A/N: Ahahaha... Haha... Ha... Err... Masih adakah yang bersama saya di sini? Gomen na... Saya tau ini chapter keluarnya lama banget. Silakan, kalian mau timpuk saya dengan tomat, semangka, bahkan durian sekali pun, saya terima *gemetaran* Sebab, walau pun ingin OL, tapi saya bener2 ga bisa. Salahkan modem yg mendadak error dan nendang saya keluar terus dari jaringan koneksi internet ( TT ^ TT ) Makanya saya cuma bisa pakai modem punya adik, dan waktu berinternet jadi terbatas banget. Jadi, untuk beberapa waktu ke depan, saya bisa OL cuma seminggu atau 2 minggu sekali *ORZ* Mohon pengertiannya aja ya... Setiap OL saya bakalan langsung upload update-an semuanya. Tolong sabar ya, cuma sampai saya dapet modem lagi kok ( TT ^ TT ) Duh, lagi galau, jadi tambah galau gara2 ini *plak* Padahal kalo bisa upload melalui hape, enak sih... Tapi, ga mungkin... *swt*
Dan... Saya juga akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah, jadi ya... Haha. Gomen na... Ramblingnya kepanjangan *swt*
Terima kasih untuk kalian yang sudah bersedia mereview pada chapter sebelumnya ^^
F . Freyja: Aih, senangnya kalau kamu juga senang dengan adegan pengakuan di mobil itu~ :"| Ahaha... Gomen, yg kali ini lama...
grimmichiloverz: Hehe. Makasih, say~ *kecup* Ah, foreplay dan roleplay ya? Araa... Gomen kalo telat menjawab, tapi foreplay itu dipakai sebagai istilah dalam seks untuk menyebutkan bagian di mana seks tersebut dipakai main-main dulu. Misalnya dengan teasing pasangan. Kalau roleplay itu sama kayak foreplay, cuma ada skenario mini/buatannya. Contohnya mungkin kayak pasutri yg iseng main-main berperan sebagai guru dan murid sebelum kemudian ngeseks. Aih, semoga penjelasannya ga membingungkan ._.'
ndoek: Oh, Ichi bakalan lebih agresif lagi kok nanti2nya~ ;;) *menghindar dari zangetsu*
Ryuu: Hehe... Makasih ( ^_^ ) Di sini ga bakalan ada raep-lah, karena genrenya humor. Raep ada kok nanti, di cerita saya yg laen kalo kamu demen ;) *plakplakplak*
Aoi LawLight: Ehehehe... Sankyuu~ XDD Mantap ya gambarnya? Iya dong, Wing-Z emang numba wan deh X"D *apaan*
D: Iyah, Ichi di sini ga bakalan diapa-apain yg begitu kok~ ;)
Mucha boo: Ah, salam kenal, Boo-chan~! ( ^_^ )/ *ga enak banget panggilannya* *plak* Sankyuu banget ya~ Nanti2 lemon bakalan banyak kok~ Namanya juga Grimm n Ichi itu remaja yg hornian *bletakk*
Kei: Nanti2 saya usahakan lebih hot lagi, okey? ;) Di chapter ini juga ada btw
Rose: Buset =)) Bisa aja... Wkwkwk, maaf, maaf, yg kali ini keluarnya lama banget ( TT ^ TT )
rumput langit: Aih, dirimu seneng adegan raep, nak? Jgn khawatir. Di cerita saya yg lainnya bakalan ada kok ;) *woi* Tenang~ Konflik mulai muncul di sini kok~ Diriku kelamaan ya ngebangun perasaan Ichi n Grimm? ._. *swt*
nanao yumi: Tenang~ Lemon ga cuma satu kok. Kalo ditumpuk semuanya, mau ga mau hot kan? XD *plak* *yg ada berat woi*
Aoi Namikaze: Ehehe... Sankyuu ( ^ o ^ )
Terima kasih juga untuk yang sudah login dulu sebelum mereview: Arya Angevin / astia aoi / Chibi Dan / iztha dark neko / Zanpaku nee / chiisana yume / seakey07 / Frau - chan / Erzchako / nanao yumi / Kai Shadowchrive Noisseggra
XOXOXO
CHAPTER 10: IT'S NICE TO SEE JAPAN AGAIN
Disclaimer: I don't own Bleach. It's Kubo Tite. I used it just for fun...
So... Onwards~
XOXOXO
Suara pembicaraan seseorang terdengar begitu jauh ketika untuk pertama kalinya bisa ia rasakan kalau kesadarannya mulai kembali. Semakin lama, suara-suara itu semakin terdengar jelas sehingga ia yakin kalau suara itu berasal tidak jauh darinya, atau bahkan sangat dekat karena nampaknya ia bisa mendengar suara itu berada tepat di telinganya.
Tapi, masa sih?
Perlahan ia mencoba membuka kedua matanya, tetapi karena rasa kantuk yang masih kental, ia jadi menutupnya kembali. Kehangatan yang tubuhnya rasakan saat itu benar-benar membuatnya nyaman dan semakin meringkuk, bersiap untuk kembali ke alam mimpi... kalau bukan untuk hentakan bagaikan aliran listrik yang menyerang tubuhnya membuatnya mengerang sambil memejamkan mata dengan erat.
What the...
