Warning : GAJE, OOC, TYPO bertebaran, AU, tema berat. TransGender. Etc.

Flame jangan tapi kalau concrit sangat boleh^^

Disclaimer : Super Junior milik diri mereka sendiri dan Tuhan.

Rated : M

cast : SiBum and other cast of SuJu.

Genre : Suspene. Mystery

.

.

.

.

"Bummiiee… kembalikan hand-phone ku!" Sungmin berteriak ke arah seorang gadis berambut coklat panjang bergelombang yang sedang berlari ditengah-tengah kerumunan orang-orang.

"Ayo-lah Minnie. Kau itu sangat lamban untuk ukuran orang yang suka berolah raga." Gadis yang dipanggil Minni itu mendengus kesal dengan nafas yang terputus-putus setelah berusaha mengejar Kibum yang sudah lebih dahulu menaiki anak tangga sambil membawa ponselnya dan sudah pasti iseng untuk membaca isi e-mail yang Kyuhyun kirimkan untuknya.

"Kau saja yang tenaganya seperti kuda." Kibum memutar kedua bola matanya. Bosan!

Kibum memperhatikan semua orang yang sibuk berlalu lalang di sekitar kuil yang sangat besar dan megah ini. Diperayaan akhir tahun seperti ini, tentu saja ada banyak orang yang akan datang ke Kuil sekedar untuk berkunjung atau pun berdoa seperti yang akan mereka lakukan. Gadis itu merapatkan jaket merah muda yang membalut tubuh mungilnya untuk menghindari udara dingin yang terasa menusuk kulit.

"Kembalikan!" Sungmin mengambil ponselnya yang direbut paksa oleh gadis itu. Membuat wajah Kibum cemberut seketika.

"Ngomong-ngomong, kenapa Wookie masih belum datang juga?" Kibum mengedarkan padangannya keseluruh penjuru, berusaha menemukan seorang gadis mungil yang dikenalnya.

Baru saja Kibum akan menekan nomor yang sudah dihapalnya luar kepala saat ujung matanya mendapati seorang gadis yang sedang tersenyum bersama dengan seorang pria berkulit putih dan berambut coklat sedang berdiri tidak jauh darinya. Gadis yang punya hobi memasak itu melambaikan tangan ke arahnya.

"Kenapa kau datang terlambat?" mata Kibum melirik ke arah seorang pemuda berambut coklat yang berdiri di samping Ryeowook dengan senyuman aneh dibibirnya.

"Maaf, tapi aku harus menemani Yesungie-Oppa sebentar. Apa kalian sudah berdoa?"

"Belum. Kami menunggumu." jelas Sungmin. Gadis itu sama penasarannya dengan Kibum yang terus melirik secara diam-diam pada Yesung yang sepertinya tidak sadar sedang diperhatikan. Pemuda itu sedang memperhatikan arsitektur kuil yang sangat unik dengan pandangan aneh.

"Kau berdoa apa?" tanya Ryeowook pada Kibum.

"Rahasia." jawab gadis itu sambil memelet-meletkan lidahnya ke arah gadis mungil itu.

"Kalian pernah mendengar tentang legenda kuil ini?" suara Yesung memecah keheningan diantara mereka. Tiga kepala lantas menoleh dengan wajah penasaran.

"Legenda? Legenda apa?" tanya Kibum antusias, dia memang yang paling tertarik kalau sudah berkaitan tentang hal-hal yang mistis.

"Konon, dulu katanya di sini disegel kekuatan sang pangeran kegelapan."

Yesung lantas menceritakan semua yang dia ketahui pada ketiga gadis itu yang menatapnya dengan pandangan antusias, dimulai dengan pertemuan sang pangeran kegelapan dan seorang gadis desa. Mereka pertama kali bertemu saat si gadis mengalami kesulitan saat berada ditengah hutan belantara, dan pangeran lah yang menyelamatkannya dari cengkraman maut.

