Wouldn't it be nice if we could wake up

In the morning when the day is new

And after having spent the day together

Hold each other close the whole night through

-Beach Boys: Wouldn't It Be Nice-

Harry Potter by J.K Rowling

50 First Dates © Columbia Universal Pictures

50 First Kisses by Keira Luna

Chapter 1: Prolog

….

Wanita

Katanya wanita adalah mahkluk Tuhan yang paling unik yang ada di dunia. Wanita adalah mahkluk Tuhan yang diciptakan untuk mendampingi kaum Adam. Mahkluk yang diberikan keajaiban untuk menghasilkan kehidupan baru dari dalam rahimnya. Mahkluk yang dipuja oleh kaum Adam karena kemolekan dan kelembutan hatinya. Tetapi pernakah terpikir olehmu, siapa mahkluk Adam yang paling dicintai dan dipuja oleh kaum wanita?

Well, mahkluk Adam yang satu ini teramat special. Ia diciptakan teramat sempurna. Masterpiece! Semua pria akan iri hati kepadanya. Rambut pirangnya yang tertata apik memberi kesan aristokrat pada wajahnya. Kulit putih pucatnya memberikannya kesan seksi dan sekan menjadi magnet bagi para kaum Hawa untuk membelainya. Mata silver kebiruannya menatap tajam pada semua wanita, membuat hati para wanita tertembak panah asmara hanya dengan memandang matanya. Gaya berjalannya yang tegap seakan tak takut pada siapapun langsung menghisap perhatian wanita-wanita yang ada di sekitarnya. Hanya dengan menatapnya, kaum Hawa seakan terhipnotis dan terbawa kea lam lain yang begitu indah. Ialah surge dunia. Ialah pangeran para kaum Hawa. Ialah pria terseksi yang pernah ada. Ia… Draconis Malfoy.

50 First Kisses

"Draco Malfoy, mengapa kau dan aku harus berpisah? Sungguh aku tak dapat semua tentang kita meski kita baru saling mengenal selama enam bulan…"

"Ah, Lydia, aku benar-benar menyesal. Aku benar-benar tak dapat bersamamu. Sungguh…"

"Tak dapatkah kau membawaku bersamamu ke Arizona?"

Menghela nafas pelan, ia pun menjawab, "Aku tak ingin membahayakanmu di sana, my Lydia. Sebagai pencinta lingkungan, hidup di dalam hutan benar-benar berat." Di sini, ia menangkup wajah si gadis dengan kedua belah tangannya. "Aku akan sangat merindukanmu Lydia," desahnya sambil mengecup kening si gadis ketika ia melihat si gadis yang mulai berlinang air mata.

"Kalau begitu aku akan menunggumu…"

Si pria menggeleng. "Jangan pernah menungguku Lydia, kumohon…"

Si gadis menghela nafas sembari menahan air mata yang sebentar lagi jatuh dari pelupuk matanya, "I love you, Draco…"

"I love you too, Lydia…"

Sang Gadis, Lydia Bennet, kemudian melangkah pelan meninggalkan pria berkulit pucat yang selama seminggu ini selalu menemaninya di Rusia. Pria yang selama seminggu ini menghujaninya dengan perhatian dan kata-kata yang romantis. Pria yang membuatnya jatuh hati hanya dalam satu kali pandang saja. Tetapi kini, semuanya tak berarti apa-apa lagi. Dengan dirinya yang harus kembali ke Yunani serta sang pujaan hati yang –sesuai perkataannya- harus kembali bertugas di Arizona, hubungan merekapun tak dapat dilanjutkan lagi. Setidaknya, meski hubungan itu hanya berumur seminggu saja, semua itu memberikan kenangan manis padanya.

"Aw man! Bertugas ke Arizona? Who do you think you are?" sahut seorang pria berkulit gelap yang sedari tadi mengamati interaksi antara si gadis Lydia dan pria bernama Draco Malfoy yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

"Shut up, Zabini!" sahut Draco tak mau kalah.

