Chapter ke Terakhir dataaaaang..#nari balet..(ditabok readers.)

Sebelumnya maaf banget ya kalau updatenya super duper lama banget (readers: kga ada yang nungguin lu! #nangis..)

terima kasih untuk yang sudah review di chapter 9..

Seneng bgt.. ^0^

.

Chie

Nana the GreenSparkle

Winterblossom Concrit Team

Terra

KYAAA

Cherypinkstoic

MemelSasusakuLove

Uchiha Hime Is Poetry Celemoet

TouMo

PecintaSasuSaku

Obsinyx Virderald

FireKnight

Riestiyani aurora

Akatsuki-un

Silver

Skaicards

.

Ok, tanpa basa-basi lagi langsung aja ya..

.

Naruto: Masashi Kishimoto.

Bangau: Phouthrye Mitarashi15.

Pairing: Sakura-Sasuke.

Warning: Gaje, Abal, Typo bertebaran, Alur kecepetan, EYD berantakan, Ga bagus, dll.

.

.

.

-BANGAU-

.

.

.

Greep..

Sreet..

Tangannya berhasil menggenggam tangan mungil Sakura dari belakang, bersamaan dengan itu seorang laki-laki berambut merah datang menghampiri Sakura –tanpa membawa payung- dan langsung memeluk gadis tersebut dari depan.

.

-LAST CHAPTER-

.

.

.

Hujan masih setia membasahi langit kota Konoha meski tak sederas sebelumnya.

Semenjak kembali ke mobil Sasuke hanya diam sambil terus merutuki dirinya yang dengan bodohnya secara tiba-tiba pergi begitu saja sebelum Sakura –yang kaget melihat dirinya tiba-tiba muncul- mengeluarkan suara.

Ia masih mengingat dengan jelas kejadian kurang dari setengah jam yang lalu saat dengan tiba-tiba ia menghampiri dan memegang tangan Sakura dari belakang, bersamaan dengan Gaara yang datang dan langsung memeluk gadis tersebut dari depan, serta menutupi kepala sang gadis dari terpaan hujan dengan jas putihnya.

-Shit, batinnya geram.

Mengingatnya lagi benar-benar membuatnya ingin sekali melempar sesuatu.

"Kita sudah sampai Bandara, Tuan." supir pribadinya tiba-tiba membuyarkan lamunan Sasuke, ia melihat keluar jendela, benar saja, ia sudah sampai di Bandara.

"Jadwal keberangkatan anda 10 menit lagi Tuan." Ryozaki –si supir- kembali berkata setelah membukakan pintu mobil untuk Sasuke.

"Hn, aku tahu." jawab Sasuke sekenanya.

Ia pun berjalan pergi meninggalkan Ryozaki yang sibuk membawakan barang-barangnya.

.

"Kenapa diam saja?" Gaara membuka suara, menatap Sakura yang sedari tadi diam saja dengan muka masam.

"Tidak apa-apa." jawab Sakura lirih, matanya fokus memperhatikan rintik-rintik hujan dari balik kaca mobil Gaara, sedangkan pikirannya tak berada ditempatnya sekarang.

Hatinya masih kaget karena melihat Sasuke yang tiba-tiba datang dan memegang tangannya dari belakang, ada perasaan rindu yang berkecamuk didadanya, tapi selebihnya ia juga bingung dengan sikap Sasuke yang saat itu juga langsung pergi tanpa memberi kesempatan padanya untuk mengeluarkan suara.

Mungkin pria itu masih marah padanya, tapi kenapa ia bisa datang dan menghampirinya seperti itu.

Berusaha mengenyahkan segala pertanyaan yang tiba-tiba menguasai pikirannya ia menggeleng-gelengkan kepalanya gusar.

"Kau menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Gaara lagi, sungguh ia khawatir melihat gelagat Sakura yang aneh.

-Pasti si Raven itu, batinnya.

"Jangan mengelak!" ucapnya tegas ketika melihat gelagat Sakura yang ingin membantah.

"Sepertinya aku tak pernah bisa menyembunyikan sesuatu darimu." Sakura tersenyum lirih menatap Gaara.

Gaara tersenyum tipis, tangannya mengelus kepala Sakura pelan, "kalau begitu ceritakanlah.".

.

.

1 bulan kemudian.

.

Sakura dan Gaara sedang berada di kantin Rumah Sakit untuk makan siang.

"Kau benar-benar akan kembali minggu depan Gaara?" Sakura memandang sedih sepupu tercintanya.

Gaara tersenyum tipis, "tentu saja, tugasku sudah selesai disini, tempatku di Suna kalau kau lupa."

Sakura diam tak bersuara, tangannya sibuk memainkan Fettucini Mushroom yang baru dimakannya 3 suap.

"Jangan dimainkan begitu, lihat sausnya kemana-mana." Gaara mengambil tissue yang berada di atas meja dan langsung membersihkan pergelangan tangan Sakura yang terkena cipratan saus berwarna putih.

"Terima kasih." ucap Sakura tulus meski dengan muka –masih- masam, Gaara terkekeh kecil, "aku akan sering ke Konoha dengan membawa Matsuri nanti." Matsuri adalah tunangan Gaara yang tinggal di Suna.

Sakura mengangguk lemah, Gaara kembali memasang wajah stoicnya.