"Oh, kelihatannya Berry sudah bangun."
Mengerjapkan kedua matanya, dengan kedua tangan yang bertumpuan pada sesuatu yang keras namun juga lembut, Ichigo agak mengangkat tubuhnya dan membatu ketika sepasang iris azure bertabrakan dengan kedua iris coklatnya yang membelalak.
Sekarang, di saat benaknya sudah lebih jernih dan rasa kantuk mulai menghilang, Ichigo akhirnya bisa menelaah dengan baik kondisinya. Saat ini, Grimmjow berada di bawahnya, masih dengan seringai lebar khasnya yang menunjukkan sederetan gigi putih yang ia jamin selalu diperiksakan ke dokter gigi karena deretannya begitu sempurna. Kedua tangannya yang ia kira bertumpuan pada sesuatu yang lain selain dada bidang Grimmjow, tanpa disadari salah satunya menekan pucuk dada sang pemuda, kenyataan ini langsung membuat wajah Ichigo merona merah, apalagi ketika menyadari salah satu tangan Grimmjow tengah memegangi pinggangnya sementara tangan yang lain menggenggam ponsel yang ditempelkan ke telinga.
Dan yang paling penting...
MEREKA BERDUA TELANJANG! OH. MY. GOD.
Tanpa ditutupi oleh selimut, berada di atas ranjang dengan posisi yang berbahaya—"Aangh...!" Desahan yang secara refleks keluar dari sela-sela mulutnya ketika Grimmjow menghentakkan pinggangnya ke atas, membuat Ichigo langsung menutup mulutnya itu dengan menggunakan kedua tangannya. Kedua alisnya menukik tajam, sementara ia memberikan pandangan membunuh ke arah sang bluenette yang terus nampak bangga akan dirinya sendiri.
My fucking Goodness...
Ia jadi heran dengan dirinya sendiri karena kelihatannya ia tidak akan pernah terkejut jika pada kenyataannya Grimmjow akan memanfaatkan kesempatan ketika dirinya sedang tidur, bahkan dengan sengaja menunjukkan dengan jelas 'sisa-sisanya' ketika ia bangun di kemudian. Yeah, yeah... Sekarang ia jadi kehilangan nafsu untuk kaget saat mengetahui kalau kejantanan Grimmjow yang sudah menegang kini berada di dalam tubuhnya.
Bagaimana bisa sih ia tidak merasakan ketika Grimmjow memasukkan kejantanannya yang besar itu—
...
...
Apa barusan ia mengatakan milik Grimmjow itu "besar"?
...
...
Screw that!
Yang barusan itu bukan pujian!
"Oke, cukup sampai di sini saja pembicaraan kita, Ulquiorra. I hav' a Berry ta myself tha' ripe and ready for the plucking." Suara serak Grimmjow itu kemudian diiringi oleh suara tombol ponsel yang ditekan, pertanda bahwa hubungan telepon sudah di putus. Tatapan nanar yang Ichigo berikan kepada sang bluenette kelihatannya sama sekali tidak digubris karena Grimmjow hanya melanjutkan seringainya, lalu menelengkan sedikit kepalanya ke samping, "Tidakkah kau lupa untuk memberikan ciuman selamat pagi untukku, Berry?"
"Fuck you...!" Ichigo mendesis. Kedua tangannya kini sudah tidak lagi menutupi mulutnya ketika tahu Grimmjow sudah tidak mengaktifkan sambungan telepon lagi. Ia kesal, dan benaknya saat ini tengah merencanakan beragam skenario untuk membalas perbuatan Grimmjow. Tidak pernah ia pikirkan sebelumnya kalau sang bluenette bisa menelepon dengan tenangnya sambil menguburkan penisnya ke dalam pantat orang lain.
Tapi sekali lagi, yang berada di hadapannya ini adalah Grimmjow Jaegerjaquez. Pemuda bersurai biru yang selalu membanggakan diri itu tentu selalu bisa melakukan apa yang orang lain tidak bisa lakukan.
"Oh, memang itu rencanaku."
Ichigo tahu kalau seringai serta kilatan mata yang Grimmjow tunjukkan saat itu bukanlah sebuah pertanda baik. Dan dugaannya itu terbukti ketika Grimmjow menghantamkan pinggangnya ke atas, hingga membuat ujung kejantanannya bergesekan dengan sweet spotnya di dalam, membuatnya kembali mengerang keras dan kedua tangannya kembali bertumpuan di dada bidang sang bluenette. Tanpa peduli Ichigo siap atau tidak, Grimmjow terus melakukan gerakan yang sama. Dengan kedua tangannya memegangi pinggang ramping sang orangenette, ia terus menghujamkan kejantanannya, merasa sangat puas karena posisi mereka saat ini memudahkannya untuk masuk hingga titik yang terdalam dan berhasil membuat Ichigo melupakan sekelilingnya.
"A-Aaahh... Gr-Grimmj—nngghh! Haa... Ahh!"
Pemuda bersurai oranye itu nampak begitu... berantakan. Tapi dalam konteks yang baik, yang membuat kejantanan Grimmjow mengedik semakin bersemangat, apalagi ketika tanpa dirinya sendiri sadari, Ichigo mulai ikut bergerak dengan irama yang sesuai dengan gerakan Grimmjow.
