Chapter 11. She's (Still) A Beautiful Girl

The Burrow terlihat sangat meriah dengan nuansa warna merah dan emas yang mendominasi setiap hiasan disana-sini. Ginny Weasley yang sedang hamil tua sibuk mengatur segala hal diluar dan didalam tenda besar yang akan digunakan selama prosesi pernikahan kakaknya malam nanti. Dibantu oleh Mrs. Weasley, Angelina Weasley (dulu Johnson), dan Fleur, ia sangat lincah dan sama sekali tidak memperdulikan tangisan James yang kini memberontak dari gendongan Harry.

"Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan Lavender dikamar?" Ginny bertanya pada Angelina sambil mengintruksikan pada Bill, Fred, dan George untuk mengangkut meja dan menyusunnya dengan rapi didalam tenda.

"Ia sedang berendam dengan susu kurasa. Mum yang menyuruhnya." Jawab Angelina yang diikuti helaan napas tenang Ginny.

"Oh, syukurlah. Baiklah! Harry, Harry! Bantu aku mengangkat kursi-kursi ini kepojok sana. Tinggalkan saja James bermain dihalaman." Ginny kembali sibuk dengan penataan tenda, "Dimana Hermione? Kenapa ia belum datang juga?"

"Aku disini."

Ginny menoleh mendengar suara Hermione tak jauh darinya, ia tersenyum dan merangkul Hermione sekilas, "Ah! Akhirnya kau datang juga! Ayo bantu kami."

Hermione dengan sukarela membantu mereka semua yang terlihat amat sibuk dan saling membantu demi kesuksesan pernikahan Ron dan Lavender nanti malam. Ia tidak tega melihat Ginny yang berperut besar harus kesana-kemari dan memberi intruksi kesemua orang.

"Ginny, lebih baik kau duduk saja sambil menyuruh kami melakukan apa yang harus kami lakukan. Tak perlu ikut turun." Ujar Hermione.

Angelina ikut mengiyakan, "Benar, Gin. Lagipula James tidak baik bila dibiarkan bermain sendirian dihalaman."

Ginny melambaikan tangannya didepan mereka seperti mengusir nyamuk, "Kalian tenang saja. Saat mengandung James pun aku pernah berjalan dari rumah sampai Kementrian hanya untuk mengantarkan dokumen Harry yang tertinggal. Santai saja. Lagipula kalau aku tidak turun langsung, semua tidak akan selesai tepat waktu. Kita hanya punya waktu 6 jam."

Hermione dan Angelina saling memandang dan tersenyum, "Baiklah Mrs. Potter. Kami turuti apa maumu."

"Sebaiknya memang begitu." Ginny tertawa singkat lalu kembali melanjutkan tugas yang diembannya dengan senang hati.

.

Ginny kini sedang duduk diatas tempat tidurnya di The Burrow sambil menonton Lavender memakai baju pengantinnya dibantu oleh Hermione dan Angelina.

"Bagaimana? Sudah rapi?" Lavender memutar-mutar badannya yang sudah terbalut gaun pengantin didepan Ginny yang langsung mengacungkan dua jempolnya.

"Sekarang saatnya rambutmu, Lav." Angelina menepuk-nepuk kursi didepan meja rias sambil memegang alat-alat untuk menata rambut. Lavender segera duduk disana dan menuruti Angelina sebagai hair stylist nya.

Hermione duduk disamping Ginny dan mengikuti ibu muda itu sebagai penonton selama persiapan Lavender.

"Dimana Ron?" tanya Hermione.

"Ia sedang dipingit oleh Charlie dan Percy agar tidak kelayapan kemana-mana sebelum acara dimulai." Ginny menjawab sambil mengelus-elus perutnya.

Hermione tersenyum melihat kelakuan sahabatnya itu, "Laki-laki lagi? Mau kau namai siapa?"

Ginny mengangkat bahu, "Entahlah. Harry yang lebih pintar memberi nama dibanding aku. Sama seperti James dulu." Kini Ginny yang menatap Hermione penuh harap, "Kau sendiri? Kapan akan menyusulku dan Lavender?"

Gadis itu terdiam tak dapat menjawab pertanyaan Ginny. Ginny tahu apa yang ada dipikiran Hermione.

"Ron mengundang Draco nanti malam."

"APA?" Hermione terkesiap dan membuat Lavender menoleh, Angelina sedikit kesal karena tatanan rambut buatannya sedikit acak-acakan karenanya, "Kenapa ia tidak bilang padaku?"

"Untuk apa?" tanya Ginny, "Supaya kau menghindar dan tidak menghadiri acara pernikahannya? Justru Ron ingin agar kalian bertemu."

