Title: Skylark's Days

Summary: Kyouya Hibari, mahasiswa peraih beasiswa di salah satu universitas terkenal di Italia. Dino Cavallone, pemuda yang amat ceria sekaligus penuh misteri. Disatukan dalam satu apartemen dan universitas, apa jadinya?

Rate: T (for safe)

Disclaimer: Katekyo Hitman Reborn punyanya Akira Amano, that's all!

Pairing: Dino Cavallone X Kyouya Hibari

Warning: Alternate Universe, OOC, typo(s), DLDR!


Prologue: Arrived

Rome – Italy

Suara berdengung menggema di udara. Pesawat satu-persatu datang dan pergi, menambah kesibukan sebuah bandara di sudut ibukota Italia, Roma. Langkah-langkah cepat dan tergesa memenuhi bandara. Kesibukan yang tidak akan pernah berhenti, karena bandara ini adalah gerbang utama menuju ke seluruh pelosok Italia, dari Venezia di utara hingga Palermo di selatan.

Termasuk pemuda satu itu. Wajahnya yang khas Asia membuatnya berbeda di antara wajah-wajah Kaukasoid. Tubuhnya jadi terlihat mungil dan ringkih diantara tubuh tinggi dan tegap orang-orang Eropa. Mata onyx-nya menatap tajam, menyapu seluruh ruangan. Sembari menyeret koper-kopernya yang besar, ia berjalan menuju pos pengecekan. Setelah tiba disana, ia menyerahkan paspor dan beberapa dokumen imigrasi pada salah seorang petugas disana.

"Signore... Kyouya... Hibari?" raut kebingungan tampak muncul di wajah petugas itu, mungkin dampak dari nama pemuda itu yang bahasanya jarang ia lafalkan.

"Hn." Si pemuda, Hibari Kyouya, hanya menjawab dengan gumaman singkat. Tapi sorot matanya menunjukkan determinasi yang sangat kuat, sehingga membuat si petugas merinding, dan menatapnya ngeri.

"S...Selamat datang di Italia, Signore!" dengan segera, si petugas menyerahkan dokumen imigrasi itu kembali dengan tangan gemetar. Tanpa mengatakan apa-apa, pemuda itu berjalan meninggalkan pos pemeriksaan dengan tenang, bahkan langkahnya pun nyaris tanpa suara. Tapi raut wajahnya menunjukkan rasa kesal.

"Hmh, herbivore..." ia mendengus pelan, keluar dari bandara dan menyetop taksi. Memasukkan semua barangnya ke bagasi dan melesat meninggalkan bandara yang padat.


Hibari Kyouya. Pemuda tokoh utama kita kali ini adalah seorang berkewarganegaraan Jepang. Lalu, kenapa kini ia ada di Italia? Seorang diri pula?

Hibari adalah pelajar yang pintar, itu sudah menjadi rahasia umum. Beberapa bulan lalu, ia iseng mencari beasiswa. Lalu, ia tanpa sengaja menemukan website beasiswa dari salah satu universitas ternama di Italia. Tertarik dengan Italia (dan merasa lebih menguasai bahasa Italia dibanding bahasa-herbivore-sedunia), membuatnya bersikukuh memilih Italia sekalipun beasiswa penuh dari salah satu universitas besar di Inggris sudah di tangan.

"Signore, kita sudah sampai." Suara si supir taksi membangunkan Hibari dari lamunan. Hibari langsung memberikan beberapa lembar uang dalam pecahan Euro. Sang supir nampak kebingungan. "I...Ini terlalu banyak, Signore! Saya tak punya kembalian."

"Ambil saja kembaliannya." Hibari menyampirkan tas ranselnya di salah satu pundak, lalu keluar dari taksi dan mengambil kopernya dari bagasi. Semuai ia lakukan sendiri, padahal si supir sudah siap membantunya.

"Grazie, Signore!" dengan senyum ceria, si supir kembali mengendarai mobilnya, sementara Hibari menatapnya tanpa ekspresi sebelum masuk ke dalam sebuah bangunan bergaya lama yang sangat megah.

"Jadi, disini aku akan tinggal sekarang? Tidak buruk juga rekomendasi darimu, Alaude."


"Selamat datang, Signore Hibari." Seorang wanita Italia paruh baya menyambut Hibari di pintu masuk. Ia adalah pengurus apartemen ini. "Bagaimana perjalanan dari Jepang ke Italia, Signore?"