"Kita kembali, tapi tunggu disini dulu aku akan membeli makanan untuk kau makan di ruanganmu nanti." Gaara berdiri dan berlalu meninggalkan Sakura yang masih dengan setia menusuk-nusuk si Fettucini yang nampak malang (?).

Ia benar-benar sedih jika Gaara harus kembali ke Suna, ia sudah nyaman dengan keberadaan Gaara disisinya selama 3 bulan ini karena dari dulu mereka memang jarang sekali bertemu.

Yah, mau tidak mau Apartemennya pasti akan kembali sepi.

.

Gaara membuka pintu ruangan Sakura, matanya mengerling menyuruh Sakura masuk sedangkan tangannya menyerahkan bungkusan makanan untuk Sakura.

"Nanti malam aku lembur, tidak usah menungguku." Gaara berucap dengan suara datar sambil mengacak rambut Sakura pelan.

Sakura tersenyum tipis dan mengangguk.

Setelah memeluk Sakura erat dan mencium pucuk kepalanya Gaara berlalu pergi tanpa berbicara apa-apa lagi selain tersenyum.

.

"Rapat hari ini selesai, terima kasih dan selamat sore." tepuk tangan membahana diruang rapat salah satu perusahaan terbesar, Uchiha Corp.

Sasuke tersenyum puas, rapat hari ini bisa dibilang sangat sukses, perusahaan lain pun sangat puas bisa bekerja sama dengan perusahaan mereka.

Uchiha Fugaku, sang ayah yang juga menjabat sebagai Presdir menghampiri Sasuke dan merangkulnya hangat, "seperti biasa, kau berhasil memimpin rapat besar dengan sukses." Ucap sang ayah tulus.

"Ini juga berkat ayah." jawab Sasuke sambil tersenyum amat tipis.

Para kolega juga menghampiri mereka untuk sekedar bercuap-cuap mengucapkan selamat kepada sang GM muda karena berhasil memimpin rapat besar dengan lancar dan sukses juga saling menguntungkan.

Setelah beberapa saat ruang rapat tersebut sudah sepi, hanya ada dirinya dan sang ayah.

"Kau sudah menghubungi teman-temanmu untuk acara makan malam nanti?" tanya sang ayah.

"Hn." jawab Sasuke sekenanya.

Keluarga Uchiha malam ini memang mengadakan acara makan malam bersama bersama dengan keluarga juga teman-teman dari Sasuke, Itachi dan beberapa klien penting dari sang ayah.

Ini adalah permintaan Itachi –sambutan selamat datang katanya- karena ia beserta isteri dan anaknya sedang berkunjung ke Konoha.

Jujur, sebenarnya Sasuke tidak menyukai acara yang tidak jelas begini, buat apa repot-repot membuat acara penyambutan untuk kakak menyebalkannya, apalagi sampai harus mengundang teman-teman dekatnya segala. "agar aku juga bisa mengenal teman-teman baik adikku." jawab sang kakak ketika Sasuke bertanya kenapa teman-temannya harus diajak.

Maka dengan setengah hati Sasuke menghubungi teman-teman dekatnya satu persatu untuk hadir dalam acara makan malam tersebut, ya teman-teman terdekatnya kecuali… Sakura.

Deg!

Dirinya tersentak.

Ia tidak menghubungi Sakura sama sekali, ia juga tak tahu menganggap Sakura apa, teman dekat? ia tak pernah dekat dengan Sakura, lagi pula Sasuke memang sedang menghindari Sakura, maka ia memutuskan untuk menomor satukan egonya, tidak mengajak Sakura ke acara makan malam yang diadakan keluarganya.

.

"Kau harus ikut datang Sakura, mungkin saja Sasuke lupa memberitahumu karena sedang sibuk." suara Ino terdengar melalui sambungan telepon genggam Sakura.

"Tapi..tap-"

"Tak ada tapi-tapian! Sasuke pasti senang kau datang, pasti ia juga mau kau datang tapi karena sibuk makanya lupa menghubungimu. pokoknya kau harus datang, nanti malam jam 7 aku dan Sai akan menjemputmu, sampai jumpa."

"Tapi-"

Tut..tut..

Dengan seenak jidatnya Ino memutuskan sambungan telepon, tak memberi kesempatan sedikitpun pada Sakura untuk berbicara.

"Tck! Inooo..!" geram Sakura kesal, ia membanting ponselnya ke meja.

Tangannya mengacak-acak rambut pinknya frustasi. di satu sisi ia kesal karena Ino memaksanya datang ke acara makan malam keluarga Uchiha, di sisi lain ia sedih karena ia tidak mendapat undangan makan malam dari Sasuke secara langsung, sudah sebulan ia tidak bertemu dengan Sasuke, ia pikir Sasuke sudah mulai melupakan kemarahannya pada dirinya –walaupun sampai sekarang ia benar-benar tidak tahu apa penyebab Sasuke begitu menghindari dan membencinya-.

Diambilnya tas kerja dan ponselnya dengan kasar, meninggalkan ruangannya untuk pulang kerumah.

.

Uchiha Mikoto sedang sibuk menata makan malam di atas meja dibantu dengan menantunya Ayame ketika suami tercinta pulang kerumah.

"Tadaima."

"Okaeri." Mikoto berlari kecil menghampiri Fugaku yang sedang berdiri didepan pintu masuk.

"Anata, Sasuke tidak pulang bersamamu?" tanya Mikoto heran, karena setahunya mereka tadi bilang akan pulang bersama.