Entah apa yang merasuki diri Ichigo saat itu, tiba-tiba ia menunduk dan menempelkan bibirnya pada bibir Grimmjow, membuat sang bluenette membelalakkan mata kaget. Ini pertama kalinya Ichigo mengambil inisiatif untuk menciumnya terlebih dahulu, dan tanpa ia ketahui, Ichigo sendiri saat ini sednag mengumpat di dalam hati karena ia terlalu mudah menyerah terhadap Grimmjow. Bersamaan dengan gerakan mereka yang semakin cepat, ciuman di antara keduanya pun menjadi semakin dalam, memberikan rasa panas yang lebih membakar lagi di antara perut keduanya.
"AAAAHH!" Ichigo memekik, melepaskan ciumannya, ketika tangan besar dan kasar Grimmjow mendadak menggenggam miliknya dan mulai menggosokkannya. Dua sensasi yang ia rasakan dalam satu waktu, membuat benaknya semakin berkabut, mulutnya menggumamkan beberapa kata yang tidak bisa ditalar oleh otak. Hanya sekedar gumaman-gumaman yang tidak berguna, saking tenggelamnya Ichigo dalam lautan kenikmatan seksual yang tengah dirasakannya.
"Grimm... Grimm..."
Mulutnya tidak bisa berhenti bergerak, mendesahkan nama figur yang telah berhasil membuatnya melupakan nama sendiri. "Ai-Aishiteru ze... Grimmjow..." Tidak sadar. Ichigo sama sekali tidak menyadari apa yang ia katakan saat itu. Ia pikir dirinya hanya menggumamkan hal-hal yang tidak penting, tapi Grimmjow yang semenjak tadi menangkap apa yang dirinya gumamkan, sontak mengeratkan genggamannya dan menghentakkan kejantanannya lebih kuat lagi sebelum kemudian mengeluarkan hasratnya di dalam tubuhnya. Dan dirinya menyusul tidak sampai sedetik kemudian akibat cairan hangat yang menyemprotnya di dalam, mengenai prostatnya dengan sangat telak.
Ichigo mendesah cukup panjang merasakan dirinya dipenuhi oleh benih milik Grimmjow.
Membiarkan tubuhnya yang kehilangan tenaga terjatuh di atas tubuh Grimmjow, Ichigo memejamkan matanya dan menghela nafas panjang. Dengan posisi kepala berada tepat di bawah dagu Grimmjow, Ichigo sama sekali tidak menyadari Grimmjow saat itu memandang ke arahnya dengan pancaran yang berbeda daripada biasanya.
XOXOXO
Akhirnya...
JEPAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANG~!
Kalau saja semenjak lahir seorang Kurosaki Ichigo itu memiliki 100 persen darah sang Kurosaki Isshin di tubuhnya tanpa campur tangan Masaki, saat ini ia pasti sudah menangis bombay sambil memeluk dan mencium pilar bandara Tokyo tanpa peduli pandangan orang lain. Tapi, karena hal itu tidak terjadi, Ichigo saat ini hanya memejamkan mata dengan sebuah senyum terukir di wajahnya yang (tumben-tumbenan) nampak begitu cerah. Helaan nafas panjang ia keluarkan ketika akhirnya bisa mencium aroma tanah airnya kembali.
Mungkin ia terlihat berlebihan, apalagi ia meninggalkan Jepang hanya dalam waktu 3 hari saja.
Yeah, jujur ia katakan kalau Las Vegas tidaklah buruk—walau sempat terjadi hal-hal yang membuatnya sebal bukan kepalang. Tapi, hey, dibalik kesialan, selalu ada keberuntungan 'kan?—tapi memang, sesuai dengan kata-kata orang tua zaman dulu; Semegah apa pun istana yang diberikan, tidak ada yang senyaman rumah sendiri.
Lagipula, di Jepang ini ia tidak akan mengalami kesulitan berkomunikasi.
Ia bisa tenang.
Chu!
...
...
...
"TEME! GRIMMJOW!" Wajah semerah nama panggilannya, Ichigo menutupi mulutnya dengan tangan dan melirik ke kiri dan ke kanan. Dan wajahnya semakin merah saja ketika menyadari ada beberapa pengunjung bandara yang mengerutkan dahi ke arahnya, berbisik-bisik, dan bahkan tertawa genit sambil menunjuk-nunjuk. Ia lemparkan ransel yang semenjak tadi digendongnya hingga mengenai punggung sang pemuda bersurai biru yang kini tertawa puas karena misinya berhasil.
"Apa, Berry? Kau sendiri yang mengundangku dengan menutup mata dan rona wajahmu itu." Grimmjow terkekeh-kekeh sembari mengelus punggungnya yang terbentur ransel, "Aku ini lelaki sehat yang bisa dengan mudah tergoda, dan ekspresimu itu membuatku ingin menciummu, tahu."
"TAPI KAN BISA TIDAK DI DEPAN ORANG LAIN!" Membuang muka dengan maksud menyembunyikan rona wajahnya, Ichigo menepuk-nepuk ranselnya yang barusan ia gunakan untuk menghajar Grimmjow.
