Title : 雨声 ( Sound of Rain )

Rated : T

Genre : Crime/Romance

Pairing : HiruSena slight AllSena

Based on KHR Doujinshi Finale I dan II

Eyeshield 21 © Riichiro inagaki dan Yusuke Murata

When I'm in the middle of Rain...

I can hear the voice—

Isn't it that your voice?

"Dasar anak lemah—bagaimana si lemah ini bisa masuk kedalam penjara?"

Disebuah tempat—tepatnya adalah sebuah penjara, tampak beberapa orang pemuda yang sedang mengerumuni seseorang yang tergeletak dengan keadaan babak belur. Pemuda berambut cokelat itu tampak tidak sadarkan diri, membiarkan beberapa pemuda itu menendanginya tanpa ada respon dari yang bersangkutan.

"Oi, kalian ini tidak bisa ya berhenti mengganggunya?" Pemuda berambut kuning pucat dengan sebuah luka menyilang di pipinya itu tampak mendekat dan mencoba untuk melerai mereka, dua orang lainnya juga tampak mengancam beberapa orang disana hingga kawanan itu berhenti mengerumuni pemuda berambut cokelat itu.

"Kalian tidak pernah kapok juga ya..."

"Kalau sampai ketahuan Hiruma kalian bisa—" ketika pemuda berambut cokelat itu akan melanjutkan perkataannya, mereka menatap para tahanan itu yang tampak pucat pasi sambil melihat kebelakang mereka berdua. Sementara mereka berdua juga merasakan aura setan dari belakangnya, dan mereka menolehkan kepalanya perlahan untuk melihat seorang pemuda berambut kuning spike dengan mata hijau itu sudah siap dengan beberapa senjatanya.

"Kalian lagi-lagi mengganggunya heh? Kekeke—"

"H—Hiruma-san, maaf ka—kami," belum sempat memberikan pembelaan, rentetan peluru sudah tertembakkan kearah sekitar mereka—tentu saja kecuali ketiga orang yang mencoba melerai rombongan itu, "h—hieee! Maafkan kami Hiruma-san!"

Dan beberapa orang itu kabur meninggalkan pemuda bernama Hiruma dan juga ketiga orang serta satu orang pemuda berambut cokelat itu disana. Menurunkan senapannya, menghela nafas dan menatap pemuda itu.

"Oi cebol, mau sampai kapan kau tidur seperti itu!" Mendorong-dorong tubuh yang tergeletak itu dengan ujung senapannya, dan mendapatkan pergerakan kecil sebelum akhirnya tubuh itu bergerak bangkit dan menatap mereka berempat.

"Kenapa kalian menghentikannya Hiruma-san, Jumonji-san, Kuroki-san, Togano-san?" Suaranya yang monoton itu tampak selaras dengan tatapannya yang kosong. Duduk ditempatnya berbaring tadi, hanya menghela nafas berat dan menundukkan kepalanya.

"Untuk apa—haruskah aku mengabulkan permintaan seseorang yang menginginkan kematian?" Menatapnya dengan tatapan tajam, menyilangkan kedua tangannya didepan dada tanda ia tidak mau menuruti apapun yang dikatakan oleh pemuda itu, "kau akan dikunci didalam sel untuk beberapa hari ini..."

"Sena, kau bisa berdiri?" Pemuda berambut kuning pucat itu membungkuk untuk melihat keadaan pemuda bernama Sena itu.

"Kalau saja—" tidak menghiraukan pertanyaan pemuda bernama Jumonji itu, pemuda bernama Sena hanya menatap kearah Hiruma yang meliriknya dari ujung bahunya, "—kalau saja Hiruma-san pasti bisa melakukannya..."

...

"Kalau saja Hiruma-san, pasti saat itu bisa membunuhku..."

—Hiruma's POV—

Penjara adalah tempat yang ditujukan untuk semua kriminal yang tertangkap oleh polisi. Baik yang menyerahkan diri maupun yang dipaksa, mereka berbaur menjadi satu ditempat itu. Namaku adalah Youichi Hiruma—seorang polisi, yang sebenarnya biasa saja. Tetapi karena sifatku, aku disegani bahkan oleh kepala polisi ditempatku bekerja sekalipun. Mereka menyebutku sebagai jendral dari neraka.

