Tentang Masa Depan, Natal dan Keajaiban
Disclaimer: Katekyou Hitman Reborn (c) Akira Amano
Pairing: D18
Warning: Shounen-ai, OC yang memegang peranan cukup penting.
Summary: Kehadiran seorang anak kecil dari masa depan mengubah pandangan Hibari tentang kehidupan.
Hari itu adalah hari yang tenang di Head Quarter Vongola. Tidak seperti biasanya, sebagian besar orang yang tinggal di sana masih menikmati sarapan pagi mereka dengan relatif tenang, kecuali sang Don Vongola Decimo itu sendiri.
Sawada Tsunayoshi, Don Vongola Decimo, sekarang berusia 26 tahun, sedang berada di ruang penelitian dan pengembangan teknologi yang berada jauh di bawah tanah Head Quarter Vongola dan dirahasiakan dari semua orang kecuali para Guardiannya dan Don Dino Cavallone.
Tsuna tidak sendirian. Dia ditemani oleh guru privat kesayangannya, seorang pembunuh bayaran yang paling ditakuti oleh semua orang dan salah satu anggota dari keluarga mafia legendaris: Arcobaleno. Reborn masih tetap memakai jas dan fedora kesayangannya dimana Leon, binatang peliharaannya, asyik bertengger disana.
Gianini, Irie Shouichi dan Spanner, tiga teknisi paling jenius di Vongola, sedang sibuk mengutak-atik komputer mereka yang jelas-jelas terhubung pada sebuah alat yang memakan sebagian besar tempat di ruangan itu. Alat tersebut diletakkan di tengah-tengah ruangan dan berbentuk seperti kapsul raksasa atau sebuah lift yang telah dimodifikasi dengan berbagai perlengkapan.
Untuk orang awam, mungkin alat tersebut terlihat sangat aneh dan tidak ada gunanya, namun Tsuna tahu lebih baik. Dia tahu bahwa alat tersebut adalah salah satu teknologi yang sedang dikembangkan oleh semua peneliti dan teknisi di Vongola berdasarkan pengalaman mereka ke 'masa depan' sepuluh tahun yang lalu.
Ya, mereka sedang mengembangkan mesin waktu. Tidak seperti Bazooka Sepuluh Tahun, orang-orang yang diberangkatkan ke masa depan atau masa lalu dengan alat ini tidak akan memiliki limit waktu dan bisa berada disana selama mereka mau.
Tentu saja, saat ini masih banyak kesalahan yang terjadi sehingga alat tersebut belum dapat dipastikan aman.
"Gianini, bagaimana perkembangan alat ini?" Tsuna bertanya sambil melihat ke arah laptop yang ada di depan teknisi itu.
"Saat ini semuanya berada dalam kendali, Boss, tapi masih dibutuhkan waktu sampai alat ini benar-benar bisa digunakan. Kami belum melakukan tes percobaan lagi." Gianini menjawab, tidak sekalipun memalingkan wajahnya dari layar laptop.
"Hm," Tsuna bergumam pelan sambil berjalan menuju ke arah alat tersebut. "Kalau ini benar-benar berhasil, teknologi ini akan menjadi sangat berharga," gumamnya. Tsuna mengamati alat yang sangat rumit tersebut dan dia melihat sebuah tombol berwarna hijau di bagian yang dia anggap sebagai pintu alat itu.
"Gianini, apa ini tombol pembuka pintunya?" Tsuna bertanya sambil menaruh tangannya di atas tombol hijau tersebut.
"Dame-Tsuna! Jangan menekan tombol apapun!" Reborn memperingatkan dari tempatnya.
"... eh?"
Peringatan Reborn terlambat. Tangan Tsuna yang tadinya hanya menempel di atas tombol itu, tanpa terasa telah menekannya karena terkejut dengan perkataan Reborn. Seketika itu juga lampu peringatan berwarna merah dan bunyi tanda peringatan memenuhi ruangan tersebut.
"A-apa yang terjadi? Gianini! Spanner!" Tsuna dengan panik menarik diri dari alat yang mulai bergetar dengan hebat itu. Sesampainya dia di tempat para teknisi itu, Reborn melancarkan satu tendangan ke sisinya dan Tsuna menerimanya tanpa protes. Dia dapat mengakui kesalahannya kali ini.
