Kepemilikan berada : SenBasa © Capcom

Sesungguhnya tiada naga yang terluka karena projek ini.

Warning: In the present lifetime. CRACKness, OOC so badly, ketidak stabilan otak dapat membuat jaringan terputus.

Notice: Puasa 3 hari, bertapa di air terjun diwajibkan sebelum membaca ini. Tolong jangan tanya kenapa. Jika anda tanya, saya menjawab "Buat ngisengin readers,"

Serious warning: Ada konten yang mesti dicerna baik~ NO OFFENSE, JUST FOR JOKING !


#1

Ini adalah hari, detik, jam pertama aku mengetikkan patah demi patah kata di atas sekeping layar yang menghiasi laptopku.

Aku menulis #1 untuk menggantikan tanggal, karena kakiku kesemutan dan nggak bisa berdiri untuk melihat kalender yang nempel di atas. Aku tahu aku seharusnya bisa mendengak, tapi leherku terlalu malas untuk digerakkan.

Alhasil, begitulah judulnya.

Sebenarnya kata 'aku' ini sama sekali nggak mencermikan kepribadianku sebagai seorang brandal kelas dewa (yang lebih jauuuuh dari brandal kelas kakap). Tapi, anggap aja post pertamaku ini adalah sebuah pendahuluan yang diharuskan mendapat nilai 'santun' meskipun harus diselingi dengan kemunafikan.

Sebenarnya sih, aku nggak pernah berpikir untuk mosting hal beginian yang dikenal ga penting gitu.. tapi karena ulang tahunku pada tanggal xx bulan xxx yang membuat Yuki-chan alias Sanada melakukan sesuatu yang pasaran di mataku—membuatkan blog.

Well, jadi begini. Waktu itu, sungguh sesungguh sungguhnya gue *coret* aku sama sekali NGGAK mau nerima pemberian Yuki, tapi berhubung matanya yang supreme uke, gue *coret* aku gak sanggup nolak, sumpah. Kata-kata "Ah, nggak! Lo kira gue apaan dibikinin blog gini! Gue sendiri kan bisa!" alhasil berubah menjadi "Ooh! Makasih banyak, sayang. Aku pasti pergunain…!" dengan sekali lagi kemunafikan.

Yang tadinya, gue *coret* aku berniat untuk membuat Yuki merasa senang, AL-HA-SIL, yang ada sebuah tamparan malah mendarat 'plok' tepat di jidat.

Bukan Yuki sih yang nampar, tapi temen gue *coret* aku *coret* G-U-E (ah, sialan kesel gue kalo harus pake aku terus. Ternyata kemunafikan dapat membuahkan kegagapan) sekali lagi, temen GUE yang bernama Motochika. Tapi karena ribet, panggil saja Aniki. Jangan tanya apa hubungannya, karena memang gak ada.

Aniki nepok jidat gue karena satu hal. Gue salah meluk orang. GUE SALAH MELUK ORANG! Coba kalian pikir gimana malunya gue yang harusnya meluk pacar gue tercinta, (meskipun Yuki gak mau gue anggep pacar) malah meluk seorang cowo kekar nan tampan nan rupawan nan ning nang ning nung, yaitu Aniki sendiri.

Orang-orang yang berada di sana, terutama trio fujo yang gak pernah bisa tobat bernama Kasuga, Oichi dan Itsuki ber-nosebleed ria tanpa bisa merasakan hati gue yang teriris-iris dan diceplungin ke pot berisi kuah soto makasar untuk ngegantiin hati sapi yang harganya membludak di pasar.

Batin gue saat itu menangis minta ampun, padahal gue tau ga ada orang yang cukup berani buat ngebunuh gue. (gue tau gue pede, so, please ga usah ngemop gue segala, kay?) Untung aja, Yuki itu orangnya super super sangat pengertian banget, jadi ga ada masalah yang terjadi, setidaknya sesudah gue berantem semaleman gara-gara dia ngeliat gue ngegombal cewe-cewe seksi yang lewat di depan sekolah. (Forgive me, Yuki, I can't hold myself untuk nge-stare mereka yang gede…)

Oh, oke, gue memang sedikit pervert. Karena harusnya semua orang tau kalo lelaki bukan pervert, silahkan ragukan kelamin dan otak mereka.

Satu hal lagi yang ngebuat gue bikin blog yang sama sekali bukan berisi curhatan keseharian atau ilmu yang patut dibagikan.

