Kematian bukanlah sesuatu yang seharusnya ditakuti. Bagi dia, ada yang lebih buruk dari kematian atau kehidupan, semenyedihkan apapun itu. Hah? Benarkah? Ya, dia tidak bicara bohong. Memangnya apa?
Memasuki dunia afterlife.
Afterlife
Warning and disclaimer:
Afterlife © Avenged Sevenfold and the other who have the rights
All the words flow and nearly all the idea © Hikari Tenshiro
OLD ARCHIVE, OOC, three-shots, Indonesian, angst failed, rated T for secure, typos, gaje, baddiction, Sasuke-centric, third-person POV, songfic, SasuSaku, slight SasuKarin, slight SuiKarin, Romance/Friendship/Hurt/Comfort/Tragedy/Supernatural/Angst (?) RnR, also DON'T LIKE DON'T READ
The beginning of Bring Me to Life Trilogy by Hikari Tenshiro for Naruto
P.S: Silahkan mendengarkan 2 lagu untuk fic ini: Bring Me to Life dari Evanescense dan Aftelife dari Avenged Sevenfold
.
.
Like walking into a dream, so unlike what you've seen
So unsure but it seems, 'cause we've been waiting for you
Fallen into this place, just giving you a small taste
Of your afterlife here so stay, you'll be back here soon anyway
Cowok itu berjalan bolak-balik. Ke kanan 2 langkah, lalu ke kiri 2 langkah. Tangannya dimasukkan ke kantong. Mukanya terlihat cemas, seperti ada yang salah. Kadang dia duduk, namun tidak bisa diam. Mungkin saking cemasnya, dia menggigiti kukunya. Kuku sebelah kiri habis, giliran sebelah kanan. Kuku kelingking kirinya saja sudah habis dan grepesan. Jelek dipandang. Singkatnya, kalau lagi bukan setrika di atas baju yang kusut banget-banget, dia itu kayak cacing di gurun Sahara siang bolong, kepanasan.
Kalau orang melihatnya di mal atau di pasar – apapun, tempat yang ramai – mungkin mereka akan bingung dan langsung menghampirinya, bertanya rumahnya di mana. Cowok ini sudah persis dengan anak hilang tidak tau rumahnya di mana. Apalagi dia memakai baju rumah sakit. Orang akan membawanya pulang ke rumah sakit. Untung aja dia tidak lagi kabur, dia memang sedang menggigiti kukunya di rumah sakit.
Dilihat-lihat sih sebenarnya cowok ini tidak terlalu jelek-jelek banget. Mukanya agak pucat dan tubuhnya ceking. Matanya memancarkan kesedihan dan penyesalan. Kalau tersenyum hanya sedikit dan lemah. Keseluruhan: menyedihkan.
.
.
I see a distant light, but girl this can't be right
Such a surreal place to see so how did this come to be
Arrived too early
Sampai akhirnya seseorang duduk di sampingnya. Cewek. Cowok itu sumringah. Tapi dia langsung lesu lagi, seperti menyadari sesuatu. Sementara cewek di sampingnya seperti merasa tidak ada orang di sampingnya. Sekalipun cowok itu melambaikan tangan di depan matanya, cewek itu diam tidak berkutik, kayak pura-pura tidak melihat. Cewek itu sendiri sepertinya akan menangis.
"Plis jangan nangis," kata cowok itu lirih.
Di telinga cewek manis itu ada earphone. Lagu yang dia dengarkan? Avenged Sevenfold. Berulang-ulang lagu itu terus. Dear God, Nightmare, Afterlife, A Little Piece of Heaven, So Far Away, Fiction. Seperti meresapi kata-katanya. Membuat keduanya sama-sama sedih.
"Kenapa harus begini?" cewek itu berkata lirih.
Dia akhirnya bangkit, mematikan musik di MP3, melepas earphone. Berdiri di depan kaca ruang rawat inap karena sudah tidak sanggup masuk. Seorang cowok yang sama persis dengan cowok menyedihkan tadi itu terbaring di sana, detak jantungnya lemah. Cewek itu menaruh tangan di kaca, seakan ingin meraih cowok di sana dan menahan air matanya. Dia berjalan ke toilet sebentar.