"Hmm... Memangnya kau tidak ingin menyombongkan diri kalau kau mempunyai pacar sekeren diriku?" ucap Grimmjow dengan suara yang diturunkan beberapa oktaf. Sudut bibirnya terangkat ketika melihat getaran yang timbul di tubuh pemuda yang lebih kecil darinya itu. Melingkarkan lengannya di pinggang Ichigo, ia kemudian menarik sang Strawberry yang nampak terdiam menuju pintu keluar bandara. "Ayo, kurasa Shinji sekarang sudah sampai dan ngomel-ngomel karena kita lama."
Get a grip, Ichigo!
Ia tahu kalau seharusnya ia menghajar Grimmjow kembali karena sudah menyombongkan diri. Tapi, hal itu sama sekali tidak ia lakukan. Bukan karena tidak ingin, tetapi tidak bisa. Benaknya mendadak shuting down ketika mendengar kata "pacar" dilontarkan oleh sang bluenette.
Padahal ketika pertama melakukan seks, ia pikir dirinya dan Grimmjow hanya akan terlibat one night stand belaka.
Kalau Grimmjow sampai berkata "pacar", itu artinya hubungan mereka saat ini... serius?
...
...
Oke. Kelihatannya ia masih mabuk udara gara-gara naik pesawat tadi.
Bagaimana tidak?
Sekarang, senyum lebar menghiasi wajah Ichigo yang merona. Wajahnya semakin terlihat cerah lebih daripada sebelumnya. Ia bahkan tidak masalah Grimmjow menarik-nariknya, dan malah menggenggam kaos bagian belakang sang bluenette.
Yah, layaknya sepasang kekasih saja.
Kelihatannya kepergiannya yang 'terpaksa' itu ke Las Vegas akhirnya memberikan sisi positif juga, eh?
Atau begitulah yang ia inginkan. Karena setelah melihat wajah Karin ketika ia menapakkan kedua kakinya kembali di kediaman Aizen Sousuke—yang masih saja nampak seperti istana—dan seringai lebar yang tidak biasa ada di wajah gadis remaja yang baru beberapa waktu lalu menapaki masa puber itu, Ichigo langsung tahu kalau ia berada dalam masalah besar.
"I see... Jadi, kalian ke Las Vegas untuk bersumpah mengenai cinta kalian? I see... I see..." Karin tertawa kecil, kedua tangan bersilangan di dada. "Aku menantikan untuk menjadi bibi lho, Ichi-nii."
Tidak diperlukan seorang pakar untuk mengetahui kalau Karin sudah bisa menebak apa saja yang ia lakukan di Las Vegas bersama Grimmjow.
Terutama mengenai kegiatan yang itu.
Dan Ichigo semakin merasa bahwa dirinya akan menjadi madesu a.k.a masa depan suram ketika sebuah tangan yang panjang melingkar di pundaknya tanpa peduli tatapan kesal dari Grimmjow. "Hei, Berry. Kau pulang di saat yang tepat. Kemarin ini aku baru saja menemukan restoran yang menyediakan menu enak. Bagaimana kalau kita ke sana sekarang?" Nnoitra. Masih seperti biasanya, tidak peduli keadaan, selalu mengajaknya pergi. Tentu saja, dengan maksud berkencan.
Dengan kerutan di dahi, Ichigo menepis tangan Nnoitra hingga lepas dari pundaknya, "Fuck off, Nnoitra!"
"Aww... Berry... Ya playing hard ta get?" Kembali mengulurkan tangan untuk melingkarkannya di pundak Ichigo lagi, Nnoitra agak kaget ketika mendadak tangan lain mengcengkeram pergelangannya. Dan bukan cengkeraman biasa, melainkan sepenuh tenaga yang kalau saja Nnoitra bukanlah pemuda badass, akan langsung meringis dan memohon untuk dilepaskan. Satu matanya yang tidak tertutup eyepatch memicing ke arah sepasang iris azure yang memandangnya tidak kalah bengis.
Sebenarnya pemadangan di mana dua seme memperebutkan satu uke secara terang-terangan itu akan terlihat dramatis, kalau saja Karin tidak memutar kedua bola matanya dan mendengus, "Kalian threesome-an saja 'napa? Rivalan itu sudah nggak jaman sekarang sih."
"KARIN!" Shock jelas terlihat di wajah Ichigo mendengar perkataan adiknya itu. Ia tidak tahu kapan, dan bagaimana gadis bersurai hitam itu bisa mengetahui hal-hal semacam ini. Ia selama ini selalu beranggapan bahwa kedua adiknya masih kecil, jadi mendengar kata-kata yang menjurus ke arah... euh, seksual... rasanya terdengar sangat salah dan memalukan.
Tapi, belum sempat Ichigo menyusun kata-kata yang ingin ia lontarkan kepada sang adik, lengannya keburu ditarik menjauh oleh Grimmjow yang nampaknya sedang kesal. Karena langkah kaki sang bluenette saat itu dihentak-hentakkan, sementara jari tengah tangan kanannya terarah kepada Nnoitra yang juga melakukan hal sama ke arahnya.
Melihatnya, Karin kembali memutarkan kedua bola matanya, lalu membiarkan seringai kecilnya mencuat.
Ooh, ia tahu sekali apa yang akan terjadi pada kakaknya itu di kamar bersama Grimmjow. Setidaknya manga yaoi yang sering Yuzu perlihatkan kepadanya pernah menggambarkan adegan seperti barusan.
