Cerita ini merupakan request dari astia aoi. Karena ga mungkin dibuat oneshot, akhirnya saya pecahkan menjadi beberapa shot, tapi masih merupakan cerita yang pendek kalau dibandingkan dengan FS dan WCMTP.

Pairing: Grimmjow x Ichigo

Summary: Semenjak kemampuan Shinigaminya kembali, Ichigo menjadi sangat dekat dengan Rukia. Tapi, entah mengapa ia selalu merasa tidak puas dengan seks yang beberapa kali mereka lakukan. Ichigo selalu merasa ada yang kurang. Di saat yang bersamaan, musim kawin tengah terjadi diantara para Hollow, setahun setelah Aizen digulingkan. Grimmjow yang dikabarkan menghilang, muncul kembali dan mengaku ingin menjadikan Ichigo sebagai pasangannya.

Warnings: Canon setting. Yaoi. Slight het antara Ichigo dan Rukia. Detailed smut. Slight bondage. Toys using. M-Preg. Kemungkinan OOC, apalagi Ichigo yg hamil pastinya bakalan mood swing. Dub-con at first.

Disclaimer: I don't own Bleach, it's Kubo Tite. I used it just for fun...


Sweet Baby Berry

by Megumi Kei


Ketika keraguan datang, berpeganglah teguh pada keraguan tersebut. Karena keraguan itu merupakan bukti nyata dari insting di dalam tubuhmu yang mengatakan bahwa hal yang tengah atau akan kau lakukan belum tentu baik untukmu sendiri. Kau bisa mundur secara total, atau maju dengan kesiap-siagaan penuh. Jangan biarkan kebingungan yang melanda membuatmu jatuh dalam penyesalan yang mendalam.

Atau membuatmu berharap, kau tidak melakukan hal ini.

Seperti apa yang Kurosaki Ichigo rasakan saat ini. Bagaimana ia menyesali pilihannya tanpa mau memikirkannya sebelumnya secara lebih masak, bagaimana ia terlalu percaya pada perasaannya sendiri yang pada kenyataannya malah salah tafsiran. Di usianya yang ke-16, Ichigo adalah remaja yang naif. Bergerak tanpa pikir panjang, selama menurutnya apa yang ia lakukan adalah hal yang benar. Selama itu, tindakannya itu tidak pernah memberikan kerugian bagi dirinya. Berapa kali pun ia nyaris mati ketika tengah melindungi teman-temannya. Ia bisa merasakan puas hanya dengan berhasil melindungi mereka, dan dengan segera menyandang gelar pahlawan yang kemudian semakin membuatnya berjingkrak senang bagaikan seorang bocah yang dijanjikan berlibur ke taman hiburan oleh kedua orang tuanya.

Percayalah, ketika kecil, remaja bersurai oranye itu ingin sekali menjadi pahlawan seperti Batman.

Dan menjadi Batman-lah ia pada kenyataannya. Minus topeng, jubah, mobil canggih, dan gua penuh dengan alat-alat modern yang bahkan Amerika masih belum sanggup membuatnya di zaman seperti sekarang ini. Yang paling penting, ia tetap berpakaian serba hitam, ditambah dengan pedang besar yang selalu tersemat di punggungnya.

Ia bahkan memiliki tempat persembunyiannya sendiri, bahkan menurutnya lebih keren daripada gua milik sang Batman, yang bisa ia kendalikan sesuka hatinya hanya dengan memikirkannya saja, berbeda dengan Batman yang membutuhkan remote.

Serupa pula dengan sang Batman, Ichigo pun memiliki Robin-nya sendiri.

Robin yang bertubuh kecil, cerewet, dan selalu mengikuti ke mana pun ia pergi. Hanya saja, Robin-nya ini berjenis kelamin perempuan, dan bernama Kuchiki Rukia. Gadis yang senang sekali menunjukkan sisi dominan, dan sering sekali menjatuhkannya pada posisi submisif, di mana ia hanya bisa menerima dan mengiyakan apa yang dikatakan gadis itu padanya.

Bukan berarti ia protes, karena sering kali apa yang Rukia katakan padanya, adalah merupakan hal yang benar.

Kecuali mungkin satu hal...

"Kau menginginkanku, Ichigo?"

Saat itu, siang hari mendekati sore, sesaat setelah sekolah selesai dan berteduh di rumah dari sengatan matahari musim panas. Rukia mendadak duduk di pangkuannya, dan Ichigo hanya bisa menatap dengan mata membelalak penuh keterkejutan. "Aku tahu kalau kau menginginkanku, Ichigo. Dan kau pun tahu, dengan senang hati aku akan memberikan diriku." Gadis itu semakin merapatkan tubuhnya, salah pengertian mengenai getaran yang dikeluarkan tubuh Ichigo sebagai sebuah kesenangan... bukan hal yang lain.