"Melelahkan, biasa saja." Hibari menjawab sekenanya, agak kesal karena ia kesulitan membawa dua koper besar sekaligus. Wanita itu tersenyum ramah dan mengambil alih salah satu koper dari tangan Hibari.

"Biar saya bantu. Ayo, saya tunjukkan kamar anda." Hibari hanya menggumam sebelum mengikuti wanita itu menuju lantai teratas apartemen itu. Hanya ada dua pintu di lantai ini, yang berarti hanya ada dua kamar, kamar terbesar dan terluas (karena ukuran lantai teratas sama dengan lantai-lantai di bawahnya, namun di lantai lain ada 6 kamar).

Tiba-tiba, langkah Hibari terhenti. Telinganya mendengar sesuatu dari salah satu pintu. Suara saxophone? Sang wanita Italia hanya tersenyum memandangi Hibari yang terdiam, sementara mata onyx itu menangkap sebuah papan nama yang tertempel di pintu itu.

"Dino... Cavallone..."


"Ya, Signore Cavallone adalah salah satu penghuni disini. Dia akan menjadi teman satu lantaimu, Signore Hibari." Wanita itu berjalan ke arah pintu yang lain, pintu yang terdapat papan nama bertuliskan "Kyouya Hibari". Lantas ia mengeluarkan kunci dan membuka pintunya, mempersilakan Hibari masuk.

Memang benar, kamar ini cukup luas. Hibari berkeliling ke sekitar kamarnya. Ranjang, cek. Meja belajar, cek. Lemari baju, cek. Rak buku, cek. Sofa, cek. Dapur kecil? Oh, baiklah, cek. Kamar mandi, cek. Wow, balkon. Oke, cek.

Kamar ini lebih dari yang ia harapkan.

"Ini kamar yang direkomendasikan Signore Alaude untuk anda. Bagaimana menurut anda?" Wanita itu meletakkan koper Hibari di dalam kamar.

"Tidak buruk. Apa ini kamar yang digunakan Alaude dulu?" Hibari mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi kamar.

"Begitulah. Ah, ya. Saya harus pergi sekarang, kuncinya saya tinggalkan di meja, Signore." Wanita itu melangkah keluar kamar.

"Terima kasih, Nyonya..." Hibari terdiam, kebingungan harus memanggil apa.

"Sandra, semua orang memanggil saya Madam Sandra. Jika anda membutuhkan bantuan, hubungi saya." Lalu sang wanita melangkah pergi.


Setelah kepergian Madam Sandra, Hibari merebahkan diri di ranjangnya. Sebuah kasur double bad yang cukup empuk dan nyaman, membuat mata onyx itu memberat. Rasa kantuk mulai menyerangnya, mungkin ia terkena jet-lag.

Baru saja ia hendak memejamkan matanya, suara ketukan halus di pintunya (mau tak mau) menyeretnya kembali ke dunia nyata. Dengan kesal, karnivora itu melangkahkan kakinya ke arah pintu, bersumpah akan meng-kami-korosu siapapun yang berani mengganggu waktu istirahatnya.

Tangan Hibari segera gagang, bersiap menyerang siapapun yang mengganggunya. Lalu matanya bertumbukan dengan sesosok pemuda asing. Mata hazel, rambut pirang cerah, t-shirt, celana kargo, kulit zaitun, dan semangkuk pasta dengan saus tomat dan bola-bola daging cincang sebagai topping. Oh, dan jangan lupakan senyumannya yang (menurut Hibari) tampak bodoh itu.

"Selamat datang, tetangga! Namaku Dino Cavallone, salam kenal!"

Oh, yeah. Hidup Hibari Kyouya tak akan pernah sama lagi.


Author's note:

Oke, saya tahu si kuda jingkrak gak pernah diceritakan bisa main saxophone atau bisa masak. Tapi, yeah… anggaplah begitu. Lalu di sini Dino gak seceroboh sampai gak bisa apa-apa tanpa bawahannya. Tapi, sekali lagi… Dino ya Dino, jadi dia tetap ceroboh.

Soal permainan saxophone-nya, silakan dengar karya-karya Dave Koz. Itulah kira-kira permainan Dino dalam benak saya ;). Dan hell yeah, saya jatuh cinta sama permainan saxophone. Kalau ada cowok nembak saya sambil main saxophone (terlebih kalau itu Dino *dihajar*), I'll say yes!

Yaah… sudahlah. Gimana prolog-nya? Semoga gak terlalu mengecewakan, dan jangan lupa REVIEW! Reviews are my energy!