Langit biru yang terbentang di angkasa sana, nampak bersih tanpa diselimuti awan-awan putih. Matahari yang perlahan-lahan masuk ke peraduan seakan enggan untuk digantikan tugasnya oleh sang Rembulan. Di sore yang cerah ini, semua nampak berbahagia. Karena sekarang merupakan hari yang spesial untuk keluarga dan kerabat dekat Uzumaki dan Uchiha. Sebab, mereka menjadi saksi dimana dua insan Tuhan berdiri di depan altar, dan mengucap janji pernikahan dengan dipimpin oleh seorang Pendeta.

Uchiha Sasuke sang mempelai perempuan nampak begitu anggun dengan gaun putih yang ia kenakan. Sementara Naruto, dia begitu gagah dan rupawan dengan jasnya yang berwarna hitam. Kedua sepasang kekasih yang telah lama menjalin hubungan itu, nampak berdebar-debar. Menantikan detik demi detik diucapkan janji pernikahan.

"Apakah, saudara Uzumaki Naruto, menerima saudari Uchiha Sasuke sebagai istri, saat sakit maupun sehat, suka maupun duka, kaya ataupun miskin, sampai Tuhan memisahkan kalian?"

Naruto menatap pendeta itu dengan mantap, lalu berkata, "Saya Uzumaki Naruto, menerima Uchiha Sasuke, sebagai istri. Saat sakit maupun sehat, saat suka maupun duka, kaya ataupun miskin, selamanya, sampai Tuhan memisahkan..." ucap Naruto penuh ketegasan. Dan hal tersebut membuat Sasuke sedikit lega.

"Saudari Uchiha Sasuke, maukah kau menerima Uzumaki Naruto sebagai suamimu. Saat suka maupun duka, sehat maupun sakit, dan saat kaya ataupun miskin, selamanya?"

Meski sedikit gugup, Sasuke akhirnya berusaha untuk mengeluarkan suaranya yang seakan tercekat di tenggorokan, "Saya bersedia menerima Uzumaki Naruto sebagai suami. Saat suka maupun duka, sakit maupun sehat, kaya ataupun miskin. Selamanya... sampai Tuhan memisahkan kami berdua..." lafalnya dengan lancar, dan diakhiri dengan senyuman lega di wajah cantiknya yang dipoles make up yang tidak terlalu mencolok. Sama seperti seluruh saksi yang hadir dalam pemberkatan dua UzuChiha yang kini telah sah menjadi suami istri, dimata Tuhan, dan Negara.

"Selamat, kalian telah resmi menjadi suami istri..." kata pendeta itu tak berapa lama kemudian. Tentu saja, Sasuke tak mampu membendung air mata kebahagiaan yang sedaritadi menunggu waktu untuk tumpah. Inilah yang sudah lama ia nantikan, bersanding dengan Naruto, mengucap janji nikah, dan akan hidup selamanya bersama pria bermarga Uzumaki tersebut.

"Ng? Hmmpp..." Sasuke yang sedang larut dalam kebahagiaannya, tak sadar jika Naruto telah berada di depan wajahnya, dan mencium lembut bibirnya yang kenyal. Karena berciuman adalah prosesi terakhir di dalam jadwal pemberkatan mereka.

"Aku mencintaimu, Sasuke..." bisik Naruto usai mengakhiri pagutan bibirnya.

Dengan wajah yang bersemu merah, Sasuke tersenyum cagung dan membalas, "Aku juga mencintaimu, Naruto. Selalu dan untuk selamanya..." dan pelukan menjadi hadiah atas resminya pernikahan mereka dari Naruto kepala Sasuke. Walau 'hadiah' yang sesungguhnya untuk kedua pasangan itu, baru bisa mereka nikmati nanti.

+._.+ X +._.+

Tittle: Making Love…

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Pair: Naruto X Female Sasuke

Rated: M for save...

Warning: OOC, AU, Gender bender, Mendekati lemon, Gajeness fic, typo(s), dll.

+._.+ X +._.+

"Bisa tolong turunkan resleting gaunku, Naruto? Aku sedikit kesulitan!" pinta Sasuke pada sang Suami yang baru selesai mengganti setelan jasnya menjadi kaos biasa.

"Baiklah..." Pemuda berkulit tan itu menghampiri Sasuke, dan melakukan hal yang diperintahkan oleh gadis bermata onyx tersebut. Saat itu pulalah, ia dapat melihat betapa jenjangnya leher Sasuke yang nampak begitu indah. Hingga tanpa sadar ia turunkan wajahnya, untuk menciumi tengkuk putih Sasuke.