Si pria berkulit gelap, Blaise Zabini, terkekeh pelan. Ia kemudian berjalan pelan menghampiri sahabatnya yang masih menatap bosan pesawat yang mengangkut si gadis Lydia tadi. Well, bagi seorang Blaise, apa yang dilihatnya bukanlah hal baru. Ia sudah terbiasa, tidak maksudnya sangat terbiasa, melihat Draco Malfoy yang selalu menggandeng wanita berbeda setiap minggunya. Ia sendiri cukup heran dengan tingkah sahabatnya itu.

"Iri padaku, Zabini?" ejek Draco yang dibalas Blaise dengan sebuah tinju pelan yang tepat mengenai lengan Draco.

"Oh ayolah… tak bisakah kau hentikan kebiasaanmu bergonta-ganti pasangan, Drake?" tanya Blaise malas.

Draco mendengus pelan. Tanpa menghiraukan perkataan Blaise, ia berjalan meninggalkan pemuda berdarah Italia itu di belakangnya. Ia sudah ratusan kali mendengar perkataan yang sama yang keluar dari bibir sahabatnya. Dan tentu saja responnya selalu sama, tak pernah ia indahkan sekalipun. Menghela nafas pelan melihat kelakuan sahabatnya, Blaise berjalan agak cepat supaya ia bisa menghampiri Draco. Tanpa memperdulikan raut bosan yang ada di wajah Draco, Blaise pun bertanya lagi, "Bagaimana kalau ayahmu tahu soal ini?" singgungnya.

Langkah Draco terhenti. Ia lalu menatap Blaise tajam. "Kalaupun ia tahu, hal apa yang bisa diperbuatnya?" tanyanya malas. Ya, jika ayahnya tahu, apa yang bisa diperbuatnya demi menghadapi perilaku sang putra yang di luar batas kesopanan. Bukan hal baru lagi jika hubungan Draco dengan sang ayah yang merupakan seorang pengusaha kaya raya terbilang cukup renggang. Keberadaannya kini di Rusia juga merupakan tindakan yang dibuat oleh ayahnya yang dimaksudkan untuk mengubah perilaku putra semata wayangnya itu. Sayang sekali pada kenyataannya hal itu malah memperburuk hubungannya dengan sang putra.

"Baiklah, baiklah. Lebih baik kita segera pulang. Aku tak mau diceramahi penjaga asrama lagi," ujar Blaise begitu ia dan Draco telah sampai di tempat di mana mereka memarkir mobil tadi. Menyalakan mesin, Blaise pun mengemudikan mobil yang mereka tumpangi ke arah pinggir kota, ke arah Durmstrang, salah satu boarding school khusus pria yang terkenal di dunia.

"Apa rencanamu selama liburan nanti, Drake?" tanya Blaise tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya.

"Hawai…" jawab Draco singkat. Ia melihat Blaise yang kini mengerutkan dahinya. "Hawai, Blaise Zabini. Selepas ujian nanti, kita akan pergi ke Hawai."

Kali ini Blaise mengalihkan perhatiannya dari jalan raya lalu menatap bingung pada sahabatnya. "Apa maksudmu dengan kita?" tanyanya.

Draco terkekeh. "Tentu saja kau dan aku, my brother," ujarnya santai.

"Kau selalu saja begitu!" gerutu Blaise.

50 First Kisses

Durmstrang University merupakan salah satu universitas tertua sekaligus yang terbaik yang ada di Rusia. Selain populer akan kualitasnya yang bahkan menyaingi Havard, Durmstrang University juga terkenal akan mahasiswanya yang terbilang tampan. Sebagai universitas yang hanya diperuntukkan untuk kaum Adam, universitas ini tentunya menjadi surge dunia bagi mahluk Hawa yang mendapatkan kesempatan untuk memasuki universitas tersebut. Dan tentu saja, kesempatan itu langka!

Hal lain yang menambah kesan spektakuler dari universitas itu adalah arsitekturnya yang masih tetap terjaga hingga saat ini. Tiang-tiang yang kokoh menjulang tinggi menahan atap-atap yang menaungi mahasiswanya dengan kokoh. Hall utama Durmstrang juga sangat indah, dengan berbagai ukiran pada dindingnya serta sebuah lukisan mahakarya yang menghiasi atapnya. Keindahan hall utama Durmstrang disebut-sebut menyaingi aula utama Universitas Hogwarts. Dan malam ini, hall utama Durmstrang tampak lebih indah dan meriah dengan lautan mahasiswa serta mahasiswi Beauxbaton yang secara resmi diundang oleh kepala rektor Durmstrang dalam acara pesta perayaan selesainya ujian.

