2 of 2. Enjoy ^^
Seperti tidak sedang melihat gadis-kecil-bergaya-Cina-bersikap-preman yang sudah dianggapnya anak, Gintoki sedikit khawatir. Sejak 2 hari yang lalu tidak sedikitpun Kagura merengek meminta Sukonbu kesukaannya. Apa yang Gintoki belikan, ia lahap. Namun porsi makannya tidak sebanyak biasanya.
Ini memang membuat Otose dan Gintoki beruntung karena persediaan makanan tdak langsung habis oleh seorang gadis alien. Tapi rasanya ada yang aneh. Kurang. Karena Gintama tidak lengkap tanpa gadis yang meludah, memaki, dan muntah seenaknya namun sebenarnya baik itu, kan?
Bahkan Otose sempat berkali-kali memberikan Kagura porsi makan malam yang luar biasa banyak. Tapi yang ia habiskan hanya seperempat dari apa yang Otose beri.
Catherine dan Tama, yang melihat sikap Kagura sama-sama berkesimpulan: "ini masalah cinta. Biasa, masalah anak muda."
Kembali ke ruang sewaannya dengan membawa kata 'cinta', Gintoki kembali berpikir. "Duh, apa sih pentingnya cinta? Shinpachi juga masih 16 tahun tapi dia tidak pernah mengalami yang namanya cinta. Oh iya. Dia kan tidak laku."
"Aku mendengar apa yang kau katakan loh, Gin-san," kata Shinpachi dengan sebuah perekam berisi apa yang Otsu katakan di setiap konser live-nya tersambung ke sebuah headphone yang tertempel di salah satu telinganya. Tentu saja, Gintoki tidak mengatakannya di dalam hati melainkan bergumam dengan suara kencang di kursi kebesarannya, sementara Shinpachi duduk di sofa. Kagura tidak ada disana. Ia sedang berjalan-jalan dengan Sadaharu.
Shinpachi memandang Gintoki. Tapi Gintoki tidak membalas tatapannya balik. Karena ini bukan cerita BL. Tapi Shinpachi memang memandang Gintoki yang terlihat sedang khawatir. Anaknya terlibat cinta, dan seorang 'ayah' pasti sangat khawatir lelaki seperti apa yang bisa-bisa membuatnya seperti itu.
"Gin-san. Bagaimana kalau kau minta pendapat pada Kondo-san atau Hijikata-san?
Loh, Gin-san?"
Laki-laki berambut perak itu sudah tidak lagi di tempatnya. Setelah itu terdengar suara skuter dinyalakan. Shinpachi berlari membuka pintu. Gintoki sudah ngebut menggunakan skuternya! Cepat sekali!
"Dasar. Dia itu tadi mendengarkanku tidak sih. Ng...
Loh, sejak kapan headphone-ku tidak terhubung dengan perekam suara lagi?"
"Soda ada?" tanya Gintoki, kepada salah seorang anggota Shinsengumi di markas polisi negara tersebut.
"Soda?" tanya polisi itu, bingung.
"Iya. Yang suka bawa pakai penutup mata itu."
"Mungkin maksudnya Sougo Okita?"
"Ya siapapunlah namanya."
"Sejak 2 hari yang lalu ia diam saja di belakang. Ia bahkan tidak mencari masalah denganku lagi," seorang pria tiba-tiba datang dan nyeletuk. Seorang pria dengan puntung rokok di mulutnya, Toshiro Hijikata.
"Ada apa dengan dia?"
"Entah. Setiap yang bertanya kepadanya ia pasti mengeluarkan basokanya lalu menembakkannya."
"Hmm," Gintoki seperti mendapat kesimpulan. "Biarkan aku menemuinya."
"Kau akan dihantam dengan basoka, Rambut Keriting."
"Tidak, tidak. Kalaupun iya, aku ini tidak mudah mati."
"Tapi, markas Shinsengumi nanti harus diperbaiki lagi!"
Ternyata soal itu.
Tapi Gintoki tetap jalan lurus menuju si pemuda berusia 18 tahun tersebut.
Ia perlahan mendekati Sougo dan berhenti tepat di depannya. Sougo tidak melakukan apapun yang menunjukkan ia akan mengeluarkan basoka atau menarik pedangnya.
"Tidak berniat menembak?" tanya Gintoki, pelan.
"Isinya habis."
"Kalau begitu kenapa tidak menarik pedangmu?"
"Ini pedang MP3."
"Oh."
Gintoki duduk di sebelah Sougo.
"Cinta-masa-muda-yang-tidak-berjalan-dengan-mulus ya?"
"Tidak."
"Lalu?"
"Lebih parah."
"Kau menghamili anak orang? Hebat. Prok prok."
"Aku akan melakukannya kalau dia sudah cukup umur."
"Serius?"
"Jelas tidak. Memangnya aku selicik apa? Akan kunikahi dulu baru kubuat dia mengandung anakku."
"Jadi intinya apa yang kau lakukan?"
"Aku awalnya mengusilinya, ia lalu mengusiliku dan aku balik mengusilinya. Sekarang aku dapat karma."
Hm dia terlalu banyak menggunakan kata 'mengusili.'
"Hm. Aku bisa tahu siapa dia."
"Kau tahu?"
Gintoki mengangguk pasti.