Ichigo menelan ludah saat Rukia mendekatkan bibir mereka. Ia memang menginginkan ini, menginginkan seseorang bisa memeluknya dengan erat dan penuh kasih sayang, membuatnya juga merasakan aman... merasakan kehangatan tubuh yang lain, seberapa pun panasnya udara di luar sana. Geraman pelan ia keluarkan saat bibir mereka akhirnya bertautan. Di benaknya ada rasa yang menyuruhnya untuk menjauhkan kembali kepalanya, tetapi dengan segera ia buang rasa itu jauh-jauh dan malah melakukan yang sebaliknya.

Matahari yang terik, menyengat setiap orang yang berjalan di luar rumah, sama sekali tidak mengurungkan niat keduanya untuk menambah pengeluaran peluh dari dalam tubuh mereka. Seberapa pun panasnya, mereka tetap melakukannya. Mendesahkan nama satu sama lain hingga akhirnya hasrat dalam diri bisa terpuaskan.

Walau pada kenyataannya, Ichigo sempat sedikit kesulitan untuk membuat miliknya tegak.

Sekarang, sudah 6 bulan berlalu semenjak saat itu, dan hampir setahun semenjak ia mendapatkan kembali kekuatan shinigami-nya. Tidak ada hari yang tidak ia gunakan untuk berpikir. Sering kali ia merasakan ada sesuatu yang salah pada dirinya, ada perasaan tidak nyaman yang menghantui, dan perasaan itu semakin besar setiap kali ia berkumpul bersama teman-temannya.

Bersama dengan Rukia.

Dan sudah dua bulan, keduanya tidak pernah lagi terlibat aksi intim yang biasanya selalu mereka lakukan sedikitnya seminggu sekali. Ichigo selalu memiliki perasaan mual yang ia tahan ketika secara tidak sengaja melihat miliknya memasuki tubuh sang gadis Shinigami, yang kemudian membuatnya selalu menutup mata jika mereka sedang berseks.

Ia sempat menyangka bahwa dirinya gay, tapi pikiran itu ditepiskan kembali olehnya karena pada kenyataannya ia tidak pernah merasa masalah ketika menyentuh Orihime, begitu pula dengan Tatsuki. Dan ia pun tidak pernah merasa mual... atau jijik... ketika Rangiku membenamkan kepalanya ke dada raksasanya.

Hanya kepada Rukia.

Mungkin... hal itu karena ia memandang gadis itu sebagai sosok seorang kakak (mengingat Rukia sebenarnya berusia ratusan tahun). Tapi, bisa juga bukan. Karena sudah lama sekali Ichigo selalu merasa dirinya membutuhkan sesuatu... entah apa... sesuatu yang bisa membuatnya merasa penuh, terpuaskan tanpa sedikit pun celah, yang Rukia tidak pernah bisa berikan hal tersebut kepada dirinya. Dan Ichigo merasa perasaan itu semakin ke sini, semakin kuat. Beberapa waktu, ia pernah memergoki dirinya sendiri tengah memandang lurus ke arah kedua lengan Renji yang kekar. Membayangkan dirinya berada di antaranya. Dan sewaktu-waktu juga ia pernah merasa begitu nyaman, dan ingin terus menempel di punggung Urahara yang tengah duduk minum teh di Shoten. Untungnya, pria nyentrik itu sama sekali tidak merasa terganggu dengan sikap Ichigo kala itu. Pria itu hanya tersenyum, dan membelai lembut surai oranye-nya hingga ia tertidur.

... Ichigo bahkan pernah tertidur di pangkuan Byakuya ketika berkunjung ke Seireitei beberapa waktu yang lalu. Bagaimana ia bisa berakhir di pangkuan sang bangsawan, ia sendiri tidak ingat. Yang ia ingat hanya seringai kecil terulas selama beberapa detik di wajah Byakuya saat dirinya terbangun dikemudian.

Lalu sekarang, ia terpaksa izin pulang di tengah-tengah jam pelajaran karena merasa panas yang teramat sangat menjalar di tubuhnya. Chad yang sempat bersikukuh ingin mengantarnya ia tolak dengan alasan rumahnya tidak sejauh itu dan masih terlalu baik-baik saja untuk dikawal oleh sang pemuda raksasa Meksiko. Kali ini, tidak seperti biasanya, Ichigo merasa menyesal karena tidak mengiyakan saja kebaikan hati Chad.

Dengan badan yang membungkuk, dan salah satu sisinya bersandaran dengan dinding gang, Ichigo berusaha mengambil nafas. Semenjak keluar dari lingkungan sekolahnya, ia sudah merasakan dadanya sesak, tapi ia tahan. Kini pandangannya memburam, dan ia bisa merasakan wajahnya sangat panas, bahkan sampai membuat wajahnya itu merona kemerahan. Yang paling menyebalkan, celana yang ia kenakan terasa sangat ketat di bagian selangkangan. Ichigo mengerang, perlahan ia melepaskan kancing jaket seragam yang ia kenakan, berharap agar sesak nafasnya berkurang sehingga ia hanya perlu melakukan perhatian lebih pada miliknya yang entah mengapa malah mengeras di balik celananya itu.

"Ada apa ini sebenarnya...?" Bahkan suaranya barusan keluar dengan mendesah-desah.

