Terima kasih banyak ya untuk orang-orang yang sudah membaca a/n saya di chapter lalu dan menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk melakukan review ;) Chapter ini dikhususkan untuk orang-orang seperti kalian.

lovely orihime love megu: Aduuhh... usernamenya bikin pengen meluk kekep deh :") Ni anak, alesan kagak loginnya bener-bener dah =)) Hima-chaaaaaann...! Kamu orang paling error yang saya temuin di sini *plak* Kamu suka Grimmy wujud macan? Kalo gitu mau dong liat Ichigo *cough*fucked*cough* by macan!Grimmy? *BLETAKK*

hoshichan: Ini udah update. Trims udah mau menunggu ;)

kyaaaa: Aih, senengnya ada yang terpesona sama GrimmIchi juga T^T Berasa susah nemuinnya di sini...

Dako Chan: Apaan ini reviewmu, nak? =)) *ngakak* Sesuai harapan, full sex kok di chapter ini ;)

Zanpaku nee: Kan yg saya inginkan itu 1 chapter reviewnya 15 ;) *digampar* Ga... Becanda kok :)) Tapi, kadang bisa beneran juga sih *dibata* Nggak kok, Ichigo ga diubah jadi vampire, cuma ditandain aja ^^ Kalau diubah jadi vampire kan harus dikasih darah vampirenya dan dibuat antara hidup dan mati dulu. Dan yep, setiap vampire itu biasanya memiliki 1 kemampuan lebih (ga cuma lebih cepet dan kuat dari manusia biasa aja), karena itu saya set Grimmjow bisa berubah jadi macan a.k.a wujudnya sebagai Adjunchas di anime, dan Shiro dibuat bisa mengeraskan tubuhnya kayak batu. Eh? Ichigo ga punya pacar kok ' 'a Kalau maksudnya yg bapaknya bilang Ichigo mungkin bawa cewek itu, maksudnya ya... nyari di jalan, bawa pulang ke rumah *plak* ONS sih maksudnya :))"

Tanpa nama: Ini sudah update ya ^^

Me And Ichi: Kenapa harus disiksa? 'A'; Ini labelnya Romance/Humor lho~ Trims udah mereview.

violettapriscaeyahoo[dot]com: ...ga ngerti *plak*

Nyasararu: Justru karena ini dunia maya, makanya saya berani ;D *digampar* Bukan banget... Duh, kenapa sih ada yg nyangka Shiro di sini itu Toshiro? ;3; *udah pernah ada yg jawab alesannya woi* *plak* Yah, pokoknya kalau trisam dengan ada Toshiro itu kan harusnya labelnya GrimmIchiHitsu (yang ditengah itu si ultimate ukenya). Dan satu hal, saya itu UKE!ICHIGO LOVER, jadi kalau pun berhadapan dengan Toshiro, Ichigo tetep bakalan jadi UKE ;) Trims udah bersedia mereview~

Terima kasih juga untuk: putraerae / ryevon / Arya Angevin / Aoi LawLight / Kazugami Saichi Hakuraichi / Purple and Blue yang bersedia log in dulu untuk mereview yang lalu ^^~ Saya berikan respon pada kalian melalui PM ya.

XOXOXO

CHAPTER 3: SEX AND PASSION

Disclaimer: I don't own Bleach, it's Kubo Tite. I used it just for fun...

Ingat warning yang saya tuliskan di chapter pertama? Semuanya akan muncul di sini. So, prepare yourself, guys~ And I hope you enjoyed your visit ;) Dan karena ada beberapa orang yang tidak nyaman dengan 'rimming', saya peringatkan kalau di chapter ini terdapat hal itu, dan cukup panjang. Dan jangan lupa untuk mengecek a/n di bagian paling akhir.

Have fun!

XOXOXO

Suara nafas yang terengah dan rintihan terdengar dari dalam salah satu kamar yang ada di kediaman Odelschwanck. Sepasang iris keemasan yang berkilat di antara cahaya remang-remang kamar membuat seringai lebar di wajah pucat Shirosaki semakin terkesan berbahaya. Sang vampire albino nampak begitu menikmati adegan yang dipertontonkan oleh partnernya semenjak masuk ke dalam kamar tadi. Melucuti pakaian atasnya, Shirosaki merasakan kejantanannya mengejang setiap kali remaja lelaki di atas tempat tidur itu mengerang.

