Never Know

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Author : Aiko Saki

Warning : OOC, Miss Typo, Don't Like ? Don't Read.

Pairing : SasuHina

Flashback On

Chapter 4 : Masa Lalu.

Aku memberanikan diri memasuki kamarku. Dan yang kulihat adalah Ino, temanku SMA, sedang bermesraan dengan Sasuke, suamiku. Aku mundur perlahan, rasanya sakit, melihat teman dekatku selingkuh dengan suamiku. Meskipun, aku tidak mencintai Sasuke. Secara tidak sengaja, aku menabrak vas bunga yang ada di belakangku.

Prang.. Aku tersentak kaget. Ino dan Sasuke langsung menghentikan aktivitasnya.

" Hinata." Kata Ino Kaget.

Air mataku mulai turun. Yah, mungkin karena aku mulai mencintai Sasuke sebagai suamiku. Tapi, kenapa disaat aku mulai mencintainya, dia malah bermain di belakangku.

" Hinata, jadi kamu istrinya Sasuke. Aku minta maaf Hinata, aku tidak tau kalau Sasuke itu suamimu." Kata Ino panik.

Ino, maafkan aku. Mungkin aku telah memisahkan cinta kalian. Aku baru tau, ternyata laki – laki yang sering kamu ceritakan itu Sasuke. Aku hanya bisa berlari keluar rumah dan memasan taksi. Ku lihat Ino juga mengejarku, aku tidak melihat Sasuke mengejarku. Kenapa aku ? Kenapa aku berharap Sasuke mengejarku, padahal, aku tau Sasuke tak pernah mencintaiku. Aku menelpon ayahku.

" Ayah, aku boleh menginap di tempat ayah. Hari ini Sasuke tidak pulang, dia harus ke luar kota." Kataku berbohong.

" Hinata, sebagai istri harusnya kamu tetap di rumah menunggu suamimu pulang. Bukannya menginap di rumah ayah." Kata ayah.

Aku hanya pasrah. Akhirnya, aku berniat kembali ke Suna. Aku mau menenangkan diri disana. Sepanjang jalan, air mataku terus menetas, satu persatu kejadian dalam seminggu ini berputar di pikiranku, mulai dari pernikahanku sampai dengan hari ini.

" Nona, sudah sampai." Kata supir taksi itu membuyarkan lamunanku. Aku mengambil dompetku untuk membayar taksi itu. Dan, aku langsung memesan tiket pesawat, ketika baru memasuki Konoha Airport. Aku memesan penerbangan yang paling cepat. Aku berjalan menuju waiting room.

*Skip Time *

Aku telah sampai di Suna. Aku memesan taksi, untuk menuju ke apartement Hanabi.

Aku memasuki apartement Hanabi, apartement itu terlihat bersih dan rapi. Memang Hanabi tidak pernah tinggal di apartement ini, karena letaknya jauh dari universitas Hanabi. Aku meletakan barang-barangku. Tiba-tiba, hp ku bergetar

Kamu di mana ? Sasuke.

Aku membaca pesan singkat Sasuke. Aku malas membalasnya. Akhirnya, aku lempar handphoneku ke kasur dan aku bergegas mandi, untuk menghilangkan penatku. Ketika aku keluar dari kamar mandi, aku mendengar handphoneku berbunyi. Hanabi.

" Hinata-nee udah di apartementku ya ?" Tanya Hanabi, ketika aku baru mengangkat telpon.

" Iya. Hanabi, kamu temanin aku ya." Kataku. Aku memang lagi membutuhkan teman.

" Iya, jam lima aku kesana. Bye." Kata Hanabi mengakhiri telepon.

Aku membuka koperku, dan mencari baju. Aku memang hanya membawa baju sedikit, karena aku pikir aku akan berlibur sekitar tiga hari. Handphoneku berdering. Aku mengambil handphoneku, begitu melihat nama yang tertera di layar handphoneku. Aku langsung mematikannya. ' Kenapa Sasuke harus menelpon. Dia kan tidak peduli denganku.' Batinku.