Ah, benar juga.
Karin yakin Ichigo akan langsung terkena stroke ketika tahu kalau Yuzu—adik yang selama ini terlihat paling polos dan keibuan—ternyata seorang fujoshi.
XOXOXO
Sesampainya di kamar Grimmjow, Ichigo menutup wajah dengan kedua tangannya, lalu mengerang kesal karena akibat kejadian barusan, ia jadi berpikiran jauh lebih baik berdiam lama saja di Las Vegas daripada harus pulang ke Jepang untuk mendapati adik sendiri siap menggoda karena bisa menebak apa yang terjadi di antara dirinya dan Grimmjow. Seriously, Ichigo tidak pernah habis pikir darimana Karin bisa menebak beragam hal yang seharusnya tidak mudah diketahui begitu saja oleh orang lain.
Kecuali kalau wajahnya menuliskan semua yang terjadi di Las Vegas.
Tapi, terakhir kali ia mengecek wajahnya di cermin ketika masih berada di pesawat, ia yakin tidak ada tulisan apa pun di wajahnya itu.
Sibuk dengan pikirannya sendiri, Ichigo sama sekali tidak menyadari kalau Grimmjow menatapnya dengan tatapan geli karena nampaknya sang orangenette tidak sadar kalau barusan isi pikirannya terucapkan begitu saja hingga ia bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Gerutuan Ichigo terhenti ketika lengannya ditarik, dan rona merah kembali memenuhi wajahnya karena Grimmjow memposisikan dirinya duduk di atas pangkuannya, sementara sang bluenette duduk di tepian ranjang.
Seringai khas seorang Jaegerjaquez kembali tercetak, dan Ichigo mengerutkan dahi melihatnya.
"Apa?" sentak Ichigo dengan kesal.
Tidak perlu menjadi seorang ilmuwan untuk tahu kalau seringai tersebut memiliki arti yang jelek baginya saat itu. Jelek, tapi sekaligus menantang. Diam-diam, ia tidak sabar untuk mengetahuinya.
Grimmjow hanya tertawa kecil sembari menggerakkan tangannya di tengkuk Ichigo, membuat sang orangenette bergidik dan tarikan nafasnya bergetar. Ia yakin kalau Grimmjow tahu betul bahwa bagian tengkuk merupakan salah satu sisi sensitif di tubuhnya, dan saat ini sang pemuda bersurai biru itu tengah memanfaatkan kenyataan tersebut. "Grimm! Sto—" Ichigo yang hendak menepis tangan Grimmjow, dibuat menghentikan perlawanannya ketika sepasang bibir menutup bibirnya. Karena kaget, kedua bola matanya membesar sebelum kemudian tubuhnya rileks dan membiarkan kelopak matanya menutup.
Mengerang pelan di pangkal tenggorokannya, kali ini dengan berani Ichigo menyusupkan lidahnya ke dalam mulut Grimmjow yang sudah terbuka. Ia pun mulai melingkarkan kedua lengannya di leher kokoh sang bluenette ketika merasakan dua tangan besar dan agak kasar masuk ke dalam bajunya dan memberikan belaian di tulang belakangnya.
"Mmfh..."
Ichigo menelengkan kepalanya, memberikan akses bagi Grimmjow untuk mendorong kembali lidahnya, sehingga kali ini giliran Grimmjowlah yang mengeksplor bagian dalam mulut Ichigo. Pemuda bersurai oranye itu tidak bisa menahan erangannya ketika ia merasakan lidah Grimmjow di langit-langit mulutnya, di giginya, di bagian dalam pipinya, lalu kembali beradu dengan lidahnya. "Nnnaahhh...!" Dan Ichigo paling menyukai ketika Grimmjow menghisap lidahnya, hingga mau tidak mau salivanya kini menetes, turun di dagunya.
Memainkan jemarinya di antara helaian surai biru sang Jaegejaquez, Ichigo membiarkan pemuda itu menuntun tubuhnya hingga posisi mereka kini berganti. Dirinyalah yang sekarang berada di bawah Grimmjow, sementara yang bersangkutan kini menutupi tubuhnya dari atas. Dan perubahan posisi itu sempat membuat ciuman di antara keduanya terhenti. Selama beberapa saat, mereka hanya saling memandang satu sama lain. Nafsu syahwat berkilat dengan liar di masing-masing bola mata keduanya, sampai pandangan intens mereka terputus saat Ichigo menengadahkan kepalanya dengan mulut yang terbuka lebar. "Aaaangh! Gr-Grimm...!" Pinggulnya tersentak ketika Grimmjow dengan sengaja menyentuhkan selangkangannya kepada selangkangan Ichigo.
Keduanya bisa merasakan dengan jelas seberapa besar keinginan masing-masingnya untuk membawa kegiatan mereka ke level yang lebih lagi. Lagipula, Jepang malam itu tengah terasa dingin, jadi berkegiatan yang bisa membuat mereka merasakan hangat dan berkeringat, merupakan sebuah ide yang sangat menarik.
Grimmjow menjilati lidahnya sendiri dengan tatapan predatornya terus mengarah kepada Ichigo yang rona wajahnya kini bertambah merah. Dengan debaran jantung yang lebih cepat daripada sebelumnya, Ichigo menelengkan kepalanya, memberikan akses lebih untuk Grimmjow bermain dengan lehernya. Pandangan kedua iris coklatnya yang sayu begitu menanti untuk merasakan bibir sang bluenette di area tersebut.
