Kali ini, bukan SMU Konoha yang digegerkan dengan munculnya murid pindahan super tampan atau penemuan mayat tanpa kepala yang tergantung di sisi timur gedung sekolahan.
Kali ini, perkumpulan pemburu Iblis-lah yang mengalami hal seperti itu.
Sang Pangeran bungsu datang ke markas perkumpulan dengan kebencian yang terlihat jelas di matanya yang berubah kelam—dan wujud yang sudah setengah tahap menuju wujud monsternya, kalau boleh ditambahkan. Ia datang sendirian, tanpa dampingan dari sang butler setia yang mereka tak ketahui di mana rimbanya sekarang.
Dan tentu saja, yang paling dikagetkan dengan hal tersebut adalah si bungsu Uchiha. Namun itu belum seberapa dengan apa yang ia rasakan ketika blonde yang sering mengusilinya dengan cara yang kelewat mengerikan itu meminta aliansi dengannya, seperti yang Kyuubi lakukan dengan Itachi beberapa waktu yang lalu. Karena, mohon diperhatikan, Sasuke sangat tahu kalau Naruto membenci segala sesuatu yang berbau dengan perburuan Iblis—bahkan para pelakunya.
"Kau tidak sedang membohongiku, 'kan?"
Alis pirang bertautan, seringaian mencemooh muncul di wajah sang Pangeran. "Jadi kau takut untuk beraliansi denganku, Teme? Kau takut tidak bisa menahan kekuatanku yang terlalu besar hanya dengan Kusanagi milikmu, hmm?"
...oke, acuhkan saja yang barusan—hanya cemoohan dari sang Pangeran yang membuat si bungsu Uchiha murka seperti biasa.
Mengingat harga dirinya sudah diinjak-injak dengan tidak berperikeiblisan, maka Sasuke menjawab dengan, "Siapa takut?"
...tanpa tahu apa yang akan dihadapi olehnya, nanti...
Oo—O—oO
Hidden Curse
Oo—O—oO
Genre: Supernatural – Hurt/Comfort
Rate: T
Warning: AU, Yaoi and straight pairings. Underworld mentioned. Dark!Naruto, again (Kali ini udah masuk tingkatan psiko kayaknya (_ _)|||). Swear words. Don't like, don't read.
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Listening to: Rondo (© ON/OFF)
Oo—O—oO
Chapter IV
Oo—O—oO
I like it, I like it,
fate has already decided that.
The mischief of god is best left unsaid,
but you already understood that, didn't you?
[Kuroneko to Pianist no Tango © Kanon Wakeshima]
Oo—O—oO
"Kau mengikuti jejak Itachi-san, eh?"
Tanpa mempedulikan pertanyaan yang sedikit melenceng ke arah sindiran dari si rambut nanas itu, noiret yang menjadi tokoh utama kita kali ini (walau baru muncul kembali dan mengambil andil besar setelah 2 chapter berlalu hanya dengan menjadi tokoh figuran) berjalan keluar ruang pertemuan dengan langkah kasual seperti biasa. Tangannya dimasukkan ke dalam mantel hitam yang ia kenakan, ekspresi wajahnya terlihat bosan.
"Ngomong-omong, apa kau tidak merasa heran?"
"Tentang apa?"
Pemuda berambut hitam yang dikuncir seperti nanas itu mendengus. "Tentang perkataan Uzumaki barusan; soal Kyuubi yang dibangkitkan kembali oleh musuh kita kali ini."
Barulah Sasuke memberi perhatian penuh pada topik pembicaraan mereka sekarang. Jika sudah menyangkut apapun yang berkaitan dengan Kyuubi sekarang, maka telinganya akan berubah menjadi seperti telinga kucing yang mmapu mendengar suara apapun. Dan tentu saja semua ini berhubungan juga dengan Itachi, yang kini tengah mendekam di balik menara kurungan buatan sang Kakek setelah sebelumnya mencoba untuk membunuh redhead yang merupakan pemilik sah Sabaku Manor.
"Apanya?"
"Kenapa harus Kyuubi?"
Alis hitam milik Sasuke bertautan. "Karena dia adalah putra mahkota yang sebenarnya, 'kan?"
