Iseng-iseng lg ga da kerjaan bikin ini ^_^ Kisah OC yang nyasar ke Jaman Three Kingdoms tapi kostumnya ala DW-nya Koei,
*DW Charas are belongs to Koei
...
Fiona berlari riang menuju lift. Hari ini kepastian dia diterima bekerja di PT Sip, sebuah perusahaan elektronik terbesar di kotanya. Besok ia akan memulai hari barunya sebagai Junior Accountant PT Sip. Sebagai fresh graduate dari perguruan tinggi ternama tentunya sebuah kebanggaan untuk langsung diterima di perusahaan terbesar itu. Fiona menelpon ayahnya agar menunggunya di area parkir dan segera menuju lift.
Fiona menekan tombol 1. Saat pintu lift terbuka, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang dari arah belakangnya, mendorongnya ke dalam lift yang terbuka. Namun lift itu tidak seperti lift biasa, tidak berpintu, hanya berupa sebuah lubang hitam besar. Dengan sangat ketakutan Fiona meraih dinding pembatas agar tidak terdorong masuk kesana. Namun angin itu sangat kencang, bahkan teriakan minta tolongnya kalah kencang dibanding suara angin itu. "Kenapa tidak ada yang menolongku? Kemana semua orang?" Pikir Fiona sambil tetap berusaha bertahan. Tiba-tiba sesuatu mengenai kepalanya, sesaat pandangannya kabur, pegangannya merenggang, dan "Aaaa..." Fiona terbawa kedalam lubang hitam itu...
...
BRUUK! "Aduuhh.." Aku cuma bisa meringis saat terhempas di antara daun kering ini. Astagaaa, dimana ini? Hutan? Kenapa aku bisa berada disini? Uuhh, kepalaku sakit..
Aku mengedarkan pandangan dengan kepala yang masih pusing. Benar-benar hutan belantara, hanya ada pohon, semak belukar, hari yang menjelang malam, aaarrgghh, bagaimana ini? Bagaimana jika nanti aku bertemu harimau, singa, beruang, atau hewan buas apapun? Bagaimana jika nanti aku tidak bisa keluar? Bagaimana nanti jika aku bertemu hantu? Tunggu! Apa barusan? H A N T U ? ? Tidaaakk... Jangan sampai bertemu dengan makhluk yang satu itu! Aku lebih baik mati diterkam singa! Astagaaa, tidak, tidak...
Sebentar, apa itu? Aku mendengar bunyi sesuatu, manusia kah? Atau... Ah, syukurlah, aku begitu lega saat melihat sesosok manusia, ya, meskipun tidak begitu jelas karena mataku minus 1, sementara kacamataku entah dimana, didukung suasana yang mulai gelap, melengkapi kekacauan pandanganku.
"Ah, Pak, anu, saya tersesat, bisakah Anda menolongku?" Aku bertanya karena sosok itu memang terlihat seperti bapak-bapak, sekitar 40 tahunan. Dia berjalan kearahku.
"Ada apa, nona? Kau... Tersesat?" Heh? Nona? Bahasa apa itu? Kuno sekali! Aku baru bisa melihat dengan jelas sosok brewok itu menyeringai dengan senyum menyeramkan sambil terus berjalan ke arahku. O-o, it's not good. Aku melangkah mundur. "Hm? Kenapa, nona? Kau meminta bantuanku kan? Aku akan membantumu nona cantik, hehehehe.." Tiba-tiba ia bersuit, dan 1,2,3,4, ya, 4 orang temannya lain muncul. Ya Tuhan, apa ini?
"Ada apa, teman? Hm? Siapa gadis kecil ini?" Kata yang berbadan kurus. Apa? Gadis kecil? Aku sudah 22tahun! Tapi aku hanya diam, sepertinya berbicara hanya akan mempersulit keadaanku. Pria brewok itu menjawab, "Nona ini butuh bantuan kita, bukan begitu, nona?" Aku tidak menjawab, hanya melangkah mundur. "O, aku tahu, sekarang sudah menjelang malam, cuaca mulai dingin, dan dia butuh kehangatan, betul kan, nona? Hmm, aku akan memberikan kehangatan, lihat pakaiannya yg sudah tidak berbentuk itu, pasti dingin ya? Hahahahah.." Kurang ajar! Akupun baru sadar kalau blazer yang tadinya kupakai sudah tidak jelas bentuknya. Blazer maroon itu lengan sebelah kirinya sudah tidak ada, sementara bagian perutnya robek, termasuk kemeja didalamnya, dan tentu saja sebagian tubuhku kelihatan. Astaga, kenapa bisa begini? Mana semuanya compang-camping lagi. Celana panjangku malah tinggal 3/4 dengan potongan yang juga tidak jelas. Seperti gelandangan!