"Untuk apa kami bertemu? Ginny dengar, kau tahu apa yang terjadi padaku dan... well, kau tahu siapa yang kumaksud. Begitu pula dengan Ron. Kami tidak akan bisa dipertemukan sebegini mudahnya. Setidaknya, tidak untukku. Ini semua tidak mudah."

"Tidak mudah karena kalian tidak pernah mencoba." Ginny menanggapi perdebatan yang dimulai oleh Hermione.

"Pernah." Ralat Hermione, "Saat pemakaman Lucius. Dan itu sama sekali tidak sama dengan 6 tahun yang lalu."

"Well, kalau begitu kau harus menghadapinya malam ini. Hanya malam ini, Hermione. Bila tidak berhasil, kami tidak akan lagi ikut campur urusan kalian berdua." Ujar Ginny akhirnya.

"Itu berarti kalian harus siap untuk kecewa."

.

Malam itu pernikahan Ron dan Lavender dilangsungkan dengan meriah. Semua orang berdansa setelah Ron meminta sendiri agar tidak ada satu undangan pun yang tetap duduk dikursinya. Fred menarik Hermione untuk berdansa dengannya sementara keluarga Weasley yang lain saling bertukar pasangan dansa. Harry dengan Fleur, Bill dengan Angelina, Charlie dengan salah satu sepupu Veela Fleur, George dengan Audrey, dan Percy dengan Ginny.

Hermione berputar dengan Fred dengan raut wajah yang ceria. Selain karena ia bahagia melihat Ron dan Lavender, juga karena ia belum melihat Draco masuk kedalam tenda disamping The Burrow tempat dilangsungkannya acara pernikahan.

Baru beberapa saat yang menyenangkan, tiba-tiba ia melihat Narcissa Malfoy memasuki tenda pernikahan saat ia melirik sekilas ke pintu masuk. Dia seperti kehilangan keseimbangannya, untung saja Fred menangkapnya dengan tepat.

"Wow, kau tak apa Hermione?" tanya Fred yang lalu melepaskan Hermione untuk duduk dan menarik Katie Bell.

Ia sama sekali tidak mau duduk saat ini, atau ia akan bertemu dengan Narcissa lebih cepat dari yang bisa ia bayangkan. Narcissa memberi selamat pada Mr dan Mrs Weasley dan mengambil tempat duduk selagi menunggu Ron dan Lavender selesai berdansa untuk memberikan selamat.

Hermione dengan cepat menerima ajakan Sirius untuk berdansa sebelum Narcissa menyadari keberadaannya. Belum lama mereka berdansa, lagu yang dimainkan telah selesai sehingga Hermione harus puas kembali duduk dan berharap Narcissa tidak melihatnya dan lebih lebih ia berharap bahwa Draco tidak akan datang.

Ia menikmati acara tersebut sambil melihat kesekeliling dan sedikit aneh saat Ginny melambaikan tangan kepada seseorang diarah pintu masuk dengan wajah senang, begitu pula dengan Daphne Greengrass yang menghentikan meminum sampanye untuk melambai kearah orang tersebut. Hermione menoleh.

Draco Malfoy melambaikan tangan sekilas pada Ginny dan Daphne dan memasuki tenda untuk memberi selamat pada Ron dan Lavender. Hermione menghela napas pelan.

"Hermione, dear." Narcissa menyapa Hermione dari belakang, gadis itu mau tak mau memutar posisi duduknya.

"Mrs. Malfoy." Hermione berdiri dan tersenyum ramah menanggapi sapaan Narcissa, "Tak kusangka anda akan datang."

"Tentu saja aku datang. Aku sangat menghormati keluarga Weasley.."

AH! Tentu saja, Hermione baru ingat kalau keluarga Weasley juga keluarga darah murni yang masih tersisa, ia tersenyum.

"...dan juga ada yang ingin kubicarakan denganmu, dear." Lanjut Narcissa. Hermione mengernyit heran,

"Dengan saya? Tapi ada apa?"

Narcissa melirik kearah kursi didekat mereka, "Bisa kita bicarakan sambil duduk?"

Hermione mengangguk dan mereka berdua pun duduk berhadapan, hanya dibatasi oleh meja bundar ukuran kecil tempat makanan dan minuman.

"Kami minta maaf dengan apa yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu diantara kita, kau, aku, dan Lucius, juga Draco." tatapan memohon Narcissa sangat tulus dan sungguh-sungguh, "Entah bagaimana hal itu bisa terjadi, yang jelas saat ini kami sudah tahu yang terbaik untuk Draco."

Hermione hanya mengangguk dengan gamang. Ia antara mengerti dan tidak mengerti dengan yang diucapkan oleh wanita dihadapannya.

