.

.

Your Voice

Disclaimer : Naruto itu selalu milik Masashi Kishimoto

Genre : romance, tragedy/hurt/comfort

Rated : T – M (kekerasan, narkoba dan bahasa, sedikit lime)

"Kalau begitu… jangan berhenti…"

Sakura menekan remote control lampu dan menekannya, sehingga suasana di kamarnya kini menjadi gelap.

Sasuke memejamkan matanya, mengingat saat pertama kali mereka bertemu, saat tahu bahwa Sakura bisu, saat Kabuto datang, saat Sakura tersakiti, dan saat dimana mereka harus menyembunyikan hubungan mereka. Begitu banyak hal yang mereka lewati sampai akhirnya mereka bisa bersama seperti saat ini.

Tiba-tiba Sasuke merasakan kedua pipinya disentuh oleh tangan mungil, dan itu adalah tangan Sakura yang kini sudah berada di bawahnya.

"Aku… mencintai Sasuke."
dengan sorotan mata yang melembut, Sasuke merendahkan tubuhnya dan mencium kening Sakura, "Terima kasih telah mencintaiku."
Sasuke melepaskan ciumannya dan tersenyum, "Aku juga mencintaimu… sangat…"

Bibir mereka pun akhirnya menyatu, saling melumat satu sama lain, melepaskan rasa kasih sayang mereka yang begitu besar. Sasuke perlahan membuka baju Sakura, dan bisa dia rasakan kalau tubuh Sakura gemetar karena gugup, tangan Sasuke pun berkeringat, ini benar-benar yang pertama untuk mereka.

Saat baju Sakura terlepas, Sasuke melepaskan kait bra-nya dan memijat salah satu buah dada Sakura.

"Ah~"

Sasuke mengabaikan desahan Sakura, kini wajahnya mendekati salah satu buah dada itu dan menjilatnya.

"Anh~ T-Tunggu Sasuke!" tiba-tiba Sakura mendorong wajah Sasuke, "K-Kau curang! Masih berpakaian lengkap."
"Oh," jawab Sasuke santai, kemudian Sasuke menjauhkan sedikit tubuhnya dan melepas pakaian atasnya, Sakura melihat ekspresi wajah Sasuke yang begitu serius, "Boleh kulanjutkan?"

Sakura memalingkan wajahnya dan mengangguk, namun Sasuke membuat wajah Sakura menolehkan wajahnya kembali untuk melihatnya dengan salah satu tangannya, "Saat kita melakukannya… pandanglah aku."

Sakura merona merah dan mengangguk, setelah mendapat jawaban dari sang kekasih, Sasuke pun melanjutkannya. Sasuke melanjutkan memijat dan memilin dada Sakura, sehingga membuat Sakura mendesah hebat.

"Aahhnn~ huu S-Sasukeee~"

Sasuke tersenyum mendengar reaksi Sakura.

Tangannya menuju bagian bawah Sakura, saat menemukan sesuatu yang basah, Sasuke sedikit terkejut dan menatap Sakura, "Kamu… sudah basah dari kapan?"

"S-Sasuke bodoh! Jangan… tanyakan… hal seperti… itu~"
"Hahaha, tidak usah malu… aku menyikaimu yang seperti ini kok," ucap Sasuke sambil membuka paha Sakura dan mendekatkan wajahnya pada daerah sensitive Sakura.

"S-Sasuke… Aaaahhhnnn! Nngggghhhhh~"

Sakura terus mendesah saat merasakan jilatan Sasuke, kedua tangannya mencengkram kedua sisi selimut, sampai dia merasakan otot perutnya mengencang.

"S-Sasuke! Aaahhh~….. h-hentikan…. A-aku… Aaaaaahhhhnnnn!"

Dalam kegelapan, Sasuke menunjukkan wajahnya yang sedang menjilat sisa-sisa cairan Sakura, melihat Sasuke yang terlihat begitu menikmatinya, Sakura makin merona. Dia bahagia… sangat bahagia akhirnya tiba juga saat dimana dirinya akan dimiliki Sasuke seutuhnya.
"H-Hei… kenapa menangis?" tanya Sasuke membelai kepala Sakura,"Kamu tidak suka rasanya?"