Shikamaru mendecak pelan. "Bukan begitu maksudku, dasar lemot." Urat berkedut dengan manis di dahi Sasuke saat si kuncir nanas mengatakan hal tersebut. "Menurut pengakuan Uzumaki barusan, dia melihat sendiri kalau Ayahnya dibunuh oleh Kyuubi yang dibangkitkan oleh musuh dan dibiarkan berubah menjadi tengkorak 'kan? Maksudku adalah; kenapa mereka tidak sekalian menggunakan roh Ibunya saja yang notabene sudah meninggal terlebih dahulu dan lebih kuat dari Kyuubi? Atau mungkin si Raja sekalian, yang kau tahu sendiri tidak bisa dikalahkan selain oleh Kakekmu dan (sekarang) Kyuubi?"
"Karena hanya si bodoh itu yang bunuh diri dengan sukarela, 'kan?"
Shikamaru facepalm. "Dan untuk apa mereka repot-repot membangkitkan orang yang sudah berniat untuk mati, coba?"
"Karena 'dia' adalah satu-satunya anggota kerajaan yang pernah dekat dengan pemimpin grup mereka, dulu."
Suara yang menginterupsi pembicaraan mereka itu membuat dua pemuda berbeda kepribadian menoleh ke sumber suara; Uzumaki Naruto yang muncul entah kapan. Ia masih mengenakan jubah hitam dengan simbol pusaran air merah di punggungnya dan corak aneh lainnya, masih menampilkan mata biru kelam yang bersinar penuh amarah, serta masih membawa senjata andalannya. Wajahnya juga masih terlihat suram, pengecualian khusus bagi matanya yang sudah terlebih dahulu disebutkan.
Alis Shikamaru bertautan. "Kenapa kau tidak mengatakan hal itu di rapat tadi, Uzumaki?"
Melihat mata biru kelam yang mendadak berubah sayu itu, firasat Sasuke berubah tidak enak. Sangat, sangat tidak enak—tetapi bukan tidak enak karena tidak bisa dimakan atau diminum, lho ya.
"Karena hal itu sendiri juga aib bagi kerajaan, Nara." Langkahnya gontai, tidak bersemangat seperti biasanya. "Ia pernah dikendalikan oleh 'mereka', dan menyebabkan kejadian yang menewaskan hampir seluruh anggota klan Kurama hingga yang tersisa satu-satunya adalah perempuan yang kini ada di bawah perlindungan kalian. Aku dan Sai diutus oleh Ayah ke sana untuk menenangkannya sekaligus mencabut mantra hipnotis itu dari pikirannya."
Dua mata berwarna sama (namun dengan tingkat ketajaman berbeda) mendelik. Si kuncir nanas angkat bicara, "Jadi Kyuubi-lah pelaku pembantaian besar-besaran Klan Kurama?!"
"Bukan dia, bodoh!"
...kalau suara si Pangeran Bungsu sudah naik seperti itu, lebih baik menyerah saja untuk mengatakan dugaannya terhadap si Pangeran sulung dah. Apalagi kalau matanya sudah menajam seperti itu. Mengerikan...
"Yang melakukannya dari kejauhan setelah menghipnotis Kyuu adalah 'orang itu'! Apa kalian tidak bisa memikirkannya secara logis, hah?! Kyuu sama sekali tidak bersalah! Ia ada di bawah kendali mereka yang brengsek itu hingga menyebabkannya melakukan pembantaian itu! Kalian yang saat itu sibuk berfoya-foya atas kemenangan gagal kalian membunuh salah satu petinggi mereka tidak mungkin tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi!"
Urat berkedut di dahi Sasuke. "Apa kau tidak bisa mempersopan ucapanmu, Usuratonkachi? Kau sendirian sekarang—kau tidak lagi punya anjing penjaga yang bisa diandalkan seperti Sai. Dan yang lebih penting..." Tangan Sasuke mulai menarik keluar Kusanagi dari tempatnya berada. "...kau ada di markas kami, Dobe."
Namun Naruto tidak merasa takut—semua ketakutannya sudah terhapus sejak ia menyaksikan sendiri pembunuhan di Kastil tempat tinggalnya, minna-san. "Memang apa peduliku, hah? Memang dunia ini hanya milik kalian, para pemburu menyebalkan? Walaupun kini tinggal aku sendiri anggota klan Uzumaki yang masih hidup, tapi masih banyak iblis lain yang berkeliaran di luar sana tanpa kalian ketahui!"