"Ia masih harus mengurusi beberapa berkas dulu." jawab Fugaku sambil mencium mesra kening sang isteri.

"Kakeeek." seorang anak laki-laki berusia 4 tahun nampak berlari menghampiri Kakek Neneknya, Fugaku serta merta langsung berjongkok dan merentangkan kedua tangannya lebar.

"Hari ini kau jadi anak baik bukan Ryuu?" tanya sang Kakek sambil mencium pipi gembil Ryuu yang sekarang berada digendongannya.

"Um.." angguk Ryuu tersenyum.

"Ryuu, Kakek letih baru saja pulang, ayo turun." Itachi dan Ayame muncul tak lama kemudian.

"Ayaah.." Ryuu menunduk lesu sambil mengkerucutkan bibirnya.

"Tak apa Itachi." Fugaku tersenyum.

"Ayo, kita masuk." Merekapun masuk ke ruangan keluarga.

Tak berapa lama teman-teman dari Itachi dan Juga Sasuke (Naruto-Hinata, Neji-Tenten) beserta beberapa kolega dari Uchiha Fugaku datang.

.

"Apa tak apa kalau aku ikut Ino?" tanya Sakura ragu. Sakura, Ino dan Sai sekarang sedang berada di perjalanan menuju kediaman Uchiha.

"Kau ini bicara apa Sakura, tentu saja tidak apa-apa, kau kan juga teman Sasuke." Ino dari jok depan menoleh menatap Sakura, Sai tersenyum.

.

Sasuke mengemudikan Lamborghini nya lambat-lambat, tampangnya sedikit kusut, seharusnya ia bisa pulang bersama ayahnya tadi, tapi karena pekerjaan yang tidak bisa ditunda ia terpaksa harus menyelesaikannya sekarang juga.

Ia menatap jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 8 kurang 20 menit.

"Tck!"

Wajahnya terlihat sangat kesal, terang saja karena hari ini di adakan acara makan malam dirumahnya dan tentu saja dia harus hadir.

Sepertinya keinginan untuk segera bercengkrama dengan kasur harus diundur beberapa jam lagi.

.

Suasana dikediaman Uchiha sangat ramai terlebih diruang keluarga, mereka sedang asyik mengobrol sembari menunggu beberapa tamu dan si bungsu Uchiha Sasuke datang.

.

.

Sai, Ino dan Sakura sudah sampai dikediaman Uchiha, Sakura turun dari mobil disusul dengan Sai.

"Hati-hati." ucap Sai ketika membuka pintu mobil bagian Ino, tangan kanannya ia letakkan di atas kepala Ino, sedangkan tangan kirinya melingkari pinggang Ino, membantu sang isteri keluar dari mobil. perut Ino yang sudah membesar memang sedikit menyulitkannya bergerak.

.

Sasuke mengernyitkan dahinya guna menegaskan penglihatannya pada sebuah mobil BMW hitam didepannya, bukan mobilnya yang membuat Sasuke agak kaget, tapi pada seorang gadis yang baru saja keluar bersama Sai dan Ino.

Ia merasakan seketika jantungnya berdebar, ada perasaan rindu membuncah, ingin rasanya ia berlari menghampiri Sakura dan memeluknya namun sekelebat memori tentang seorang pria yang selama ini menemani si gadis memborgol kuat keinginan itu.

Dengan langkah cepat ia melangkah menghampiri ketiga orang tersebut.

Greb..

Merasa ada yang menarik tangannya keras Sakura membalikkan tubuhnya. matanya membelalak mendapati orang yang sedang menggenggam pergelangan tangannya adalah Sasuke.

"K-kakak.."

Sai dan Ino menoleh menatap Sakura dan Sasuke dengan pandangan heran.

"Sasuke." Sai membuka suara menyapa Sasuke.

Sasuke menganggukkan kepala pertanda ia mendengar sapaan Sai, "kalian masuk saja dulu, aku ada perlu dengannya."

Ino menatap Sakura, mendapati Sakura mengangguk Ino dan Sai pamit untuk masuk kedalam duluan.

Dengan gerakan cepat dan cengkraman kuat Sasuke menarik Sakura keluar gerbang kediamannya.

"K-kak, s-sakit." rintih Sakura namun Sasuke tak sedikitpun melonggarkan cengkramannya pada pergelangan tangan Sakura.

Setelah sampai di luar gerbang Sasuke melepaskan cengkramannya, Sakura mengusap-usap pergelangan tangan kanannya yang memerah dengan tangan kiri, berusaha meredam rintihannya ia menggigit bibir bawahnya hingga memerah.

Melihat itu jantung Sasuke kembali berdentum tak karuan.

-Shit, batinnya kesal.

Merasa sakitnya mulai sedikit berkurang Sakura mendongakkan kepalanya menatap Sasuke.

"Ka-"

"Kenapa kau ada disini?" Sasuke memotong perkataan Sakura, ia menatap tajam Sakura.

"A-aku diajak Sai dan Ino.." Sakura menunduk tak berani menatap Sasuke.

"…"

"Maafkan aku jika aku lancang, aku tahu kakak tidak mengundangku." Sakura masih menunduk.

Tanpa berkata apa-apa Sasuke melangkahkan kakinya hendak meninggalkan Sakura, namun dengan sigap Sakura menghalanginya, ia menatap lurus-lurus Sasuke.