"Bukan! Aku… aku hanya bahagia… itu saja…"

Sasuke tersenyum lega, kini satu jarinya langsung masuk pada daerah sensitive itu.

"Nggghhhhh~"

Dua jari untuk melonggarkan.

"Aaaahhnnn!"

Setelah Sasuke merasa sudah cukup longgar, dia bertanya, "Apa kamu sudah siap?"

Sakura, dengan peluh keringat dan mata sayu menjawab, "Ng, aku siap."

Sasuke memposisikan dirinya, perlahan dia masukan dirinya pada diri Sakura.

"Aaakhh! S-Sakit~"

"M-Maaf… tahan Sakura, aaahhh~"

"Sakiit~ Sasuke…."

"Aku sudah bilang padamu, aku tidak akan berhenti, maaf kalau aku egois," ucap Sasuke, dan dengan satu hentakan kini seluruh benda kebanggaan Sasuke tertanam dalam diri Sakura.

"Hyaaaa!"

"Aaghh~"

Keduanya mengatur nafas, menyesuaikan dengan tubuh Sakura yang masih terasa sakit.

"Sasuke…" panggil Sakura.

"Hmm?"

"Aku… bisa merasakan… Sasuke… di dalam tubuhku…" ujar Sakura sambil memeluk tubuh kekasihnya.

Sasuke tersenyum kembali dan mencium Sakura, ciuman yang sangat lembut namun penuh sensasi yang menggairahkan.

"Kamu bisa menggerakannya sekarang kok," Sakura menginformasikan.

Sasuke mengangguk dan mulai memaju mundurkan pinggulnya, pelan namun dalam membuat Sakura kehilangan akal sehatnya, Sakura terus menerus mendesah, sesekali Sasuke mencium mulutnya agar desahan itu tidak terlalu keras, mengingat Sakura masih belum boleh bersuara terlalu keras.

"S-Sasuke.. le-lebih cepaat~"

Sasuke menuruti kemauan adiknya, sampai akhirnya laki-laki itu merasakan ada sesuatu yang makin menghimpit kejantanannya.

"Aaagghh~ Sakuraaa~"

"Hnnn~ aaaahh… Aaaaaaaahh!"

Nafas yang tidak beraturan pun tercipta, baru saja mereka sampai pada puncaknya, Sasuke terjatuh di atas tubuh Sakura, sambil tiduran dan menggenggan dada kanannya.

"Apa yang akan kau katakan pada Sai?" tanya Sasuke.

"Untuk hal itu, serahkan… padaku…"

.

.

Beberapa jam setelah bercinta, Sakura tertidur di pelukan Sasuke, dengan lengan Sasuke yang menjadi alas bantal tentunya. Sasuke namun tidak tertidur, laki-laki itu hanya melamun sambil membelai atau memainkan beberapa helai rambut Sakura, apa yang dia lamuni?

Sasuke membayangkan, bisakah dia melewati hari-harinya bersama Sakura? Apakah ada jaminan kalau Sakura tidak akan bosan terhadapnya? Dan… persyaratan itu… apakah Sakura akan menerimanya?

~Your Voice~

Keluarga Uchiha kini tengah berkumpul di ruang makan untuk merayakan keluarnya Sakura dari rumah sakit. Para teman-teman dari pihak Sakura dan Sasuke pun diundang.

"Nah, Sakura… kamu jangan makan yang pedas-pedas dulu yah," ucap sang ibu.

"Iya," jawab Sakura.

Ino memperhatikan Sakura dengan seksama, ada yang berbeda dari Sakura, "Sakura," panggil Ino, dan panggilan Ino itu membuat semua mneoleh padanya, tapi Ino tidak menyadarinya dan melanjutkan, "Wajahmu makin cantik, apa kamu memakai make up atau sesuatu?"

Pertanyaan Ino membuat wajah Sakura merona, karena tiba-tiba dia mengingat kenikmatan yang diberi oleh Sasuke tadi siang.

"A-aku? B-biasa saja… a-aku tidak memakai apa-apa."

"Kenapa kau malah jadi seperti Hinata kalau sedang gugup?" tanya Naruto bingung.

"Jangan mengejeknya, sebaiknya kalian makan lalu pulang sana!" gerutu Sasuke.

"Sasuke! Jaga bicaramu," tegur sang Ayah.

