dan menatap sinis, Sasuke mengambil tangan Sakura.
"Cih, Teme pelit!"
.
.
.
Waktu pun cepat berlalu, kini Sakura sudah menduduki bangku kelas 5, dan Sasuke kelas 6, Itachi sudah lulus dan kini menduduki kelas 1 SMA. Tubuh Sakura mengalami perubahan, dengan dadanya yang sedikit tumbuh besar, pinggulnya yang mulai berbentuk menjadi perhatian para cowok di sekolahnya, hingga saat pelajaran olah raga, Sakura memakai baju olah raga yang minim itu dan semua mata menuju padanya, hal itu membuat Sasuke marah, dia tidak terima adiknya menjadi bahan tontonan begitu, akhirnya Sasuke mendatangi Sakura yang sedang memegang bola, Sasuke membuka jaketnya dan melingkarkannya di pinggang Sakura.
"Sasuke Nii-chan?"
"Tutupi," hanya itulah yang diucapkan oleh Sasuke sebelum dia pergi.
"Sakura, boleh sedikit berkomentar tentang kakakmu itu?" izin si pirang yang bernama Ino.
"Kenapa dia dingin sekali sih? Tapi kadang padamu sangat lembut dan perhatian, selama valentine dia membuang semua coklat-coklat yang dikasih oleh fans-fansnya, tapi padamu lembut sekali."
"S-Sakura-chan kan adiknya," jawab temannya yang berambut hitam, Hinata.
"Ya, dia sangat lembut padaku, kita bahkan sering tidur bareng, sebelum tidur dia selalu membacakan dongeng untukku," ucap Sakura smabil tersenyum.
"Hhhmmm, enak sekali jadi kamu," gumam Ino.
"Nee, Ino-chan suka pada kakaknya Sakura-chan kah?" tebak Hinata.
"Bukan! Enak saja," sangkal Ino, "Aku hanya ingin punya kakak, kalau suka… aku lebih memilih kakakmu yang satu lagi itu loh, Sakura."
"Eh? Itachi Nii-chan?" ucap Sakura.
"Ya, menurutku dia sangat dewasa, sosoknya yang lembut, pintar dan tampan, aahhh~~ pacar yang sempurna, Nee… Nee… beri tahu aku, bagaimana tipe wanita kesukaan Itachi-Nii," paksa Ino.
"Ehhmm, setahuku sih Itachi Nii-chan itu suka wanita-wanita yang dadanya besar, badannya semok dan pintar masak," jawab Sakura polos sambil berfikir.
Ino serasa ada batu 10 ton yang menimpanya, dilihat dadanya yang rata dan tidak ada kesan sexy sama sekali pada dirinya.
"Ugh! Aku bertekad akan menjadi sexy kalau sudah besar nanti! Agar Itachi-Nii melirikku!" ucap Ino membara.
"Heeh? Ino menyukai Itachi Nii-chan?" tanya Sakura berseri-seri, "Itu artinya, kalau Ino menikah dengan Itachi Nii-chan, Ino akan menjadi kakakku?"
"Iya, makanya kau harus membantuku," ujar Ino.
"Horeee, ayo kita menjadi sexyyy!" teriak Sakura yang masih tidak mengerti.
"Eh lihat deh, Uchiha cantik yah," bisik salah satu laki-laki yang satu lapangan dengannya.
"Iya, kalau sudah besar nanti pasti menjadi wanita yang sexy, lihat saja umur segini dadanya sudah ada."
"Aah, aku ingin memegangnya deh."
"Ingin memegang apa?" ucap suara laki-laki bernada datar dan berkesan dingin dari belakang mereka.
"S-Sasuke-sa- Aaakhh!"
Sasuke mencengkram leher anak laki-laki itu dan memukulnya dengan keras, belum ada kesempatan untuk berdiri, Sasuke menibannya dan memukuli wajah laki-laki itu.
Bag
Bug
Bag
Bug
"Kyaaaaaa!" jerit para siswi ketika melihat Sasuke yang membaku hantam laki-laki itu.
"Sasuke! Hentikan!" guru olahraga menahan Sasuke yang masih berwajah marah.
"Aarrhh! Lepaskaaan!"
"Sasuke Nii-chan? Ada apa?" tanya Sakura dengan nada khawatir.
"Matanya! Aku ingin mencongkel matanyaa!" teriak Sasuke.
Sakura yang melihat Sasuke marah begitu langsung berlari dan memeluk kakaknya.
"Sasuke Nii-chan tenaang, ada apa? Jangan main kekerasan," ucap Sakura lembut masih sambil memeluk Sasuke.
Pelukan Sakura sedikit membuat Sasuke tenang, sedangkan anak laki-laki yang dipukuli Sasuke kini pingsan, dan itu membuat Sasuke di skors selama seminggu, tentu saja perlakuan Sasuke disalahkan oleh orang tuanya, Mikoto dan Fugaku sampai heran, kenapa Sasuke bisa sampai memakai kekerasan begitu.
Sejak kejadian itu, tidak ada lagi yang berani macam-macam ada Sakura, jangankan membicarakannya, menegur Sakura pun semua menjadi segan dan takut, hanya Ino dan Hinata lah yang masih berteman dengan Sakura.
.
.
.
3 tahun berlalu.
Kini Sakura menginjak kelas 2 SMP dan Sasuke 3 SMP, Itachi memutuskan untuk kuliah di luar kota dan tinggal sendiri di sana, ayah dan ibu mereka makin hari semakin sibuk, hubungan Sasuke dan Sakura juga semakin dekat.