Pada pandangan pertama, hati si gadis telah terjerat dan bersedia menyerahkan dirinya pada bulan purnama berikutnya dengan satu syarat yang harus dipenuhi oleh si pangeran. Bahwa pangeran harus berjanji padanya untuk tidak menjadikan warga di desanya sebagai tumbal dan pangeran menyetujui syarat itu. Tetapi para penduduk desa yang mengetahui perihal tersebut tidak terima kalau putri kepala desa mereka menyerahkan dirinya. Mereka lantas menyembunyikan gadis itu di suatu tempat yang tidak akan pernah diketahui oleh pangeran. Sang pangeran yang mengetahui hal itu pun menjadi murka dan membunuh semua penduduk desa tanpa ampun. Darah berceceran di mana-mana, bagian tubuh yang terpotong berserakan ke segala arah. Saat mengetahui pengorbanan penduduk desa untuk menyelamatkan dirinya, si gadis merasa bersalah dan kemudian mengorbankan dirinya untuk menyegel kekuatan sang pangeran di sebuah batu kristal.

"Jadi apakah batu itu ada di dalam kuil ini?" tanya Kibum.

"Entahlah, mereka sudah pernah mencarinya. Tapi hasilnya tetap nihil. Mungkin itu hanya sekedar cerita saja." Yesung mengangkat kedua bahunya acuh.

"Apa ada cara untuk melepaskan kekuatan pangeran yang disegel itu?" tanya Kibum antusias.

"Katanya, hanya bisa dilepaskan oleh orang yang menyegelnya." Yesung menatap kanopi hidup ciptaan yang Maha kuasa yang terasa sangat menyejukkan mata. Hanya saja cuaca hari ini tidak terlalu bagus, angin berhembus sangat kencang menerbangkan pucuk pepohonan hingga menyebabkan bulu roma ketiga gadis itu meremang.

Kibum mengangguk-angguk. "Tapi, bukankah gadis itu sudah meninggal beratus tahun yang lalu?"

"Dari legenda yang aku ketahui. Gadis itu akan bereinkarnasi saat matahari bertemu dengan bulan." Yesung berucap lirih. Suaranya terdengar sangat rendah dan dalam.

"Aku jadi penasaran, bagaimana kalau kita masuk ke dalam dan mencari batu kristal itu?" Demi segala yang ada diseluruh jagat raya ini, Sungmin sudah menduga Kibum akan mengatakan hal itu. Kadang kala rasa penaran gadis itu terlalu melewati batas hingga nyaris mempersetankan segala hal.

"Aku tidak setuju!" Sungmin berucap tegas.

"Kenapa?" tanya Kibum heran. Dahi gadis yang mendapatkan julukan snow-white itu berkerut bingung.

"Karena kau selalu seperti itu, Bummie. Kau selalu berusaha membahayakan dirimu sendiri hanya untuk memuaskan rasa pensaranmu yang keterlaluan, kadang aku berpikir apa yang sebenarnya kau cari?"

Kibum mendengus dan memutar bola matanya dengan lagak dramatis. "Dan kau selalu saja bersikap sinis seperti biasanya. Memang apa bahayanya memasuki sebuah kuil, fakta kalau kuil ini tidak mungkin runtuh kecuali kalau terjadi gempa." Kuil ini memang sudah sangat sering mendapatkan renovasi secara berkala dari pemerintah karena dianggap sebagai salah satu asset untuk menarik minat wisatawan sekaligus juga adalah peninggalan sejarah.

"Bukan masalah apakah kuil ini akan runtuh atau tidak. Tapi aku sedang membicarakan dirimu yang selalu dipenuhi rasa penasaran. Ingat, kau sudah hampir beberapa kali celaka." Sungmin mengingatkan gadis itu, tapi seperti biasanya, nasihat gadis itu hanya akan masuk melalui kuping kanan dan keluar lagi melalui kuping kiri. Bukan Kim Kibum namanya kalau gadis itu tidak menentang kata-kata orang lain. Benar-benar tipikal gadis yang keras kepala.