"Hey Blaise!" seru Draco dari sudut ruangan. Ruangan itu begitu penuh dan suara music yang mengalir begitu kencang hingga ia harus berteriak untuk dapat menarik perhatian sahabatnya itu.

"Hey Draco! kemana saja kau?" tanya Blaise dengan suara yang tak kalah kencangnya. Alunan musik dari band indie kampus mereka terlalu kencang hingga dapat memekakan telinga.

Draco terkekeh pelan. Sebelah tangannya ia taruh di pundak Blaise sementara sebelah tangannya lagi masih dengan setia menggenggam segelas wine. Saat ini ia mengenakan kemeja hitam dan celana berwarna senada. Ia lalu mengedarkan pandangannya ke lautan mahasiswi-mahasiswi genit yang sedari tadi menggodanya.

"Mengapa tak coba one night stand dengan mereka?" tawar Draco. Di sisi lain Blaise hanya bisa menggeleng.

"Kau saja…" jawabnya tak tertarik. Ia bisa menangkap kilat jenaka dari manik silver kebiruan Draco. Meninggalkan Blaise, dengan mantap Draco melangkah ke arah kumpulan mahasiswi itu, mengajak salah satu di antara mereka, dan kemudian membawanya berdansa ke tengah ruangan.

50 First Kisses

Sinar mentari perlahan memasuki ruang kamar tidur itu melalui celah-celah jendela yang tak tertutupi gorden. Tampaknya cahaya sang surya itu terlalu menyilaukan sehingga menyadarkan sang pangeran dari tidur lelapnya. Perlahan Draco bangkit dari tempat tidur dan merentangkan tangannya. Dari sudut mata kirinya ia melihat sesosok gadis yang masih tertidur lelap di balik sehelai selimut putih yang menutupi tubuh indahnya. Dengan malas, ia bangkit dari tempat tidur dan segera berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap karena sesuai jadwal, ia dan Blaise akan berangkat ke Hawai untuk menghabiskan liburan mereka.

Usai melakukan urusannya di kamar mandi, Draco berjalan malas menuju kea rah tempat tidur. Mata silvernya kembali menatap sang gadis yang masih terpejam. Tanpa buang waktu lagi, ia mengambil selembar kertas dari dalam laci meja dan menulis pesan untuk si gadis.

Terima kasih untuk malam yang indah

Maaf tak bisa berada di sampingmu ketika kau bangun

Aku harus pergi ke sesuatu tempat

Tapi percayalah, semalam kau sangat mengagumkan

Draco lalu menaruh catatan kecil itu di samping meja yang letaknya tepat di samping sisi tempat tidur. Tanpa pikir panjang, Draco melangkah keluar kamar, meninggalkan si gadis yang hingga detik ini tak ia ketahui namanya.

"Hey Drake!" sapa Blaise begitu Draco telah mencapai pintu utama asrama. Blaise terlihat sangat menawan dengan kaus putihnya yang dipadu dengan jeans abu-abu. Di sisi lain, Draco juga tak kalah menawan dengan kaus hitam ketatnya yang dipadu dengan jeans biru favoritnya.

Blaise melirik Draco. "Mana ranselmu?" tanyanya.

"Ransel? Untuk apa aku membawa ransel?" Draco bertanya balik.

Blaise menghela nafas. "Kau tak membawa baju ganti?" tanyanya kali ini sedikit sewot.

Draco tersenyum. "Itu gampang. Beli saja…" katanya enteng sambil melangkah meninggalkan Blaise di belakangnya.

"Tuhan, mengapa aku betah sekali bersahabat dengannya!" gerutu Blaise pada dirinya sendiri.

Draco terkekeh pelan melihat tingkah Blaise yang dianggapnya lucu. "Hawai! Kami datang!"

bersambung

AN: Hai! Kei datang dengan fic baru. Fic ini Kei tulis sehabis menonton 50 First Dates yang menurut Kei kocak banget! Tapi meski fic ini terinspirasi dari film itu, alurnya ga bakal seratus persen sama. Jadi, bagaimana fic ini menurut kalian? Review ya…