"Sasuke-Nii, hari ini mau makan apa?" tanya Sakura yang berjalan di samping kakaknya itu, Sakura sengaja memanjangkan rambutnya sepinggang, karena Sasuke bilang dia menyukai Sakura dengan rambut yang panjang, dan kalau Sakura memotong pendek rambutnya, Sasuke bilang katanya tidak akan mau lagi bermain dengan Sakura.
"Sup Tomat," jawab Sasuke singkat.
Sedangkan Sasuke kini tumbuh semakin tampan, fans nya semakin banyak, tubuhnya tinggi ditambah dia ikut klub basket, overprotective nya semakin menjadi, Sakura yang selama ini mengindam-idamkan seorang pacar, jadi tidak bisa mempunyai pacar, karena semua cowok yang Sakura dekati ataupun cowok yang mendekati Sakura, akan berakhir di rumah sakit.
Makanya Sakura akan bersabar sampai suatu saat kakaknya itu menemukan pujaan hatinya.
"Lagi? Kemarin kan sudah sup tomat, gimana kalau kare?" usul Sakura, berhubung ayah dan ibunya sedang berlibur, maka Sakura lah yang memasak.
"Aku mau sup tomat, selain itu aku tidak terima," jawab Sasuke datar.
"Huuh, baiklah, karena bahan-bahannya juga masih ada di kulkas, jadi kita makan sup tomat lagi saja," ucap Sakura sambil menggandeng lengan kakaknya, "Aku sayang Sasuke-Nii."
Sasuke hanya terdiam melihat adiknya yang merangkul lengannya itu, Sasuke teringat saat Itachi memutuskan untuk kuliah di luar kota, Sakura menangis terus-terusan karena tidak mau ditinggal oleh Itachi, karena itu Sakura berusaha mati-matian menjadi adik yang baik, agar Sasuke juga tidak meninggalkannya.
Sasuke dan Sakura bersekolah di sekolah yang sama, begitu pula dengan Hinata dan Ino, juga teman Sasuke, Naruto.
Sesampainya di rumah, Sakura melepas sepatunya dan langsung berlari menuju dapur, saat dia membuka kulkas dan mengambil bahan-bahan makanan, Sasuke mengambil tas adiknya yang sebelumnya diletakkan begitu saja di sofa dan membawanya ke kamar.
Kriiing kriiing.
Telepon berbunyi.
Sasuke sudah berada di atas, karena itu Sakura menghentika kegiatan masaknya dan berlari menuju telepon itu.
"Halo, kediaman Uchiha di sini," sapa Sakura riang.
Saat mendengar beberapa kalimat dari suara di seberang telepon itu, mata Sakura membulat, sendok sayur yang sedang dipegangnya pun jatuh.
"Sakura-chan… Sakura-chan?" panggil dari suara telepon tersebut.
Perlahan air mata keluar dari mata emeraldnya, di tinggalkannya telepon terbuka disitu sedangkan Sakura berlari menuju kamar kakaknya.
"SASUKE-NII!" begitu pintu kamar Sasuke dibuka, Sakura langsung memeluk tubuh Sasuke yang kini sedang telanjang dada, namun Sakura tidak mempermasalahkan hal itu, karena berita ini lebih penting dari apapun.
"Sakura! Kalau masuk ketuk du-" ucapan Sasuke terhenti ketika merasakan seperti ada air yang mengalir diperutnya, tubuh adiknya yang sedang gemetar punmembuat Sasuke memeluk balik dengan lembut, "Ada apa?" akhirnya pertanyaan itulah yang terlontar dari mulut Sasuke.
"Huhuuuu~ hiks… hiks…~"
"Sakura… ada apa?" kini Sasuke makin resah, tidak biasanya Sakura menangis begini.
"A-Ayah… I-Ibuuu~"
"Ada apa dengan mereka? Kau merindukan mereka?"
Sakura menggelengkan kepalanya, kemudian menatap wajah Sasuke dengan sangat pilu, Sasuke merengkuh wajah adiknya sambil menghapus sisa air mata itu, Sakura mengambil nafas pelan dan berucap, "Mereka meninggal."
A/N : banyak yang bilang, saya cowok tapi kenapa ide cerita saya itu shoujo banget, jawabannya adalah karena adik saya ngejejelin saya dengan komik2 shoujonya -_- jadi keracunan shoujo saya XD
berikut adegan di chapter berikut.
"Itachi-Nii, aku ingin ikut Itachi-Nii."
"Sakura, Sasuke membutuhkanmu di sini, aku janji akan mengunjungimu seminggu sekali."
.
.
"Sakura, aku turut berduka, Hinata sebentar lagi datang, kamu menangislah sepuasmu."
.
.
"aku menyukai adimu, Teme"
BUG.
"Berani sekali kau melontarkan kata 'suka' padanya dihadapanku."
.
.
"Hai, sudah lama tidak bertemu yah, Ino."
"Hai, Itachi-Nii apa kabar?"
"Panggil aku Itachi, aku sangat baik, terima kasih sudah menjaga Sakura."
"Dia sudah seperti adikku sendiri."
"Kalau begitu bisa lebih mudah yah."
"Eh?"
.
.
"Akhirnya tidur pulas, aku akan menjagamu Sakura, apapun yang terjadi, bahkan kalau aku harus menjadi iblis sekalipun, aku tidak akan membiarkanmu direbut orang lain."
"Engh~ Neji-Kun~"
.
.
"aku bingung, orang tuyaku meninggal... seharusnya aku sedih... tapi kenapa ada perasaan lega dalam diriku?"
for the first time i saw you, i already notice... this is a forbidden love...
minta review? saya akan lanjut kalau saya bisa dapet 10 review, atau kita delete saja? karena terlalu ekstrim? ini pure incest loh...