Sebut aja ada seseorang, atau sesuatu yang bernama om pocongggz yang gue follow lewat twitter gue. ('kay, bukan om, mungkin kaka atau abang. Karena sumpah umur gue juga udah tua, tapi gue masih di sekolah karena kebodohan gue yang makin menjadi jadi sampai menjadi bodoh jadi jadian) Dia lah penginsipirasi gue sehingga kebodohan gue menjadi ketololan.

Jadi gini ceritanya. Minggu kemaren, Kojurou ngajak gue buat ke Indonesia. Gue denger dari radio lokal kalo di Indo ada artis seksi bernama Julia Berez, yang disingkat Jube. Tadinya gue kira Jube itu adalah seorang wanita yang doyan beres-beres atau mungkin dulunya jualan beras sehingga dinamakan demikian. Dan, oh shit gue salah besar.

Salah gue besar, jadi salahin Jube aja karena dia lebih besar.

Selama di Indonesia, gue mengunjungi banyak tempat. Salah satunya toko buku di Mantraman yang lantainya melayang dua di atas alias lantai tiga, yaitu Gramet. Gue cengo abis setelah ngeliat gedungnya kayak apa dibandingin apartmen gue yang baunya bikin muntah.

Kata merekai toko buku ini adalah yang paling besar se-Asia Tenggara. Ya, gue bakal percaya-percaya aja, soalnya orang sesibuk gue ga bakal mampu buat ngiterin Asia Tenggara cuma buat meriksa apa bener Gramet di sini yang paling besar.

Jaman sekarang kan udah ada kakek gugel, meskipun gue ga pernah tau kenapa dibilang kakek padahal kelamin si gugel ini gak yang pasti dengan keberadaan kakek ini lah gue tau di era sengoku dulu gue adalah orang besar meski ga lebih besar daripada si monyet Hideyoshi, dan gue yang paling…

DIBENCI.

Selama di Indonesia gue udah survey dari sabang sampai merauke. Beginilah hasilnya.

Sembilan puluh persen orang yang main game Sengoku Basara adalah wanita, dan mereka seakan speechless liat the handsome me nampang di depan muka mereka.

Satu persennya merasa benci sama gue yang sering nge-bully Mitsunyan. Padahal bukan gue yang salah. Harusnya sutradara Sengoku Basara yang nge-set gue menjadi menyebalkan kayak gini. ('kay, gue sendiri benci sama dia. Saat ini.)

Dulu, gue sebenernya cintaaa sama Mitsunari yang belom terlalu terkenal, sayang yah gue ga mampu buat ngianatin sahabat gue, Ieyasu. Sejujur-jujurnya gue bahagia sekarang dia terkenal, jadi gue ada alesan buat move on dan benci sama dia. Dan untuk, membenci pasti akan ada bayarannya: gue juga dibenci.

Seumur-umur gue kira gue adalah karakter yang paling disenengin karena muka gue yang mendukung, ternyata sejak kelahiran Mitsunari dan Ieyasu di kancah The Last Party, gue tersingkirkan. (Oh, yes, gue terhina…)

Sebagai pengganti, (astaga, gue tau gue jahat. Tuhan, jadikan aku pembantumu agar aku tak harus masuk neraka) gue memilih Yuki-chan yang setia menemani gue di saat gue sendiri, sedih, senang…

Sampai-sampai saat gue lagi boker di toilet.

Sesuatu.

Delapan puluh sembilan persen dari wanita-wanita tersebut adalah fujoshi. Sekali lagi, FU-JO-SHI. Oh, fuuu—

Kenapa gua tau? Itu karena gue melihat mereka bertanya dengan tampang innocent dan tak berdosa. Rentetan pertanyaan tersebut nusuk-nusuk mata kiri gue, kenapa ga sekalian buta aja gue, hai, para gadis-gadis yang tergila akan kemesraan gue dan para lelaki ituuu—?

"Mana Yuki-chan? Pacarmu ga dibawa?"

"Mitsunyan kenapa ga ikut? Bukannya kalian pernah seranjang?"

"Motochii mana? Kalian kan pasangan mata satu paling top!"

"Sasuke dan kamu kan pernah selingkuh di belakang Yuki?"

"Seme-mu yang satu itu, Keiji-kun kenapa gak ikut sih?"

"Aah, Masamune ke sini buat bulan madu sama Kojurou, kan?"

Gue merasa terhina setelah mendengar pertanyaan yang terakhir. Maksud lu gue udah nikah? Udah kawin? DAN GUE BUKAN PERJAKA LAGI? Oh, tidak.