"Apa kau takut?" tanya Kibum meremehkan. "Padahal kau adalah senior ku." Sungmin adalah senior Kibum berlatih martial art.

Sungminmengatupkan rahangnya. "Ini sama sekali tidak ada hubungannya. Kenapa kau jadi membawa-bawa tingkatan strata?"

Untuk pertama kalinya Kibum tersenyum. Dan persetujuan untuk masuk menjelajahi bagian dalam kuil itu keluar bukan karena gadis maniak pink itu setuju, tetapi karena merasa sangat tersinggung hingga nyaris naik darah.

Mereka memutuskan untuk memasuki kuil melalui pintu belakang agar tidak ada seorang pun yang mengetahui kalau mereka sudah menerobos kuil secara diam-diam. Masing-masing dari mereka memperhatikan setiap ornament yang di pajang di dinding atau pun diletakkan begitu saja di banyak tempat. Tidak ada yang salah dari apa yang mereka temukan.

Kaki Ryeowook tersandung ujung sepatunya sendiri dan kemudian hampir saja terjatuh membentur dinding, tangannya panik mencari-cari pegangan dan tanpa sengaja menggeser sebuah lukisan hingga terjatuh dari gantungannya.

Dinding tempat lukisan itu tergantung berbeda dengan dinding lain yang mereka temukan di dalam kuil. Di dinding itu seperti terbagi menjadi beberapa bagian dengan tulisan aneh yang dikenali Kibum sebagai kanji jepang kuno yang pernah dipaksa oleh neneknya untuk mempelajari kanji itu. Entah untuk tujuan apa?

Kibum mendekat ke arah Ryeowook yang tekat dibantu Yesung dan Sungmin untuk berdiri dari jatuhnya yang tidak elit, tapi bukannya ikut membatu Ryeowook seperti yang dilakukan kedua temannya, Kibum justru malah sudah seperti terhipnotis dan menatap tulisan di depan matanya dengan tatapan aneh. Matanya seakan tidak beralih pada hal lain. Permukaan jemari Kibum menyentuh kanji jepang kuno timbul yang diukir di permukaan dinding yang terasa kasar di kulitnya.

"Kau bisa membacanya?" tanya Yesung sambil memperhatikan Kibum.

"Ya, sedikit. Waktu kecil aku pernah mempelajarinya!" tangan gadis itu bergeriliya menelusuri setiap bagian dari ornament itu. Mencari-cari sesuatu. Kibum menekan beberapa bagian dari ukiran terpisah itu secara berurutan.

Terdengar adanya suara seperti goncangan yang berasal dari dalam tanah, tidak berapa lama muncul sejenis lubang yang terbuka dilantai kuil dengan tangga yang menjorok ke arah bawah. Ke empat kepala anak manusia itu melongok ke arah tangga itu.

Sungmin mendongak menatap Kibum. "Bagaimana kau melakukannya?" tanya Sungmin heran.

Gadis pemilik rambut coklat sepinggang itu hanya mengangkat bahu tanda tidak mengerti. "Aku juga tidak tahu!"

"Apa arti dari tulisan yang ada di dinding itu?" kali ini suara Ryeowook yang memecah keheningan, matanya mengamati ukiran aneh yang menempel permanent di dinding berlumut.

"Entahlah. Aku juga tidak terlalu mengerti. Sesuatu yang ada hubungannya dengan darah, bulan, kematian, dan," Kibum menghela nafas sebelum melanjutkan "gerhana." Yesung menatap Kibum dengan pandangan takjub.

"Apa kita akan masuk ke sana?" tanya Ryeowook sambil menatap ke arah lorong gelap yang ada di depan mata mereka.

Kibum tidak menjawab. Gadis itu melangkahkan kakinya ke arah tangga dan mulai berjalan masuk ke dalam kegelapan.