Saat melihat remaja itu pertama kalinya kemarin, ia sudah tidak tahan untuk melakukan berbagai sentuhan intim. Yang paling penting, ia ingin bisa mengukur seberapa panas dengan berada di dalam sang remaja. Dan walaupun ini pertama kalinya ia terbangun setelah tertidur panjang selama 100 tahun lebih, Shirosaki merasa instingnya yang mengatakan bahwa sang remaja memiliki darah yang lezat tidaklah salah.

Hal itu terbukti dari Grimmjow yang kelihatannya kesulitan untuk menghentikan nafsunya agar tidak menyedot darah sang remaja hingga kering.

Shirosaki memutuskan untuk melangkah mendekat. Dengan kasar ia menarik rambut Grimmjow dan melemparkan vampire bersurai biru itu hingga berbenturan dengan dinding. Menyeringai kecil, Shiro meniupkan beberapa helai rambut biru yang menempel di tangannya. Beruntunglah Grimmjow karena ia memiliki rambut yang tebal, jadi tercabut beberapa helai tidak akan membuatnya pitak.

"Sekarang giliranku."

Shirosaki menunduk, menatap figur yang berada di bawahnya. Untuk sesaat sang Albino hanya menghabiskan waktunya untuk menikmati setiap detail yang bisa didapatkannya dari sang remaja bersurai oranye. Wajah yang memerah dengan sedikit peluh menuruni kening, kedua iris coklat cinnamon yang memiliki pandangan linglung, bibir merah jambu yang sedikit menganga berusaha mengambil nafas, serta salah satu bagian leher yang merah karena darah. Di balik darah yang sudah mulai menipis itu bisa terlihat dua buah titik yang berasal dari taring milik Grimmjow.

Tertawa kecil, Shirosaki semakin menundukkan tubuhnya hingga hidungnya kini bersentuhan dengan bagian leher sang remaja. Bisa ia dengar remaja itu merintih saat bersentuhan kulit dengannya. Ini memang bukan pertama kalinya ia menandai seorang manusia sebagai miliknya, jadi ia tahu betul mengapa tubuh sang remaja saat ini begitu terasa panas dan begitu sensitif pada setiap sentuhan yang diberikan padanya.

"Siapa namamu?" Shirosaki berbisik pelan di telinga sang remaja, memberikan jilatan ringan yang membuat remaja itu menggeliat di bawahnya. Ia dengar remaja itu nampak menggumamkan sesuatu, dan karena tidak jelas, ia pun memintanya untuk mengulang perkataannya, dan langsung dikabulkan.

"... I... chi-... Ichi...-go...ggh!" Ichigo mengerang, tubuhnya tersentak ke atas saat Shirosaki menggenggam kejantanannya yang masih terlindungi oleh celana seragam sekolahnya.

Mata orang awam pun bisa langsung menilai kalau Shirosaki saat ini menyukai untuk sedikit bermain-main dengan tubuh sensitif Ichigo. Tapi, sentuhannya terhenti saat mendengar geraman yang tidak lain berasal dari Grimmjow yang mulai kesal karena nampaknya baik Shirosaki atau pun Ichigo mulai melupakan keberadaan dirinya.

Grimmjow memang tidak pernah suka dikacangi.

Menghela nafas, Shirosaki mengangkat tubuhnya menjauh dari Ichigo dengan berat hati. "Oke, oke... Aku tidak lupa denganmu kok." Bohong sih, karena sebenarnya setelah melihat tatapan penuh nafsu dari Ichigo, Shirosaki langsung melupakan segala sesuatu yang ada/terjadi di sekitarnya.

Ia tidak protes tentunya, karena remaja 17 tahun itu terlihat begitu berharga untuk mendapatkan keseluruhan perhatiannya saat ini.

Mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang, Shirosaki menarik Ichigo hingga tubuh mereka kembali bersentuhan. Kedua iris keemasannya menatap tatapan nanar yang dilemparkan oleh sang pemilik iris Azure, "Well?" Mengangkat salah satu alisnya, menunggu reaksi yang akan diberikan oleh rekan sesama vampire-nya, "Kamu mau mulai menikmati ini, atau mau terus berdiri di situ dan kembali ke tidur panjangmu?" Dengan sengaja ia memukul pangkal tubuh Ichigo, membuat sang pemuda terpekik, dan Grimmjow seolah tersadar dari nafsu berangnya.