Sasuke's POV

' Cih, handphonenya dimatikan.' Aku kesal dengan sikap kekanakan Hinata. Tapi, dilain pihak, hatiku juga sakit melihat Hinata menangis. Entahlah, perasaanku sepertinya sudah berubah ke Hinata. Aku mulai menerimanya sebagai istriku. Akhirnya, aku menyuruh anak buahku untuk mencari Hinata. Aku takut mertuaku tau kalau Hinata kabur dari rumah. Tadi, setelah Hinata pergi, Ino langsung menamparku, dia baru tau kalau ternyata istriku adalah Hinata. Ternyata, Hinata dan Ino adalah sahabat. Dia sangat merasa bersalah. Dari tadi, perasaanku tidak tenang, dari tadi bayangan Hinata menangis selalu menghantuiku. Aku mencoba melupakan Hinata, dengan pergi ke klub malam, mungkin saja di sana aku bisa mendapat kesenangan. Niatku tertunda, ketika mendengar suara handphone ku berdering.

" Halo."

" Sasuke. Hinata ada di Suna. Dia ada di apartement adiknya. Alamatnya aku sms'in." Kata anak buahku.

Aku menunggu sms dari anak buahku. Aku akan mengetahui keberadaan Hinata. Dia tidak akan bisa lolos dariku.

End Sasuke's POV

Hinata's POV

Aku masih menunggu Hanabi. Katanya dia akan ke sini, sepulang kuliah. Aku tadi menyempatkan diri berbelanja di mini market depan apartement. Aku sudah menyiapkan berbagai makanan untuk Hanabi. Aku menghidupkan tv untuk menghilangkan kebosananku. Aku hanya menonton tv tanpa mengerti apa yang kutonton.

Tok..Tok ..Tok.. Pintu apartemen di ketuk. Aku membukakan pintu. Dan, aku sangat kaget ketika melihat Sasuke di depan pintu. Aku hendak menutup pintu, tapi terlambat, kakinya sudah menahan pintu itu.

" Mau apa kamu kesini ?" Bentakku.

" Aku ini suamimu. Jadi aku berhak." Kata Sasuke sambil menatap tajam mataku.

" Cih. Suami macam apa yang selingkuh di belakang istrinya ?" Tanyaku menyidirnya.

" Aku sudah bilang itu bukan urusanmu."

" Kalau begitu, aku di sini juga bukan urusanmu." Balasku.

Dia masuk ke apartement itu, mengambil koperku, dan membereskan semua barang–barangku. Dia menarikku paksa, aku berusaha memberontak. Tapi, tenaga Sasuke lebih besar daripada aku. Melihat dia peduli kepadaku, aku sedikit tersenyum. Karena tak melihat jalan. Brukk… aku terjatuh dan keseleo. Aku mencoba berdiri tetapi tak kuat. Kakiku rasanya sangat lemah. Sasuke memanggil cleaning service yang sedang berjalan. Aku sudah menebak, pasti Sasuke tidak mau membantuku. Tapi dugaanku salah. Dia memanggil cleaning service itu untuk membawa koperku. Sedangkan Sasuke berniat mengendongku. Dia mengangkat tubuhku perlahan. Dan Sasuke mengendongku ala bridal style. Pipiku memerah.

Dia menyuruh cleaning service itu untuk memesan taksi. Setelah memasukan koperku. Aku dan Sasuke pergi dari apartement Hanabi.

Dalam perjalanan aku sangat lelah. Sehingga aku terpaksa tidur. Aku tertidur di bahu Sasuke. Sebelum tidur, aku merasa Sasuke mengelus dahiku. Aku memasuki alam mimpiku. Aku terbangun dari tidurku ketika sudah sampai di sebuah hotel mewah. Aku mengikuti Sasuke di belakang. Untung saja, kakiku sudah sembuh, kalau belum aku terpaksa harus di gendong Sasuke lagi. Sasuke pergi memesan kamr. Aku melihat sekelilingku. Mataku terpaku, ketika melihat lelaki berambut merah itu. Gaara. Aku ingin menyapanya, tapi, sayang, Sasuke keburu menghampiriku.

" Ayo. Kita pergi ke kamar." Sasuke membuyarkan lamunanku.

Aku bergegas menghampiri Sasuke. Dan mengikutinya dari belakang. Langkah Sasuke terlalu cepat, aku kesulitan mengejarnya, ditambah lagi kakiku sedang sakit.

" Sasuke, pelan-pelan aku capek." Kataku

Sasuke berjalan mendekatiku. Dia mengendongku lagi. aku malu, karena banyak orang yang melihatku.

" Sasuke buat apa kita di sini ?" Tanyaku.

" Liburan." Kata Sasuke singkat.

