Penjelasan sedikit..

Umur Naruto: 18 tahun

Umur Sasuke: 18 tahun

Umur Naruko: 17 tahun

.

"Nee-chan," panggil seorang gadis berambut pirang, Uzumaki Naruko, keluargaku satu-satunya yang masih hidup.

"Iya, Naruko. Ada apa?" tanyaku sambil menaruh buku tulis ke dalam tasku.

"Go-gomenasai. Lagi-lagi aku.. Menyukai orang yang Nee-chan suka. Dan tanpa sadar, aku menyatakan cinta," jawab Naruko dengan wajah tanpa dosa. "Dan dia menerimaku..."

Aku terdiam.

Benarkah itu.. Sasuke...?

.

.

.

.

.

.

.

Summary: Inspirated from one of SID's song, RAIN. / Demi menepati janjinya kepada ayahnya, Naruto melakukan segala macam cara untuk membahagiakan adiknya, Naruko. Tapi apakah ia bisa bertahan menghadapi cobaan-cobaan yang terus melandanya? / Warning, SasuFemNaru. OOC!

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rated: T

Genre: Romance & Hurt/Comfort

Pairing: Sasuke U. & Naruto U. (fem)

Warning: Gaje, OOC, Bashing chara Naruko, TYPO bertebaran, dll.

.

.

.

.

.

.

.

R A I N

.

.

.

.

.

.

.

Chapter 1

Aku terdiam sambil membayangkan Sasuke, orang yang kucintai yang sudah berjanji akan bersamaku selamanya, menerima Naruko menjadi pacarnya.

"Nee-chan, ayo berangkat," kata Naruko sambil mengangkat tasnya.

Aku tersadar dari lamunanku. "I, iya!"

Aku segera mengambil tasku dari kursi lalu berangkat ke sekolah.

.

.

.

"Ohayou, Naruto!" sapa seorang gadis berambut soft pink, Haruno Sakura.

"Ohayou, Sakura..," balasku lesu. Aku masih berpikir, apakah Sasuke benar-benar menerima Naruko?

"Biar kutebak. Sasuke, hm?" tanya Sakura jitu. "Sudahlah, kawan. Sasuke memang terkenal. Makanya waktu kau mulai dekat dengannya, aku bilang kalau kau pasti akan terluka saat melihat Sasuke di dekati oleh banyak gadis."

"Bukan begitu, Sakura..," kataku sambil duduk di kursi paling belakang.

"Kalau begitu apa dong?" tanya Sakura antusias sambil duduk di kursi di sampingku yang kosong.

Aku terdiam sebentar lalu menjawab, "Maaf, aku tidak bisa memberitahumu."

"Oh, ayolah, Naruto..," bujuk Sakura. "Sebagai teman masa kecil Sasuke, aku ingin tahu perkembangannya.."

'Perkembangan'? 'Perkembangan' apanya?

"Ah, itu Sasuke! Hei, aku tinggal ya," kata Sakura lalu berjalan meninggalkanku.

Aku menghela napas panjang. Tiba-tiba Sasuke duduk di sampingku.

"Aku boleh duduk di sini?" tanya Sasuke.

"Terserah kaulah. Aku malas debat," jawabku.

Sasuke terdiam. Menurutku, dia berpikir bahwa dialah yang biasanya berkata begitu kepadaku.

"Gomen," satu kata dari Sasuke itu membuatku terkejut. "Aku sangat menyesal telah menerimanya."

"Nggak apa-apa..," kataku. "Kalau kau memang menyukainya, kau memang pantas menerimanya. Tapi.. itu sebelum kau berjanji kepadaku."

Dia menatapku. Aku tersenyum, berusaha menyabarkan hatiku. Naruto, kau harus tegar!

"Nah, buka buku kalian halaman tiga puluh enam!" perintah seorang guru bermasker yang tiba-tiba memecahkan keheningan di kelas ini, Hatake Kakashi.

"Baik, Sensei."

.

.

.

.

"Naruto, ayo pulang," ajak Sakura sambil membereskan tasnya.

"Ka, kau duluan saja, Sakura. Aku masih mau di sini sebentar," tolakku sambil memasukkan beberapa buku pelajaran ke dalam tasku.

"Oh, baiklah."

Setelah kelas kosong, aku menatap kesal ke arah kursi di sampingku, milik Sasuke. Tiba-tiba aku menjadi teringat kejadian tadi pagi.