Hal yang ia katakan selanjutnya membuat dua pemuda itu tertegun bagai patung.
"Dan satu-satunya ketololan terbesar kalian adalah membiarkan mata-mata mereka menyusup ke dalam tempat sakral kalian ini, manusia menyedihkan!"
#
Pandangan matanya sayu, tidak seperti biasanya.
Kini ia duduk sendirian di dalam Menara Kurungan, karya lain sang Kakek yang dianggap paling berhasil untuk menenangkan salah satu anggota keluarga yang sedang mengamuk tanpa kendali. Tangannya yang menggenggam pena sibuk mencorat-coret buku sketsa yang ada di pangkuannya hingga membentuk wajah yang selama ini selalu tertawa di sampingnya.
Kyuubi.
Di sekitarnya, kertas-kertas berisi sketsa yang tak jauh berbeda dengan apa yang sedang ia gambar berserakan. Sebagian sudah agak berdebu, tanda sudah berada di sana lebih dari kurun waktu 24 jam. Namun Itachi tidak peduli. Satu-satunya yang ada di pikirannya sekarang adalah sosok yang seharusnya masih ada di sisinya sekarang jika orang itu tidak bunuh diri beberapa hari yang lalu. Mulutnya terus menggumamkan sesuatu yang tidak jelas tanpa lelah.
Dan fokusnya terpecah ketika ia menyadari sosok tak diundang muncul tiba-tiba tepat di ambang pintu yang seharusnya terkunci rapat.
Sosok berambut hitam seperti Uchiha kebanyakan, bermata oniks tajam, bertubuh tinggi tegap, dan tak jua menua walau usia sudah nyaris mencapai satu abad. Siapa lagi kalau bukan si empunya menara sekaligus pembuatnya, sang Madara Uchiha yang disegani oleh semua pemburu Iblis yang ada di dunia?
"Sudah berhasil menenangkan dirimu, Cucuku yang bodoh?"
Tak ada jawaban. Itachi kembali memfokuskan diri pada pekerjaannya semula, dan Madara hanya mampu menghela napas pasrah. "Kau sama sekali belum makan sejak tiga hari yang lalu. Ibumu sangat cemas memikirkanmu, kau tahu?"
"Aku tidak peduli."
"Berhenti bersikap kekanakan dan jadi dewasa seperti biasanya, Itachi."
"Tidak mau."
"Kalau kau merajuk, kubakar semua kertas itu."
"Aku bisa menggambarnya di dinding. Apa kau ingin membakar menara karyamu ini, Kakek?" Yang Itachi tahu sekali bahwa jawabannya tentu saja kata 'Tidak' yang diucapkan dengan penuh penekanan oleh lawan bicaranya.
Jemari kurus Madara memijit kepalanya yang berdenyut kencang, pusing dengan tingkah cucunya yang satu ini. Ketika Sasuke sudah bersikap dewasa seperti sekarang, kenapa malah Itachi yang jadi kekanakan? Madara benar-benar tak habis pikir ketika membandingkan kakak-adik yang satu itu...
"Kalau kau tidak makan juga, Itachi, akan kuseret kau ke Kokujo (1)."
"Silahkan. Dengan begitu, aku akan bisa bertemu Kyuubi lagi."
Dengusan keras terdengar—dengusan khas Uchiha, namun bukan milik Madara. Dengusan yang sangat familiar sekali di telinga Itachi, mengingat ia sudah sering kali mendengar dengusan itu sejak kecil. Dengusan milik...
"Sejak kapan kau ada di sana, Sasuke?"
Si bungsu Uchiha menatap sang Kakak dengan pandangan bosan. Tangan terlipat di depan dada sementara ia menyandarkan tubuhnya di pintu masuk—tepat di belakang sang Kakek yang sedang menggelengkan kepala pasrah. "Sejak kau berkata kau ingin mati di Kokujo agar bisa bertemu Kyuubi yang sudah dibangkitkan oleh 'mereka', Baka-Aniki."