Aku kaget. Jadi Sasuke mengajakku kesini untuk liburan. Rasanya aneh, tapi hatiku benar – benar, tak karuan. Aku merasa senang, akhirnya Sasuke peduli denganku.

Sasuke mengendongku ke kamar yang sangat mewah. Sasuke meletakanku di kasur mewah itu.

" Aku mau mandi." Kata Sasuke.

Karena lelah, aku tertidur. Aku harus menghilangkan rasa capekku ini.

Esok harinya, aku terbangun dengan Sasuke tidur di sampingku. Sekali lagi, aku harus mengakui kalau wajah Sasuke ketika tidur sangat imut.

" Udah puas menatapku, heh ?" Tanya Sasuke mengodaku.

Pipiku bersemu merah. Aku malu tertangkap basah sedang mengagumi Sasuke. Aku beranjak dari ranjang, dan menuju ke kamar mandi, aku harus mandi, karena tadi malam aku tidak sempat mandi.

" Hinata, kita berenang ya. Aku dengar hotel ini mempunyai fasilitas kolam renang yang sangat mewah." Kata Sasuke ketika aku baru keluar dari kamar mandi.

Aku mengangguk setuju. Aku keluar dengan Sasuke ke kolam renang, karena waktu pergi ke Suna, tidak ada rencana renang. Aku dan Sasuke tidak memakai baju renang. Aku didorong Sasuke masuk ke dalam kolam, aku kaget. Aku memercikan air ke badan Sasuke yang masih di atas kolam renang, dia belum meloncat. Akhirnya, Sasuke meloncat dan mengejarku di dalam kolam. Aku berenang cepat untuk menghindari Sasuke.

" Pengantin baru ya ?" Tanya nenek yang sedang duduk di dekat kolam.

" Iya." Kata Sasuke.

Pipiku merona merah.

" Nenek peramal ya ?" Tanyaku menebak-nebak. Karena nenek itu langsung tau kalau aku sama Sasuke pengantin baru.

" Iya. Kalian udah berapa minggu menikah ?"

" Baru dua minggu, nek." Jawab Sasuke.

" Nenek ramal ya. Pasti nanti anak pertama kalian laki-laki, dia tampan seperti ayahnya, memiliki rambut warna biru seperti ibunya." Kata nenek itu sambil meramal.

Pipiku semakin memerah. Setelah berbicara begitu, nenek itu pergi meninggalkan kami berdua. Aku masih memikirkan perkataan nenek itu. Suasana itu membuat aku dan Sasuke menjadi hening.

Setelah selesai berenang. Sasuke mengajakku kembali ke kamar.

Karena ada panggilan mendadak dari perusahaan. Liburanku dan Sasuke harus terpotong. Akhirnya aku dan Sasuke kembali ke Konoha.

+ Skip Time +

Ketika sampai di rumahku, aku melihat mobil BMW milik Ino. Aku kaget. Aku belum siap bertemu dengan dia. Aku melangkahkan kakiku perlahan. Kulihat Sasuke wajahnya menjadi pucat.

" Hinata, maafkan aku. Jika, aku tidak selingkuh dengan Sasuke, pasti semua ini tidak akan terjadi." Kata Ino.

" Apa maksudmu, Ino ?" Tanya Sasuke.

" Aku hamil, Sasuke." Kata Ino.

Air mataku mengalir deras. Aku merasakan sakit yang sangat dalam di hatiku. Apa aku harus rela di duakan oleh Sasuke. Mau bagaimana lagi, anak yang dalam kandungan Ino adalah anak Sasuke. Aku harus rela, biarlah Ino mendapat kebahagiaannya. Aku berlari masuk ke dalam rumah, aku tak tau lagi apa yang harus aku katakana, rasanya kejadian ini telah merusak momen kebersamaanku dengan Sasuke yang pertama kali.

Aku mengurung diri di kamar. Aku melihat jendela, kulihat Ino sedang berjalan ke arah mobilnya dengan wajah yang frustasi. Sedangkan Sasuke masih terduduk di taman, dengan wajah bingung.

Aku sakit hati, aku merasa cemburu, aku merasa hancur. Cemburu ? Apa aku mulai menyukai Sasuke. Tapi ketika melihat Sasuke bersama Ino, hati ini perih. Ya, aku benar, aku mencintai Sasuke sekarang. Semua pandanganku tiba-tiba gelap.