"Damn... I really want to fuck ya into this bed..." gumam Grimmjow.
Perlahan-lahan Ichigo lihat kepala Grimmjow bergerak semakin ke bawah, membuat kulitnya semakin lama bisa merasakan dengan jelas hembusan nafas sang pemuda. Grimmjow pun menjulurkan lidahnya, siap mencicipi permukaan kulit sang uke...
"Ehem!"
... Hanya untuk kemudian secara tidak sengaja menggigit lidahnya sendiri ketika Ichigo mendorongnya dengan sepenuh tenaga.
"U-Ul-Ul-Ulquiorra...!" Gelagapan, kedua mata Ichigo membelalak menatap ke arah figur seorang pemuda bersurai hitam dengan kulit pucat berdiri di ambang pintu. Kedua iris emerald yang seolah meneriakkan 'gotcha!' yang menatap ke arahnya itu sama sekali tidak membantunya untuk mengurangi warna merah di wajahnya. Sekarang, orang yang melihat ke arahnya pasti berpikiran kalau dirinya baru saja disiram oleh cat merah. Seluruh permukaan kulit di tubuhnya saat ini, benar-benar merah. Rasa malu langsung mendominasi nafsu yang sempat ia rasakan, sehingga tanpa ia sadari, daerah selangkangannya kini tidak lagi terasa ketat.
"Eergh... Apa yang kau inginkan, Emo? !" gerutu Grimmjow yang sebenarnya lega karena walau pun lidahnya tergigit, tapi tidak sampai berdarah. "Kau tidak sebodoh itu untuk tahu kalau kau sudah mengganggu 'kan? !"
Menahan keinginan untuk memutar kedua bola matanya, Ulquiorra yang tadi memandang ke arah Ichigo kini mengalihkan pandangan ke arah sang bluenette. "Aizen bilang ingin bicara mengenai hal penting denganmu, Grimmjow. Sekarang." Dengan sengaja ia menekankan kata terakhirnya agar saudara tirinya itu mengerti bahwa ia tidak diizinkan untuk mengatakan tidak. Dan dari gerutuan yang terus keluar dari mulut sang bluenette, kelihatannya pesannya itu tersampaikan dengan sangat jelas.
"Tsk. Kalau ternyata tidak penting, akan kuhancurkan cangkir kesayangannya."
Karena saat itu Ichigo sedang menunduk—menyembunyikan wajahnya yang merah—maka ia tidak melihat Grimmjow melangkahkan kaki keluar kamar, dan hanya mendengar suara langkah kaki yang dihentakkan saja. Hal yang membuatnya mendongakkan kembali kepalanya adalah ketika Ulquiorra menepuk-nepuk kepalanya. Merasa seperti diperlakukan bagaikan anak kecil, kerutan di dahi Ichigo jadi semakin bertambah, dengan kasar ia menepis lengan sang ravenette, "Fuck off!" geramnya kesal.
Tapi, Ulquiorra yang sudah mengenal Ichigo dalam jangka waktu lama, sudah terbiasa dengan tabiat sang orangenette untuk bisa merasakan kesal. Ia hanya mengangkat bahu saja.
"Kurasa aku mau berendam saja..." bisik Ichigo sambil bangkit dari posisinya dan berjalan ke arah kamar mandi yang pintunya terletak berseberangan dengan ranjang. Tidak adanya kehangatan tubuh yang ia rasakan sebelum Ulquiorra datang, membuat Ichigo mulai merasakan dinginnya malam. Menutup pintu kamar mandi di belakang tanpa menguncinya, Ichigo dengan segera menyalakan keran di bathtub setelah mengatur suhu air. Ia lucuti pakaiannya satu persatu, tidak menyusahkan diri dengan membiarkan pakaiannya tergeletak begitu saja di lantai, Ichigo menghela nafas panjang dan lega ketika akhirnya seluruh tubuhnya terendam di dalam air hangat.
Ketika pikirannya mulai bergerak ke arah seorang pemuda bersurai biru, dengan cepat Ichigo mengganti jalan pikirannya ke arah lain. Entah kenapa, tapi ia tidak ingin terlalu memikirkan mengenai hubungannya dengan Grimmjow sekarang ini. Rasanya sulit dipercaya saja. Ia yakin beberapa hari lalu dirinya dan Grimmjow masih berstatus musuh. Lalu, hanya dalam satu malam saja di Las Vegas, maka mereka berdua mendadak berstatus sebagai pasangan kekasih? Dirinya sendiri saja tidak menyangka, apalagi orang lain.
Oke, saat ini Ichigo sudah melewati fase di mana dirinya menampik kalau ia tertarik kepada Grimmjow. Tapi, tetap saja hal itu bukan berarti akan membuatnya tidak menampik kalau dikatakan memiliki perasaan lebih kepada sang bluenette.
Karena itulah ia tidak berani memikirkan hubungan mereka terlalu jauh...
Ketukan di pintu dan pintu yang terbuka berikutnya, mengaburkan lamunan Ichigo. Ia menoleh ke arah pintu kamar mandi dan mendapati Ulquiorra sudah mulai memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai, "Seriously, kelihatannya kau tidak pernah mau menyediakan waktu untuk menyimpan pakaianmu di dalam keranjang." tuturnya pelan.
