"Boleh aku..."

Mata kelabu melebar, ekspresi penuh kengerian tergambar jelas di wajah pucatnya. Sumbernya? Tentu saja...

"...minta nyawamu?"

...sosok berjubah hitam yang perlahan berubah menjadi monster dengan mulut yang menganga lebar, siap untuk menelannya bulat-bulat tak peduli hidup atau mati.

Bahkan teriakan yang keluar dari mulutnya sama sekali tidak terdengar oleh siapapun walau malam itu sangat sunyi.

Oo—O—oO

Hidden Curse

Oo—O—oO

Genre: Supernatural – Hurt/Comfort

Rate: T

Warning: AU, OC, Yaoi (terpengaruh sama manga Lumen Lunae © Mineko Ohkami yang saia download sih...) and straight pairings. Underworld mentioned. Don't like, don't read.

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

AN: Umur Sasuke di sini 24 tahun, Sakura 17 tahun, dan Naru... er, silahkan tebak sendiri sama yang lainnya! #kabursebelumditimpukkaleng

Oo—O—oO

Prologue

Oo—O—oO

"Dibandingkan dengan kehidupan..."

"...kematian terasa lebih menyenangkan."

.

"Kenapa?"

.

Kau tersenyum.

"Untuk apa menjalani hidup yang terasa menyiksa tanpa ada kau yang mampu meringankannya hanya dengan senyumanmu?"

Oo—O—oO

Sekolah heboh.

Bukan karena ada gempa dadakan dan sebangsanya, tapi karena ada murid pindahan yang tampangnya seperti pangeran berkuda putih dari negeri dongeng—yang tentunya, membuat semua murid perempuan penggemar bishonen terkena histeria dadakan dan harus membuat para murid lelaki yang iri-dengki-sirik menutup telinga rapat-rapat sambil memasang wajah kesal.

Yah, itu bagi mereka yang selalu berekspresi. Mereka yang wajah datar alias tak pernah berekspresi hanya duduk tenang atau melakukan kegiatan masing-masing dengan telinga tersumbat apapun (minimal kapas, karena teriakan murid perempuan yang jumlahnya lebih dari 200 orang sungguh memekakkan telinga).

Sebenarnya, bagaimanakah wajah murid pindahan itu?

Rambutnya hitam mengkilap (bukan berminyak) spikey di bagian belakang dengan poni agak panjang yang nyaris menutupi sepasang mata onyx-nya. Seragamnya pun terkesan urakan—lihat saja blazer birunya yang tidak dikancingkan, sama seperti kancing kemeja putih di balik vest hitamnya. Ia juga tidak memakai dasi merah seperti murid lainnya. Dan yang paling mencolok adalah...

"Hei, untuk apa dia bawa-bawa katana ke sekolah?"

...sarung pedang berisi sebuah katana bergagang hitam, yang tersambung ke ikat pinggangnya melalui rantai perak yang sangatlah mencolok dibanding murid lain.

Untuk alasan itulah, ia menjadi pusat perhatian seluruh penghuni sekolah sejak menginjakkan kakinya di depan pintu gerbang.

Dan tolong jangan mengira kalau karakter ini adalah karakter yang gary-stue, karena kalian belum mengetahui sama sekali apa yang tersimpan di balik sorot mata tajam dan dingin dari sosok bernama Uchiha Sasuke ini.

.

.

[Atap sekolah, jam istirahat pertama]

Kosong, hampa, sepi, dan kata-kata sejenisnya adalah pendapat siapapun setiap kali menginjakkan kaki di atap sekolah. Kesunyian ini bukanlah kesunyian yang menyenangkan—lebih tepatnya, kesunyian yang membuat bulu roma siapapun meremang karenanya. Hawa dingin selalu meliputi tempat ini, termasuk di musim panas yang mataharinya bersinar sangat terik sekalipun. Namun untuk alasan tertentu, Sasuke malah membawa makan siangnya ke tempat ini dan menikmatinya sendirian.

Untuk menghindari kejaran fangirlsyang buas, mungkin?

"Tidak takut sendirian berada di tempat ini, Tuan Pemburu?"

Dalam sekejap, katana yang semula tersimpan rapi di dalam sarungnya telah berada tepat di depan leher seorang pemuda berambut pirang lurus terurai sepunggung dan berpakaian aneh yang entah sejak kapan sudah berada di sebelah Sasuke—ikut mencicipi (baca: mengambil tanpa izin) bekal makan siang sang noirette dengan wajah tanpa dosa. Mata scarlet-nya yang kekanakan sungguh kontras dengan mata onyx Sasuke yang sipit dan dewasa.