Sai terdiam dan mengamati perubahan wajah Sakura, benar apa yang dikatakan oleh Ino… Sakura makin cantik, auranya dengan Sasuke pun berubah, Sai bisa langsung menebak… mereka… pasti sudah melakukannya.

Sai sudah benar-benar tidak mempunyai kesempatan.

.

.

Setelah acara makan malam bersama selesai, mereka berkumpul diruang tengah, menikmati pembicaraan ringan yang di pimpin oleh Shikamaru dan Fugaku, meledek Naruto, bagaimana tukang onarnya dulu saat SMP, dan juga sedikit mengejek Shikamaru yang pernah menjadi candu.

Tapi Sai lebih memilih duduk di taman sendirian, sambil menikmati segelas lemon tea yang disediakan oleh para pelayan. Sakura melihat sosok Sai, ingin sekali menghampiri laki-laki itu, tapi dia tidak mau Sasuke berfikiran buruk nantinya.

"Pergilah," usul Itachi yang tiba-tiba muncul.

"Eh?"

"Selesaikanlah baik-baik, jelaskan padanya secara jujur, aku yakin kalau dia menyayangimu, dia pasti mengerti," lanjut Itachi.

Sakura bingung 'dia' yang Itachi maksu itu Sasuke… atau Sai?

"Jangan kau tunda, sekarang lah saatnya… pa kau ingin menyianyiakan usaha Sasuke?" ujar Itachi lagi.

"T-Tidak…"

"Kalau begitu pergilah, ucapkan maaf pada Sai," Itachi mendorong pelan tubuh Sakura.

"Ng, terima kasih, kak Itachi."

Sakura segera berlari menuju Sai yang sedang duduk di bangku taman halaman kediaman Uchiha.

Sakura perlahan mendekati Sai, setelah jarak mereka cukup dekat, "Boleh aku duduk… di sini?"

Sai menoleh, kemudian wajahnya tersenyum, "Tentu saja."

Sakura menempatkan dirinya di samping Sai.

"…"

"…"

Keduanya terdiam.

Tidak ada yang memulai pembicaraan satu sama lain, hingga akhirnya Sakura lah yang memulai memecahkan keheningan itu.

"Bulannya indah yah."

"…"

Sakura ikut terdiam saat Sai tidak menjawab pernyataannya itu, entah harus memulai dari mana. Di samping itu, Sasuke mengamati mereka dari kejauhan bukan dengan wajah marah ataupun cemburu, melainkan wajah yang seolah mengatakan bahwa dia percaya pada Sakura yang akan menyelesaikan masalah ini.

"Maafkan aku," ucap Sakura pelan.

"Untuk?" akhirnya Sai berbicara.

"… Sai… aku… menyayangimu, kau tahu itu kan?" Sai tidak menjawab, matanya tertuju pada Sakura yang kini sedang menunduk, "Aku berterima kasih padamu karena sudah mencintaiku sebesar ini, aku berterima kasih padamu karena sangat peduli padaku."

Mata Sai kini melemah, wajahnya perlahan berubah menjadi pilu.

"Tapi… aku tidak bisa membalas perasaanmu… aku… aku mencintai Sasuke~ maafkan aku…"

Sai melihat bahu Sakura gemetar, dia berani jamin Sakura mengumpulkan keberanian untuk berkata jujur pada Sai, dan Sai pun melihat ada tetesan air yang terjatuh di punggung tangan Sakura. Sai tidak bisa menjawab ucapan Sakura, apa yang harus dia jawab? Tidak ada, hanya terdengar suara tangisan kecil yang keluar dari bibir Sakura.

"Aku… tahu kalau kau pasti membenciku… aku sudah siap.. akan hal itu…"

"Tidak… aku tidak mungkin membencimu," jawab Sai sambil memegang bahu Sakura, "Aku… selalu mencintaimu~"

Sai menundukkan kepalanya agar Sakura tidak melihat apa yang terjadi pada mata onyx laki-laki itu.

"Sai… maaf… maafkan aku~ aku akan selalu berdoa, agar kamu dapat wanita yang sangat baik dan melebihiku, aku menyayangimu, Sai… sangat~" ucap Sakura.