Tubuh Ryeowook sudah bergetar hebat saat mereka semakin jauh melangkah kedalam lorong yang berbau seperti pemakaman, ada banyak binatang yang berlalu lalang di samping kaki mereka yang menjejaki lantai ragu-ragu, membuat gadis pirang itu memekik nyaring dan refleks membuat yang lain ikut terkejut. Beruntung Yesung membawa senter kecil yang digunakan sebagai penerangan utama untuk menerangi lorong sempit yang diselimuti pekatnya kegelapan.

Sementara Ryeowook sibuk mengatasi rasa takut yang menggrogoti relung pikirannya, Kibum malah dengan santai melangkahkan kakinya semakin jauh ke depan dengan Yesung sebagai penunjuk jalan sedangkan Sungmin terlihat tenang-tenang saja, padahal dalam hati gadis itu sudah sibuk merutuki rasa penasaran Kibum yang kelewat batas itu hingga lagi-lagi membuat mereka harus berlibur di tempat yang tidak menyenangkan. Ralat, sangat tidak menyenangkan! Belum lagi kenyataan bau tempat ini seperti bau kematian.

"Gyaaaaa….." Ryeowook berteriak sangat kencang hingga membuat yang lainnya terlonjak kaget.

Kibum menutup matanya, Yesung yang menatap datar dan Sungmin yang refleks menolehkan kepalanya ke arah lain begitu tangan Yesung bergerak untuk mengarahkan senter yang dipegangnya ke arah seonggok tubuh tidak bernyawa yang telah membusuk dalam keadaan mengenaskan. Kepalanya seperti telah terpotong benda tajam. Banyak tikus yang menggerogoti tubuh mayat itu hingga menyebabkan adanya banyak lubang. Tikus-tikus itu mendesis tajam dan kemudian berlari pergi karena merasa terganggu oleh adanya cahaya.

Mereka saling bertatapan sesaat. "Berarti ada orang yang pernah masuk ke dalam sini." suara Kibum memecah keheningan diantara mereka, tidak ada yang sanggup untuk berkomentar.

Ryeowook sudah tidak sanggup lagi sekarang, gadis itu sejak awal memang yang paling ketakutan dan mengalami sejenis serangan panik yang berlebihan hingga akhirnya menangis. "Sebaiknya kita keluar saja. Aku takut!" suara gadis itu terdengar sangat lirih.

"Wookie benar, Bummie! Sebaiknya kita keluar dari sini secepatnya sebelum sesuatu yang buruk terjadi." Kali ini Sungmin benar-benar sangat setuju dengan keinginan Ryeowook.

Kibum membalikkan tubuhnya ke arah Sungmin, menatap wajah ketiga temannya. Ryeowook yang sesenggukan dengan wajah dipenuhi lelehan airmata, sedangkan Sungmin menatapnya dengan mata berbinar penuh harap. Sementara Yesung tidak berkomentar, dia lebih memilih mengikuti keputusan suara terbanyak saja.

Kibum menghela nafas. "Baik…..gyaaa…." belum sempat gadis itu menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya sudah lebih dahulu tergelincir masuk ke dalam lubang yang tidak mereka sadari keberadaannya. Yesung bergerak secara refleks untuk menarik tangan Kibum sebelum tubuh gadis itu terjebak masuk ke dalam kegelapan. Tapi terlambat.

Tubuhnya terlempar masuk ke dalam kolam air berwarna hitam pekat seperti lumpur yang berbau anyir dan sangat kotor. Perlahan Kibum menggerakkan tubuhnya untuk berenang ke tepi. Beruntung dia tidak mati terjatuh dari ketinggian seperti itu. Matanya sekilas menatap lubang tempat dia terjatuh tadi.

Kibum tidak dapat memastikan keberadaannya sekarang. Dia mencoba merogoh kantong celananya dan mendapati ponsel lipat kesayangannya sudah tidak dapat difungsikan lagi. Tidak terdengar apa pun kecuali bunyi helaan nafasnya dan detak jantungnya yang berdetak sangat kencang. Meski pun telah kerap kali mengakibatkan dirinya sendiri berada dalam situasi seperti ini, bukan berarti dia terbiasa.