Cewek itu menembus cowok menyedihkan tadi.
.
.
And when I think of all the places I just don't belong
I've come to grips with life and realize this is going too far
I don't belong here, we gotta move on dear escape from this afterlife
'Cause this time I'm right to move on and on, far away from here
Cowok ini jelas tahu siapa cewek yang menjenguk. Cewek itu datang ke rumah sakit ini bukan untuk check-up atau ke dokter karena sakit, tapi dia ingin menjenguk sahabatnya. Seumur hidupnya, dia tidak pernah ke rumah sakit untuk menjenguk seorang cowok. Tapi sekarang, dia melakukannya hampir setiap hari. Coba kalau cowok di tempat tidur itu terbangun, dia pasti akan tersenyum berterima kasih.
"Ini gue, Sakura," bisiknya. Seakan cowok di tempat tidur itu bisa mendengarnya dari balik kaca ruangan.
Cowok yang diabaikan Sakura itu bersumpah, akan berusaha bagaimana caranya untuk masuk ke dalam tubuh kaku itu. Dia tahu segala tentang cewek itu semasa SMA.
Kalau kalian mau tau siapa cowok itu, dia sangat mirip dengan makhluk dari dunia setelah kematian. Afterlife... dan dia akan berusaha untuk keluar dari dunia itu selama tubuhnya masih koma.
.
.
A place of hope and no pain, perfect skies with no rain
Can leave this place but refrain, 'cause we've been waiting for you
Fallen into this place, just giving you a small taste
Of your afterlife here so stay, you'll be back here soon anyway
This peace on earth's not right (with my back against the wall)
No pain or sign of time (I'm much too young to fall)
So out of place don't wanna stay, I feel wrong and that's my sign
I've made up my mind
Sakura terus berbicara pada cowok sakit itu seperti mereka saling bicara, hanya saja dia yang terus-menerus bicara.
"Sepertinya, dunia setelah kematian itu menyenangkan ya bagi elo. Kata orang di sana membahagiakan. Nggak ada sakit lagi, nggak ada yang marahin elo lagi, nggak ada hal-hal jelek di sana. Kalo emang elo mau ke sana, gue ikhlas. Yah, ajak-ajak gue gitu."
Cowok itu menahan emosinya. Andai aja elo tau, Sakura, batin cowok itu, di sana nggak kayak elo bayangin. Percuma gue hidup selamanya, muda selamanya, tapi nggak ada elo di sana! Gue yang sakit, Ra, sakit! Tapi gue juga sadar, kalo bukan gue yang berusaha kembali ke sana, elo nggak bakal bisa ke sini Ra...
Kecuali kalo elo dengan bodoh mau mengikuti apa yang pernah gue lakukan dulu.
Air mata keduanya terlihat menggenang. Secara serempak, dua tetes itu keluar.
.
.
Gave me your hand but realize I just wanna say goodbye
Please understand I have to leave and carry on my own life
Sakura tidak bisa melihat hantu-hantu. Dia tidak punya indra keenam. Mengingat hal itu, cowok itu mulai pasrah. Dia ingin kembali ke tubuhnya yang semula, tapi tidak bisa. Dia ingin bicara dengan Sakura, tapi Sakura juga tidak bisa melihatnya. Cowok itu benar-benar tersiksa.
"Apa gue emang harus pergi ninggalin dia?" gumamnya. "Tapi kenapa mesti sekarang, saat gue nggak punya persiapan apa-apa?"
Melihat Sakura hampir setiap hari, mendengarkan lagu-lagu rock kesukaannya, berdiri di depan kaca ruang ICU, berbicara pada pasien itu sambil menahan tangis. Antara ada atau tidak ada harapan untuk tetap hidup. Mungkin kalau bukan orang-orang yang dia sayang tidak mau dia pergi, cowok itu masih berkeliaran bebas di sini. Hal-hal ini membuatnya nyaris gila. Untung hantu tidak bisa gila.