Sai mengangkat kepalanya, mata Sakura terbelalak ketika melihat Sai kini sedang mennagis, di bawah sinar rembulan, laki-laki yang biasanya ketus dan kuat kini terlihat sangat rapuh.

"Bolehkah… aku memelukmu?" tanya Sai pada Sakura.

Sakura makin menangis, dia langsung memeluk Said an menangis di dalam pelukan Sai.

"Maafkan aku~" ucap Sakura.

Sai hanya diam, mengelus rambut Sakura, mencium helai-helai rambut Sakura sambil mengeratkan pelukannya.

"Aku mencintaimu… aku mencintaimu… sangat mencintaimu." Hanya itu yang dapat Sai katakan untuk saat ini.

Mendengar pernyataan Sai, Sakura malah makin menangis, memorinya tentang pertama kali bertemu Sai teringat kembali, saat dia mengajak Sai bergabung, saat Sai menjadi sahabat paling dekatnya di SD, saat mereka bertemu Ino dan Shikamaru, saat Sai menghajar laki-laki yang mengganggu Sakura, sampai kasus Kabuto, tragedy setelah kolam renang itu, Sakura menyadari bahwa perasaan sayangnya pada Sai ini sangat besar, namun hanya sebagai sosok kakak, tidak lebih.

Sakura mengeratkan pelukannya pada Sai.

"Apa kamu akan bahagia bersamanya?" tanya Sai yang juga mengeratkan pelukannya.

"Ya… aku akan bahagia," jawab Sakura sambil tersenyum, "Asal kamu janji padaku akan bahagia juga."

"…" Sai belum bisa berjanji soal itu, dia tidak tahu bagaimana cara dia bahagia selain bersama dengan Sakura.

"Kalau dia membuatmu menangis… beri tahu aku… aku akan menghajarnya," kata Sai.

Sakura sedikit terkejut mendengar itu, menghajarnya? Sakura pikir Sai akan lebih mengucapkan untuk merebut dari pada menghajar.

"Aku bahagia… asal kamu bahagia, Sakura," Sai melepas pelukannya, dan tanpa seizin Sakura, Sai mengecup bibir Sakura, "Aku pulang dulu."

Sai beranjak meninggalkan Sakura sendirian, Sasuke yang dari tadi melihat adegan mereka tidak bisa memasang wajah marah, karena dia sudah memprediksikan hal ini, bahkan adegan saai Sai mencium Sakura pun sudah di perhitungkannya, tapi sedikit meleset karena Sasuke mengira Sakura juga akan membalas ciuman itu, tapi nyatanya tidak.

Sasuke menghampiri Sai yang kini melewatinya, mereka kini saling berhadapan. Tidak berbicara satu sama lain, hanya pandangan pilu yang mereka berdua rasakan, Sasuke bisa merasakan apa yang Sai rasakan, karena Sasuke mungkin tidak bisa melepaskan Sakura apabila dia menjadi Sai, sedangkan Sai sendiri, saat ini dia tidak bisa marah pada Sasuke, karena Sakura sendiri yang mengatakan kalau dia akan bahagia bersama laki-laki ini.

"Terima kasih," ucap Sasuke tiba-tiba, dan itu membuat Sai kaget, Sai melihat wajah Sasuke sedikit memerah dan melihat kearah lain, saat itu Sai sedikit tersenyum, berjalan melewati Sasuke sambil menepuk pundak mantan saingannya itu.

Saat itu Sasuke merasa tepukan Sai terasa begitu lembut dan bersahabat.

Sasuke menghampiri Sakura, merangkul pundak wanitanya itu, Sakura langsung menempelkan kepalanya di pundak Sasuke.

"Ternyata… menyakiti hati seseorang bisa sesakit ini," ucap Sakura.

"Tapi ini demi kebaikannya."

Di kejauhan, sepasang mata aquamarine menatap kedua pasangan itu dengan air mata yang tertahan, ternyata dari tadi Ino melihat semua apa yang terjadi antara Sai dan Sakura. Ino menghapus air matanya, sedih rasanya melihat Sai yang tidak berhasil mendapatkan Sakura, tapi Ino juga ingin Sakura bahagia, bimbang bukan?

"Demi kebaikan mereka semua, sebaiknya kita tidak usah ikut campur," ucap seseorang di belakang wanita berambut pirang itu.