Gadis itu berdecak kesal. Dasar sial!

Kibum melangkahkan kakinya perlahan. Dengan minimnya penerangan seperti sekarang ini, Kibum tidak bisa bertindak gegabah. Dia harus bisa menemukan jalan keluar dengan usaha sendiri, tidak akan ada yang bisa menolongnya keluar dari tempat terkutuk ini kecuali dirinya sendiri.

Kibum tidak tahu harus pergi ke mana, hanya mengikuti ke mana instingnya menuntun. Dan di depannya sekarang sedang berdiri sebuah pintu yang terbuat dari kayu dengan ukiran-ukiran aneh. Ada seberkas cahaya yang menuntunnya melangkahkan kaki hingga sampai ditempat ini. Dengan sedikit tenaga Kibum mendorong ruangan itu dengan menggunakan tangannya hingga pintu terbuka.

Kibum mengerjapkan matanya beberapa kali saat menyaksikan pemandangan yang ada di depan matanya. ruangan kosong melompong dengan obor yang diletakkan di dinding. Aneh sekali, siapa yang menyalakan obor di tempat seperti ini? Apa mungkin ada seseorang yang mau berdiam di tempat mengerikan seperti ini? Di depannya sekarang berdiri menjulang sebuah pohon besar yang keberadaanya sangat mencolok. Kenapa ada pohon di tempat seperti ini? Kibum mendengar batinnya berbisik.

Kibum menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menepis semua pikiran buruk yang berkelebat di otaknya. Tangannya terjulur untuk menyentuh bagian pohon tua yang sudah ditumbuhi lumut dan jamur. Terasa kasar saat permukaan telapak tangannya mendarat di permukaan pohon. Pohon tua ini terlihat sangat menyedihkan, dengan rantingnya yang sudah tidak ditumbuhi oleh dedaunan dan batang tua yang terlihat sangat lapuk. Sepintas pohon itu tidaklah berbeda dengan pohon mati. Yang membedakan hanyalah pohon tua itu mengeluarkan sejenis aura menyeramkan yang menegakkan bulu roma.

Mata coklat Kibum menangkap adanya siluet kristal yang tertanam di dalam pohon dan tertutup lumut-lumut. Kibum mengedarkan pandangannya ke sekitar, berusaha mencari-cari benda apa pun yang bisa dia temukan untuk mengeluarkan benda itu dari tempatnya.

Kibum mencongkel benda itu dengan menggunakan sebuah ranting pohon yang terlihat masih kuat dan dan tanpa kesulitan berhasil mengeluarkan benda itu tanpa harus memecahkannya. Sekarang di genggaman tangannya ada sebuah bola kristal bening yang membiasakan warna-warna cantik seperti pelangi saat tertimpa cahaya.

Tiba-tiba saja bola kristal itu mengeluarkan cahaya terang yang membutakan mata dan kemudian semuanya menjadi gelap.

.

.

.

Kibum mengerjapkan matanya yang terasa sangat berat. Kepalanya serasa seperti ditimpa sebuah batu yang sangat besar. Telinganya masih berdenging. Dia melihat Ryeowook menghambur memeluknya dengan wajah dipenuhi lelehan air mata..

"Syukurlah kau sudah sadar!" ucap Ryeowook disela-sela tangisnya. "Aku takut sekali kalau sampai sesuatu yang buruk menimpamu."

Kibum mengelus punggung sahabat mungilnya perlahan. "Sudahlah Wookie, aku baik-baik saja sekarang."

Tidak jauh dari mereka ada Sungmin yang sedang menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. Kibum tahu gadis itu juga merasakan hal yang sama dengan yang Ryeowook rasakan, hanya saja Sungmin bukanlah jenis gadis yang sentimentil hingga bisa menangis menumpahkan perasaan leganya di hadapan semua orang seperti yang sedang dilakukan Ryeowook sekarang. dia yang paling susah dibuat meneteskan airmata

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Kibum pada Ryeowook setelah gadis pirang itu melepaskan pelukannya.