"Shh.. Enhh... Geli, Dobe!" desis Sasuke merasa tak nyaman.

Tapi seakan menulikan diri, Naruto malah menggerakan kedua telapak tangannya ke bagian depan tubuh gadis berusia 22 tahun itu. Menyusurinya hingga berhenti tepat diantara dua bukit kecil Sasuke yang masih terbungkus lingerie hitam.

"ahh.. aah..." Sasuke mendesah tanpa sadar, pijatan halus Naruto di kedua payudaranya, serta kecupan dan jilatan-jilatan liar Naruto di tengkuknya, menciptakan sensasi aneh yang perlahan tapi pasti mulai menjalar di sekujur tubuhnya.

"Kau milikku sekarang," lirih Naruto di telinga Sasuke, sesaat sebelum mengulum habis cuping telinga wanita yang sangat ia cintai itu.

"Ahhh... Hnnn... Tunggu, Naruto!" Sasuke meraih tangan suaminya yang terus meremas kedua payudaranya, dan menoleh ke belakang dengan ekspresi memohon.

"Ada apa lagi, Teme?" tanya Naruto dengan panggilan khasnya.

Sasuke merengut sebal karena terus dipanggil seperti itu oleh Naruto, tapi ia tetap berkonsentrasi di tujuan utamanya, "Aku haus, bisa kau ambil minum dulu?" pintanya dengan nada manja.

Naruto menatap wajah cantik Sasuke yang hanya terpisah beberapa centi darinya dengan sedikit heran, Ia tidak percaya, disaat dirinya hendak memulai 'ritual' malam pertama, Sasuke masih sempat menyuruhnya untuk pergi mengambilkan minum. "Kau tidak bermaksud mengelak dariku 'kan?" tanya Naruto memastikan.

Lelah karena terus memutar leher ke belakang agar dapat bertatap muka dengan Naruto, akhirnya, Sasukepun membalikan tubuhnya. "Untuk apa aku mengelak, aku menerima kau sebagai suamiku, sama saja aku telah siap menyerahkan seluruh jiwa dan ragaku untukumu, 'Ruto. Tapi kau tau sendiri 'kan? Sejak acara resepsi tadi, aku hanya minum beberapa teguk Wine saja, itupun karena dipaksa?" kata Sasuke lengkap dengan wajah memelas khasnya. Dan itulah yang membuat Naruto enggan berucap 'tidak' di depan gadis yang 3 tahun lebih muda darinya itu.

"Baiklah, Nona sayang..." diacak-acakanya poni yang menutupi kening Sasuke dengan penuh kasih, "Akan kubuatkan kau teh hijau, jadi tunggulah sebentar."

Sasuke hanya membalas kebaikan Naruto dengan senyuman, serta ucapan terima kasih.

+._.+ X +._.+

Menunggu Naruto dengan berbaring di ranjang yang super nyaman dan empuk membuat Sasuke perlahan-lahan mulai mengantuk. Tapi ia yang kini sudah mengganti gaun putihnya menjadi baju tidur transparan mencoba untuk tetap terjaga hingga Naruto datang. Karena ia sudah berjanji akan melakukan 'ritual' malam pertama dengan pria yang dulu adalah musuh bebuyutannya. Gadis bersurai hitam itu terus menggeliat ke kanan dan kiri, tapi sungguh... rasa lelah dan ngantuk yang dirasakannya, tak mampu membuatnya tetap terjaga barang sedetikpun. Dan pada akhirnya, gadis berkulit putih itupun menyerah, dan jatuh tertidur. Berterima kasihlah pada suasana romantis yang menjadi dekorasi utama kamar tidur mereka, yang membuat Sasuke tak tahan untuk memejamkan mata karena terus menghirup aroma terapi yang menyebar di seluruh ruangannya.

.

.

#

.

.

Lima menit berlalu, orang yang sejak tadi ditunggu oleh Sasuke akhirnyapun muncul. Lengkap dengan dua cangkir teh hijau hangat yang ia bawa dengan nampan. "Sasuke, aku kembali, maaf mem-" perkataan Naruto mengambang begitu saja, saat ia temukan pasangannya sudah tertidur lelap di atas ranjang mereka, dengan posisi tengkurap. Kalau boleh jujur, terselip sedikit rasa kecewa dalam hati Naruto. Sebab, keinginannya untuk 'bercinta' dengan Sasuke di malam pertama mereka, gagal terlaksana. Ia menghembuskan nafas berat, sebagai suami, dia harus belajar untuk mengerti keadaan Sasuke. Mungkin, gadis yang telah ia pacari lebih dari 3 tahun itu lelah karena sibuk mengurusi pesta pernikahan mereka.