Tidak masalah bagiku untuk mereka memberikan julukan untukku seperti itu. Toh tidak ada ruginya untukku juga—bahkan itu sangat menguntungkanku karena itu bukti kalau mereka takut padaku.

Ah, si cebol lemah yang baru saja di bully itu—namanya adalah Kobayakawa Sena. Jangan melihat seseorang dari luarnya saja, jika mengetahui apa yang dilakukannya hingga masuk kedalam penjara, dipastikan kau akan merinding ketakutan.

Tiga bulan yang lalu—terjadi penyerangan disebuah tempat yang sepi, yang menurut kabar merupakan markas dari yakuza yang paling terkenal di Jepang. Aku yang menjadi polisi yang bertugas saat itu—dan ketika memasuki sebuah ruangan diujung lorong gelap itu, si cebol yang tampak lemah ini berdiri ditengah mayat yang berlumuran darah, dan hanya ia sendirian. Menatap mayat-mayat itu dengan tatapan kosong.

Masih ingat seperti baru saja kemarin aku mengalaminya, saat aku menodongkan pistol kearah anak itu. Dan ia hanya menatapku dengan tatapan kosong.

"Jangan melakukan pembelaan—apakah kau tahu jika kau melakukan semua ini, kau bisa dituntut hukuman mati?" Sudah bersiap untuk menarik pelatuk pistol yang ada ditanganku, "aku bisa juga membunuhmu saat ini juga cebol—"

Kau tahu apa yang kulihat saat itu?

Hanya senyuman dingin yang tampak kosong seakan tidak ada jiwa yang menempati tubuh itu.

—End Hiruma's POV—

"Haa? Apa maksudmu Ketua sialan?" Hiruma tampak berada disalah satu ruangan di penjara itu—menemui seorang pemuda yang tampak menunggunya sedaritadi sambil mengaitkan kedua tangannya dan meletakkannya diatas meja. Senyuman tampak mengembang dengan tenang meskipun saat ini sang Jendral dari Neraka tampak menodongnya dengan senjata miliknya.

"Karena belum ada bukti kuat kalau ia adalah pelaku tunggal dari semua pembunuhan itu—ia tidak bisa begitu saja dijatuhi hukuman mati," senyumnya semakin mengembang seakan ia sudah biasa ditodong oleh senjata dari Hiruma, "kau akan menjadi pengawasnya Hiruma..."

"Aku harus melakukannya?"

"Tidak ada permen karet saat bekerja jika kau tidak melakukannya Hiruma," tampak tenang mengatakan hal itu pada Hiruma, pria itu tampak masih menunggu jawaban dari Hiruma—Yamato Takeru, sang kepala polisi tampak sepertinya sukses membuat Hiruma mati kutu, "menyenangkan bukan menjadi satu-satunya orang yang tidak punya catatan hitam ditanganmu~?"

...

"Tch—dasar orang tidak berguna," berbalik dan akan meninggalkan Yamato.

"Hei, aku punya banyak pekerjaan lain disini!" Melihat tidak ada respon dari yang bersangkutan, Yamato hanya bisa menghela nafas panjang, "Hiruma..."

"Apa lagi—"

"Lukamu, apakah tidak apa-apa?" Hiruma menatap Yamato saat mengatakan hal itu. Senyumannya yang sempat memudar langsung mengembang kembali seperti biasa.

"Kau fikir luka kecil seperti itu bisa membuatku lemah?"

Dan setelah itu hanya suara decitan pintu yang tertutup terdengar oleh Yamato bersamaan dengan sosok Hiruma yang sudah menghilang dibalik pintu.

"Begitu?"

Sektor #7 dari penjara ini adalah tempat yang paling ketat penjagaannya. Semua narapidana yang dianggap berbahaya ataupun perlu perhatian khusus dan pengamatan dipindahkan kemari. Baru satu bulan lamanya semenjak Hiruma ditugaskan untuk menjaga sektor ini, ketika anak laki-laki berambut karamel itu juga dimasukkan kedalam penjara ini—entahlah, sejak pertama bertemu hingga sekarang, seperti dunia Hiruma terus berputar diantara Kobayakawa Sena.