"K-kami tidak tahu apa yang terjadi, Boss!" Gianini menjawab dengan nada panik. Tangannya masih sibuk mengetik dengan sangat cepat di laptopnya.
"Hm ... ini aneh," Spanner, yang memang jauh lebih santai dari Gianini, berkomentar. "Aku mendapatkan reaksi kinerja dari alat itu, padahal seharusnya alat itu belum dapat melakukan apapun."
"Alat itu berfungsi, Spanner?" Reborn bertanya, mata hitamnya yang tajam tidak terlepas dari alat yang sekarang sudah mulai berhenti bergetar.
"Yah, nampaknya demikian." Spanner berkata santai.
"Eh? Bagaimana bisa?" Tsuna bertanya, matanya besar dalam kekhawatirannya.
"Saya tidak tahu mengapa bisa demikian, Boss, tapi Spanner benar. Nampaknya alat itu sedang berfungsi saat ini!"
"Jadi, akan ada seseorang dari masa depan yang datang di sini?" Tsuna bertanya dengan takjub.
Keempat orang tersebut kemudian mengamati alat yang sudah sepenuhnya berhenti bergetar itu. Beberapa saat kemudian, suara pintu mesin terbuka dapat terdengar jelas di ruangan tersebut dan kemudian ...
"EEEEEEEH?" Teriakan Tsuna dapat terdengar sampai ke ruang makan utama dimana para Guardian dan keluarga terdekatnya sedang menikmati sarapan. Mereka semua tersentak dari tempat duduk mereka dan bertanya-tanya apa yang terjadi. Gokudera dengan segera beranjak dari tempat duduknya dan berlari ke arah ruang penelitian. Disusul dengan Yamamoto, hanya beberapa langkah di belakang pria berambut perak itu.
Sementara itu, kembali di ruang penelitian Vongola, Reborn menyeringai kecil sambil menutupi wajahnya dengan fedoranya.
"Hm, nampaknya hal yang menarik akan segera terjadi."
.0.
Hibari Kyouya tidak suka berada di Head Quarter utama Vongola yang menurutnya terlalu dipenuhi oleh para herbivora. Terlebih lagi, Hibari Kyouya tidak suka saat waktu kerjanya di Foundation diganggu oleh sebuah panggilan dari Don Vongola Decimo yang memintanya untuk datang ke HQ Vongola.
Jadi, sudah jelas, Hibari Kyouya sedang berada dalam mood yang sangat buruk saat dia berjalan di koridor HQ Vongola saat ini. Aura membunuh jelas-jelas terpancar dari tubuh dan ekspresinya. Sebagian besar anggota Vongola yang melihatnya dengan segera berjalan mundur atau berdiri kaku tanpa berani mengeluarkan suara sedikit pun.
Yamamoto Takeshi dan Gokudera Hayato menyambutnya di pertengahan jalan. Hibari hanya memberikan kedua orang itu sebuah tatapan tajam yang akan membuat sebagian besar orang lari ketakutan. Yamamoto hanya tertawa lemah saat melihatnya sementara Gokudera hanya menatapnya dengan aneh, seolah ini adalah kali pertama dia melihat Hibari.
Kedua Guardian tersebut lalu mengantar Hibari ke ruang kerja utama Tsuna. Pria berambut hitam itu tidak berkata apa-apa, hanya membuka pintu kayu yang ada di depannya dengan cepat dan melangkah masuk.
Hibari hanya sempat berjalan beberapa langkah sebelum sebuah sosok berwarna hitam menerjang ke arahnya dan menabrak daerah abdominalnya.
"AYAH!"
Semua orang yang ada di ruangan itu—yang terdiri dari Tsuna, Reborn, Gokudera, dan Yamamoto—terdiam setelah mendengar teriakan tersebut. Mereka semua menahan napas dan menunggu reaksi dari Guardian Vongola yang terkenal atas kekejamannya itu. Well, semua orang kecuali Reborn yang jelas-jelas terlihat menikmati adegan di depannya saat ini.
Hibari dengan perlahan menurunkan pandangannya ke arah seseorang yang telah berani-beraninya memeluknya di depan publik seperti itu. Hal pertama yang dilihat oleh Hibari adalah sebuah kepala dengan rambut hitam.
Setelah beberapa saat, Hibari akhirnya meletakkan tangannya di atas kepala tersebut. Kemudian, kepala tersebut terangkat dan wajah seorang anak kecil yang sangat mirip dengan wajahnya terlihat tersenyum lebar ke arahnya.