Ichigo mendengus, "Soalnya bisa kulakukan setelah selesai dan sekalian keluar kamar mandi nanti."
Ulquiorra tidak lagi membalas kata-kata Ichigo dan hanya menyimpan pakaian yang sebelumnya dipakai oleh sang orangenette di dalam keranjang cucian yang terletak di sebelah rak berisi peralatan mandi di pojok ruangan. Kemudian ia melangkah mendekati bathtub dan berlutut tepat di sebelah Ichigo.
Ini bukan kali pertamanya Ulquiorra menemani Ichigo berendam. Hubungan keduanya sudah melewati masa 'malu tidak mengenakan selembar pun pakaian di depan satu sama lain', jadi Ichigo sama sekali tidak merasa risih dengan keberadaan Ulquiorra. Dengan tenang ia membasuh badannya, sebelum kemudian mengistirahatkan kepalanya di sandaran bathtub.
"Jadi, sesuatu terjadi ketika kalian berada di Vegas?"
"Apa yang membuatmu bertanya begitu?" Ichigo balik bertanya dengan hanya membuka satu matanya yang menatap ke arah Ulquiorra yang juga menatap ke arahnya.
"... Karena aku merasa Grimmjow mendadak jadi semakin bersinar. Jadi, kurasa akhirnya kalian berdua benar-benar melakukannya sampai puas."
"Me, Melakukan apa? !"
Tentu saja Ulquiorra tidak akan termakan tindakan pura-pura polosnya Ichigo. Ia dengan yakin tahu kalau Ichigo mengerti dengan apa yang ia maksudkan barusan. Karena wajah pemuda bersurai oranye itu kini kembali memerah, dan pundaknya nampak tegang.
"Seks." tanpa merasa malu, Ulquiorra mengatakannya dengan muka yang impasif dan nada suara yang begitu tegas.
Tidak tahu kapan dirinya akan mulai terbiasa dengan kata 'seks', Ichigo bisa merasakan dengan jelas kalau rona merah di wajahnya semakin tebal dan membuat pertanyaan Ulquiorra itu terjawab tanpa perlu ia mengatakan apa pun. Pemuda bersurai oranye itu menahan keinginan untuk membenturkan kepalanya ke dinding kamar mandi.
Setelah semenjak tadi memasang wajah impasif, akhirnya sudut bibir Ulquiorra tertarik ke atas, "Berarti itu benar? Kurasakan, kulitmu pun menjadi semakin halus..." ujarnya sembari menyentuh permukaan kulit di bagian lengan Ichigo. "Hn. Setidaknya hal ini membuktikan dugaanku kalau dia memang benar memiliki perasaan khusus padamu."
Menatap dengan kedua bola mata yang agak melebar, Ichigo mengerjapkan kedua matanya itu beberapa kali. "... Eh? Maksudmu...?" Tapi, kemudian kerutan di dahinya kembali karena Ulquiorra cuma mengangkat satu alisnya saja. Pesan yang berbunyi 'kau mendengarku dengan sangat jelas tahu' terpatri dengan jelas di raut wajah sang ravenette. "Hunh. Dengan orang seperti Grimmjow, rasanya aku tidak bisa percaya kata-katamu." Seriously? Grimmjow sudah lama memendam perasaan terhadapnya? Hahah... Yeah, right.
Ulquiorra nampak ingin mengatakan sesuatu lagi ketika membuka kedua mulutnya, namun keburu tertahan saat suara berdebam yang sangat keras terdengar. Disusul dengan suara barang pecah. Mereka berdua saling pandang selama beberapa saat, yakin suara barusan berasal dari kamar Grimmjow. Dan dugaan mereka terkonfirmasi ketika mendengar rutukan dan berbagai caci maki yang berasal dari suara yang jelas-jelas merupakan suara seorang Grimmjow Jaegerjaquez. Penasaran dengan apa yang terjadi karena Grimmjow terdengar begitu kesal, jauh lebih kesal dari ketika pemuda itu meninggalkan kamarnya beberapa waktu lalu, Ichigo langsung berdiri dari posisinya dan menerima bathrobe yang diberikan oleh Ulquiorra.
Shock jelas terukir pada wajah Ichigo ketika ia akhirnya melihat kondisi kamar yang sebelumnya rapih, kini menjadi seperti kapal pecah. Meja dan kursi yang ada, tergeletak begitu saja di lantai. Seprai kasur yang menggulung, bantal yang sobek sehingga bulu burung yang mengisi bantal tersebut berhamburan kesana-kemari. Rasanya seperti baru saja terjadi badai, dan pusat dari badai itu kini tengah berdiri di tengah-tengah ruangan dengan kedua tangan yang mengepal dan gigi-gigi yang menggeretak.
Berbeda dengan Ichigo yang hanya bisa terdiam, Ulquiorra melangkah maju mendekati Grimmjow yang kini terengah-engah. Tapi, geraman yang keluar dari mulut sang bluenette berikutnya menghentikan langkahnya.
"That's it! Aku selesai dengan keluarga ini!"