Ketika melihat Grimmjow mulai menaiki kembali tempat tidur dan mendekati posisinya, Shirosaki mengembalikan perhatiannya pada Ichigo yang kini terengah-engah di lehernya. Harus ia akui kekuatan dominasi yang dimiliki Grimmjow cukup besar hingga membuat remaja itu masih berada dalam kondisi high walau sudah beberapa saat berlalu semenjak Grimmjow menandainya. Shirosaki menyengir lebar, oh, dia tidak akan protes karena sekarang ia ingin tahu reaksi tubuh Ichigo ketika ia juga menandainya.

Ia berbisik pelan di telinga Ichigo, "Aku Shirosaki. Kau panggil saja aku Shiro." dan menyarangkan taringnya di bagian leher Ichigo yang lain. Gerakannya itu nampaknya tidak terprediksi sehingga membuat Ichigo tersentak kaget dan menggenggam erat pundak sang Vampire Albino.

Ichigo bahkan tidak menyadari kalau saat itu Grimmjow tengah melepaskan celananya. Setidaknya sampai ia merasakan benda dingin dan basah menyentuh pintu masuknya.

XOXOXO

Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tidak mungkin. TIDAK MUNGKIN!

Sudah benaknya kesulitan menerima kenyataan kalau macan yang ia lihat tadi bisa berbicara, sekarang ia juga harus menerima kenyataan kalau dua pria di sekitarnya ini adalah... Vampire? Yeah, memangnya makhluk apa lagi sih yang suka menghisap darah manusia? Nyamuk?

... Manusia nyamuk? Nggak enak banget.

Setidaknya, ketika ia melihat taring pada gigi Grimmjow yang lebih panjang daripada manusia pada umumnya, ia masih bisa beranggapan kalau memang tipe taring sang pria seperti itu. Tapi, ketika pria itu menggigit lehernya dan menghisap darahnya keluar—menimbulkan perasaan geli di bawah perutnya—vampire adalah kata yang pertama kali berterbangan di benaknya.

Kurosaki Ichigo bukanlah seseorang yang percaya pada kisah mistis macam arwah gentayangan atau hantu penghuni rumah kosong. Iya, dia BERUSAHA untuk tidak percaya mengenai makhluk transparan yang membuat bulu kuduknya berdiri itu. Hanya saja, ketika tubuhnya bereaksi diluar kendalinya, membuat segala macam bullshit yang sempat bertengger di kepalanya terbang jauh, yang bisa ia lakukan hanyalah percaya.

Sebab kalau tidak percaya, ia malah akan semakin pusing memikirkan kemungkinan yang lainnya.

Dan setidaknya, kaki kedua pria itu masih menapak di tanah, jadi ia tidak perlu terlalu khawatir.

Yah, ia sudah sempat mengeceknya tadi.

"Mmfh..." Walau nafasnya masih tidak teratur, tapi sekarang ini jauh lebih baik daripada sebelumnya. Kedua penglihatannya pun mulai terasa jelas, dan ia bisa menangkap warna kulit pucat yang saat ini menempel dengan permukaan kulitnya. "Aku Shirosaki. Kau panggil saja aku Shiro.", suara itu terdengar lebih berdistorsi daripada sebelumnya. Mungkin karena belum sepenuhnya ia berada dalam kondisi 'sadar', makanya ia masih kesulitan mengontrol kelima inderanya sendiri.

Ichigo mendesis ketika merasakan benda tajam menusuk lehernya, menimbulkan rasa seperti terbakar yang membuat panas kembali menjalar di sekujur tubuhnya. Ini tidak baik. Ia merasakan kembali pandangannya yang memburam, benaknya yang tidak bisa memikirkan hal lain kecuali apa yang tengah ia rasakan dan pria yang berada di hadapannya itu. Nafasnya yang kembali memburu itu tertahan saat merasakan benda yang antara asing dan tidak menempel di pangkal tubuhnya.

Bagian tubuh yang seharusnya tidak disentuh oleh yang lain selain tangannya sendiri.