"Ayah! Kenapa lama sekali?" tanya anak kecil tersebut sambil masih tersenyum lebar dan memeluk perut Kyouya dengan erat.
"... Siapa kau?" Hibari Kyouya bertanya dengan serius, namun suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya. Tanpa dia sadari, tangan kanannya, yang masih berada di kepala anak kecil tersebut, membelai rambut hitam yang sangat mirip dengan rambutnya sendiri.
Wajah yang sangat mirip dengan wajahnya—kecuali mata hazel yang dimiliki oleh anak kecil itu—terlihat cemberut. "Aww! Persis seperti yang Papa bilang, Ayah tidak akan mengenalku. Jahat!"
Hibari mengangkat alisnya tinggi dan mengalihkan pandangannya ke arah orang-orang dewasa yang ada di ruangan tersebut sampai akhirnya matanya yang tajam berhenti pada Tsuna. "Jelaskan," ujarnya singkat dengan nada yang jelas-jelas menunjukkan bahwa dia akan menggigit Tsuna sampai mati kalau dia tidak bisa memberikan penjelasan yang memuaskan.
Tsuna menelan ludah sebelum menjawab, "Erm, k-kau tahu kalau kami sedang mengembangkan sebuah mesin waktu, 'kan, Hibari-san?" Tsuna bertanya balik, tapi dengan segera dia melanjutkan perkataannya saat Hibari hanya menatapnya dengan tatapan tentu-aku-tahu-dasar-herbivora-bodoh. "Y-ya, ada sebuah kejadian tidak terduga saat kami menelitinya hari ini. Mesin tersebut berfungsi dan anak ini kemudian muncul."
"Anak itu bilang namanya Hibari Viero, umur lima tahun, dan dia datang untuk menemui Ayahnya ..." Tsuna jelas-jelas terdengar tidak yakin saat dia mengatakan hal itu.
Hibari tidak berkata apa-apa. Dia hanya menatap Tsuna dengan tajam sebelum mendorong anak kecil yang diketahui sebagai Viero itu menjauh.
"Siapa orang tuamu?" Hibari bertanya dengan tajam.
"Ayahku Hibari Kyouya! Papa bilang aku tidak boleh bilang kepada Ayah siapa dia, soalnya kalau aku bilang nanti Ayah akan marah dan menggigit Papa sampai mati!" Viero tertawa kecil setelah dia mengatakan hal itu.
Orang-orang dewasa yang ada di ruangan itu jelas-jelas terkejut saat mendengar bahwa Viero memiliki dua ayah dan tidak memiliki ibu sama sekali.
"... Begitu ya," Hibari mengguman pelan. Tangannya lalu membelai rambut Viero dengan lembut. Tsuna, yang menyadari hal itu, tampak terkejut. "Apa kau benar-benar berumur lima tahun, Viero?"
Viero mengangguk dengan bersemangat sambil tersenyum lebar ke arah Papanya itu. "Ya! Aku berumur lima tahun! Ulang tahunku tanggal 5 April, beda satu bulan darimu, Ayah!" anak kecil itu menjawab.
"Ho? Bagus sekali." Seulas senyum tipis muncul di wajah Hibari saat dia mengatakan hal itu. "Apa kau kuat? Kau nampak terlalu lemah untuk menjadi anakku." Ujarnya ringan.
"Aku kuat!" Viero dengan cepat membantah ucapan Papanya. "Papa dan Ayah telah mengajarkanku cara bertarung sejak aku berumur 4 tahun! Aku sudah bisa memakai tonfa!"
Kali ini Hibari menyeringai puas. "Bagus." Kemudian dia kembali menatap Tsuna dan bertanya ringan, "Hanya ini yang ingin kau katakan kepadaku, Sawada Tsunayoshi?"
Tsuna mengangguk pelan. "Ya. Hibari-san ... apa Viero ...?" Tsuna jelas-jelas tidak berharap Hibari akan membawa anak kecil itu bersamanya. Lagipula, Hibari tidak pernah mau berada bersama orang lain, apalagi seorang anak berusia lima tahun yang jelas-jelas akan membutuhkan pengawasan setiap waktu.
Karena itu, Tsuna sangat terkejut saat Hibari kembali menyeringai dan berkata, "Viero akan ikut denganku. Lagipula, dia anakku."