"Kau mau apa?" tanya Sasuke sinis.

"Kalau memang aku tak di ijinkan untuk datang ke tempat ini, aku akan pergi." Sakura mengeluarkan suaranya dengan nada sedikit lantang, "tapi sebelum itu aku ingin kakak menjawab pertanyaanku dengan jujur." lanjutnya.

Sasuke mendengus kesal kemudian menatap mata Sakura.

"…Kenapa kakak sekarang begitu menghindari dan membenciku?"

Sasuke diam, dalam hatinya ia benar-benar bingung untuk menjawab pertanyaan Sakura karena memang ia tak punya alasan untuk menghindari atau membenci gadis tersebut.

Menghindari?

Ahh, iya.

Sasuke punya alasan kenapa ia menghindari Sakura, jawabannya tentu saja karena laki-laki bernama Gaara itu.

"Aku tidak akan menjawab pertanyaan bodoh tersebut." jawab Sasuke.

"Kenapa?" Sakura berusaha menghalangi Sasuke yang hendak pergi.

"Minggir."

"Tidak."

"Minggir."

"Tidak sebelum kau menjawab pertanyaanku."

"MINGGIR!"

BRAAK..

Tanpa tedeng aling-aling Sasuke dengan kasar mendorong bahu Sakura hingga Sakura menabrak gerbang besar kediaman Uchiha tersebut.

Sasuke tersentak, ia sadar apa yang barusan ia perbuat sudah keterlaluan, ia kelepasan.

Baru Sasuke ingin menghampiri Sakura namun gadis itu sudah keburu menyuruhnya untuk diam ditempat.

"Diam disitu." perintahnya pada Sasuke.

Sasuke tak mengindahkan perkataan Sakura, perlahan ia terus maju menghampiri Sakura yang sedang diam sambil menunduk memegan bahunya.

"Ku bilang diam disitu!"

"…" Sasuke mengulurkan tangannya hendak menyentuh Sakura.

Plaak.

Sakura dengan kasar menepis lengan Sasuke yang membuat ia agak tersentak kaget, ia tak bisa terima dengan perlakuan Sakura, wajahnya memerah menahan emosi.

"KU BILANG DIAM DISITU UCHIHA!" teriak Sakura, wajahnya mendongak, airmatanya deras mengalir.

Sasuke membelalakkan matanya, dengan kasar ia mencengkram bahu Sakura menyebabkan sang gadis merintih kesakitan.

"Jaga nada bicaramu." desisnya.

"Hiks.. hiks.." Sakura hanya bisa diam sambil terisak, ia sangat kecewa dengan perlakuan kasar Sasuke.

"Diam!"

"Hiks..hiks.."

"Diam!"

"Hiks.."

"Di-"

"Apa salahku padamu? apa yang membuatmu begitu menghindari dan membenciku? JAWAB SASUKE JAWAB!" bentak Sakura diakhiri dengan teriakan memotong perkataan Sasuke, wajahnya memerah karena menangis dan marah, bahkan ia tidak memanggil Sasuke dengan sebutan kakak.

"BANYAK, BANYAK!" tak terima dibentak seorang gadis Sasuke juga ikut membentak.

Sakura tersentak, ia mulai memandang Sasuke takut-takut.

"Jelaskan..jelaskan dimana dan apa kesalahanku." ucap Sakura lirih diselingi dengan isakan.

Tes.. tess..

Hujan mulai turun membasahi bumi.

Sadar bahwa hujan makin deras Sasuke melepaskan cengkramannya dan pergi meninggalkan Sakura.

"Tutup pintunya!" perintahnya lantang pada penjaga rumah, meninggalkan Sakura sendirian diluar.

Dreesss..

Hujan deras mulai mengguyur bumi, Sakura dengan keadaan basah kuyup mulai berjalan pergi meninggalkan kediaman Sasuke.

Hatinya sakit mengingat perlakuan Sasuke padanya tadi, ia kecewa, juga bertanya-tanya apa yang menyebabkan Sasuke begitu berubah pada Sakura, ia berusaha mengingat memori saat-saat bersama Sasuke, mencoba mencari apa yang menyebabkan Sasuke seperti itu padanya.

Tanpa terasa ia sekarang berada didepan sebuah toko yang sudah tutup, tak sendirian ia berteduh disana.

Semakin ia mengingat kepalanya malah semakin sakit, apa lagi sekarang ia basah kuyup dan bahunya masih terasa sakit.

Sebelum mencoba bersandar pada dinding toko tubuhnya ambruk seketika.

BRUUKK..

Dan orang-orang yang sedang berteduh dengannya segera menolong Sakura.

.

Disaat para tamu dan Tuan rumah sedang asyik menyantap makan malam, Ino hanya diam sambil memainkan makanannya.

Perasaannya sungguh tak enak sekarang.

Ia masih mengingat perkataan Sasuke tentang Sakura.

"Ia pamit karena ada urusan mendadak."

Begitu kata Sasuke ketika ia bertanya kenapa Sakura tak ikut masuk bersamanya kedalam.

"Kau kenapa? tak suka makanannya?" Sai menyentuh tangan Ino dan berbisik.

"T-tidak, aku suka." jawab Ino tersenyum dan meneruskan makannya.

.

.

.

Sakura mengerjapkan matanya menyesuaikan sinar matahari yang menerobos masuk melalui jendela.