Bagian tubuh yang seharusnya tidak disentuh oleh benda itu. Oleh lidah itu, "Nnn... henti-... kkaaaaangghh! AH!" Bisa ia rasakan lidah itu menggeliat masuk, menjilati setiap dinding daging di dalamnya. Perasaan asing yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, karena orang yang mengambil keuntungan darinya saat ia sedang mabuk dulu, langsung masuk ke dalam dirinya begitu saja. Tidak ada foreplay, tidak ada persiapan, hanya seks.

Walau apa yang tengah ia lakukan dengan dua pria asing baginya ini juga tidak mendekati dengan yang namanya 'bercinta', tapi bisa ia rasakan darahnya yang mendidih dalam kenikmatan, serta nafsu keinginan yang menginginkan lebih. Rasanya berkali-kali lipat lebih baik daripada saat itu.

Dengan lincah Grimmjow menggerak-gerakkan lidahnya di dalam rectal Ichigo. Membasahi setiap sudut yang ada dengan salivanya. Dalam hati, vampire bersurai biru itu sempat kesal karena tidak memiliki lidah sepanjang salah seorang temannya. Karena jika lidahnya lebih panjang lagi, ia yakin dirinya bisa menemukan prostat Ichigo dengan mudah. Sayangnya, panjang lidahnya normal, sehingga ia tidak bisa masuk lebih dalam, tetapi rintihan dan erangan yang Ichigo keluarkan saat itu sudah cukup untuk membuatnya dengan terburu-buru melucuti pakaiannya sendiri yang masih menempel di tubuhnya.

Ia tidak bisa menahan lebih lama lagi.

Kejantanannya membutuhkan perhatian lebih saat ini.

Tanpa disadari, rengekan ringan Ichigo keluarkan saat Grimmjow menarik lidahnya, dan Shirosaki tidak lagi menggigitnya, membuat kedua vampire itu tertawa kecil. "Jangan khawatir, Ichigo. Kami masih belum selesai denganmu." Dengan suara serak, Grimmjow berbisik di telinga Ichigo, menghasilkan getaran ringan menjalar di sekujur tubuh sang remaja bersurai oranye. Dalam kalimat singkat itu, Ichigo memutuskan kalau ia menyukai ketika namanya keluar dari sela-sela bibir Grimmjow.

Shirosaki melepaskan genggamannya pada Ichigo demi memudahkan Grimmjow menarik sang remaja hingga tubuh mereka bersentuhan. Dengan hanya punggungnya yang menempel dengan tubuh bagian depan Grimmjow, Ichigo bisa mengetahui bahwa sang pria memiliki dada yang bidang serta otot yang benar-benar berkembang. Bentuk tubuh yang rasanya bisa melindungi dirinya dari apa pun, dan bentuk yang memwujudkan rasa posesif dalam bentukan nyata.

Ichigo tidak tahan untuk tidak menggesekkan punggungnya pada tubuh depan Grimmjow, dan geraman yang berasal dari dada sang pria membuat Ichigo menyeringai kecil.

Tidak tahu mengapa, tapi rasanya saat itu keberaniannya tengah memuncak. Mungkin karena hasratnya sedang berada di puncak, ia jadi tidak memiliki waktu untuk memikirkan kemungkinan bahwa dirinya malu-malu.

Walau setelahnya nanti, bisa saja ia merasakan rasa malu yang bukan main besarnya.

Mengambil posisi duduk yang nyaman sambil terus menopang Ichigo yang bersandaran dengannya, Grimmjow kemudian menjulurkan kedua tangannya dan menggenggam paha sang pemuda. Mengangkat kedua kaki jenjang yang tiada akhir itu ke atas, sehingga bisa ia yakini Shirosaki bisa melihat bagian paling pribadi dari Ichigo. Dan dari ekspresi drooling sang Vampire Albino, Grimmjow yakin bahwa perkiraannya benar.

Menyeringai, Grimmjow menatap ke arah Shirosaki hingga urat kekesalan nampak di kening pucat sang Albino. Dan ia tersentak kecil saat merasakan lengan yang melingkari lehernya. Ia hampir saja menjatuhkan genggamannya di kedua kaki Ichigo, saat merasakan pemuda bersurai oranye itu mengangkat dirinya sendiri dan memposisikan pintu masuknya pada kepala kejantanannya.