Perhatian Itachi yang semula tertuju pada kertas di pangkuannya langsung teralih pada sang Adik begitu mendengar ucapan tersebut. Sama seperti Madara, ia yang sudah selama tiga hari penuh tinggal di dalam menara ini tidak tahu menahu tentang kabar bahwa Kyuubi—yang notabene bunuh diri—telah dibangkitkan oleh musuh berat para pemburu dan juga Kerajaan Iblis. Matanya yang semula membulat lebar seperti bagian dasar mangkuk mie ramen kini menyipit, berusaha memastikan agar pendengarannya tidak salah. "Apa kau bilang?"
"Teme bilang kalau Kyuubi telah dibangkitkan oleh 'mereka', Uchiha Itachi—jadi jangan sia-siakan nyawamu dulu. Kau masih bisa bertemu dengan Kakakku sebagai musuh di dunia ini," sahut sosok pirang jabrik yang muncul tiba-tiba di dekat Sasuke. Naruto Uzumaki, siapa lagi?
Itachi merasa kalau jantungnya serasa berhenti berdetak mendengar kabar itu.
"Kami butuh bantuanmu. Selama ini, kau lebih dekat dengannya daripada aku. Jurus terlarang itu hanya bisa dilepaskan olehmu, Itachi." Mata biru itu menyipit. Bukan dihiasi dengan kebencian, melainkan dengan penuh permohonan—yang entah kenapa, malah membuat Uchiha berambut ala pantat ayam di dekatnya membuang muka kesal. Alasannya... silahkan tebak sendiri. Authoress masih belum mau ditebas Kusanagi soalnya.
Lelaki berambut hitam panjang yang duduk di atas kasur sederhana di dekat jendela itu menatap tiga orang di hadapannya sejenak, sebelum menarik napas panjang lalu menghembuskannya lagi. Ia beranjak dari tempat duduknya, berjalan kearah pintu keluar, lalu menatap sang Kakek dengan tatapan yang biasa ia berikan padanya. "Apa nasi goreng buatan Kaa-san masih ada, Ojii-san? Perutku sangat butuh untuk diisi sebelum aku kembali berlatih pedang."
Setelah terdiam untuk beberapa detik karena mendengar nada bicara Itachi yang biasa, sebuah senyuman tipis terlukis di bibir Madara. "Sayang sekali, sudah dihabiskan oleh Obito dan Shisui karena mereka kira kau tak mau memakannya. Tapi Ibumu baru saja mengirimkan miso pagi ini. Mau kuhangatkan dulu sebelum dimakan?"
"Makanan buatan rumah memang yang paling enak~"
Sasuke dan Naruto saling pandang, lalu serempak membuang muka dan mengikuti dua Uchiha lainnya ke ruang makan—yang tentunya lebih terang dari kamar tempat Itachi dikurung dan kosong akan jebakan, beda dengan koridor menuju kamar ini yang dipenuhi dengan trap art mematikan karya duo Usil dari keluarga Uchiha (baca: Shisui dan Obito).
Sementara itu, di luar jendela kamar Itachi, seekor kelelawar menggantungkan diri secara terbalik di dahan pohon sakura yang telah lama mati.
Seekor kelelawar dengan mata berwarna ungu dan dihiasi dengan lingkaran beruntun di sekeliling pupilnya.
.
.
To Be Continued.
Anonymous Review Reply:
Naru Freak: Wkwkwk, ini udah diapdet~ RnR lagi, yah~
A/N: #nyengirbersalah Err, halo, minna-san. Ini fanfict udah berapa lama enggak saia update, yah? #lihatkeatas #ketawagaring Maafkan keterlambatan yang amat sangat ini. Maklum, dear kompucha tempat saia nyimpen file-nya baru direparasi 'n bisa nyala sekarang... ( _ _)|||
Eeh, buat glossary yang emang cuma 1 (8p), Kokujo itu nama senjatanya Orochi (bukan Orochimaru lho ya) di game favorit saia. Diambil dari nama neraka lapis kedua dalam agama Budha tempat pencuri dan pembunuh disiksa. Lebih spesifik lagi, orang yang suka mengambil nyawa orang lain bakal disiksa dengan cara diberi nyawa (karena sebelumnya udah mati—tentunya) terus disuruh jalan di atas lantai yang panas. Buat lebih jelasnya, silahkan mampir ke mbah Google...
Akhir kata, masih adakah yang sudi mereview fic multichap pertama tapi tamat lebih lama dari yang kedua punya saia ini...? #celingukan