Berhasil menyesuaikan matanya dengan sinar mentari ia mulai mengedarkan pandangannya kesekeliling.

"Syukurlah kau sudah sadar?" suara Gaara terdengar ditelinganya.

"Aku.. di Rumah Sakit?" tanya Sakura.

"Iya, semalam kau pingsan dijalan, aku meneleponmu tapi yang mengangkat oranglain."

Sakura mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.

Airmatanya menetes ketika mengingat pertengkarannya dengan Sasuke yang diakhiri dengan pengusiran dirinya, juga dirinya yang pingsan semalam.

"Gaara.." panggil Sakura dengan suara parau, Gaara yang sedari tadi memperhatikan Sakura hanya diam namun wajahnya menampakkan raut bahwa ia merespon panggilan Sakura.

"Aku ikut." ucap Sakura kemudian. Gaara mengernyitkan dahinya, tak mengerti dengan perkataan Sakura.

"Aku ikut ke Suna, aku akan tinggal disana." lanjut gadis tersebut, tak ayal membuat Gaara berjengit kaget, dalam hati dia memang bertanya-tanya apa yang terjadi dengan gadis itu dan sekarang ia makin penasaran akan masalah apa yang menghampiri sepupu tercintanya sampai-sampai gadis tersebut ingin pindah dan tinggal di Suna.

"Ceritakan padaku apa yang terjadi." ujar Gaara dengan tatapan tajam dan wajah datarnya.

Tanpa disuruh dua kali dengan airmata yang makin deras berlinang Sakura langsung menceritakan semua yang terjadi antara Sasuke dan dirinya tanpa celah.

Sedangkan Gaara?

Mendengarkan secara seksama dengan raut muka menahan amarah, ingin sekali ia hajar laki-laki yang dengan kurang ajarnya membuat sepupu tercintanya sampai seperti ini.

Ino, Sai bersama teman-temannya yang lain datang menjenguk Sakura sore harinya, dengan raut wajah Garang Ino bertanya kenapa Sakura bisa pergi begitu saja tanpa pamit.

"Jadi benar kau ada urusan, bukan karena hal lain." tanya sang calon ibu muda dengan kedua tangan bertengger dipinggangnya.

"Iya Ino." jawab Sakura sambil menahan tawa, sungguh bahagianya ia mempunyai teman-teman yang sangat baik dan perhatian, dia jadi berpikir apa yang terjadi jika ia memberitahu mereka tentang rencana kepindahannya ke Suna.

.

3 hari kemudian

.

"Sudah kau pikirkan lagi keputusanmu ini Sakura?" Tsunade kepala Rumah Sakit yang juga sudah dianggap ibu oleh Sakura –begitu juga sebaliknya- kini tengah duduk dengan wajah sedikit gusar, di hadapannya duduk dengan tenang Gaara dan Sakura –dengan raut muka cemas.

"Sudah Shishou, aku hanya ingin berkumpul dengan sepupuku, orang tuaku sudah mengijinkan. hanya tinggal Shishou saja." lirih Sakura dengan raut muka penuh harap.

Tsunade menghela nafas pelan, jujur ia sangat tak ingin melepaskan Sakura yang seorang Dokter handal di Rumah Sakit ini, apa lagi Sakura sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri, memikirkan itu ia semakin berat melepas Sakura.

Namun bagaimanapun juga ia tak ingin mengekang Sakura, Sakura berhak mendapat kebebasan untuk bekerja dimanapun tak terkecuali di Rumah Sakit Suna, tempat Gaara bekerja.

"…Baiklah, aku akan membuat surat kepindahan tugas untukmu." ujar Tsunade dengan senyum keibuan.

Dengan wajah sumringah Sakura langsung melompat memeluk wanita yang sudah di anggapnya menjadi ibu keduanya tersebut, berkali-kali ia mengucapkan terima kasih juga kalimat-kalimat bahwa ia akan selalu menyayangi Tsunade dan tak akan melupakan dirinya maupun Rumah Sakit ini.

Misi Sakura selanjutnya adalah memberitahu teman-teman terbaiknya –terkecuali Sasuke- perihal kepindahannya ke Suna, dan sudah dapat ditebak, para sahabat wanitanya sangat marah mengetahui bahwa dirinya akan pindah dalam waktu kurang dari seminggu, meski begitu akhirnya mereka merelakan –walau berat- dirinya untuk pindah dengan catatan minimal sebulan sekali harus berkunjung ke Konoha.

Jika ditanya apa alasannya pindah, ia dengan tersenyum menjawab bahwa ia tak ingin jauh dari 2 sepupu tersayangnya –Kankuro dan Gaara, karena Temari sekarang tinggal di Konoha bersama suaminya-. dia memang sengaja tak ingin memberitahu alasan sebenarnya kenapa dirinya memilih pindah meninggalkan Konoha, satu-satunya orang yang tahu hanya Gaara.

"Aku ingin meninggalkan semua yang pahit tentang dirinya Gaara, jika aku terus-terusan berada disini aku takut aku malah akan semakin dan semakin mencintai Sasuke."

Itu lah alasan Sakura mengapa ia memilih meninggalkan Konoha dan ikut Gaara tinggal di Suna. Sakura pun berbohong pada mereka bahwa ia sudah memberitahu Sasuke ia akan pindah saat teman-temannya bertanya apakah Sasuke sudah mengetahui rencananya.