"Shikamaru…"

"Memang tipe-tipe sepertimu pasti merasakan kesedihan, tapi kau harus kuat, kau wanita-ku kan?" sambil merengkuh kedua pipi wanita itu, Shikamaru tersenyum lembut.

Dan Ino pun membalas senyumannya, "Ya, aku wanita-mu."

~Your Voice~

Beberapa hari setelah kejadian, ada berita yang sangat heboh di televisi, Sakura, Sasuke dan Itachi yang sedang menonton berita itu memasang wajah terkejut, Naruto dan Hinata yang masih di dalam selimut sambil menonton tv pun juga terkejut, apa lagi Ino, Shikamaru dan Sai yang kini tengah membersihkan rumah di hari minggu.

"Nona Yui, apakah benar anda akan keluar dari dunia hiburan dikarenakan seorang pemuda?"

"Aku keluar memang keinginanku, aku ingin menjadi wanita yang pantas untuknya."

Terlihat Yui membuka kaca mata hitamnya dan tersenyum pada kamera, entah kenapa melihat sosok Yui dengan wajah tegas mmebuat Sai mengingat kembali saat pertama kali melakukan sex dengan wanita itu.

Perasaan cinta yang Yui berikan begitu tulus pada Sai, hanya mengingat malam itu, pandangan Sai tidak lepas dari layar tv.

"Lalu, apakah benar anda akan pergi ke Paris?"

Mendengar pertanyaan dari salah satu wartawan, semua mata yang menonton terbelalak.

"Ya, aku ingin belajar menjadi model international, aku tidak mau lagi menjadi bintang film AV, aku ingin menata karir ku dengan benar."

"Kapan anda akan berangkat?"

"Sebentar lagi, ini aku harus pergi ke bandara."

"Apakah ada pesan-pesan untuk teman-teman anda? Atau pemuda special itu?"

Yui tersenyum sambil melihat kamera, "Sakura… semoga kamu bahagia yah, dan Sai… aku akan menunggumu sampai kau membuka hatimu, sudah yaah."

Dengan itu Yui pergi meninggalkan kamera, sosok Yui tadi membuat orang-orang yang menontonnya terkagum, masih banyak hal yang ingin wartawan itu tanyakan, namun dari pihak management tidak mengizinkannya.

Saat mendengar Yui akan pergi, entah kenapa Sai merasa tidak ingin wanita itu pergi, bukan berarti Sai mencintainya, hanya saja selama ini yang menemaninya dan mendukungnya sepenuh hati saat konflik dengan Sakura adalah Yui, wanita terdekat dengan Sai selain Sakura dan Ino.

Kriiiing Kriiiing.

Mendengar yelepon berbunyi, Sai mengalihkan pikirannya dan mengangkat telepon itu.

"Halo?"

"Sai! Sai, kau harus mengejar Yui!"

"…"

"Sai, Yui sangat mencintaimu, aku tahu itu, dia sangat tulus mencintaimu, kau harus belajar membuka hatimu, cobalah untuk mengambil langkah dari ini."

"…"

"Sai… jangan membuang-buang wak-"

"Apa tidak apa-apa, aku tidak mengadakan pesta perpisahan?" potong Sai sambil menoleh pada Shikamaru dan Ino.

Ino tersenyum lembut, "Asal kau bawakan aku tas Channel, Gucci, Guess, LV dan Marc Jacobs nanti."

"Sisakan uang jajanmu di sini," ucap Shikamaru sambil merokok.

"Kalau kau kembali, pastikan aku melihat senyum kebahagiaanmu!" seru Sakura lewat telepon.

Sai tersenyum dan berucap, "Terima kasih, Sakura."

Sai bergegas mengamil jaketnya dan membereskan beberapa pakaian yang harus di bawa, tidak lupa juga beberapa dokumen yang merekomendasikan dirinya untuk sekolah seni di paris, sangat kebetulan Yui juga akan terbang kesana. Begitu selesai, Sai mengucapkan selamat tinggal pada Ino dan Shikamaru, kedua orang itu saling tersenyum melihat Sai berlari mengejar sesuatu yang akan menjadi impiannya.

.

.

"Hhhh, syukurlah, Sai mau mengejarnya," ucap Sakura lega sambil menutup teleponnya.