Seringai pada wajah Grimmjow saat ini berada dalam kondisi berbahaya membelah wajahnya menjadi dua saking lebarnya. Ia membiarkan Ichigo bergerak sendiri, menurunkan tubuhnya, berusaha memasukkan kejantanan Grimmjow ke dalam tubuhnya. Sementara sang pria memberikan kecupan dan gigitan ringan di sekitaran tanda bekas gigitan di lehernya.

Genggaman jemari Ichigo pada tengkuk Grimmjow semakin mengeras karena ia mulai merasakan sakit akibat pelebaran otot rectrumnya yang hampir mengenai batas maksimal. Ia memutuskan untuk berhenti sesaat ketika kepala kejantanan Grimmjow sudah masuk untuk mengatur nafasnya, baru kemudian ia melanjutkan penetrasinya sendiri, "Nnnnggghhh...! Hhaa... Ah! Ahh! ...—Ghh! Uhhhgghh...!" Besar. Tanpa perlu ia lihat dengan kedua matanya sendiri secara langsung, Ichigo tahu kalau kejantanan Grimmjow begitu besar. Lebih besar darinya. Tidak heran jika ia kesusahan untuk memasukkannya. Padahal ia sudah tidak bisa bersabar lebih lama lagi untuk bisa merasakan bagimana rasanya jika pria itu menghujamkan kejantanannya berkali-kali ke dalam dirinya.

Dan kelihatannya, Grimmjow pun sama-sama tidak bisa bersabar, karena kedua tangannya yang tadinya menggenggam kaki Ichigo, kini berganti jadi menggenggam pinggang Ichigo dan menurunkan tubuh sang pemuda sepenuh tenaga hingga dalam sekali dorongan, keluruhan dirinya bisa tertelan, membuat Ichigo menjerit akibat rasa sakit seperti ada sesuatu di dalam tubuhnya yang sobek.

"Ck. Kamu melukainya, Grimmjow."

Kata-kata Shirosaki itu membuat Grimmjow mengernyitkan hidungnya ketika bau darah segar kembali menyerang penciumannya. "Sialan..." Bisa ia rasakan kejantanannya yang berada di dalam Ichigo pun mulai basah oleh cairan yang ia yakini sebagai darah. Tapi, karena saat itu Ichigo masih sadarkan diri, disamping nafasnya yang nampak seperti tercekik, Grimmjow merasa pendarahan di dalam tidak terlalu parah.

Mengangkat tubuh Ichigo dan menghentakkannya kembali ke bawah, seirama dengan gerakan pinggangnya, Grimmjow menyeringai penuh kemenangan saat mendengar erangan yang dikeluarkan oleh remaja itu berupa erangan akan rasa nikmat yang tidak terbendung. Dalam sekali percobaan ia sudah berhasil mengenai prostat Ichigo, bagaimana bisa ia tidak bangga?

"... Ahh... Haaa...! G-Grimm...! Ah! AH! HhhaaaAAHH!" Erangan dan desahan tidak bisa ia hentikan meluncur begitu saja dari mulutnya. Tubuh yang terus tersentak tiap kali ujung kejantanan Grimmjow mengenai prostatnya, "C-ce-cepat... le-lebiihhh...! LEBIH CEPAT, GRIMMJAAAAAAWWHH!" Di antara buramnya penglihatan akibat air mata kenikmatan yang keluar, Ichigo menangkap Shirosaki saat itu tengah bermain dengan dirinya sendiri sambil melihat ke arahnya. Kedua iris keemasan yang mengikuti setiap pergerakannya tanpa luput sedikit pun, membuat kejantanan Ichigo semakin mengeras hingga sampai pada tahap ia tidak bisa menahannya lagi dan tangannya langsung menggenggam, lalu memompa kejantanannya sendiri. Seirama dengan hentakkan demi hentakkan yang diberikan Grimmjow.

Tapi kemudian tangannya itu ditepis, berganti dengan tangan Shirosaki yang memompa kejantanannya. Dalam tahap ini, erangan sudah tidak lagi terkontrol. Bahkan mungkin, tetangga sebelah rumah akan bisa mendengar suaranya, tapi Ichigo tidak peduli.

Shirosaki bergerak mendekat—setelah sempat meludah ke telapak tangannya yang tidak menggenggam kejantanan Ichigo, dan melumuri kejantanannya sendiri dengan air liurnya demi memudahkan penetrasi. Ia memposisikan kejantanannya di pintu masuk Ichigo yang masih penuh dengan Grimmjow, membuat Ichigo terbelalak dan mulai meronta.