"Ternyata gelandanganpun ada yang berwajah cantik begini ya, kukira hanya para bangsawan saja yang setiap hari bersolek." kata yang paling pendek sambil melangkah maju. Aku mundur. Kakiku menyentuh potongan kayu yang cukup besar. Secepat kilat aku meraihnya,"Jangan mendekat..!" Aku memegang kayu itu. Si brewok malah tertawa,"Hm? Tentu saja kami akan mendekat, nona, karena kau butuh bantuan dan kami akan membantumu hehehehehe.."
Saat si pendek melompat ke arahku, akupun mengayunkan kayu itu sekuat tenaga dan mengenai wajahnya, ia terjatuh, "Grrrhh, nona, kau membuat kesalahan besar!" Aku langsung berbalik dan lari sekuat tenaga, meskipun kepalaku masih terasa sakit, meskipun tanpa sepatu, meskipun tubuhku luka terkena ranting aku tak peduli.
Aku terus berlari hingga tak menyadari ada ranting membentang, aku terjatuh, kayu tadi terlepas dari genggaman ku. Si brewok dan teman-temannya muncul,"Bocah itu harus membayarnya! Dia melukai wajahku!" Seru si pendek yang tadi kupukul dengan kayu. Yang paling kurus pun bergerak maju, aku menendangnya dengan sisa-sisa tenagaku. "Oow,gadis nakal ini harus diberi pelajaran" katanya. Si brewok melompat ke arahku, tanpa bisa kuhindari dia meraih tanganku, aku tak bisa bergerak. "Lepaskan! Dasar orang gila, lepaskaaann.. Toloong!" Teriakku. "Tentu saja, tapi setelah kau membayar ini!" Kata si pendek menunjuk wajahnya yang lebam. Aku terus meronta dan berteriak minta tolong, tapi pegangan si brewok ini begitu kuat.
Saat tangan si pendek terulur ke arahku, tiba-tiba, "Hey, lepaskan dia!" Seseorang berkuda berteriak ke arah para bandit ini. "Siapa kau? Berani ikut campur urusan kami!" Balas si brewok. "Nona itu tadi berteriak minta tolong. Aku hanya minta kalian melepaskannya."
"Kau! Anak kecil sok tau!" Si kurus menyerang orang itu. Ah, tidak begitu jelas, dari suaranya jelas ia masih muda, seumurku barangkali? Memakai baju merah keemasan dan membawa 2 pedang. Pakaian mereka aneh, bahasa yang mereka gunakan juga. Lalu, memakai kuda? Tempat apa ini? Sementara pemuda itu bertarung dengan keempat penjahat itu, aku berusaha melepaskan diri dari cengkraman si brewok.
Sebentar saja, keempatnya sudah terkapar tak berdaya. Pemuda itu melihat ke arahku dan si brewok, "Lepaskan dia"
Si brewok mulai kehilangan akal,
"Kau mendekat, kubunuh dia!" Tiba-tiba si brewok mengeluarkan pisau dari sakunya dan mengarahkan ke leherku. Seketika aku yang dari tadi merunduk untuk melepaskan diri mengangkat wajahku dan melihat ke arah si penolongku. Ya Tuhan, ternyata dia... Tampan sekaliiii (astaga mau pingsan rasanya) Aku bisa melihatnya jelas sekarang, dari jarak yang (mungkin) hanya 5 meter ini. Pemuda berusia sekitar belasan tahun, atau 20? Memakai topi (yang menurutku seperti topi vampir china di tipi2). Eh tunggu! Aku merasa pernah melihatnya, tapi dimana ya? Ah, kepalaku sakit.. Dia menatap si brewok,
"Kau coba saja" ujarnya.
Setelah itu dengan gerakan yang sangat cepat dia sudah berada dibelakang si brewok, memukul belakang kepala si brewok, dan, si brewok pun pingsan.
"Kau baik-baik saja nona?" Astaga, dia memegang bahuku. Aku mengangguk, "Terima kasih telah menolongku.." Tiba-tiba kepalaku pusing dan berdenyut-denyut, ada apa ini..? Aku berbalik dan berjalan, ya, aku tidak tahu mau kemana, yang pasti aku harus menemukan jalan kembali ke tempat asalku, atau tempat untuk istirahat dan menjernihkan pikiranku. "Nona, tunggu, dimana rumahmu? Kondisimu.. A..aku akan mengantarmu!" Katanya sambil berlari ke arahku. Mataku berkunang-kunang dan aku menunjuk sebuah arah, jujur, aku tidak tahu apa yang kutunjuk, aku sudah tidak sanggup berpikir, aku..bahkan..tidak sanggup..berdiri.. "Nona,nona! Kau tidak apa-apa? Bertahanlah.." Itu...kata-kata terakhir yang kudengar...