Tapi bagaimana kalau dia tidak bisa kembali?
Sakura, batin cowok itu, kalau emang gue harus tetap dalam keadaan gini, mungkin gue nggak bisa menghibur elo. Mungkin elo nggak bisa ngeliat gue, gue nggak bisa menghibur elo dengan kontak fisik, gue nggak bisa megang apa-apa, gue jadi merasa nggak berguna. Tapi tolong elo bisa ngerti ya...
Sakura berjalan pergi. Cowok itu sudah tidak berniat menyusulnya.
.
.
I don't belong here, I gotta move on dear escape from this afterlife
'Cause this time I'm right to move on and on, far away from here
Got nothing against you and surely I'll miss you
This place full of peace and light, and I'd hope you might
Take me back inside when the time is right
Sudah kira-kira setengah jam Sakura pergi. Cowok itu kembali duduk di kursi yang tersedia. Kembali bolak-balik kayak setrika di atas baju yang makin lama bukannya makin rapi malah makin kusut. Kembali kayak cacing di atas panggangan panas, tapi belom mati-mati juga. Akhirnya dia menembus ruang ICU dan mengamati dirinya sendiri di tempat tidur.
Udah malem gini bokap-nyokap belom dateng, batinnya, mungkin kayak biasa ngurusin soal kerjaan. Eh iya ya, bokap kan lagi tugas ke Spore sebulanan. Nyokap kayak biasa kerja, meeting, belanja, palingan yang tau keadaan gue cuma para pembokat. Tetep aja mereka nggak bisa ngejengukin gue. Gue mau tau, bokap kan pergi terus. Jarang di rumah. Gimana reaksinya kalo anaknya udah koma di sini?
Dia pergi, meninggalkan ruangan beraroma bahan kimia, meninggalkan bangunan yang menahan tubuhnya, pergi ke tempat seharusnya dia ada di sana malam ini. Rumahnya sendiri. Mungkin baru besok dia akan ke rumah sakit lagi.
Di luar hujan. Biarpun lebat, cowok itu tetap menerobosnya. Toh rambut pantat ayamnya masih berdiri tegak kan?
Tuhan, kalau Kau ingin aku kembali, izinkan aku mengucapkan salam perpisahan pada mereka yang menyayangiku. Setelah itu, terserah padaMu.
Dia kembali berjalan menembus mobil-mobil macet di jalan.
.
.
Loved ones back home all crying 'cause they're already missing me
I pray by the grace of God that there's somebody listening
Give me a chance to be that person I wanna be
Ayah sang ghostboy sudah pulang ke Indonesia. Dia baru mendengar kabar anaknya koma di rumah sakit setelah sekitar jam 11 malam. Itu karena dia baru pulang kerja. Sampai sekarang, anaknya masih bingung kenapa bokap-nyokapnya tega kerja ngambil lembur banyak-banyak dan ninggalin anaknya di rumah gitu aja demi duit. Bahkan sampe ninggalin keluarga. Yang terpenting duit kali ya.
Tapi ketika sang Ayah mendengar kabar itu dari salah satu pembantu di rumah, dia langsung kaget.
"Kenapa kamu nggak langsung ngasih tau saya?"
"So... soalnya Tuan, kan Tuan juga baru pulang..."
"Seharusnya kamu telpon saya dong! Gimana sih, kerja aja nggak becus!"
Pembantu itu cuma bisa mengangguk ketakutan.
Bapak itu langsung menemui istrinya. "Kenapa kamu nggak bilang kalau anak kita sakit? Hah? Jawab!"
"Gimana aku mau ngasih tau kamu, kalau kamu aja selama pergi nggak bisa dihubungi sama sekali?"
Setelah beberapa lama, akhirnya pertengkaran mereka berakhir dengan suasana hening di mobil yang mengantar mereka ke rumah sakit, tempat anaknya terbaring.
Cowok menyedihkan itu sudah sampai duluan.
"Gue nggak nyangka mereka masih sayang sama gue..."
Melihat orang tuanya saling berpelukan, menangis dan menyalahkan diri mereka atas apa yang telah terjadi, cowok itu mulai bergumam lagi.