Tubuh Ichigo tersentak saat merasakan cengkeram kuat diterima lengannya. Ia terpaksa menggerakkan kedua kakinya karena Grimmjow menariknya begitu saja dengan kasar, hampir membuatnya tersandung beberapa barang yang berserakkan. Walau pun saat itu ia hanya bisa melihat punggung Grimmjow saja, tapi ia bisa merasakan aura kemarahan sang pemuda, membuatnya sama sekali tidak berani bersuara.
"Ichi-nii?"
Bisa Ichigo lihat dari tepian matanya kalau Yuzu dan Karin berjalan mendekati ketika mereka melewati ruang keluarga. Kebingungan terpatri jelas di wajah kedua gadis itu, dan rasa khawatir langsung mereka rasakan ketika mereka juga akhirnya bisa merasakan aura kemarahan yang ditebar oleh Grimmjow.
"Ichi-nii? ? ?"
Ichigo yakin sekeras apa pun adiknya itu memanggil namanya, Grimmjow tidak akan mendengar dan menghentikan langkahnya untuk membiarkan dirinya menjawab kebingungan kedua adiknya. Tapi, marah atau tidak, sekali cukup tetap saja cukup. Apalagi ketika kedua telapak kakinya kini merasakan dinginnya aspal pekarangan kediaman Aizen, "Grimm, berhenti!" Karena Grimmjow tidak kunjung berhenti dan langkah mereka mulai mendekati pagar depan, Ichigo yang mulai panik dan bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, mengumpulkan tenaga dan menarik lengannya dari cengkeraman Grimmjow dengan sekuat-kuatnya.
Anehnya, dengan mudah lengannya itu terlepas.
Namun, tidak sampai sedetik berikutnya, tubuh belakangnya berbenturan dengan pagar depan karena Grimmjow ternyata beralih mencengkeram kedua pundaknya dan mendorongnya dengan kuat. Ichigo meringis. Dengan dahi yang mengernyit, ia siap untuk membentak sang bluenette hanya untuk kemudian suaranya tercekat di tengah-tengah tenggorokannya setelah melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh lawannya.
Grimmjow memperlihatkan sederetan giginya, kerutan di dahi, serta di tepian matanya memperlihatkan sebesar apa amarah yang tengah dirasakan olehnya. Tapi, di antara kemarahan yang berkilat di kedua iris azure yang nampak bersinar karena terkena cahaya bulan malam itu, Ichigo merasa melihat sesuatu yang seharusnya tidak ada di sana.
"Kau tidak menginginkanku, Ichigo?"
Suara serak dan kasar Grimmjow membuyarkan fokusnya kepada kedua pasang iris sang bluenette. Ichigo mengerjap, ia tersentak kecil ketika merasakan cengkeraman di pundaknya semakin mengeras. Shit. Ia yakin bagian itu akan memiliki bekas keesokan harinya.
"Kita baru saja jadian, dan kau sudah tidak menginginkanku lagi? Begitukah?"
"APA YANG SEBENARNYA KAU KATAKAN, GRIMM? !"
Apa yang Grimmjow katakan benar-benar tidak jelas. Ia tidak bisa menebak sedikit pun apa yang sebenarnya pemuda itu maksudkan. Ia memang bisa menebak kalau terjadi sesuatu di antara obrolannya dengan Aizen beberapa saat yang lalu, tapi bukan berarti ia bisa menebak keseluruhan isi pembicaraan keduanya. Yang pasti, apa pun itu, sudah membuat Grimmjow sangat kesal dan kehilangan sisi rasionalitasnya. Bukan hal yang mengagetkan sebenarnya, karena setiap kali marah, Grimmjow memang selalu bertindak tidak masuk akal. Itu kelemahan terbesar sang bluenette yang tidak pernah bisa diobati semenjak dulu.
"Whatever, Kurosaki."
BUGH!
Gerakannya terlalu cepat. Ichigo sama sekali tidak bisa mengikutinya. Mengerang kesakitan, ia memeluk perutnya dan membiarkan tubuhnya terjatuh. Udara terasa menghilang dari pasokan paru-parunya, membuat nafasnya terengah-engah seperti yang baru saja melakukan maraton. Ia terbatuk merasakan tenggorokannya yang mendadak kering.
"ICHI-NII!"
Ia melihat Yuzu dan Karin berlari mendekatinya, diikuti dengan seseorang bersurai hitam lainnya yang ia yakini sebagai Ulquiorra. Tapi, disamping itu fokus perhatiannya terus jatuh pada Grimmjow yang kini berjalan keluar pagar—setelah membanting pintu pagar dengan sangat keras tentunya. Semakin lama, sang bluenette semakin menjauh.
"ICHI-NII!" Yuzu yang kini sudah terduduk di sebelah Ichigo, nampak ragu ingin menyentuh kakaknya itu.
"Aku...baik-baik saja, Yuzu..." sahut Ichigo di tengah nafasnya yang terengah. Tubuhnya menggerenyit saat ia mencoba bergerak dari posisinya. Brengsek. Ia tahu kalau Grimmjow memiliki tenaga jauh di atasnya, tapi ini rasa sakitnya lebih-lebih daripada saat ketika mereka berkelahi dulu. Di tengah-tengah rasa sakitnya itu, hanya satu kalimat yang terus-menerus berulang di benaknya:
WHAT THE FUCK IS GOING ON?
.
TBC