.

Sehari sebelum keberangkatan Sakura.

.

Pagi hari

.

.

Sasuke baru saja memasuki rumahnya setelah 2 jam lari pagi, jarang-jarang ia bisa mendapat kesempatan seperti ini di karenakan jadwal kerjanya yang super padat, maka dengan senang hati hari ini ia bisa menghabiskan waktu dengan lari pagi dan bersantai dirumah saat libur kerja tiba.

Para pelayan yang melihat Tuan Mudanya datang langsung menyambutnya dengan ramah yang dibalas dengan anggukan datar Sasuke.

Baru akan menaiki undakan menuju ke dalam rumah ia melihat beberapa pelayannya di ujung pekarangan halaman sedang membawa barang-barang menuju tempat pembakaran sampah, keluarganya memang mempunyai tempat pembakaran sampah sendiri.

Merasa penasaran ia segera menghampiri para pelayannya tersebut.

"Ah, Tuan Muda." seorang pelayan perempuan yang melihat Sasuke berdiri dekat mereka segera membungkuk diikuti dengan pelayan lainnya.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Sasuke dengan raut datar.

"Mikoto-sama tadi menyuruh kami untuk membersihkan gudang, Beliau menyuruh kami untuk membakar barang-barang usang yang sudah tak terpakai, Tuan." kini seorang pelayan laki-lakinya yang menjawab.

Sasuke mengangguk mengerti, matanya seketika menyipit melihat seorang pelayannya lagi membawa sebuah frame yang sudah pecah, merasa familiar dengan frame tersebut ia pun bertanya pada sang pelayan.

"Apa itu yang pecah?" tanyanya penasaran.

"Ahh, ini kata Mikoto-sama punya Tuan Muda yang sudah tidak dibutuhkan, Beliau menyuruh saya untuk membuangnya karena sudah pecah," jawab sang pelayan, "tak sengaja terjatuh." Lanjutnya.

Sasuke memperhatikan frame yang berada ditangannya tersebut, kacanya sudah pecah berkeping-keping dan bunganya juga sudah kering dan menghitam, origami burung bangaunya pun sudah terlihat lusuh.

Dengan gerakan perlahan ia mengambil origami burung bangau tersebut, "Bakar itu, aku tak butuh." ujarnya kemudian meninggalkan para pelayannya terbengong-bengong.

Sasuke berjalan pelan dengan raut wajah datar, ditangan kanannya terdapat sebuah burung bangau origami yang sudah nampak lusuh dan pudar.

.

Selesai membersihkan diri dan sarapan pagi Sasuke kembali kedalam kamarnya, ia mengambil burung bangau origami yang tadi ia letakkan di atas meja.

Ia merebahkan dirinya di kasur king sizenya, mengangkat origami tersebut tinggi-tinggi dan memandangnya lurus-lurus tak berkedip, membolak-balikkannya sesekali.

Ingatan tentanga sang gadis langsung berputar di otaknya bak sebuah roll film.

Sakit.

Itu yang sekarang ia rasakan, sakit karena dengan seenaknya berbuat hal menyakitkan pada gadis tersebut, padahal gadis itu tak mempunyai salah apa-apa.

Egonya yang salah, egonya yang dengan seenaknya menguasai dirinya hingga ia merasa marah karena gadis tersebut sudah mempunyai Gaara.

Entah kenapa ia merasa jantungnya seperti ditusuk ribuan jarum jika melihat Sakura dan Gaara, sehingga ia memutuskan untuk mundur dan menjauhinya, namun ia tak pernah menyangka keputusannya ini membuat ia dan Sakura salah paham.

Tatapannya masih terfokus burung bangau origami tersebut, benda tersebut sudah tidak seindah dulu saat sang gadis pertama kali memberikannya, warnanya sudah tak sebagus dulu, bahkan ada cetakan tinta hitam yang timbul di burung bangau origami tersebut.

Tinta hitam?

"Eh?" dengan tidak elitnya Sasuke bangun dengan raut muka kaget, ia memposisikan dirinya bersandar bantal yang ia letakkan pada kepala tempat tidur.

Ia baru benar-benar memperhatikan bahwa ada bercak cetakan tinta hitam pada burung bangau origami tersebut.

Dengan rasa yang amat penasaran ia membongkar burung bangau origami tersebut.

Betapa kagetnya ketika ia mendapati terdapat sebuah tulisan yang sudah pudar –namun masih dapat terbaca- disana, tulisan gadis itu, ia yakin itu tulisan tangan Sakura.

.

Wahai burung bangau cantik.

Kurasa kau mengerti betapa terpuruknya aku saat ini.

Kurasa kau pun mengerti perasaanku saat ini.

Namun apakah kau mengerti bahwa aku tak ingin melihat ia jauh dari sini.

Karena…

Sampai saat ini aku masih berharap bisa menemukan sebongkah hati dilubuk itu.

Bersikukuh tak merubah posisinya dipuncak teratas hatiku.

Walau harus mengais dalam gelap.

Walau harus merajut mimpi tatkala siang.

.

-Uchiha Sasuke-

.

.

Syok.

Matanya membelalak.

Apa itu berarti Sakura menyukainya?

Apa Sakura benar-benar menyukai dirinya?

Disaat Sasuke masih memikirkan tulisan tersebut tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan panggilan masuk dari sahabatnya Naruto, dengan setengah hati ia mengangkat telepon tersebut.