"Tuhan, aku ingin meminta...
"... Aku ingin kembali..."
"... Aku ingin memperbaiki semuanya..."
"... Aku ingin ada yang bisa mendengarku..."
"... Aku ingin aku bisa kembali sebagai apa yang aku inginkan..."
"... Dan aku, Sasuke Uchiha, berjanji akan berhenti sepenuhnya dari narkoba."
.
.
(I am unbroken; I'm choking on this ecstasy)
Sasuke Uchiha memasuki rumah pacarnya seminggu yang lalu, Karin. Rumah itu jelas kosong, kalau tidak mana berani kelompok itu pesta narkoba? Tentu aja kelompok yang ketuanya sahabat Sasuke itu sudah hafal kapan orang tua Karin tidak di rumah. Sepintas kelompok ini seperti akan berpesta, tapi sebenarnya lebih nekat dari itu. Agar tidak dicurigai, mereka akan memasang musik rock dalam rumah. Paling hanya disangka bikin ribut aja.
"Sasuke sayang," kata Karin saat Sasuke sudah mencapai rumahnya. Karin bertubuh terlalu kurus dan pucat seperti Sasuke dan pecandu narkoba lainnya. Kalau dilihat tampang mereka berdua seperti cowok yang lagi ngapelin ceweknya, padahal sebenarnya lebih dari itu.
"Apa Rin?" cowok itu mengambil sebatang rokok yang baru dia beli kemarin dari sahabatnya si ketua kelompok berandal. Itu bukan rokok biasa, namun mariyuana, rokok yang dicampur ganja.
"Jangan OD lagi ya, kayak waktu itu. Aku nggak mau kehilangan kamu."
"Rin, selalu deh gitu. Itu kan udah 2 bulan yang lalu. Lagian gue juga bakalan ati-ati kok, nggak mau lagi gue OD. Nanti gue ditanyain macem-macem lagi sama ortu. Males banget."
Karin menggelayut di lengan Sasuke. Sebenarnya cowok itu risih, tapi biar dia selalu ditraktir cewek tajir itu saat pesta, dia rela berpacaran dengan Karin. Kalau uangnya tidak ada sih mana mau menerima tembakan cewek yang selalu mengejar-ngejarnya ini?
Sasuke jadi teringat Sakura. Sahabatnya itu sebenarnya manis, sayang dia tahu cowok itu seorang junkie. Jadilah dia sering ditegur oleh Sakura. Membuatnya menjadi menyebalkan di mata Sasuke, padahal sebelum Sakura tahu dia tidak seperti gitu.
"Sakura nggak ngerti kalo gue stres di rumah," gumamnya.
"Apa, Yang?" Karin mendengar gumaman Sasuke sedikit. "Sakura? Kamu udah punya cewek lagi ya?" Karin menghentakkan lengan Sasuke. Lumayan sakit. Maklum aja kalo Karin dan Sasuke agak sensitif, begitulah sifat pecandu.
"Ya enggaklah! Dia tuh cuma anak nyebelin yang bisanya marahin gue kayak guru aja! Dia belum tau asyiknya pesta kayak gini. Ya udah, masuk aja lah!"
Karin kembali menggelayut di lengan Sasuke. Mereka berdua sudah ditunggu teman-teman yang lain. Pesta dimulai, segala macam narkoba yang tersedia diedarkan, mulai dari yang ringan seperti ganja sampai yang berat seperti heroin.
"Eh, Rin," Sasuke yang setengah nge-fly mengajak Karin bicara sambil mengangkat sebungkus shabu-shabu. "Bayarin gue yang ini ya. 3 bungkus aja deh..."
"Iya, Sayang, apapun cuma buat kamu... Aku ikutan juga deh ya..." Karin menjawabnya tanpa berpikir panjang. Dia tidak sadar kalau Sasuke sudah mengkonsumsi berbagai jenis sebelumnya. Kali ini Sasuke mulai memakai shabu-shabu terlalu banyak. Tak ada yang sadar, semuanya lagi nge-fly.