"HENTIKAN! HENTIKAAANN! APA YANG KAU LAKUKAN...!"

Rontaannya itu membuat Grimmjow menghentikan pergerakannya, dan kini menggenggam kedua tangan Ichigo agar rontaan sang pemuda berkurang dayanya. "Ssshh, Ichi. Kau bisa melakukannya, tenang saja." Kata-kata Grimmjow itu sama sekali tidak menenangkan Ichigo. Ia malah semakin tegang saat merasakan kepala kejantanan Shirosaki menyodok pintu masuknya, memaksa masuk disamping protes yang ia keluarkan.

"Rileks..."

Tidak mau memperpanjang rasa sakit, Shirosaki memasukkan keseluruhan kejantanannya dalam sekali hentakkan. Membuat Ichigo tidak hanya menjerit, tetapi cuga mencakarkan kukunya di lengan Grimmjow. Tapi, Grimmjow sama sekali tidak masalah dengan hal itu, ia membelai pelan surai oranye sang pemuda. Membisikkan kata-kata manis demi menenangkan Ichigo yang nafasnya sudah seperti orang yang tercekik, sambil melemparkan tatapan tajam ke arah Shirosaki yang sama sekali tidak menyadari tatapannya. Karena saat itu sang Albino terlalu tenggelam dalam kenikmatan akan kehangatan yang membungkus dirinya di dalam.

Ichigo yang merasa seluruh tenaga dalam tubuhnya mendadak hilang—kejantanannya pun kembali lemas akibat rasa sakit yang teramat sangat—hanya bisa membiarkan tubuhnya terkulai dalam dekapan Grimmjow. Kedua matanya yang tertutup rapat sama sekali tidak bisa menghalau air mata yang kembali tumpah. Hanya belaian yang ia rasakan di antara surainyalah yang bisa membuatnya merasa sedikit lebih tenang.

Merasakan kecupan pelan dan jilatan ringan di tepian matanya, Ichigo membuka kedua matanya itu dan langsung berhadapan dengan dua iris keemasan yang berkilat karena nafsu. Namun, tersirat sedikit penyesalan di sana sehingga membuat sumpah-serapah yang hampir saja ia keluarkan tertahan di tenggorakkannya begitu saja, dan berganti dengan, "B-b-ber-bergerak... rasanya a-a-aneh... k-ka-kalau..."

Tanpa perlu Ichigo menuntaskan perkataannya, baik Shirosaki maupun Grimmjow sudah mengerti maksudnya apa, dan mereka mulai bergerak seirama. Jika Grimmjow masuk, maka Shirosaki keluar. Jika Shirosaki yang masuk, maka Grimmjowlah yang keluar. Begitu terus berulang-ulang. Tempo yang mereka berikan pun masih begitu perlahan dan hati-hati karena wajah Ichigo masih menampakkan rasa tidak nyaman dan sakit.

Walau sebenarnya mereka ingin langsung saja bergerak dengan sangat cepat, menghentak-hentakkan kejantanan mereka di dalam tubuh sang pemuda tanpa rasa kepedulian, tapi mereka tidak masalah dengan menunggu sekarang ini.

Karena mereka tidak mau saat ini menjadi yang terakhir kalinya mereka bisa menjamah sang pemuda seperti ini.

Harus dibuat penuh kenikmatan dan passion, sehingga Ichigo akan merasakan yang namanya lapar akan sentuhan dan aktifitas intim yang mereka lakukan.

Ichigo yang mulai terbiasa dengan keberadaan dua penis di dalam dirinya, mulai menggerakkan juga tubuhnya turun-naik, dan semakin cepat ketika prostatnya kembali terkena. Dua kejantanan yang bergerak secara bergantian, membuat prostat Ichigo terus terkena tanpa jeda waktu. Pergerakkan yang dilakukan oleh Shirosaki dan Grimmjow pun semakin bertambah cepat dan terus saja semakin cepat sampai-sampai rasanya kecepatan mereka sudah bukan lagi kecepatan manusia.

Dan mereka memang bukan manusia.