"Selamat malam, Sasuke. Mimpi indah ya!" dikecupnya puncak kepala Sang istri dengan mesrah. Tentu saja setelah terlebih dahulu menaruh nampan tehnya di atas meja lampu, yang berada di samping tempat tidurnya. Lalu merebahkan dirinya di sebelah kanan Sasuke. Wanita yang sangat dicintainya. Perempuan yang kini resmi menjadi pendamping hidupnya. Mengistirahatkan diri dari rasa lelah setelah resepsi pernikahan mereka tadi. Dan berharap, dapat bertemu dengan Sasuke di alam mimpinya.

+._.+ X +._.+

Sinar mentari yang menerobos masuk melalui sela-sela jendela, mau tak mau membuat Sasuke terbangun dari tidurnya. "Hmm... sudah pagi ya?" gadis berkulit putih susu tersebut menggeliat, bermaksud untuk merilekskan otot-otot ditubuhnya. Sampai, ia menemukan sosok lain yang tertidur di sisinya dengan posisi membelakangi.

Hampir saja Sasuke berteriak maling dan menghajar pria yang tidur satu ranjang dengannya, jika ia tidak teringat dengan pesta pernikahannya semalam.

"Ups.." Sasuke membungkam bibirnya, dalam hati ia terkikik geli, 'Benar juga, aku 'kan sudah menikah sekarang...' ujarnya. Yah, wajar jika Sasuke lupa jika kini ia tidak lagi tidur sendiri. Karena ini memang kali pertamanya, bangun dengan ditemani sosok pria yang dulu hanya hadir dalam mimpinya.

"Ohayou, Naruto," bisik Sasuke sambil mendekatkan wajahnya di atas wajah Naruto yang masih tertidur. Sosok tampan yang selalu membuatnya terpesona, meski dengan tingkah konyolnya sekalipun. "Kau tau apa yang kurasakan pagi ini?" dibelainya sisi kanan pipi Naruto dengan jari telunjuk. "Aku merasa sangat sempurna sebagai wanita, saat melihat suamiku berada disampingku saat aku bangun..." lanjutnya sebelum meraih bibir Naruto. Ia kecup lembut benda kenyal lelaki berpupil biru itu tanpa peduli dengan bau mulut Naruto yang menari-nari di indra penciumannya. Karena bagi Sasuke, itulah aroma yang salalu ingin ia hirup saat pertama kali memutuskan untuk menikah dengan Naruto.

.

.

#

.

.

"Jadi.. ini semua kau yang membuat?" Itulah pertanyaan yang Naruto lontarkan kepada Sasuke, saat melihat menu sarapan yang tertata rapi di atas meja makan kecil berbentuk persegi.

"Hm.." Sasuke mengangguk mantap, "Ini masakan perdanaku, aku ingin kau mencobanya..."

Naruto memandang sup Miso, ikan panggang, dan Natto yang tersaji di atas meja. Ia sempat bingung untuk memilik masakan mana yang harus ia cicipi terlibih dahulu, tapi akhirnya, ia lebih memilih mencicipi sup Miso buatan Sasuke.

Dengan ekpresi penuh harap, Sasuke menunggu komentar Naruto. Ia ingin suaminya itu memuji hasil masaknya. "Bagaimana?"

"Uhm.. Lumayan enak kok, tapi sedikit terlalu asin," komentar Naruto. Ia acak puncak kepala sang Istri sambil tersenyum lebar, "Aku yakin.. kalau kau terus belajar, kau pasti bisa membuat makanan yang enak..."

Sasuke balik tersenyum, meskipun tidak sesuai harapannya, paling tidak, Naruto sedikit suka dengan masakan yang ia buat. "Thanks Naruto..."

.

.

#

.

.

Lekuk tubuh indah Sasuke tersaji jelas di depan Naruto, ketika pemuda bermarga Uzumaki itu sedang mengamati gerak-gerik Sasuke yang tengah mencuci bekas peralatan makan yang tadi di pakai. T-shirt biru ketat serta rok mini di atas lutut menambah erotis tubuh Sasuke yang makin bersinar saat diterpa sinar matahari dari luar. Kulit putih, pinggang yang ramping, serta kaki jenjangnya mulus tanpa cacat, benar-benar jelmaan sang Dewi. Membuat Naruto kembali teringat, jika ia belum melakukan apapun dimalam pertamanya kemarin.