"Hn." ujarnya malas.

"Sasuke, besok kau ikut kami atau mau berangkat sendiri?" tanya Naruto dari seberang.

Sasuke yang bingung dengan pertanyaan Naruto kembali bersuara, "berangkat kemana?"

"Loh kau lupa ya besok kan Sakura akan pindah ikut Gaara sepupunya tinggal di Suna, besok kita semua akan mengantarnya ke Bandara."

Deg!

Sekali lagi ia dibuat syok.

Sakura pindah ke Suna?

ia tak pernah tahu Sakura akan pergi meninggalkan Konoha,.

Apa Sakura pindah karena ingin menghindarinya?

Yah, ia pindah karena ingin menghindarinya.

Dan apa tadi?

Sepupu? Gaara.

Gaara sepupunya?

Ya Tuhan jadi selama ini ia salah paham dengan Gaara dan Sakura.

Dengan gerakan cepat ia langsung menyambar kunci mobil dan jaketnya untuk ke tempat Sakura, meninggalkan ponselnya begitu saja di atas tempat tidur tanpa memperdulikan Naruto yang masih teriak-teriak dari seberang sana.

Berkali-kali ia mengeluarkan umpatan untuk dirinya sendiri, merutuki dirinya sendiri yang tak tahu apa-apa, merutuki dirinya sendiri yang lebih memilih mengikuti egonya.

Ditatapnya nanar burung bangau origami yang tergeletak begitu saja di kursi mobil sebelahnya.

"Maaf." gumamnya lirih.

.

"Segarnya sudah mandi begini." Sakura keluar dari kamar mandi, seharian ia dan Gaara merapikan barang-barang di Apartemennya.

Dengan rasa haus yang membuncah segelas besar es jeruk langsung tandas diminumnya.

Gaara terlihat keluar dari kamar sudah dalam keadaan bersih.

"Es jeruk." Sakura menyodorkan segelas besar es jeruk pada Gaara.

"Terima kasih." Gaara mengacak rambut Sakura.

"Kau siap berangkat besok?" tanya Gaara setelah menghabiskan setengah dari es jeruknya.

Sakura mengangguk, "aku ingin memulai hidup baru."

"Juga cinta yang baru." lanjutnya lirih. Gaara yang melihat mata Sakura mulai berkaca-kaca langsung menggelitikinya.

"Gaara..Gaar-hahaha..Apa yang-hahaha..berhenti-hahaha.." Sakura yang tak siap menerima kelitikan Gaara hanya bisa berguling-guling di sofa sambil berusaha menjauhkan diri dari Gaara.

Sedang asyiknya mereka bercanda, suara bel berbunyi, mereka terpaksa menghentikan candaan mereka dan saling tatap, Sakura pun bangkit untuk membukakan pintu.

"Iya, Ad-" ucapan Sakura terpotong saat melihat bahwa tamu yang datang adalah orang yang begitu tak ingin ditemuinya.

Dengan cepat Sakura langsung menutup pintu, namun sebelum pintu tertutup sepenuhnya sebuah tangan terulur didepan Sakura menahan pintu.

Tangan Sakura membelalak, tangan tersebut menggenggam sebuah burung bangau origami yang masih sangat ia kenali, burung bangau origami tersebut sudah terbuka sehingga menampakkan tulisan Sakura yang berada didalamnya.

Tahu bahwa pegangan Sakura pada pintu melemah, Sasuke mendorongnya hingga terbuka lebar.

Gaara berdiri persis dibelakang Sakura, matanya menatap tajam Sasuke.

Merasa Sakura tak menunjukkan tanda-tanda ingin mengusir Sasuke, Gaara memilih untuk meninggalkan mereka berdua karena ia juga ingin memberi kesempatan pada Sasuke untuk meminta maaf pada Sakura.

"Aku baru membukanya, aku baru membaca isinya." Sasuke mengawali pembicaraannya.

Sakura hanya diam tak menanggapi, matanya menatap lurus pada burung bangau origami yang ada digenggaman Sasuke, matanya berlinang.

"Maaf jika aku terlambat menyadarinya."

"…"

"A-aku-"

"Itu sudah lalu, sekarang itu sudah tak penting lagi untukku." Sakura memotong perkataan Sasuke.

Sasuke membulatkan matanya, ia mencoba mengebor Emerald Sakura mencari-cari kesungguhan dari perkataannya, dan ia tak menemukannya, yang ia temukan bahwa Sakura tak sungguh-sungguh mengucapkannya.

"Kau berbohong."

"Tidak." Sakura menundukkan kepalanya menghindari Onyx Sasuke.

"Aku tahu kau berbohong."

Sakura tertawa kaku, "jangan sok tahu, dari mana kau-"

"Matamu! matamu mengatakan semua!" Sasuke memegang dagu Sakura, Sakura berusaha menepis pegangan Sasuke, bukannya terlepas Sasuke malah menarik Sakura dalam dekapannya.

Sakura berusaha memberontak dan berteriak, mengeluarkan cacian-cacian untuk Sasuke, Sasuke tak memperdulikan ia malah semakin erat memeluk Sakura.

Gaara yang mendengar teriakan Sakura hanya bisa terpaku menatap Sakura dari belakang.