"Orang yang kupikir orang yang kau maksud itu juga melakukan hal yang sama sepertimu. Menganggur dan melongo seperti orang bodoh."
Sougo menghela nafas.
"Aku membuatnya yakin kalau aku tidak menyukainya, dan bahkan aku tidak melakukan apapun ketika ia lari sambil menangis."
"Begitu."
"Yang lebih parahnya lagi, aku bahkan tidak memandangnya ketika ia berlari."
"... ada lagi yang lebih parah?"
"Ada. Aku bahkan tidak tahu cara untuk membuatnya tahu kalau aku memang... merasakan hal itu."
"Gampang saja kan? Tinggal kau katakan 'Kagura! Aku menyukaimu! Asli loh!' eh ups," Gintoki kelepasan menyebutkan nama gadis yang dimaksud Sougo. Pemuda itu reflek memandang Gintoki kaget. "Jadi Danna benar-benar tahu?"
"Loh, kau kira aku bercanda?"
"Hhh," ia kembali menghela nafas. "Tidak semudah itu, Danna. Kalau disini mungkin aku akan bisa membulatkan tekad untuk mengatakan hal itu tapi setelah bertemu dengannya aku akan mengatakan hal-hal yang memancing pertengkaran dan begitu selesai bertengkar aku akan menyesal lalu hal itu pasti akan terus terjadi."
"Katakan disini saja kalau begitu. Biarkan angin yang membawa perasaanmu dan membuatnya tahu."
Tatapan Sougo sebenarnya begitu tidak yakin terhadap Gintoki. Tapi ia tetap melakukannya.
"Ciiinaaaa aku menyukaimuuuuu aku benar-benar dan bukan sekedar mengusilimuuuu dan aku mengusilimu kalau aku mengusilimu setelah tahu kau akan mengusilikuuuuuu woooooi."
Huff. Sebuah suara tertawa kecil keluar dari mulut Gintoki.
"Sudah," kata Sougo, bernada lega.
Gintoki tersenyum licik. Ia lalu beranjak pergi dari markas Shinsengumi. Sougo tidak tahu apa yang dipikirkan Gintoki tapi ia tidak peduli selama ia sudah lega. Ia bangkit dari duduknya lalu pergi sambil bersenadu kecil.
"Ciiinaaaa aku menyukaimuuuuu aku benar-benar dan bukan sekedar mengusilimuuuu dan aku mengusilimu kalau aku mengusilimu setelah tahu kau akan mengusilikuuuuuu woooooi."
Sebuah perekam suara berputar dengan volume maksimal di atas meja Gintoki. Ia mengulanginya berkali-kali hingga, ding-dong. Kagura keluar dari kamar. Wajahnya penuh dengan pertanyaan. Tatapannya kaget. Semua seperti ekspetasi Gintoki.
"Gin-chan...?"
"Hmm~?" ekspresi Gintoki terlihat begitu puas.
"Tidak apa-apa."
Kagura melongos pergi keluar Yorozuya.
Dilihatnya seorang pemuda duduk di bangku di kedai dango. Scene yang sama terjadi di 3 hari yang lalu. Dan seperti 3 hari yang lalu Kagura datang dan menendang seorang Sougo Okita. Hal yang sama dilakukan Sougo 3 hari yang lalu; menahan tendangannya.
Keduanya saling pandang. Kagura kemudian menurunkan kakinya. Tidak terjadi apapun di antara mereka selama beberapa lama. Hanya saling pandang.
"Cina." "Sadis."
Keduanya memanggil nama panggilan mereka berbarengan.
"Kau dulu."
"Kau dulu saja."
"Kau saja yang duluan!"
"Kalau kubilang kau ya kau!"
Akhirnya pertengkaran kembali terjadi. Aksi tendang menendang terus terjadi selama beberapa saat.
Sougo lalu tiba-tiba memeluk Kagura, mengunci langkahnya.
"A-Apa?" muka Kagura mulai memerah.
"Tidak. Seperti ini saja dulu."
Kalau biasanya ia akan melawan dengan cara apapun yang ia bisa, kali ini Kagura hanya diam. Ia melingkari punggung Sougo dengan lengannya.
Mereka tidak peduli para pengunjung kedai dango memandangi mereka. Seakan dunia hanya milik berdua.
"Rekamannya, makasih, ya," bisik Kagura.
"REKAMAN?"
"Iya, kau bilang kalau kau mengusiliku kalau kau mengusiliku kan? Kata Gin-chan kau menitipkannya kepada dia."
Sumpah, Sougo tidak mengerti apa maksud Kagura. Yang ada dipikirannya adalah, jangan-jangan Danna menjebakku tadi?
"I-Iya, deh. Hahah," Sougo menjawab tidak mengerti. Tapi ia mendapatkan senyum termanis yang pernah dilihatnya dari Kagura.
Gadis itu lalu melepaskan pelukan Sougo, menarik pemuda itu keluar dari kedai dango.
"Antar aku beli Sukonbu. Aku mau makan banyak!" katanya. Senyum sumringah tidak lepas dari wajahnya. Membuat sang pangeran sadis pun tak dapat berbuat apapun.
FIN
Eits. Tunggu. Sepertinya Sougo kelupaan sesuatu.
Dango! Ya! Lupa bayar dango!
Ah tapi biarlah. Yang penting happy ending, kan :)