"Gomen, aku sangat menyesal telah menerimanya.."

".. sangat menyesal telah menerimanya.."

".. telah menerimanya..."

Tes.. Tes...

Tanpa sadar, aku menangis sambil memukul-mukul meja. "Kenapa kau mengingkari janjimu, Sasuke! Sasuke.. Sasuke.."

Tanpa kusadari, Sakura melihatku dari luar kelas.

"Uchiha sialan!" umpatnya geram.

.

.

.

"Naruko, ayo pulang," ajakku kepada Naruko yang sedang asik berbicara bersama teman-temannya.

"Tunggu, Nee-chan! Nah, terusnya, dia bilang begini..," Naruko masih asik berbicara (baca: menggosip) dengan teman-temannya.

"Naruko, ayo pulang," ajakku lagi.

"Tunggu, Nee-chan!"

"Hei, kau pikir aku ini siapa, harus menungguimu sesuka hatimu? Pesuruhmu? Atau pembantumu?" tanyaku sambil menatapnya tajam.

"N, Nee-chan..," katanya pelan karena ketakutan (yang dibuat-buat).

"Ayo pulang! Dasar tidak berguna!"

Deg!

Tanpa sadar, kalimat itu keluar dari mulutku.

"N, Nee-chan..," panggilnya sambil berpura-pura menangis. Jangan bodoh. Aku sudah tahu trikmu itu. Aku menarik lengannya kasar lalu menariknya pulang.

"Gomenasai, Nee-chan..," rengeknya.

"Tidak ada gunanya menangis. Lebih baik kau hentikan tangisanmu itu," kataku sambil menatap ke jalanan. "Memuakkan."

Naruko berhenti sejenak lalu menatapku.

"Dasar Uchiha sialan!"

PLAKK!

Terdengar sebuah suara perempuan keras di dekatku. Dengan mudah aku mengenali suara itu, suara Sakura. Dan—suara apa itu?

Aku berhenti melangkahkan kakiku lalu menatap mereka. Naruko pun menatap ke arah yang kutatap.

"Sasuke..," katanya cemas. Dan ia langsung berlari ke arah Sasuke dan Sakura.

Aku mendengus kesal lalu kembali berjalan pulang. Aku sudah memutuskan untuk tidak dekat-dekat dengan Sasuke lagi.

Tapi sayangnya, aku tidak dapat menahan rasa khawatir dalam hatiku. Jadi kuputuskan untuk mengintipnya sedikit.

"Stop!" seru Naruko sambil berusaha melindungi Sasuke.

"Ah, jadi ini ya, Uzumaki Naruko, si perebut kebahagiaan kakaknya," ejek Sakura ketus. Aku kebingungan menatapnya. Hei Sakura, sebenarnya kau kenapa?

Naruko tidak mempedulikan ejekan dari Sakura. Ia menghampiri Sasuke dengan tatapan cemas. "Sasuke.."

Sasuke membuka matanya perlahan. Ternyata Sasuke sudah diambang kesadarannya. Ya iyalah! Ia kan dipukul oleh Sakura, sementara Sakura itu ahli bela diri.

"Naru.. to?"

Aku tersentak.

Hati Naruko hancur berkeping-keping.

"Lihat? Kurasa sekarang sudah jelas dia mencintai siapa," ejek Sakura lagi.

Naruto menatap Sasuke kesal. Dengan wajah penuh air mata dia berlari pulang. Aku yang menyadarinya juga langsung berlari agar tidak ketahuan mengintip.

.

.

.

"Sakura benar, aku memang merebut seluruh kebahagiaan Nee-chan. Tapi kali ini aku bersungguh-sungguh!"

Aku mendengar seruan pelan dari kamar Naruko. Aku bisa mendengarnya karena memang kamar Naruko berada di depan ruang keluarga.

Aku sadar, aku harus membahagiakan Naruko, karena itu janjiku kapada Tou-san sebelum Tou-san meninggal. Karena itu, aku harus menyerahkan Sasuke kepada Naruko.

Tapi, apa aku akan kuat?

.

.

.

Drrrt.. Drrrt..

Ponselku bergetar. Aku segera mengambilnya. Ah, ternyata ada pesan masuk. Dari.. Sasuke?

From: Sasuke Uchiha

Aku minta maaf untuk kejadian tadi pagi.

Itu saja? Dasar irit kata. Aku pun membalasnya.