Berhenti didepan sebuah sel yang berada didekat pintu masuk—menatap nampan makanan yang tidak tersentuh sama sekali sementara sang pemilik tampak meringkuk disebelah nampan itu, tidak menyentuh makanan itu sama sekali.

"Dan sekarang, kau berniat untuk tidak makan dan mati karena kelaparan?" Menyilangkan kedua tangannya dan menatap punggung anak itu yang membelakanginya, "kau bodoh ya cebol?"

"Itu karena—Hiruma-san tidak mau membunuhku," tampak terlihat tiga urat marah dikepalanya timbul, menatap kearah Sena sebelum menghela nafas panjang dan berat.

"Walaupun aku ingin membunuhmu, tidak bisa kulakukan sembarangan bodoh, kau bukan—atau setidaknya belum menjadi narapidana hukuman mati!"

"Pertama kali saat kita bertemu—kau berkata akan membunuhku," menghela nafas dan sedikit mendongak kepalanya.

"Aku mengatakan—"

"Saat itu, hanya kau yang bisa menyelamatkanku," menundukkan kepalanya lagi, suaranya semakin lirih terdengar, "seperti membawa sebuah keajaiban..."

'Aku sangat berharap, kalau kau membunuhku saat itu juga...'

—Hiruma's POV—

Aku masih ingat perkataannya ketika itu, kenapa—kenapa ia ingin sekali aku cepat membunuhnya saat itu? Kalau saja—aku membunuhnya, itu akan menjadi bencana, ataukah sebuah keajaiban untuknya?

—End Hiruma's POV—

Mengambil roti yang ada diatas nampan itu, menggigitnya tanpa mengunyah dan menelannya. Menarik kerah baju Sena dan membuatnya tertarik mendekat kearah Hiruma. Mempertemukan bibir mereka berdua, dan memaksa bibir Sena untuk membuka dan memberikan potongan roti itu. Memaksa Sena untuk menelannya apapun yang terjadi.

Setelah merasakan roti itu tertelan, barulah Hiruma melepaskan ciuman itu dan menatapnya dengan tatapan tajam dan senyuman dingin khas miliknya.

"Itu akan menyusahkan, jika kau mati tidak ditanganku—aku sudah katakan akan membunuhmu saat itu," senyumannya tampak menghilang berganti tatapan tajam kearah pemuda itu, "maka itulah yang akan kulakukan..."

Sena menatap Hiruma dengan tatapan bingung dan ia melihat senyuman Hiruma yang lebih terlihat seringai itu muncul kembali. Ia memegang sebelah tangannya, memasukkan jari manisnya didalam mulut Hiruma dan ia menggigitnya membuat pemuda yang lebih muda itu tampak menyerengit sedikit.

"Apa yang kau lakukan Hiruma-san?" Tidak menjawab pertanyaan Sena, Hiruma mengambil perban entah darimana dan membalut luka yang diakibatkan gigitannya dengan gigi taringnya yang tajam itu.

"Kita buat perjanjian kuso chibi! Saat luka ini sembuh, saat itu aku akan membunuhmu—sebelum itu, kau tidak boleh mencoba untuk bunuh diri," mengangkat bahu Sena untuk membuat mata mereka bertemu dan membuat jarak mereka lebih dekat, "akan merepotkan jika kau tewas bukan ditanganku, karena kau adalah tanggung jawabku sekarang..."

...

"Ya—aku akan melakukannya Hiruma-san," tersenyum, dengan wajah sedikit memerah dan juga air mata yang sedikit keluar. Hanya terdiam melihat itu, beranjak dari tempatnya berjongkok.

'Sial—senyuman itu lagi, karena melihat senyuman dari bocah sialan itu. Aku selalu tidak bisa berbuat apapun—karena senyuman itu,' tampak membalikkan badannya dan menjauhi penjara, tatapannya tampak sedih dan juga terpukul, 'aku tidak bisa membunuhnya—apapun yang terjadi...'