"Sakura, ada hal penting yang harus kita bicarakan," ucap Sasuke sambil memegang tangan wanita itu.

"Apa?"

"Sebaiknya aku pergi kerumah Hana, ,oh iya Sauske, tiketmu kuletakkan diatas meja belajarmu yah," ujar Itachi sambil berjalan keluar.

"Tiket?" tanya Sakura bingung.

"Ikut aku," Sasuke menarik Sakura pelan ke kamarnya, begitu sampai, Sasuke mengajak Sakura duduk di atas kasurnya, "Aku harus pergi."

"Pergi… ke?"

"… kamu sudah tahu, kenapa hubungan kita direstui? Dan kenapa ibumu mau memindah namakan mu menjadi Haruno kembali?"

Sakura menggelengkan kepalanya.

"Karena aku memenuhi syarat mereka."

"Syarat apa?"

Sasuke menghela nafas, "Aku harus membuat sukes salah satu perusahaan ayahku yang berada di New York."

Wajah Sakura langsung memucat, kemudian wanita itu sedikit mencoba menepis tangan Sasuke, "Baru saja kita bersama! Tapi kau akan pergi? Kau jahat!"

"Tenang, Sakura… aku hanya sebentar, aku janji… aku akan membuat perusahaan ayah itu sukses dalam jangka dekat, aku yaki aku bisa… tapi aku butuh dukunganmu."

"Tidak! Tidak mauuu~ aku tidak mau kamu pergiii~" protes Sakura.

"Jangan egois, Sakura," tiba-tiba suara Fugku muncul dari pintu, "Aku memang merestui hubungan kalian, tujuanku mengirim Sasuke kesana adalah agar dia bisa tahu yang namanya bekerja keras itu apa, selama ini dia kan hanya bisa meminta pada orang tua, kalau kalian menikah nanti, perusahaan itu bisa untuk biaya hidup kalian."

Sakura terdiam, dia tidak bisa melawan kalau kepala keluarga Uchiha ini yang sudah angkat bicara.

"Janji akan menghubungiku setiap hari," gumam Sakura.

"Setiap hari, setiap saat," jawab Sasuke.

"Jangan selingkuh!"

"Itu kukembalikan padamu."

"Kapan kau berangkat?" kini nada Sakura melembut namun sedikit tertekan.

"Besok pagi."

Sakura memejamkan matanya, sudah dia duga kalau Sasuke akan berangkat secepat ini, tapi karena ini semua demi kebaikan hubungan mereka, akhirnya Sakura memberikan senyumannya, "Hati-hati di sana yah, jaga pola makan dan tidurmu, jangan sampai sakit."

Sasuke langsung memeluk Sakura, dan wanita berambut pink itu pun menangis di dalam pelukan Sasuke. Fugaku hanya tersenyum melihat kedua anaknya itu, dan pria dewasa ini akhirnya menutup pintu kamar Sasuke.

"Sakura," panggil Sasuke lembut.

"Hhmm?"

"Malam ini tidak akan kubiarkan kau tidur," ucap Sasuke dengan wajah usil.

"Eh? Hyaaaa!" aaahhnn~"

.

.

Sai berlari mencari sosok wanita yang ingin dia kejar, mungkin selama ini dia salah karena terlalu mengabaikannya, tapi sekarang, Sai akan mencoba membuka hatinya pelan-pelan. saat Sai mencari kearah pintu keberangkatan.

"YUII!" teriak Sai.

wanita yang bernama Yui itu mneoleh, matanya sedikit berair ketika melihat sosok Sai, dia tidak percaya bawah Sai mengejarnya, Sai berada di sini, bukan di sisi Sakura.

"Sai?" bisik Yui pada dirinya sendiri.

Sai berlari menghampiri wanita itu, dengan nafasnya yang tidak teratur, Sai menunjukkan tiketnya.

"Kau... ikut denganku?"

"Bukan..." jawab Sai, "Lebih tepatnya, kau yang ikut denganku."

Yui tersenyum, air matanya jatuh dan reflek dia langsung memeluk Sai, "Aku mencintaimu," ucap Yui.

"Maafkan aku," jawab Sai, "Aku akan coba membuka hatiku... mohon bimbingannya."