Dan apa yang dikhawatirkan Karin sebelum pesta dimulai memang terjadi, shabu-shabu itu adalah narkoba terakhir yang dikonsumsi Sasuke. Cowok itu overdosis. Dan yang patut disayangkan, Karin juga.
Sasuke yang sudah pernah OD sekali masih bertahan selama seminggu koma di rumah sakit, sementara Karin dihampiri malaikat pencabut nyawa.
Karin menghembuskan napas terakhirnya 2 jam kemudian.
Dan Sasuke masih terjebak dalam tubuh hantunya.
.
.
Oh Lord I'll try so hard but you gotta let go of me
(Unbreak me, unchain me, I need another chance to live)
Sakura datang keesokan harinya, di hari ke-8 Sasuke koma. Dan pada akhirnya, apa yang semua pihak harapkan memang tiba. Perlahan Sakura melihat detak jantung Sasuke meningkat, lalu tangannya juga mulai bergerak. Dia membuat Sakura memberikan salah satu senyumnya yang paling indah. Cewek itu sudah tidak tahu harus bicara apa.
"Udah bangun..."
Sasuke juga speechless. "Iya."
Otak Sakura berjalan lagi. "Dokter! Sus..." Mulutnya langsung dibekap oleh Sasuke.
"Jangan!" katanya, baru melepas tangannya. "Bentar lagi dokter mau ke sini kan? Jam besuk mau abis kan?"
"I... iya sih. Eh, tapi syukur deh. Yang penting sekarang lo udah bangun."
"Maaf."
"Buat apa?"
Sasuke langsung menuju tujuannya semula. "Buat semuanya. Ngebikin elo nunggu gue, ngacangin semua kata-kata elo, bikin elo sedih terus, gue juga tersiksa."
Nada bicaranya begitu datar, entah kenapa. "Nggak papa kok," kata Sakura, "udah gue maafin semuanya. Serius!" dia membentuk huruf 'V' dengan jarinya.
Sasuke tersenyum lemah. "Ortu gue masih kerja ya? Gue jadi merasa bersalah udah bikin mereka kecewa. Tolong bilang itu ya sama mereka. Sumpah gue nyesel banget udah nyandu."
"Oh ya?" Sakura mulai bercanda. "Abisnya setelah OD yang pertama aja, elo nggak sadar-sadar juga tuh. janjinya rehab, tapi kenyataannya?"
"Iya, iya, kali ini gue beneran mau rehab. Gue mau lepas. Kayaknya udah nggak ada alesan lagi buat gue nggak tobat."
Udah nggak ada Karin yang bakal bayarin gue, batin Sasuke.
"Janji ya?" Sakura mengacungkan jari kelingkingnya.
"Janji!"
Jam besuk habis saat itu juga. Dokter dan suster yang datang mengontrol kaget juga melihat pasiennya yang sudah seminggu koma akhirnya sadar.
"Kami kira kamu udah nggak ada harapan."
"Kenyataannya masih ada," balas Sasuke ceria.
"Mukjizat bisa terjadi kapan aja," celetuk Sakura. "Udah ya Sasuke, gue balik dulu."
.
.
I don't belong here, I gotta move on dear escape from this afterlife
'Cause this time I'm right to move on and on, far away from here
Got nothing against you and surely I'll miss you
This place full of peace and light, and I'd hope you might
take me back inside when the time is right
Malam tiba. Seorang cowok bertubuh ceking dan berwajah pucat menyelinap masuk ke dalam rumah sakit yang jam besuknya sudah habis itu. Dia sudah mengintai Sakura yang sering menjenguk Sasuke, sehingga dia tau di mana kamarnya.
"Awas Sasuke... gue bakal bales dendam Karin karena udah bikin dia mati OD..."
Mereka bersahabat. Awalnya. Cowok itu sebenarnya tidak suka Sasuke pacaran dengan Karin. Seharusnya, Karin itu miliknya. Dan seharusnya, Sasuke tidak membuat Karin OD di pesta narkoba yang terakhir! Sekarang, cinta yang bertepuk sebelah tangan itu sudah membuatnya buta. Kalap. Dan yang dia paling inginkan saat ini adalah menjadi malaikat pencabut nyawa bagi Sasuke.