Lelah Sakura memilih untuk mengeraskan isakannya dalam dekapan dada Sasuke, sesekali ia masih memukul-mukul punggung laki-laki Raven tersebut.

"Aku tahu kau akan pergi." lirih Sasuke.

"Maaf, beribu-ribu maaf." lanjutnya kemudian.

Sakura masih belum mau berbicara, ia masih terisak-isak pilu.

"Aku salah paham pada dirimu dan Gaara, aku baru tahu yang sebenarnya, aku terlalu cemburu."

"…Hiks…"

"Itu karena.. karena aku.. mencintaimu Sakura." aku Sasuke akhirnya.

Sakura berhenti terisak, ia kaget akan semua perkataan Gaara, jadi selama ini ia tidak tahu bahwa Gaara adalah sepupunya, salahnya juga yang tak pernah memberitahu.

Ia melepaskan pelukannya pada Sasuke, ditatapnya dalam-dalam mata sekelam malam tersebut.

Ia tak melihat ada kebohongan dimatanya, semua yang dikatakan Sasuke adalah kebenaran.

Dengan gerakan cepat ia langsung memeluk Sasuke erat.

"Aku tak akan pergi, tapi jangan seperti ini lagi." Sakura bersuara pelan.

Merasa ada ribuan kupu-kupu tak kasat mata berterbangan di dalam perutnya Sasuke hanya mampu menganggukkan kepalanya sambil menciumi pucuk kepala Sakura.

Sasuke pun langsung meminta maaf pada Gaara atas apa yang ia perbuat pada Sakura dan tentang yang ia pikirkan selama ini.

Gaara menjawabnya dengan pelukan hangat seorang sahabat.

Lega.

Itulah yang ada di pikiran Sakura dan Sasuke, semua sudah terlihat jelas, tak ada lagi salah paham, atau apapun yang menyakitkan hati, Sasuke pun sudah berjanji dalam hati ia tak akan pernah lagi mementingkan egonya, ia juga tidak akan lagi mencoba untuk mengingkari hatinya.

Ditatapnya Sakura dalam-dalam, ia kembali menarik Sakura kedalam pelukannya.

"Menikahlah denganku."

"Eh?"

.

.

.

THE END (?)

.

.

.

Epilog

.

Sebulan kemudian

.

Kedai Mitarashi

Sai, Ino, Neji, Tenten, bahkan si pengantin baru Naruto dan Hinata –yang menikah 3 hari setelah acara (?) baikan Sasuke dan Sakura- sedang berkumpul atas ajakan Sasuke dan Sakura.

Mata mereka membelalak dengan mulut sedikit terbuka melihat 3 lembar kartu undangan yang diletakkan Sakura di atas meja. setelah kaget –sekaligus senang- dengan berita bahwa Sakura batal meninggalkan Konoha, mereka kembali kaget dengan berita yang dibawa Sasuke dan Sakura.

Tidak bertemu secara langsung selama sebulan karena sibuk dengan urusan masing-masing benar-benar membuat mereka tak tahu apa yang terjadi di antara Sasuke dan Sakura.

Kini mata ke enam sahabatnya menatap lurus-lurus Sasuke dan Sakura bergantian.

.

"Kalian… sejak kapan pacaran?" Ino membuka suara duluan, dalam hati kelima teman yang lainnya mengangguk setuju dengan pertanyaan Ino.

Sakura hanya tersenyum malu dengan semburat merah menghiasi pipinya.

Sedangkan Sasuke?

Berusaha meredam wajahnya yang bersemu dengan berdehem-dehem.

.

.

.

THE END

.

.

.

Huuaaa, legaaaaa karena hutang 1 fic selesai..#jingkrak2 gaje.

Maaf ya kalau feelnya kurang dapet atau kurang nyambung sama chapter sebelumnya..

Maaf juga kalau jelek, kurang memuaskan atau membosankan ya minna..

soal typo apalagi, kalo masih ada yang nyelip, maaf ya minna..#bungkuk2

Apa lagi disini pemerannya jadi OOC, maklum tuntutan peran (?).

Ok, sekali lagi, segala kekurangan yang terdapat di fic ini mohon para readers memaklumi ya..

Semua sudah ada di WARNING.

Untuk semua yang sudah mendukung dengan mereview fic ini terima kasih banyak-banyak, tanpa kalian aku ga mungkin bisa menyelesaikan fic ini.

Khusus untuk "Winterblossom Concrit Team" terima kasih banyak ya senpai untuk masukan dan concritnya, yah aku mank lemah banget sama tulisan bhs. Inggris, jadi nyesel dulu kalo sekolah lebih milih kabur makan bakso ketimbang belajar bhs. Inggris.. hhehe (ketauan aibnya), sekali lagi makasih ya senpai, terima kasih banyak banget.. (Ojigi)

Dan "TuoMo" hhaha.. iya aku lupa ganti tahunnya, buru-buru sih updatenya.. haha tapi makasih ya udh diingetin #peluk.

Pokoknya buat semua yang udah review makasih byk, byk, byk banget, maaf ga bisa bales satu2 ya, tapi bnr2 seneng banget ada yg ngeriview..

Buat silent readers juga makasih banget..

Makasih udah baca cerita aku dari awal sampai akhir..

Phouthrye sayaaaaaaaaaaaaang kalian semua..^^

Akhir kata, terima kasih banyak dan jangan lupa..

R

E

V

I

E

W

10-05-2012