"Aku tidak akan membunuhmu kalau perban itu sampai hilang—ingat itu," berjalan menuju keluar dan menghilang begitu saja dari hadapan pemuda itu. Sementara diluar penjara, tampak pemuda berambut panjang yang berdiri dan tampak tersenyum dingin kearah penjara.

"Kau disini rupanya Eyeshield?"

Hujan membasahi semua tempat yang ada di penjara itu—menimbulkan suara rintik yang semakin cepat menunjukkan jika hujan yang turun semakin deras. Sena—menatap dari balik jeruji itu, ketika hujan membasahi seluruh dedaunan yang ada dipohon dekat selnya.

"Hujan—" terdiam sejenak sebelum tiba-tiba merasakan sesuatu yang datang. Tampak pucat, "—tidak mungkin..."

"Ha?" Empat urat marah tampak terlihat diatas kepala spike milik Hiruma saat ia kembali ke ruangan kepala polisi. Mengatupkan kedua tangannya, tampak memohon—Yamato tersenyum gugup karena tahu akan reaksi yang akan ditunjukkan Hiruma.

"Aku—ingin meminta bantuanmu, ada seorang kriminal lainnya yang akan masuk kedalam penjara sektor #7, aku ingin kau menemaniku—"

"Kenapa harus aku?"

"Yah, karena orang ini bukan penjahat biasa—bisa dibilang berbahaya kalau hanya dijaga oleh polisi-polisi biasa," tersenyum dan menunggu jawaban dari Hiruma, "bahkan—ketika ia dibawa kemari, ia bisa membunuh 20 polisi yang mengawalnya..."

...

"He? Menarik—aku akan ikut denganmu," menyeringai seperti biasa, menyilangkan kedua tangannya didepan dada sambil menatap Yamato yang tampak senang karena Hiruma menerima tawarannya.

Kembali pada penjara milik Sena—langkah Hiruma tampak pelan dan berhenti didepan pemuda berambut cokelat itu, yang sedang terduduk dan membelakanginya lagi. Berdiri dibelakangnya, menyadari sesuatu yang membuatnya bingung.

"Apa yang membuatmu gemetar cebol sialan?"

...

"Maaf—" memegang tangan Hiruma dengan tangannya yang dingin dan juga pucat, menatapnya dengan tatapan takut dan juga sedih, "—aku tahu kau membuat perjanjian itu. Tetapi, ini sudah terlambat—cepatlah bunuh aku sekarang Hiruma-san..."

Mata Hiruma membulat mendengar perkataan Sena. Mengeratkan genggaman tangannya dan menatapnya dengan tatapan tajam seakan marah dengan apa yang dikatakan oleh Sena.

"Aku tidak akan membunuhmu cebol sialan!" Berbalik dan dengan segera berjalan menuju keluar bangunan, meninggalkan Sena sendirian disana.

"Tidak! Ka—kau harus melakukannya!" Tampak ketakutan tanpa alasan yang jelas, Sena mencoba untuk menghentikan Hiruma yang sudah hampir keluar dari tempat itu, "jika kau tidak melakukannya, dia akan—"

"Dia?" Berbalik dan melihat Sena dengan tatapan bingung. Sebelum tiba-tiba rasa sakit dan panas melandanya—meremas dadanya dan nafasnya tampak memburu saat itu.

"H—Hiruma-san, kau tidak apa?" Sena melihat keadaan Hiruma yang aneh dan mencoba untuk memastikan keadaannya baik-baik saja.

"Aku—tidak apa-apa..."

'Setiap hujan turun—selalu saja luka sialan ini terasa sakit,' mencoba menyeimbangkan tubuhnya lagi, dan segera bergerak menuju keluar dan kali ini benar-benar meninggalkan Sena sendirian.

"T—tidak, Hiruma-san jangan pergi! Hiru—"

'Akhirnya—aku menemukanmu Eyeshield...'

Suara yang tiba-tiba terngiang dikepalanya itu seakan menghantam fikirannya. Sebelum semuanya kosong, dan dipenuhi oleh kegelapan—dan tubuh itu terjatuh begitu saja diatas tanah.

—To Be Continue—