Sasuke's POV

Rasanya hubungan yang baru saja aku bina dengan Hinata, langsung hancur. Aku tidak menyangka hubunganku dengan Ino bisa berakhir fatal seperti ini. Hatiku sakit saat melihat Hinata berlari kedalam rumah. Aku sakit melihat Hinata tersakiti lagi. aku hancur melihat air matanya mengalir.

" Ino, apa benar itu anakku ?" Tanyaku.

Ino mengangguk perlahan. Aku merasa Ino juga tersakiti akan hal ini. Aku menyukai Ino, tapi, kenapa aku paling sakit ketika melihat Hinata menangis, dibanding melihat Ino menangis. Ino meninggalkanku. Sekarang, aku terduduk, menatapi kebodohanku. Aku mencintai Hinata sekarang, tapi kenapa aku harus membuat Hinata sakit lagi. aku hendak masuk ke dalam rumah, ingin meminta maaf ke Hinata.

Aku mengetuk pintu kamarku pelan. Tapi, karena tidak ada jawaban. Aku langsung masuk. Dan melihat Hinata tertidur. Aku berjalan mendekati ranjang. Aku mengusap pelan dahi Hinata. Aku kaget, ternyata dahi Hinata sangat panas, Hinata sedang demam. Aku mengambil air hangat untuk mengompres Hinata. Hinata mengingau.

" Sasuke, jangan pergi." Igau Hinata.

" Aku di sini Hinata." Kataku menenangkan.

Hinata mengeluarkan keringat dingin. Aku semakin khawatir kepada Hinata. Aku memeluk Hinata mencoba memberi ketenangan. Dan akhirnya Hinata terlelap lagi. Aku sedih melihat Hinata sakit seperti ini.

Aku memeluk Hinata sepanjang malam.

End Sasuke's POV

Hinata's POV

Aku terbangun di pelukan Sasuke. Aku melihat kain di kepalaku. Apa Sasuke semalaman merawatku ? Aku melihat Sasuke tidur. Rasanya kejadian tadi malam ingin kulupakan. Aku bangun dari tempat tidur. Dan menyiapkan sarapan untuk Sasuke.

Waktu sarapan suasananya sangat hening. Sasuke belum mau membuka percakapan. Sasuke pamit pergi ke kantor.

" Hinata. Aku pergi dulu. Jaga rumah ya." Sasuke pamit sambil mencium dahiku.

Pipiku merona merah. Aku merasakan getaran aneh dalam hatiku. Sasuke sudah pergi. Sebelum pergi, aku melambaikan tanganku.

End Hinata's POV

Sasuke's POV

Aku tersenyum mengingat wajah merona Hinata, dia terlihat sangat cantik dan imut. Rasanya akubelum pernah merasakan perasaan ini ketika aku bersama Ino. Aku merasakan jantungku berdebar saat dekat dengan Hinata.

Akhirnya, aku sampai kantor. Di kantor aku disambut oleh Karin. Aku bersikap semakin dingin ke Karin. Aku membuka pintu kantorku. Dan, melihat ayahku disana.

" Ayah, kenapa disini ?" Tanyaku. Perasaanku tidak enak.

" Ayah harus mengatakan ini. Kakakmu, Itachi kabur dari rumah, jadi perusahaan ayah yang di Amegakure tidak ada pemimpin. Ayah minta kamu meneruskan perusahaan ayah yang di sana." Kata ayahku.

" Tapi, yah. Aku sudah mempunyai istri." Kataku menolak

" Hahahaha.. Sasuke, sejak kapan kamu jadi peduli dengan istrimu ?" Ayahku menertawakan aku.

" Aku mencintai istriku, ayah." Kataku.

" Lupakan istrimu, sekarang kau harus mengikuti kemauan ayah. Atau kamu tidak ayah anggap sebagai anak." Kata ayah mengancam

Aku terdiam. Aku selalu dihadapkan pada keputusan sulit. Aku harus memilih, Hinata atau ayah. Ayah pergi meninggalkan aku, aku tau ayah tidak main-main. Ayah serius dengan ucapannya. Apa aku harus meninggalkan Hinata ?

Aku melupakan masalahku, dengan kembali mengerjakan tugasku yang menumpuk setelah beberapa hari aku tinggal.

+ Skip Time +

Setelah berusaha keras, pikiranku masih belum terfokus kepada pekerjaanku. Waktu sudah menunjuk pukul delapan malam. Karena banyak pikiran, aku memutuskan pergi ke klub malam. Mungkin di sana aku dapat menghibur diriku.