"Ahahh! Ahh! AH! AH! AH! Nnnnaaahhh... G-Grimmj-jow...! Shi-Shirrrr...oooOOHH!" Rasa panas yang ia rasakan di selangkangannya membuat Ichigo semakin tidak sabar untuk bisa segera mencapai puncaknya. Kelihatannya begitu pula dengan kedua vampire yang begitu terfokus menghantamkan kejantanan mereka masing-masing ke dalam dirinya, hingga tanpa disadari, posisi mereka berubah.

Punggung Shirosaki menyentuh permukaan kasur, dan Grimmjow yang menumpukan bobot tubuhnya pada kedua dengkulnya, sementara Ichigo terhimpit di antara kedua tubuh kokoh para vampire. Erangan Ichigo pun kini teredam oleh ciuman panas yang diberikan oleh Shirosaki. Mereka beradu lidah, gigi, dan bahkan Shirosaki memberikan gigitan ringan pada bibir Ichigo hingga membuat bagian itu mengeluarkan darah yang kemudian dihisap oleh sang Albino.

Tubuh Ichigo tersentak dan mengerang kuat ketika pada akhirnya ia sampai juga dipuncaknya dan mengeluarkan keseluruhan bukti hasratnya hingga mengotori dadanya sendiri dan dada Shirosaki. Ichigo ejakulasi tanpa perlu disentuh.

Merasakan dinding-dinding di antara kejantanan mereka mengetat, Grimmjow dan Shirosaki sama-sama menggeram kuat, sebelum kemudian Shirosaki lebih dulu mengeluarkan hasratnya dan disusul oleh Grimmjow setelah beberapa hentakkan terakhir. Jumlahnya cukup banyak, terbukti dari cairan yang merembes keluar dan membasahi paha Ichigo.

Sadar akan bobot tubuhnya sendiri, Grimmjow tidak seenaknya begitu saja menjatuhkan diri ke atas tubuh Ichigo. Ia menahan tubuhnya dengan menggunakan kedua lengannya saat tengah mengatur nafasnya yang memburu dengan hebat. Hal yang sama dilakukan oleh Shirosaki yang secara refleks memberikan usapan pada punggung Ichigo. Bibir pucat itu membisikkan berbagai umpatan yang diketahuinya, sebagai tanda bahwa sang Albino sama sekali tidak menyangka bahwa ia mendapatkan lebih daripada apa yang ia inginkan sebelum ini.

Sementara Grimmjow mengeluarkan kejantanannya dari dalam tubuh Ichigo, Shirosaki menyentuh ringan tubuh Ichigo, "Ichi?" Tidak adanya jawaban membuat kening Shirosaki berkerut. Ia pun mengeluarkan kejantanannya sehingga membuat lebih banyak lagi sperma yang keluar dari dalam lubang sang pemuda bersurai oranye, dan menatap wajah Ichigo yang nampak tertidur dengan tenang.

"Kurasa kita sudah membuatnya bekerja melebihi batas tenanganya."

Pernyataan Shirosaki itu membuat Grimmjow mendengus, sebelum kemudian merebahkan diri di sisi Ichigo yang lain. Shirosaki mengernyitkan dahi melihatnya, "Kamu tidak lupa sesuatu kan, Grimmjow?"

"Ngantuk."

Kali ini berganti Shirosaki-lah yang mendengus. Akhirnya mencueki kondisi tubuh mereka yang kotor, ia pun menyusul Ichigo ke alam mimpi.

Tentu tidak lupa salah satu tangannya yang berada di atas tubuh Ichigo saling berusaha menyingkirkan dengan tangan Grimmjow, yang juga sama-sama ingin mendekap sang remaja bersurai oranye selama tidur. Namun, setelah beberapa lama saling menyingkirkan, akhirnya mereka sama-sama mulai kesal, dan Shirosaki bertindak lebih dulu dengan menendang Grimmjow hingga jatuh tersungkur di bawah ranjang.

Grimmjow yang tidak terima, langsung membalasnya dengan balik menendang Shirosaki. Tapi, karena pada dasarnya Shirosaki lebih cepat dari Grimmjow, ia bisa menghindari tendangan vampire bersurai biru itu dengan mudah. Membuat Grimmjow menjadi semakin marah, dan menerjang sang Albino begitu saja.