Dengerin mereka bikin gue nge-jleb mampus. Satu, Yuki-chan. Dua, Mitsunyan. Tiga, Aniki. Empat, Sasuke. Dan lima, Keiji. Sampai enam, Kojurou yang merupakan bawahan gue juga ikut-ikutan ditanyain. Itu artinya pacar gue ada enam dan semuanya adalah lelaki.

KIAMAT SUDAH.

Tapi, gue bersyukur sangat, amat besyukur karena ga ada dari mereka yang menanyakan tentang Nobunaga. Karena kalau ada, artinya gue playboy yang suka maenin tujuh cowo sekaligus. Plus: Gue ga terima jadi simpanan om-om.

Petualangan gue ngebuat blog baru berjalan saat gue sampai di daerah Jakarta dan menemukan seorang wanitayang berdiri nungguin angkot di tengah jalan dan muter-muter layaknya orang bego. Saat itu gue kebetulan lagi sama Kojurou yang udah puas ngiterin diskotik di sekitar Jakarta selatan buat menikmati malam-malam dengan normal, bukannya melayani gue. (oh, para fujo, berpikirlah positif)

Pas gue lewat, matanya yang setajem pensil pun langsung menatap gue.

Sambil berharap kalau dia adalah cinta yang gue pungut di tengah kontener dan kemacetan, gue pun berdadah-dadah ria kepadanya. Dia senyum, tuluss banget. Senyumnya bagaikan matahari yang bikin mata gue sakit ngeliatnya. Silau, cin.

Lama kelamaan, senyumnya yang tak menampakkan gigi geriginya yang berkawat bagai pager buat ngerangkeng anjing pun berubah menjadi sebuah seringai.

"Masamune-sama, saya rasa dia tidak normal. Bukannya gila, tapi…" gue masih inget Kojurou bilang gitu ke gue. Dan gue sadar kalau Kojurou bener—dia bukan seorang wanita, tapi waria.

Gue. Ngeri. Banget.

Terkadang era globalisasi bisa aja bikin gue bingung asli. Dulu, orang pake kawat gigi (oh, atau di sini kita sebut behel karena orang-orang menyebutnya demikian. Padahal behel itu dipake di dada oleh para kaum hawa) buat ngeratain giginya yang geradakan kaya jalan belom diaspal. Tapi sekarang, orang yang giginya serata lantai aja masih mau dibehel.

Katanya sih, biar gahol. Dasar orang-orang bodoh. Gahol itu kan singkatan, "GA Hanya Oon tapi keLainan," Kenapa gue bilang lain? Karena menurut gue mereka lain dari gue. Kenapa (lagi)? Karena gue bukan tokoh tiga dijitel yang bisa disentuh dan dicintai. Sumpah ini dalem sangat. Mengetahui gue hanya ada di layar untuk memandang wanita cantik di luar sana.

Namun, gue tetap bersyukur karena masih ada yang mau mencintai gue apa adanya. Makasih Yuki-chan.

/BG sound: Afghan – Terima Kasih Cinta/

Meskipun dia totally cowo.

Oh, kampret.

Tapi, gue harus tetap berterima kasih pada waria itu, karena dialah yang membuat gue tahu buku pocongggz juga pocong karya om pocongggz. Saat itulah gue tau fungsi Gramet raksasa di Mantraman adalah buat beli bukunya om pocongggz, sekaligus untuk mengagumi ketidak normalan orang tersebut.

Kegaje-an yang menghiasi lembar demi lembar kertas yang terbuat dari kayu di pulau Jawa tersebut membuat otak gue yang tadinya serupa benang kusut menjadi benang yang lebih kusut lagi. Seperti halnya cinta dan benci yang terpisahkan oleh sebatas dinding tipis, kusut dan nggak kusut juga seperti itu.

Kesimpulannya, alangkah baiknya kalau kau membiarkan dirimu bego sebego-begonya sebelum orang menilaimu pintar. Gue bijak, kan? Gue tau itu. Karena disamping bijak, gue juga sok tau.

Satu minggu di Indonesia, ada beberapa kesan yang sama sekali gak bisa gue lupakan.

Satu, Jube itu besar.

Dua, dulu gue itu orang besar,

Tiga, Gramet itu besar.

Empat, jiwa fujo di Indonesia itu besar.

Lima, populasi waria itu besar.

Enam, inspirasi dalam buku pocongggz juga pocong itu besar.

Tujuh, gue cinta sama Yuki-chan.

Jangan tanya kenapa yang ketujuh gak nyambung, karena sekarang udah malem dan gue mau tidur.

Sampai jumpa dan…

Wasalam.