"Kami membiarkan Draco memilih. Sebelum Lucius meninggal, kami sudah membicarakan tentang kejadian itu dan... kami sangat menyesal. Menyesal karena membuat kalian terpisah begitu lama..."

"Sebentar, Mrs. Malfoy." Potong Hermione, "Saya masih tidak mengerti."

"Begini," Narcissa memulai penjelasannya dengan lebih teratur, "Lucius menyerahkan kekuasaannya terhadap kerajaan bisnis keluarga kami kepada Draco 6 tahun yang lalu. Dan sampai sekarang ia belum juga memiliki pendamping, sehingga membuat kami berdua merasa bersalah dan gelisah. Kami tahu ini ada hubungannya denganmu, Hermione dear. Kami memutuskan untuk tidak lagi membatasi keputusan Draco. Tidak, jika karena hal itu Draco membuang asanya untuk menyukai gadis lain."

Hermione tidak percaya dengan yang Narcissa katakan. Setiap kata seperti bukan Narcissa Malfoy yang mengatakannya. Ia tak sanggup berkata-kata. Tapi ia sadar akan sesuatu,

"Tapi saya masih bukan darah murni, Mrs. Malfoy."

Narcissa hanya menggeleng sambil menarik senyum simpul, "Kami tidak lagi memperdulikannya, Hermione."

Hermione yakin ia mendengar Narcissa dengan jelas, namun tetap tidak percaya dengan yang wanita itu katakan. Ia seperti sedang berada dalam mimpi yang sangat indah.

"Dan Draco sudah mengetahuinya. Aku sudah memberitahunya setelah pemakaman Lucius." Lanjut Narcissa sambil mengedikkan alis matanya kepada seseorang yang berjarak beberapa meter dibelakang tempat Hermione duduk. Gadis itu memutar badan dan mendapati Draco berdiri sambil tersenyum miring padanya.

"Terimakasih, Mrs. Malfoy." Sahut Hermione pelan setelah memutar badannya ke posisi semula pada Narcissa dengan nada bersungguh-sungguh, "Saya... tidak tahu harus berkata apa lagi." Narcissa tersenyum cerah menanggapi ucapan terimakasih Hermione.

Hermione berdiri dan berjalan menghampiri Draco perlahan. Senyum tidak bisa hilang dari bibirnya seketika itu juga. Mereka saling mendekat dan berhenti ditengah dengan jarak 2 meter antara satu sama lain.

"Kau masih gadis paling cantik yang kutahu." Ujar Draco lalu bergerak satu langkah kedepan.

Hermione mengangkat alisnya, "Benarkah?" ia juga mendekat satu langkah lagi, "Hai, aku Hermione Granger. Kelahiran Muggle."

Tangan Draco menjabat tangan Hermione yang terjulur membatasi mereka, "Aku Draco. Draco Malfoy. Darah Murni."

Lagi-lagi Hermione bergerak satu langkah kedepan, "Senang berkenalan denganmu."

"Ya," jawab Draco, ia bergerak mendekat sampai ia bisa merasakan napas Hermione diwajahnya, "Aku juga. Aku punya sesuatu untukmu."

Hermione tersenyum dalam jarak yang amat dekat dengan Draco, "Oh ya? Apa itu?"

Cowok dihadapannya merogoh saku celananya, mengeluarkan kalung berliontin huruf 'H' dan beberapa perkamen yang dilipat dan dijadikan satu, "Untukmu."

Gadis itu menerima semuanya, "Oh. Kau menulis surat untukku?"

"Tentu saja." Bibir Draco semakin mendekat dan kini hanya berjarak satu inchi dari bibir merah Hermione, "Semua asal bisa meyakinkanku bahwa aku pernah mengenalmu."

"Kau bahkan pernah mengenal bibirku dengan baik."

Draco tersenyum miring dan mencium bibir Hermione dengan lembut, menekannya pelan. Menikmati tiap hembusan napas yang mereka keluarkan dan desahan kecil yang diciptakan oleh kecupan-kecupan antara bibir mereka.

"Boleh aku membawamu pergi dari sini?"

Hermione terkekeh pelan lalu melirik ke sekeliling dimana orang-orang yang mengenalnya kini sedang memperhatikan, "Bawa aku kemanapun. Asal bersamamu."

THE END


whoooaaa! makasih semuanya yang udah review..

akhirnya ff ini selesai juga setelah berkali kali buntu ide dan terlalu sinetron (meskipun sekarang masih sih .-.v)

thanks buat yang udah review,

dan gabisa aku sebutin satu satu karena aku terlalu speechless buat ngebalesin satu persatu. tapi bener deh aku mengapresiasi kalian semua :)

merci, arigatou, thank you, makasiiihhhh :)))

mungkin ada yang mau request aku supaya bikin fanfict apa, silahkan aja hubungi aku ya... :)