Sungmin berjalan mendekat dan duduk di samping tempat tidur Kibum. "Kami menemukanmu dalam keadaan pingsan di dalam kuil. Di depan altar."

Ingatan Kibum melayang ke kejadian sewaktu mereka berada di dalam bagian kuil yang sepertinya tidak pernah diketahui oleh orang lain sebelumnya. Dia ingat kalau dia terpisah dari ketiga temannya dan kemudian menemukan sebuah batu kristal yang saat ia sentuh mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan dan semuanya menjadi gelap seketika.

"Lalu bagaimana aku bisa berada di depan altar? Bukankah aku terjebak di dalam?"

"kami tidak tahu. Kami mencarimu selama dua puluh empat jam. Tapi nihil, lalu kemudian penjaga kuil menemukanmu tergeletak di depan altar begitu saja."

Kibum mengernyitkan dahinya, dia merasa sangat heran dengan apa yang telah menimpanya. Mana mungkin secara tidak sadar dia berjalan keluar dari ruangan itu dalam keadaaan pingsan. Mustahil. Dan sekarang yang menjadi pertanyaan adalah di mana batu kristal itu berada? Semua rangkaian cerita berputar-putar di dalam kepalanya dan dia bahkan tidak bisa menghentikan dirinya untuk tidak memikirkannya hingga waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam.

Terdengar suara langkah kaki yang berjalan di lorong mendekat ke arah ruang rawat inapnya. Suasana sangat senyap. Kibum mencoba berpikir negative kalau langkah kaki itu mungkin saja langkah kaki seorang perawat yang mendapat giliran shift malam sedang berkeliling untuk memeriksa para pasien. Jadi dia mengacuhkannya. Dan tidak berapa lama langkah kaki itu tidak terdengar lagi.

Saat Kibum akan memulai memejamkan matanya untuk mencoba tidur, gadis itu mendengar adanya suara keran air yang dinyalakan. Padahal Kibum yakin sekali tadi suara itu tidak ada dan dia tidak merasa pernah menyalakan keran air hingga sederas itu. Kibum menatap ke arah tempat pintu kamar mandi berada. Jantung nya tiba-tiba berdetak dua kali lebih cepat. Tapi dia tidak takut. Dilangkahkannya kakinya menuju ke arah kamar mandi dan kemudian menyalakan sakelar kamar mandi yang ada didekat pintu. Tidak ada siapa-siapa. Yang ada hanya suara tetesan air yang meluncur keluar dari keran westafel yang telah mati.

Mungkin apa pun itu sedang bersembunyi dibalik tirai bak mandi. Disibaknya tirai itu dengan seleuruh keberanian dan Kibum tetap tidak menemukan apa pun atau siapa pun. Sial, aku dipermainkan! Kibum mulai merasa kesal.

"Hei….siapa kau sebenarnya? Apa yang kau inginkan? Kalau kau memang ada, keluar sekarang juga! Dasar pengecut." Kibum berteriak lantang ke arah udara, entah kepada siapa.

Tidak lama setelah itu terdengar suara tertawa sinis yang awalnya terdengar pelan dan kemudian menjadi semakin keras seiring dengan suara dentuman jantung Kibum yang sudah semakin tidak terkendali. "khu.. khu…khu…khu."

Kibum melihat siluet bayang seseorang yang sedang berdiri di dalam shower, Kibum tidak bisa melihat bagaimana sosok orang tersebut karena terhalangi oleh kaca pembatas shower yang buram. "Kenapa kau malah bersembunyi di sana? Ayo keluar!" Teriak Kibum penuh gelegar kemarahan.