To: Sasuke Uchiha

Ah, ternyata Uchiha bisa minta maaf juga ya? Oh ya, aku tidak yakin aku bisa memaafkannya. Lagi pula, bagaimana dengan Naruko, dasar bodoh!

Nah, aku ingin tahu apa yang dia balas.

Drrrt.. Drrrt...

From: Sasuke Uchiha

Kau tahu dari mana? Oh ya, bilang kepadanya aku meminta maaf untuk kejadian tadi sepulang sekolah.

Ups, kurasa aku keceplosan. Cih, dasar Sasuke. Memangnya aku ini tukang pos?

To: Sasuke Uchiha

Aku ini bukan tukang pos, baka. Kau yang harus memberitahu Naruko sendiri!

PS: Jangan dibalas. Membalas pesanmu hanya buang-buang pulsa.

Hah! Aku cukup puas dengan kalimat yang aku tulis di ponselku. Lalu aku menekan tombol bertuliskan 'send'.

Semoga dengan menyerahkan Sasuke, Naruko bisa bahagia...

.

.

.

Ya, ampun! Jam berapa sekarang! Aku belum menyiapkan makan malam!

Aku segera terbangun dari tidurku yang sama sekali tidak nyenyak, lalu segera memasak untuk kami makan malam.

Beberapa puluh menit kemudian, aku akhirnya selesai memasak. Lalu aku berjalan ke kamar Naruko untuk memanggilnya makan malam.

"Naruko, makan malam siap," kataku. Tidak ada jawaban.

"Naruko?"

Aku membuka pintu kamar Naruko. Naruko tidak ada!

Aku terduduk. Naruko kabur? Kalau begitu aku mengingkari janjiku kepada Tou-san! Kami-sama.. Di mana Naruko?

Aku pun mengunci pintu rumah lalu berlari mencari Naruko ke seluruh tempat favoritnya di Konoha.

Beberapa lama kemudian, aku tidak berhasil menemukan Naruko. Kemudian aku segera berlari ke Taman Konoha, tempat yang biasanya dijadikan kami tempat untuk menyendiri. Tidak ada. Aku sudah berpikir kalau Naruko kabur dan tidak akan kembali selamanya.

Tiba-tiba mataku menangkap sebuah tempat, yaitu Café Konoha. aku melihat ada sosok Naruko di dalamnya. Jadi aku segera berlari ke dalam.

"Naru—"

Mataku terpaku melihat Naruko sedang kencan dengan Sasuke di sana.

Tahukah kau, Naruko, aku sedang mencarimu dengan perasaan cemas! Tapi kau malah sedang senang-senang kencan dengan pacarmu!

xxx

Rokugatsu no uso me no mae no hontou sepia ni shimaikomi

Yorisou to ka nukumori to ka; wakaranaku natteta

XXX

Kebohongan Juni dan kebenaran di depan mataku dibawa dalam nada sepia

Meringkuk dekat dengan yang lain, kehangatan; aku tak mengerti hal-hal seperti itu lagi

xxx

Ah, aku jadi ingat. Dulu Sasuke pernah mengajakku jalan-jalan ke Taman Konoha yang saat itu sedang ramai. Tidak lebih. Namun, aku merasa hari itu sangat spesial.

Aku tidak mengerti, kenapa Sasuke menerima permintaan Naruko?

Aku mendatangi meja mereka. "Naruko? Kenapa tidak bilang kalau kau mau ke sini? Aku sudah memasak makan malam untuk kita," kataku.

Naruko memasang wajah kesal. "Nee-chan ngapain ke sini? Aku sama Sasuke kan lagi kencan! Iya kan, Sasuke?" tanya Naruko.

Sasuke menoleh lalu menatapku. "Hei—"

"Tuh kan!" potong Naruko. "Nee-chan pulang aja! Sasuke cuma mau sama aku!"

Aku terdiam. Jadi.. Sasuke benar-benar menyukai Naruko?

"Oh, ya sudah. Sebaiknya, sekalian saja kau menginap di rumah Sasuke. Sekalian jadi istrinya!" seruku.

"Wah, ide yang bagus! Kau mau kan, Sasuke?" tanya Naruko dengan wajah—entah apa itu. Yang jelas, itu benar-benar memuakkan!

"Nah, Tuan dan Nyonya Uchiha sebaiknya kembali ke rumah lalu pergi berbulan madu," kataku tajam.

Sasuke melongo.