Perkiraannya sebelumnya bahwa ia tengah mengalami demam, kini terbantahkan. Tidak mungkin demam bisa membuat kejantanannya sangat keras, dan scrotumnya terasa begitu penuh seperti sekarang ini. Ichigo bahkan bisa menebak, jika ada yang menyentuhnya di sana, ia akan langsung mengeluarkan benihnya begitu saja.

Terlalu fokus dengan permasalahannya sendiri dan berusaha untuk terus berjalan, Ichigo sama sekali tidak menyadari ruang di belakangnya terbelah. Sisi hitam yang semakin lama semakin terlihat membesar itu mengeluarkan benda panjang dan terlihat sangat lentur, mirip seperti lengan gurita tetapi berwarna hitam dan memiliki besar yang sama dari ujung ke ujung. Benda itu bergerak cepat menuju ke arah Ichigo yang masih belum juga menyadari keberadaannya. Dan ketika remaja itu akhirnya merasakan reiatsu dari seekor Hollow, semuanya sudah terlambat. Tentakel hitam itu keburu melingkar di area mulut Ichigo dan menariknya dengan kasar.

Dengan refleks ia melepaskan tas yang ia genggam di tangan kanannya dan langsung mencengkeram tentakel itu, berusaha melepaskan diri. "Mmn! Mmmgghhh!" Tubuhnya dibantingkan ke tanah dengan kasar, sementara kedua matanya langsung membelalak ketika melihat bayangan hitam besar membumbung tinggi di atasnya.

Hollow yang menyerangnya itu memiliki tubuh yang serupa dengan kalajengking, namun kaki-kakinya digantikan bentuknya oleh benda yang mirip dengan tentakel. Mulut sang Hollow yang sangat tebal itu tersenyum lebar sebelum kemudian menjulurkan lidah dan menjilati wajah Ichigo, membuat remaja itu bergidik jijik merasakan liur yang membasahi sebagian wajahnya.

Ichigo memiliki perasaan yang sangat tidak enak ketika mendengar nafas sang Hollow yang begitu memburu dan penuh nafsu. Wajahnya berubah pias karena salah satu tentakel mengikat kedua tangannya dan menyimpannya di atas kepalanya, sementara tentakel yang lain berusaha menurunkan celana seragam yang ia kenakan. Kembali ia memberontak, berharap teman-temannya di sekolah bisa merasakan kedatangan Hollow dan dalam perjalanan ke tempatnya berada ini. Ia memberontak, dan terus memberontak, hingga akhirnya setetes air mata frustasi menuruni pipinya karena tidak ada satu pun cengkeraman pada dirinya yang melemah, malah sebaliknya.

"MMMMNNHH! ! MMMMMPH! ! ! MM—!"

Ichigo membeku. Tentakel yang tadi berusaha memasuki celananya kini sudah melingkarkan diri pada kejantanannya, dan menggosok-gosokkannya perlahan dengan menggunakan tekanan yang sangat tepat, mengirimkan sengatan kenikmatan di dalam tubuhnya. Merintih, Ichigo menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, berusaha menyingkirkan perasaan yang seharusnya tidak ia rasakan. Tubuhnya tersentak kuat sehingga membuat punggungnya naik dari permukaan tanah ketika tentakel yang melingkari mulutnya memasukkan ujungnya ke dalam rongga mulut Ichigo. Ujung tentakel itu terus bergerak keluar masuk, bahkan sesekali sampai mengenai kerongkongannya dengan kasar dan membuat Ichigo tersedak.

Sedikitnya ruang untuknya batuk, membuat air mata kembali turun dari tepian matanya.

Hingga mendadak ia melihat warna biru yang sangat terang melesat mengenai Hollow yang tengah menganiayanya. Tidak ada lagi tentakel yang menggenggam tubuhnya, Ichigo membalikkan badannya, dan terbatuk-batuk sampai liur menetes dari tepi bibirnya. Di antara matanya yang buram karena air mata, Ichigo bisa melihat sosok yang berpakaian serba putih berjalan ke arahnya. Geraman animalistik yang keluar dari sosok tersebut membuat tubuhnya bergetar secara tidak disadari. Kumpulan helaian surai berwarna biru yang bergerak mengikuti aliran angin membuat kedua mata Ichigo terbelalak tidak percaya.

Bagaimana mungkin... Seharusnya dia kan...

"Heh. Tatapan matamu itu menunjukkan kalau kau tidak bisa percaya dengan apa yang kau lihat, Shinigami."

Sosok itu berjongkok tepat di hadapannya, membuat Ichigo bisa melihat semakin jelas sepasang iris biru, tanda berwarna teal tepat di bawah mata yang menatap tajam ke arahnya, serta seringai lebar yang menunjukkan keseluruhan gigi yang dimiliki. Juga dengan dada bidang serta sixpack yang selalu dipertontonkan dengan sombongnya. Ditambah dengan tulang yang menempel di pipi kanan, Ichigo tidak lagi ragu mengenai sosok yang berada di hadapannya ini.

"Gri-Grimmjow..."

TBC