"Eh?" Sasuke hampir saja menjatuhkan mangkuk yang baru selesai dicuci, ketika tanpa aba-aba Naruto memeluknya dari belakang. "Dobe! Apa yang kau lakukan? Kau tidak lihat aku sedang sibuk?" tanyanya setengah emosi. Sebab, ulah sang Suami hampir membuat jantungnya melompat keluar saking kagetnya. Naruto tersenyum rubah, ia tiup belakang telinga Sasuke hingga membuat gadis berambut sepinggang itu begidik, "Aku juga ingin membantumu, Teme. Tidak boleh ya?"

Sasuke yang merasa terhina dengan perkataan Naruto reflek memutar kepalanya ke belakang, dan gadis itu benar-benar akan mengomeli suaminya jika saja Naruto tak lebih dahulu membungkam bibir merahnya dalam sebuah ciuman.

"Hmnn... Nnnhh..." Hangat. Itulah yang ia rasakan ketika lidah Naruto yang kenyal melesak masuk menjelajah rongga mulutnya. Lidah yang begitu cekatan saat mengajak lidahnya menari. Dan membuat Sasuke, terbuai oleh permainan 'itu' tanpa sadar.

"Ahhh..." Sasuke memalingkan wajah memerahnya dari hadapan Naruto setelah ciuman panas itu usai, namun tak lama karena Naruto meraih dagu mungil Sasuke dan menghadapkan wajah cantiknya kembali kepada Naruto.

"Aku mencintaimu Sasuke, dan aku takkan bosan mengatakannya berkali-kali di depanmu..." bisik Naruto. Membuat Sasuke makin terjerat dalam pesona si pemilik bola mata safir.

"Aku tak perlu menjawabnya 'kan? Karena aku tau, kau pasti sudah tau jawabannya..." balas Sasuke dengan wajah yang kini dipenuhi oleh semburat merah muda. Membuat wajah cantiknya, makin terlihat menggemaskan. "Hm.. aku tau..." ujar Naruto sambil mendorong badan Sasuke hingga jatuh ke lantai, bersama dengan tubuhnya sendiri.

Sedikit meringis kesakitan karena bahunya terbentur kerasnya lantai, Sasuke memprotes, "Dobe! Kau ini, punggungku sa-ennhhh..." nada tinggi yang penuh emosi Sasuke berganti menjadi desahan lembut ketika Naruto yang sedang memeluk tubuhnya dari atas, kini melesakan wajahnya di leher jenjang Sasuke yang mendongak tanpa sadar.

"Ahh.. Aahh..." nafasnya mulai memburu seiring hisapan dan jilatan yang di lakukan oleh lidah cekatan Naruto. Membuat gadis itu geli dengan gerakan-gerakan nakal benda kenyal milik suaminya.

"Aukh!" Naruto merintih kesakitan, entah kenapa Sasuke menjambak helai pirangnya dengan kuat secara tiba-tiba. Padahal ia sedang asik menandai bagian terindah di tubuh Sasuke. "Teme, apa yang lakukan?" sungutnya. Sasuke tak segera menjawab pertanyaan Naruto, karena gadis bermarga Uchiha itu, juga masih sibuk mengatur helaan nafasnya.

"Kau tidak ingin 'bercinta' denganku?"

Perkataan yang terlontar dari bibir Naruto membuat Sasuke terbelalak. "Tidak, bukan itu Naruto!" perempuan muda itu perlahan-lahan menurunkan kembali T-Shirtnya. "Aku.. tadi.. 'tamu bulananku' datang... ja-"

"AKHHHH!" Naruto menggeram frustasi sambil menjauh dari atas tubuh Sasuke. "Kenapa saat seperti ini?" rutuknya.

Sasuke yang juga merasa kesal dengan apa yang terjadi akhirnya mendekap Naruto dari belakang, "Maaf, mengecewakanmu..." desisnya.

Naruto terdiam untuk sesaat, sebelum membuang nafas berat, "Bukan salahmu kok, lagipula, masih banyak waktu untuk kita melakukan 'itu'..."

"Eh.. kau mau kemana?" dengan bingung Sasuke memperhatikan sosok Naruto yang kini melepaskan diri darinya dan berjalan keluar dari pantry.

"Cari angin sebentar..."

Sasuke menatap kepergian suaminya dengan wajah sendu. Ia dan Naruto. Keduanya memang sama-sama kecewa karena tidak dapat menikmati indahnya malam pertama karena gangguan-gangguan kecil. Tapi, jika karena masalah sepeleh itu Naruto marah padanya, itulah yang makin membuat Sasuke tidak terima.

.

.

#

.

.