Suara tawa itu bemetamorfosa menjadi desisan bengis yang tertahan dan sejurus kemudian yang terdengar hanya suara hembusan nafas dan dentuman suara jantungnya sendiri. Diputuskannya untuk melihat siapa orang yang sebenarnya sedang berdiri di dalam shower kamar mandi. Mata Kibum membelalak saat menyaksikan apa yang ia temukan, hanya ada sebuah handuk yang tergantung di dinding. Tidak mungkin dia salah lihat, dia mendengar dengan sangat suara tawa mengerikan yang membuat bulu roma menjadi berdiri. Bahkan dia masih bisa mengingat dengan jelas suara seseorang atau sesuatu yang berusaha mengganggunya itu.

"Hei…Siapun kau? Dengarkan aku! Aku sama sekali tidak takut padamu. Dasar pengecut sialan."

Sesaat setelah Kibum mengucapkan kalimat tantangannya, seluruh rumah sakit menjadi bergoncang dengan dengan sangat dahsyat. Membuat Kibum harus berpegangan pada dinding kamar mandi. Gadis itu terhuyung-huyung berusaha berjalan ke arah pintu dan keluar untuk menyelamatkan diri dengan berpegangang ke dinding. Apa mungkin ini karena kata-kata yang dia ucapkan tadi? Mana mungkin sampai mengakibatkan gempa sebesar ini? Omong kosong. Sesuatu seperti setan itu tidak pernah ada. Kalau pun ada, kenapa dia harus takut? bukankah mereka sama-sama ciptaan yang maha kuasa.

Kibum melihat banyak pasien dan juga para perawat yang berlarian menuju ke arah pintu masuk yang terletak dilantai satu. Sedangkan mereka sekarang berada dilantai Lima gedung rumah sakit. Sebuah reruntuhan langit-langit yang tiba-tiba saja terjatuh, membuat Kibum refleks mundur ke belakang untuk menghindar. Di tengah suara gemuruh teriakan ketakutan dan kepanikan orang-orang yang bercampur menjadi satu kala berusaha menyelamatkan nyawa masing-masing, Kibum melihatnya. Seorang pemuda yang berdiri di tengah-tengah lorong yang dipenuhi goncangan yang membuat seluruh akal sehatnya berhenti berfungsi.

Orang-orang terlalu ketakutan akan terjebak selamanya di dalam bangunan besar yang sedang digoncangkan bumi dengan dahsyat hingga sepertinya tidak menyadari adanya seorang pemuda mengenakan setelan jas formal hitam yang sedang berdiri dengan santai nya di tengah lorong yang disesaki orang-orang yang sedang mengalami kepanikan. Tidak jarang ada beberapa pasien yang terjatuh dan kemudian terinjak-injak oleh pasien lain yang berusaha menyelamatkan diri. Suasana rumah sakit yang tadinya sunyi mencekam sekarang dipenuhi oleh gema kesakitan dan ketakutan yang membaur menjadi satu.

Mereka masih berpandangan. Kedua manik mata Kibum menatap ngeri pada sepasang mata semerah darah yang berdiri tidak jauh darinya. Tidak diperdulikannya saat bahunya terdorong ke depan oleh orang-orang yang dilanda kepanikan. Kepalanya terasa kosong. Semua proses kerja otaknya terasa lumpuh entah karena apa. Yang ada dipikirannya saat itu hanyalah wajah pucat seorang pemuda bermata merah yang sedang menatapnya dengan sorot dipenuhi hasrat dan gairah, berputar-putar di dalam kepalanya dan membuat semuanya menjadi gelap seketika.

Tbc.

R

E

V

I

E

W

If u don"t mind?

Fic ini sudah sempat ku publish di-fandom Naruto. Tapi baru satu chapter. Dan responnya cukup positive. Dan karena aku ingin mencoba meramaikan fic multichapter Rated M yang masih sedikit di screenplay. Aku ingin berpartisipasi. Fic ini murni milikku. Dan aku sangat membenci bashing karakter, flame apalagi plagiatisme dan bentuk pelecehan yang lain.