Di kejauhan, orang-orang bisa mendengar suara barang-barang yang saling beradu atau pecah, serta suara dua pria dewasa yang saling mengutuk satu sama lain.

Tapi, keributan itu sama sekali tidak bisa membangunkan Ichigo yang saat ini tengah bermimpi berpesiar ke Antartika bersama dengan Urahara (paman) yang masih saja mengenakan kimono dan sandal, juga kipas yang terus-menerus dikipaskan ke wajahnya yang sebagian tertutup oleh fedora.

XOXOXO

"EEHH? KAU TIDAK AKAN MASUK?" Suara menggelegar Renji yang ia dengar dari balik sambungan telepon, membuatnya menjauhkan telepon dari telinganya selama beberapa saat, "Kenapa, Ichigo? Kau tidak enak badan?"

Yakin Renji tidak akan berteriak-teriak lagi, Ichigo mengembalikan telepon ke telinganya agar bisa mendengar pertanyaan sepupunya itu dengan lebih jelas lagi, "Lebih buruk. Aku sama sekali tidak bisa bergerak." Benar. Semenjak bangun pagi tadi, Ichigo merasa tubuhnya sakit jika digerakkan sedikit saja. Dan bukannya ia tidak tahu alasannya sih, tapi ia hanya berusaha memungkiri hal itu.

Karena ia cukup ingat bagaimana memalukannya dirinya dengan memohon-mohon untuk dimasuki oleh dua pria yang mengaku sebagai vampire itu.

Aaaahhh...! Untuk beberapa waktu, ia tidak akan bisa menahan wajah 'biasa' di depan keduanya.

"Memang kau habis melakukan apa, Ichigo?"

Ichigo hanya menghela nafas, karena tidak mungkin ia menceritakan semuanya kepada sepupu bermulut embernya itu, "Panjang, kapan-kapan saja deh ce—" Kata-katanya terputus saat mendengar geraman dari arah belakangnya. Tanpa perlu menengok, ia tahu pasti kalau yang menggeram itu adalah Grimmjow, dan...

Tangan yang mendadak melingkari tubuhnya dan mulai membelai perutnya itu adalah milik Shirosaki.

Nafas Ichigo tercekat saat tangan itu menyusup masuk ke dalam celana boxer yang tengah ia kenakan, dan kelihatannya suaranya itu terdengar oleh Renji, "Ichigo? Ada apa?" Ichigo sama sekali tidak bisa menjawab karena mulutnya langsung ia tutup saat merasakan tangan itu memompa kejantanannya sehingga membuatnya hampir saja mengerang.

"Ichigo?" Dan semakin lama, suara Renji jadi terasa semakin jauh karena genggamannya terhadap telepon melemah, hingga telepon itu terjatuh ke atas sofa yang ia duduki. "Oi? Ichigo?"

"Nnnghh... Shi-Shiroo..."

Tanpa dirinya sendiri ketahui, erangannya barusan itu terdengar cukup jelas di telinga Renji. Membuat Renji berhenti bertanya dan hanya mendengarkan. Dan Renji hampir saja melepaskan genggamannya pada ponselnya ketika mendengar Ichigo menyebutkan nama yang lain.

"GRIMM!"

Grimmjow yang tidak mau kalah dari Shirosaki tanpa pikir panjang langsung memasukkan jarinya ke dalam Ichigo. Sehingga membuat remaja itu tersentak kaget, dan kembali mengerang karena Grimmjow langsung menyerang prostatnya. Dua stimuli dalam waktu yang bersamaan, membuat Ichigo tidak bisa bertahan lama. Ia mengeluarkan hasratnya, membasahi tangan Shirosaki yang menggenggamnya. Namun, euforianya tidak bertahan lama, dan wajahnya memucat ketika mendengar suara Renji di seberang telepon yang baru ia sadari masih menyambung.

"Iichiiigooo? Aku menunggu."

Dalam kondisi begini, sepupu berambut merahnya itu tidak akan termakan kata tidak.

.

END?

.

Dan saya akan kembali memfokuskan diri di Forever Someone ~.~" Ah ya, kalau banyak yang meminta, akan saya lanjutkan fanfic ini. Tapi, kalau sedikit yang meminta, ga akan saya lanjutkan. Dan saya bilang banyak lho. Iyah, BANYAK ;) Muahahahahaha *dibata lagi*