Menikmati hembusan angin sepoi-sepoi serta jutaan kelopak pohon Maple yang mulai berguguran, menjadi satu pemandangan yang menarik bagi Naruto. Disela-sela pikirannya tentang Sasuke dan malam pertama, yang dari beberapa jam yang lalu membuatnya sedikit kecewa.

'Satu minggu itu, waktu yang cepat kok,' gumam Naruto dalam hati. 'Bodoh kalau akumarah hanya karena hal seperti itu,' batinnya. Ia berulang kali menghela nafas, menyesal karena keegoisannya. Mungkin, di rumah mereka, saat ini Sasuke sedang diliputi rasa sedih. Karena, gadis berpupil onyx itu juga menganggap bahwa kesan gagalnya 'adegan' malam pertama dan kejadian di dapur, adalah karena ulahnya.

"Mungkin, aku harus pulang dan minta maaf pada Sasuke," putus Naruto. Ya, karena itulah keputusan yang tepat saat ini.

+._.+ X +._.+

Putar.. Putar... Putar...

Bola mata Sasuke yang tak berbeda dengan hamparan langit malam, mengingikuti gerakan memutar di depannya. Dimana pakaian-pakaian kotor miliknya dan Naruto, diaduk dalam sebuah mesin bernama washing machine. Memang terlihat kurang kerjaan memperhatikan proses kerja mesin cuci, tapi, Sasuke memang sedang kebanyakan waktu luang hingga menghabiskannya dengan melakukan tindakan bodoh yang percuma.

"Mau ice cream, 'Suke?" Sasuke tercekat, melihat secup ice cream Blueberry tersaji nikmat di depan wajahnya. "Kulihat kau sedang asik dengan mesin cucimu, jadi kubawakan ini untuk menemanimu..."

"Naruto..." rajuk gadis itu, "Kau dari mana saja? Aku bosan sendiri dirumah?" rengeknya manja.

Naruto tersenyum tipis, lalu turut mendudukkan dirinya disamping Sasuke yang kini mengubah posisi lututnya yang tadi tertekuk di depan perut, menjadi bersila. "Maaf ya, aku hanya sedikit kesal. Ya.. kau tau alasannya 'kan?"

Sasuke meraih ice cream di tangan Naruto, tidak untuk dimakan, tapi hanya untuk di letakkan disamping tubuhnya. Karena yang gadis itu inginkan, hanya mengenggam kedua telapak tangan Naruto tanpa terhalang benda apapun. Dengan kepalanya yang bersandar nyaman di bahu sang Uzumaki. "Ya, tapi ini juga bukan keinginanku," gumam Sasuke.

Naruto meraih pinggang Sasuke dan memeluknya, hidung mbangirnya bergerak untuk mencium harum rambut istrinya yang menurutnya paling cantik itu. "Tapi, kalau 'tamu bulananmu' itu sudah pergi, jangan menolak kalau aku ingin segera 'pecah telur', ya?"

Sasuke yang mendengar perkataan Naruto yang menurutnya genit itu, reflek mencubit perut lelaki itu dengan gemas. "Dasar mesum, padahal yang aku tau Naruto yang masih jadi pacarku tidak semesum ini," celetuknya sambil memajukan sedikit bibir bawahnya.

Naruto terkekeh, wajah cemberut Sasukenya itu membuat Naruto geli sendiri. Benar-benar imut sekali. "Tapi, biarpun mesum.. kau tidak bisa menolakku 'kan saat aku menyatakan ingin menikahimu sebulan yang lalu?" Sasuke terdiam. Ia kehabisan kata jika Naruto sudah menyangkut perasaan seperti itu. Karena memang benar, kenyataannya Sasuke takkan bisa menolak Naruto saat pemuda itu ingin menjadikan dirinya satu untuk Naruto. Dan Naruto, hanya menjadi miliknya seorang.

"Hey Sasuke, mau dengar suatu rahasia..." bisik Naruto.

"Apa?"

Naruto tersenyum rubah, "Aku.. mencintaimu..."

Kalau bukan karena kata-kata romantis yang menyejukkan itu, Sasuke pasti sudah jawdrop duluan karena shock dengan apa yang akan Naruto katakan. Padahal dia sudah bersiap untuk mendengarkan apa saja yang akan Naruto katakan nantinya.

"Bodoh!" Dan ucapan Sasuke itu membuat Naruto tak tahan untuk membendung tawanya.

+._.+ X +._.+

Chapter one, OWARI….

+._.+ X +._.+

Janga lupa tingalkan kritik dansaran lewat review ya…. Arigatou…