Aku bertemu Karin di sana.

End Sasuke's POV

Hinata's POV

" Sasuke mana ya ? apa dia ada rapat ?" Kataku.

Tok..tok..tok.. Pintu rumahku diketuk. Aku bergegas membuka pintu.

" Sasuke." Teriakku, ketika melihat Sasuke sedang mabuk. Dia sedang dirangkul dengan perempuan yang mengantarnya waktu itu. Aku menarik Sasuke. Dan menyuruh wanita itu pulang.

Aku membawa Sasuke ke kamarnya. Aku kasian melihat Sasuke seperti ini. Aku mendengar Sasuke mengingau.

" Hinata."

" Iya. Ada apa ?" Tanyaku.

Sasuke menarikku kepelukannya. Dan dia merobek pakaianku. Dia mencium paksa bibirku. Aku berusaha mendorong Sasuke yang sedang mabuk ini. Dia menekan tubuhku. Dan akhirnya, aku harus kehilangan kesucianku pada malam ini.

Aku sedih, kenapa kesucianku harus diambil oleh Sasuke, saat dia tak sadar. Takdirku memang buruk. Aku membenci diriku sendiri.

End Hinata's POV

Sasuke's POV

Aku terbangun pagi hari, aku melihat Hinata sedang tidur di sebelahku. Aku membuka selimut, dan alangkah kagetnya aku ketika melihat Hinata telanjang, dan di selimut itu ada darah. Apa mungkin aku telah mengambil kesucian Hinata ? Aku berjalan mengambil koperku. Dan memasukan barang-barangku ke dalam koper. Aku harus mengambil keputusan ini. Aku sangat mencintai Hinata, tapi, aku tak ingin di bilang anak durhaka. Aku bergegas mandi. Setelah selesai mandi, aku bersiap-siap. Air mataku jatuh saat melihat Hinata, aku tak sanggup melupakan Hinata. Aku mencium pipi Hinata untuk terakhir kalinya. Aku berjalan keluar rumah, menuju airport. Aku menatap sejenak rumah ini. Aku selalu merasakan kehangatan bila berada di rumah ini.

End Sasuke's POV

Hinata's POV

Aku terbangun dari tidurku. Aku mencari Sasuke, mataku menjelajahi kamarku. Tapi, aku merasakan keanehan, barang-barang di kamarku sedikit berkurang. Aku tidak menemukan pakaian Sasuke, parfum Sasuke, dan segala macam benda yang berbau Sasuke. Aku memakai bajuku yang tergeletak di lantai. Setelah selesai, Aku membuka lemariku, aku kaget. Karena yang tertinggal di sana hanyalah bajuku. Sasuke telah meninggalkan aku. Dia sudah mencampakan aku demi Ino. Aku menangis, aku tak sanggup mengalami ini sendiri, takdir ini terlalu berat untukku.

Aku mengusap air mataku. Aku berniat mandi. Aku akan pergi ke tempat Mama Mikoto. Aku ingin mencari keberadaan Sasuke.

Aku memakai mobil BMW-ku yang sudah lama tak di pakai. Aku menuju rumah Mama Mikoto. Tapi, aku melihat rumah itu sepi.

" Mama." Teriakku.

Aku sudah memanggil berkali-kali. Tapi, tak ada sahutan dari dalam.

" Maaf, mbak. Pemilik rumah ini udah pindah sejak pagi tadi." Kata tetangga Mama Mikoto."

Apa aku tak penting ? Sampai Mama Mikoto pindah aku tidak diberitau. Sasuke di mana kamu ? Aku berniat ke rumah ayah. Tapi, kuurungkan, aku berniat pergi ke kantor Sasuke.

" Nyonya Hinata. Kenapa masih di Konoha ?" Tanya salah satu karyawan di sana.

" Iya. Saya memang di Konoha." Kataku bingung

" Lho, Tuan Sasuke sudah tidak tinggal di Konoha lagi. Dia pergi ke luar kota."

Aku langsung pergi meninggalkan orang itu. Sekarang Sasuke menghilang tanpa jejak. Aku berniat makan di sebuah cafe. Nama cafe itu Nami cafe. Aku masuk ke dalam cafe itu. Mataku menjelajah, mencari tempat kosong. Aku memesan nasi goreng, karena perutku lapar.

Aku melihat Gaara berjalan dari kejauhan. Aku memanggil dia. Dia berjalan menuju arahku.