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Pangeran Buronan."

Bibir merah si lawan bicara membentuk cengiran kecil, bulir keringat menggantung di pipinya yang pucat. "Entah kenapa, julukan itu lebih terasa seperti ejekan daripada pujian bagiku."

"Karena itu memangejekan, Kyuu."

Tak berkutik melawan lidah tajam sosok yang berbeda 180 derajat darinya ini, Uzumaki Kyuubi hanya tertawa hambar—tawa yang tak lama kemudian langsung berubah menjadi senyuman yang tak bisa ditebak artinya. "Kudengar kau sudah menemukan Adikku yang penggila darah itu, Sasuke. Apa kau sudah berhasil menjadikan kepalanya sebagai koleksi?" Pertanyaan mengerikan yang kontras dengan ekspresi kekanakan di wajah si pengucap. Namun bagi Sasuke, kalimat itu tak lagi membuatnya takut—ia sudah mati rasa jika berhadapan dengan bangsa Iblis. Contohnya ya, blondie berpakaian aneh di sebelahnya ini; seorang Pangeran yang berubah menjadi buronan setelah difitnah sendiri oleh Adiknya yang menjadi bahan pembicaraan mereka.

"Kalau aku sudah berhasil, untuk apa aku pindah ke tempat ini dan membawa katana ke neraka dunia berkedok tempat menuntut ilmu ini? Aku juga tidak perlu memalsukan umurku menjadi 7 tahun lebih muda, bodoh."

"Ucapanmu yang terakhir sangat menusuk hatiku, Sasu-chan."

Jika Kyuubi tidak mempunyai daya reflek yang bagus, bisa dipastikan kepalanya telah menjadi koleksi ke-2000 seorang Uchiha Sasuke yang murka detik ini juga.

"Berhenti-memanggilku-seolah-aku-ini-anak-kecil, brengsek."

Bersyukurlah sang Pangeran bahwa hanya sehelai rambutnya saja yang terpotong oleh katana bermata tajam itu.

"H-hamba mengerti, Sasuke-sama..."

Dan pembicaraan mereka terus berlanjut, tanpa tahu akan sepasang mata zamrud yang menatap mereka dengan sorot penuh kengerian dari balik pintu menuju tangga; sepasang mata zamrud milik gadis berambut merah jambu berbandana merah, yang baru saja hendak makan siang di atap seperti biasa untuk menghindari kejaran para penggencetnya.

"...siapa sebenarnya mereka?"

#

[Pulang sekolah, tempat parkir kendaraan]

"Uchiha... Sasuke?"

Kepala bersurai hitam itu tak menoleh secara penuh. Hanya matanya yang menatap dari sudut dan menangkap kehadiran seorang gadis asing yang tampak ketakutan di belakangnya.

Rambutnya merah lurus, dibiarkan terurai hingga mencapai bahu dan berbandana merah. Seragamnya dipakai rapi, tanda bahwa ia adalah murid baik-baik yang taat pada peraturan sekolah—tidak seperti Sasuke, yang entah kenapa merasa tertohok sendiri saat membandingkan dirinya dengan gadis bermata zamrud itu. Tubuhnya pun tidak terlalu tinggi dan proporsional. Dan—eh? Apakah itu luka sayatan yang tersembunyi di balik kaus kaki hitam selutut dan lengan seragamnya?

"Siapa kau?"

Senyum kecut menjadi respon si lawan bicara atas pertanyaannya, diikuti dengan pernyataan yang membuatnya tertegun;

"Hanya orang asing yang mendengar percakapanmu dengan orang yang juga asing di atap sekolah pada jam istirahat tadi."

.

.

To Be Continued

GLOSSARY

Noirette: Orang berambut hitam

A/N: Fic kedua yang Tsuu publish minggu ini selain 'Misunderstanding' #promosidikit

Pendek, emang. Lebih gaje dari dua lainnya, emang. Tapi gak tau kenapa, Tsuu pingin banget nge-publish fic ini... Semoga aja gak berakhir discontinue kayak orifict Tsuu lainnya, karena ini fic asalnya dari fic yang niatnya mau di-publish di FP pakai judul yang sama (tapi akhirnya enggak jadi).

Akhir kata, RnR please? Dan jangan kirimin saia flame—ada kemungkinan 'dark side' saia bakal muncul kalau ada yang ngirimin flame gak guna yang isinya cuma makian tanpa ujung tanpa akar.