~Your Voice~

Hari keberangkatan Sasuke, hanya di hadiri oleh Sakura, Naruto, Hinata, Shikamaru dan Ino.

"Kak Itachi salam untukmu, katanya dia masih harus mempersiapkan festival sekolah," kata Sakura.

"Yah, tadi dia sudah meneleponku," balas Sasuke.

"Oi, Teme… jangan suka 'jajan' bule, bisa-bisa kau kena HIV nanti," ujar Naruto sambil merangkul leher sahabatnya itu.

"Sembarangan kau!"

"Sasuke, jaga dirimu di sana yah," ucap Ino menawarkan jabat tangan, Sasuke sedikit tersneyu, sangat sedikit hampir tidak terlihat, dia merasa lega akhirnya Ino sedikit bersikap ramah terhadapnya.

"Titip Sakura yah, Ino, Shikamaru," ucap Sasuke menatap Ino kemudian beralih pada Shikamaru.

"Pasti," jawab Shikamaru dan anggukan dari Ino.

"Sering-sering telepon yah," pinta Hinata.

"Ya, kalau ingat," jawab Sasuke ngasal.

"Dasar!"

Pengumuman pemberangkatan pun telah tiba, kedua orang tua mereka tidak mengantar kepergian Sasuke karena ini bukan sesuatu yang sangat special, Fugaku dan Momoko bisa saja menengok Sasuke sesuka hati mereka. Saat Sasuke akan pergi, Sakura menarik kemeja Sasuke.

"Hn?"

"C-Cepat pulang…" ucap Sakura gugup.

Sasuke tersenyum, mengangkat dagu Sakura dan menciumnya, bukan ciuman lembut, tapi ciuman panas dan penuh nafsu, membuat Sakura kehilangan oksigennya.

"O-oi! Ini di tempat umum!" tegur Ino.

Sasuke melepaskan ciumannya, "Wajah memohonmu itu mengingatkanku tadi malam, kembalinya aku nanti, akan kubuat kau tidak bisa jalan."

Wajah Sakura merona pesat dan Sasuke hanya tertawa. Semua tersenyum melihat keberangkatan Sasuke, Sakura pun tidak bisa menangis karena kalau dia menangis itu akan menjadi bebas Sasuke nantinya.

.

.

Beberapa bulan terlewati, Sakura menjalai therapy di temani oleh Itachi, kini suaranya sudah kembali seperti semula, tapi bukan berarti dia sudah bisa berteriak sesuka hatinya. Shikamaru di tawari kerja di perusahaan ayah Naruto, tentu saja langsung di terima oleh Shikamaru, karena saat ini Ino tengah mengandung anaknya.

Sedangkan Hinata dan Naruto tambah mesra dan makin lengket, hebat mereka belum kebobolan sampai sekarang, berbeda dengan Shikamaru dan Ino, mungkin Shikamaru ingin cepat-cepat mempunyai anak dari Ino, karena Ino sedang mengandung, maka Ino keluar dari sekolah sampai bayinya lahir.

Hari festival telah tiba, dimana Sakura akan bernyanyi di aula sekolah yang besar itu, solo pula dengan Itachi yang mengiringinya memakai piano. Terlihat Hinata dan Naruto duduk paling depan, Ino yang sedang dibantu duduk oleh Shikamaru, kandungannya sudah 5 bulan sejak kepergian Sasuke.

"Terima kasih semua telah menghadiri festical sekolah kami, untuk acara penutupnya, aku akan mempersembahkan lagu ini untuk kalian, juga untuk lakilaki yang snagat kucintai," ucap Sakura sambil membungkuk.

Itachi memulai mendentingkan pianonya, dan Sakura mulai mengeluarkan suaranya, suara yang selama ini dia dambakan kini keluar dengan sangat merdu. Namun di pertengahan lagu, kata-kata yang keluar dari mulu Sakura terhenti, tapi dentingan Piano Itachi masih terus berjalan. Mata Sakura terbelalak, mulutnya terbuka sehingga dia harus menjatuhkan mic-nya karena kedua tangannya kini menutup mulutnya.

Ino bertanya-tanya, ada apa dengan Sakura? Kenapa matanya focus pada sesuatu di belakangnya? Ketika Ino dan seluruh penonton menoleh, Ino tersenyum.