Dia sampai di kamar itu.
"Hola... Suigetsu is here..."
"... segera akan melakukan hal yang paling Suigetsu inginkan..."
"... spesial cuma buat elo..."
"... atas apa yang elo udah perbuat!"
Cowok itu mengambil bantal dari kepala Sasuke secara kasar. Tanpa dia sadar, itu membuat Sasuke bangun. "Suigetsu? Elo ngapain? Ngambil bantal gue pula."
"Elo tau apa yang elo perbuat?"
"Nggak tau. Elo kenapa sih? Nggak biasanya elo kayak gini. Lagi ngefly ya?"
"Mau gue ngefly kek, mau enggak kek, itu bukan urusan lo! Pepmbunuh kayak elo tuh harus mati!"
"Elo mau ngebunuh gue? Buat apa?"
"Karena elo, elo udah ngebunuh orang yang gue sayang!"
"Siapa?" Sasuke berpikir sejenak. Ketika dia tau, dia malah kaget. "Elo... gue nggak nyangka..."
"Elo nggak nyangka apa?"
"Gue... gue nggak nyangka elo suka sama Karin..."
"Nah, akhirnya elo ngerti juga. Bertahun-tahun kenapa elo baru sadar?"
"Gue bener-bener nggak tau! Nggak ada satu pun di antara kita yang tau!"
"Gue nggak peduli!"
"Elo juga tau alesan kenapa gue nerima tembakannya Karin 3 bulan yang lalu! Gue toh nggak sayang kan sama dia?"
"Gue nggak mau tau!"
"Suigetsu, gue minta maaf. Plis, jangan bikin semuanya tambah..."
"Elo. Harus. Mati. Di. Tangan. Gue. Sekarang."
Suigetsu menekan bantal di atas kepala Sasuke yang kondisinya belum stabil. Mesin EKG semakin lambat berbunyi.
Tuhan, tolong ampuni aku! batin Sasuke. Tapi terima kasih Tuhan, atas kesempatan untuk kembali dan meminta maaf!
*OWARI...?*
.
.
A/N: Yeah, kembali lagi bersama Hikari-chan! U yeah! Setelah 2 bulan lalu bersusah-susah bikin fic Helena, yang ternyata salah lirik juga, bikin malu berat... (oke, makasih banyak ke Arisa Hagiswara yang udah edit. Entar mau gue ganti) tapi nggak papa kok. Gue mah seneng, akhirnya gue bisa tau lirik aslinya *lho?*
Yep, ini dia old archive dari Hikari. Kenapa dibilang old archive? Soalnya... liat aja sendiri. Dibuat 10 bulan yang lalu, masih abal, diksi masih ancur kayak gini, masih belum aktif di FFN, masih jelek... ya ampun. Yang udah pernah ngeliat Blogger gue (ada di , mungkin gue belum ngasih link-nya ya?) pasti entri terakhirnya serial ini, tepatnya bagian kedua: Almost Easy. Silahkan ditunggu minggu depan, kalau perlu klik tanda alert pas review biar ketahuan udah di-update atau belum.
Lalu, kalau ini masih abal, kenapa gue post?
Yep, ada alesannya. Jujur aja, keseluruhan cerita ini, mulai dari Afterlife sampe Fiction (no. 3, gue publish khusus di FNI!) dibilang BAGUS sama guru Bahasa Indonesia gue! Serius, gue juga kaget pas dia baca fic ini (waktu itu masih versi asli sih) dan dia bilang ini-keren-banget. Wow. Gue terharu berat, men. Cuma gara-gara temen gue nularin virus A7x-nya waktu itu (lirik Emily Kirkland) gue bisa jadi kayak gini. Dan ya, biarpun diksi masih abal jelek gaje begini, gue tetep bangga sama trilogi gue.
Well, gue udahin dulu A/N-nya. Mau tau sejarah lebih lanjut tentang BMTL? Just wait for next shots!
Dream Out Loud! =)