"Ya! Kami akan melakukan itu nanti!" seru Naruko tidak mau kalah. Sekarang bukan hanya Sasuke yang melongo, beberapa pelanggan di sekitar kami juga!

"Diam!" seru Sasuke frustasi. "Kalian berdua, jangan bertengkar lagi!"

"Kau juga diam, Sa—maksudku—Uchiha!" seruku.

"Naruto, diam!" seru Sasuke lagi. Dan kali ini dia berhasil membuatku dan Naruko tutup mulut.

"Naruto, dengar. Kami tidak kencan. Aku hanya memanggilnya ke sini untuk minta maaf," jelas Sasuke dengan wajah tidak meyakinkan.

"Oh ya? Memangnya aku bisa mempercayaimu LAGI? Mana bukti kalau kau bisa dipercaya!" tanyaku kesal.

"Sasuke jahat! Kau sudah berjanji akan mengabulkan semua yang kupinta!" seru Naruko.

Aku mendengus. "Ternyata ada yang manja di sini!" seruku.

"Memangnya kenapa sih? Waktu kecil, Nee-chan selalu menjadi anak kesayangan! Sekarang gantian!" bantah Naruko.

"Oh ya? Wow, aku terkesan," ejekku.

"Nee-chan! Nee-chan butuh aku, kan!" tanya Naruko.

Aku terdiam. Cih, harus kuakui, dia benar. Aku membutuhkannya untuk bisa menepati janjiku. Dan Sasuke yang harus kurelakan ini menjadi penghalang. Padahal kupikir, aku bisa melepasnya dengan mudah. Ternyata aku salah. Aku tanpa sengaja jatuh cinta pada Sasuke.

Aku tidak mampu merelakan Sasuke.

Maafkan aku, Tou-san. Aku mengingkari janjiku. Aku tidak bisa membahagiakan Naruko.

Tanpa sadar, air mata mengalir di pipiku. Aku sedih membayangkan Tou-san kecewa di dunia sana. Aku sedih membayangkan Sasuke tidak ada di sisiku lagi.

Aku berlari keluar café itu dan duduk di sebuah kursi tua di Taman Konoha. Aku mendekap kakiku erat sambil memerhatikan pasangan-pasangan yang lewat dengan bergandengan tangan mesra. Terlihat bahagia sekali.

Tiba-tiba Sasuke—entah kenapa dia keluar Café Konoha—datang menghampiriku.

Mata onyx-nya terpejam sebentar. Kemudian dia berkata, "Kau akan baik-baik saja kan.. kalau sendiri?"

Apakah kau tidak tahu kalau kata-katamu itu sangat menyakitkanku, Sasuke!

"Sudahlah. Aku jenuh melihatmu," kataku.

"Maaf.. Sekarang aku harus pergi," katanya.

xxx

"Kimi wa hitori de heiki dakara ne" to oshitsukete sayonara

Sono tagui no kiyasume nara kikiakita hazu na no ni

XXX

"Kau akan baik-baik saja dengan dirimu sendiri, kan?" katamu, memaksakan itu padaku dan kemudian kau mengucapkan selamat tinggal

Bila itu akan menjadi nasihat aku pasti sudah capek mendengarnya sekarang

xxx

Seperti katanya barusan, ia langsung pergi. Lalu kulihat arah yang ia tuju. Seorang gadis menunggu di depannya. Naruko.

Naruko menyeringai licik lalu menggandeng tangan Sasuke. Mungkin ia berusaha membuatku cemburu. Dengan langkah pongah mereka berjalan bersama dan meninggalkan Taman Konoha.

Meninggalkanku.

To Be Contiuned

A/N

Hajimemimashite, watashitachi wa Serah to Afifah desu

Kami adalah author baru (?) #jeduer

Sebenarnya Serah bukan author baru. Serah author lama (pen name lama: Serah Lucy Heartfilia-Farron) yang lupa sama password akun sendiri.

Oke. Serah emang rada miring.

Lanjut!

Sebenarnya songfic Rain ini kami niatkan mencapai 4 chapter. ._. (tumben-tumbenan loh ya Serah mengedit fic yang sedih u_u #woy #gangguajalo)

Beda sama Serah, Afifah lebih pendiam karakternya trus kalem u_u Dan jangan tanya kenapa kita bisa collab kayak gini.

Yosh, segitu aja dulu ye.. Jaa ne :D

Sincerely,

Serah to Afifah