" Hei, Hinata." Kata Gaara menyapaku.

Aku tersenyum. Aku belum ada mood untuk berbicara.

" Do you have problem ?" Tanya Gaara penasaran.

Aku mengangguk. Aku harus cerita ke Gaara, mungkin dengan ini dia bisa membantuku.

" Sasuke menghilang tanpa jejak." Kataku.

" Hinata, sedang apa kamu di sini. Kenapa kau masih berhubungan dengan dia ?" Aku tersentak kaget. Aku sangat mengenali suara ini. Ayah. Aku berdiri.

" Ayah, aku tidak sengaja bertemu Gaara di sini." Kataku.

" Kau selingkuh, Hinata. Kemana Sasuke ?"

" Aku tidak selingkuh, ayah. Aku tidak tau keberadaan Sasuke, dia menghilang, ayah."

" Cih, dia pasti sudah tau kalau kau selingkuh. Kamu istri tak becus, Hinata. Ikut ayah pulang." Kata ayah menarikku pulang.

" Tolong jangan sakiti Hinata." Kata Gaara.

Ayah tetap menarikku pergi. Dia mengabaikan panggilan Gaara. Aku di bawa ke mobil ayah. Sepanjang, perjalanan aku terus menangis.

Plakk.. Aku mendapat tamparan dari ayah. Aku memegangi pipiku yang terasa perih.

" Kau bukan keturunan Hyuuga. Mulai sekarang kau bukan anakku lagi. Kau sudah membuatku malu di hadapan Uchiha." Kata ayah.

Aku bersujud di kaki ayah, aku meminta maaf.

" Ayah, maafin Hinata, ayah." Kataku.

Ayahku mengusirku keluar. Wajahnya terlihat marah. Aku menjadi takut, selama ini, aku belum pernah melihat wajah ayah seperti ini. Sekarang aku bukan seorang Hyuuga lagi. membayangkannya saja sudah membuatku sedih. Aku kembali ke rumah dengan berjalan kaki. Karena mobilku ada di kafe tadi.

+ Skip Time +

Dua minggu berlalu. Aku belum mendapat kabar keberadaan Sasuke. Aku sedang memasak ayam untuk sarapanku. Aku memakan ayamku. Tapi, karena suatu hal, perutku menjadi mual, aku berlari menuju kamar mandi. Aku memuntahkan makanan yang baru aku makan. Aku merasa tidak enak badan. Aku kembali ke kamar untuk istirahat. Menjelang sore, perutku masih tetap mual. Aku memutuskan pergi ke tempat kakakku, Neji. Neji seorang dokter.

" Hei, Hinata. Apa kabar sayang ?" Kata Neji.

" Baik, Neji-nii."

" Mukamu kok pucat, Hinata?" Tanya Neji-nii

Neji menarikku ke ruang kerjanya. Dia memeriksaku. Dia kaget. Wajahnya aneh.

" Hinata kamu hamil. Sebentar lagi aku akan menjadi paman." Kata Neji.

Aku tak percaya. Aku hamil. Aku hamil anak Sasuke. Tapi, mengingat nama Sasuke, membuatku jadi sedih. Aku harus merawat bayi ini sendirian.

" Hinata, kenapa kamu tidak senang ?" Tanya Neji.

Aku menceritakan semua masalahku, mulai dari perginya Sasuke sampai aku diusir ayah. Neji menjadi prihatin, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Aku meminta neji-nii merahasiakan kehamilanku dari ayah. Karena, aku yakin, ayah tidak akan percaya kalau ini anak Sasuke.

To Be Continue…

Akhirnya, selesai juga buat chapter 4. Alhamdulilah, aku udah selesai ujian, jadi bisa update deh… RnR ya, please….

Special thank's to :

uciha athrun, Firah-chan, n, sasukeLovers, Ichsana-hyuuga, sasuhinaLovers, Shyoul lavaen, ika-chan, inochan, gaara-kun, R, saichi, sachi : Makasih udah review….

Hasuke : Hasuke anak Hinata, Ino juga temannya Hinata.

Zoroutecchi : makasih zo-senpai udah review ^_^ dan udah kasih saran. Anaknya Hinata namanya Hasuke. Ada salah ketik..:))

demikooo : Masih bingung ya ? moga di chapter ini udah ngerti.

luna : silahkan di tebak. Fic ini Cuma sampe chap 5 kok…