"Ah, dia datang membawa kejutan yang sangat menyebalkan," ucap Ino sambil mengelus perutnya.

Sosok seorang laki-laki memakai suit hitam, membawa bouquet bunga mawar merah yang besar, juga kotak kecil yang digenggam ditangan kanannya, laki-laki itu menghampiri Sakura yang masih syok, di depan banyak orang, laki-laki itu berlutut setengah kaki, menyerahkan bunga dan kotak kecil itu, begitu kotak itu terbuka, terlihat sebuah cincin berlian yang sangat indah.

"Saat berumur 18 nanti, maukah kau menikah denganku?"

Sakura langsung mengangguk, air mata yang dia tahan dari tadi kini diluapkan begitu saja, dan dia langsung memeluk laki-laki itu.

"Aku mau! Sasuke."

Itachi masih terus memainkan pianonya, semua bertepuk tangan, ternyata Itachi dan Sasuke sudah merencakan hal ini, karena saat ini mata mereka berdua saling berkedip satu sama lain.

.

.

Festival sekolah telah usai dan berakhir dengan sukses, seluruh pengunjung memberikan kesan postif pada festival itu, karena selain menyediakan fasilitas yang nyaman, festival itu banyak sekali hiburannya, dari band sekolah sampai pertunjukan-pertunjukan aneh. Saat ini Sasuke sedang bersender di loker sepatu menunggu Sakura yang sedang ganti baju, kedua tangannya masuk di dalam saku.

Sesaay dia merasakan ada sebuah lengan mungil yang melingkar di lengannya, "Maaf lama menunggu."

Sasuke tersenyum melihat Sakura yang menempelkan tubuhnya menjadi manja, "Kita pulang?" tawar Sasuke.

"Ng," jawab Sakura.

Mereka berdua melangkahkan kaki menuju luar, saat langkah pertama, salju turun dari langit, keduanya mendongak ke atas bersamaan,"Salju," gumam Sakura.

Sasuke mengeratkan genggaman tangan Sakura, "Sakura."

"Hmm?"

"Ingat apa ucapanku sebelum aku berangkat?"

Sakura mematung, dia sangat ingat apa yang di maksud oleh Sasuke, "eerr tunggu dulu."

"Tidak ada kata tunggu, selama lima bulan aku tidak pernah melakukannya, kau harus tanggung jawab."

"K-Kenapa aku?" protes Sakura.

"Karena setiap kali aku meneleponmu, kau selalu menggodaku, sekarang ayo kita ke hotel!"

"Hah? Tidak mauuuu, aku mau pulaaang~"

"Ayah dan Ibu sedang pergi keluar kota, sekali-kali aku ingin melakukannya di hotel mewah," ucap Sasuke mengabaikan rontaan Sakura.

"Tidaaaaaak."

"Kau yakin tidak mau?" tanya Sasuke sambil memeluk pinggang Sakura dan mengecup pelan leher wanita itu.

"Ng~… a-aku maluu~"

Sasuke terkekeh melihat Sakura yang seperti ini, dia menuntun Sakura masuk ke dalam mobilnya, saat Sasuke membukakan pintu, "Silahkan masuk, Nyonya Uchiha."

Sakura tersenyum lembut dan berkata, "Terima kasih, Tuan Uchiha."

The End


A/N : Terima kasih semuanya sudah mengikuti your voice sampai tamaaaaaat XD thank youuu thank youuu walaupun typo bertebaran, yang penting thank youuuu XD

di tunggu lover eternalnya yaaaaah yang updatenya ngga tau kapan, wakakakkakaa, becanda... aku akan usahain update secepetnya kok :D

untuk tamatnya fict ini, sekali lagi maaf yah kalau tamatnya ngga sesuai keinginan kalian...

untuk saat ini aku belum kepikiran untuk bikin fict baru lagi, aku mau namatin lover eternal dulu, aku juga bikin fict ringan kok... heheheee

oh iya, jangan lupa baca When The Truth Says The True yaaah... itu fict collab aku dengan Suu Foxie... Sakura-Ino tapi pairnya ada SasuSaku, SaiIno, ItaIno, SaiSaku... pokoknya rumit deh, hahahahaa... dibaca yaaaah :D