Never Know
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Author : Aiko Saki
Warning : OOC, Miss Typo, Don't Like ? Don't Read.
Pairing : SasuHina
Chapter 1 : My Life
~Happy Reading~
Hidupku seperti Bola. Selalu berputar. Hyuga Hinata, itulah namaku. Ibuku memberikan nama yang indah ketika melahirkanku. Tapi, kuyakin saat ini dia menyesal karena telah memberi nama Hinata padaku. Andai saja, aku bisa memutar waktu. Aku ingin melihat ayah dan ibuku menemaniku dan selalu memberiku kasih sayang. Tapi, semua sudah berlalu, kini aku bukan lagi anak ayah dan ibu. Meskipun nama Hyuga tetap kupakai.'Apa ayah masih mengingatku ?' kalimat itu sering terlintas dipikiranku, ketika melihat anak sedang bermain dengan ayahnya. 'Ayah, aku merindukanmu.'
" Nyonya Hinata, ini ada berkas yang harus ditanda tangani." Kata Temari. Sekretarisku.
Aku langsung menandatangani berkas itu. Jika saja, kejadian itu tidak terjadi, saat ini, pasti aku sedang duduk di meja Direktur Hyuga Corp. Tak ada yang bisa menebak takdir, saat ini, aku sedang memimpin Perusahaan Konoha Life, salah satu perusahaan terbesar di Konoha. Saat ini Hyuga Corp sedang di pimpin oleh Neji, saudara sepupuku.
Drrt..drrt.. aku mendengar bunyi alarm dari Handphoneku. ' sudah jam segini ' batinku.
" Temari, saya pulang dulu. " Kataku ketika keluar dari pintu kantorku.
Aku berjalan memasuki mobil Maybach-ku. Ku hidupkan mobilku, aku tidak pernah ingin memakai jasa supir. Karena, menurutku, susah mencari supir yang baik.
" Bunda." Teriak anak kecil yang sedang berlari kearahku.
Aku berjongkok agar dapat mencium malaikatku. Aku sangat menyayanginya, melebihi sayangku pada siapapun.
" Iya sayang, gimana sekolahnya ?"
" baik, tadi ada tugas menggambal, tapi Hasuke gak bisa."
" Hasuke tau gak, bunda jago gambar lho."
" Bunda jago gambal apa ?" Tanya Hasuke.
" Apa aja, sayang. Hasuke lapar?" Tanyaku.
" Lapar, Bunda. Kita makan di tempat Om Nalu ya, Bun."
" Iya." Jawabku sambil menggendong Hasuke ke mobil.
Sesampainya di Nami Cafe. Hasuke langsung berlari menuju pintu masuk Cafe itu. Cafe itu sangat luas dan sangat ramai. Karena selain makanannya yang enak di sana sering di jadikan tempat konser para artis.
" Hai. Naru." Kataku menyapa Namikaze Naruto.
" Hinata. Kok tumben datang cepat ? "
" Om Nalu. Pesan jus tomat."
" Huh, dasar Hasuke. Om gak mau buatin." Kata Naruto berusaha mengisengi Hasuke.
" Om jahat. Kita gak teman." Hasuke mengambek. Aku tertawa melihat tingah Hasuke.
Setiap datang ke cafe ini, Hasuke selalu meminum Jus Tomat. Mungkin karena rasanya beda dengan cafe lain. jadi Hasuke tidak mau meminum jus selain buatan cafe ini.
" Iya deh om buatin buat Hasuke. Mau makan apa hinata ? "
" Nasi goreng aja. Dua ya." kataku.
" Sip."
Naruto berjalan menuju dapur.
Bagiku, tidak ada waktu yang paling indah, selain bersama Hasuke. Hasuke bagai Malaikatku. Saat aku terpuruk, melihat Hasuke tersenyum, rasanya semua masalah hilang seketika.
" Ini pesanan Hasuke."
" Ye.. Jus tomat. " Kata Hasuke tidak sabaran, dia langsung minum, karena terburu-buru dia jadi terbatuk.
" Jangan buru-buru sayang." Kataku mengingatkan. Sambil mengelus pundak Hasuke.
" Iya Bunda."
Setelah selesai makan, aku dan Hasuke pulang ke di perjalanan, tiba-tiba Hasuke menyuruhku berhenti.
" Stop, Bunda." Kata Hasuke.
" Ada apa, sayang?"
" Bunda, Hasuke kok gak punya ayah ?"
" … " Aku syok dengan pertanyaan Hasuke.
" Lihat bunda, anak itu bersama ayahnya, sedang membeli mainan." Kata Hasuke sambil menunjuk seorang keluarga kecil. Yang terdiri dari ayah, ibu dan sepasang anak kembar.
' Hasuke, maafkan bunda. Kalau bunda boleh jujur. Bunda juga ingin mempunyai keluarga yang bahagia seperti itu. Maafkan bunda, belum saatnya kamu tau semuanya.' Batinku
Aku abaikan pertanyaan Hasuke, aku ingin cepat sampai rumah, rasanya air mata ini susah kutahan, apalagi hatiku saat ini sudah hancur, mendengar pertanyaan dari Hasuke. Ketika sampai dirumah aku langsung menggendong Hasuke, tanpa berkata apa-apa. Kuyakin saat ini Hasuke bingung dengan apa yang terjadi.
" Hasuke, belajar dulu ya.. Nanti bunda nyusul."
'Ya Tuhan. Apa sakit itu belum cukup, kenapa saat ini kebahagiaanku hancur lagi. Setiap aku berusaha tegar, kenapa harus rapuh lagi. Aku gak kuat, Ya Allah.' Air mataku sudah menetes dari tadi.
Tok..tok..tok.. Suara pintu rumahku diketuk. Ku hapus air mataku, dan bergegas melihat siapa yang ada di luar.
" Neji-nii." Aku menghambur ke pelukan kakakku. Kakakku memberiku kenyamanan. Dia orang yang selalu mendukungku ketika aku rapuh.
" Hei.. Kenapa wajahmu murung Hinata?" Tanya Neji-nii
" Ahh.. Aku baik-baik saja kak.."
Aku menyembunyikan semuanya. Aku tidak ingin kakakku yang paling aku cintai menjadi sedih. Sudah cukup aku membuatnya sedih.
" Mana Hasuke ? Aku membawa mainan untuk dia."
" Hasuke sedang di kamarnya. Tadi aku menyuruhnya belajar. Ayo ikut aku." Aku membawa Neji-nii ke kamar Hasuke.
" Hasuke, Paman Neji datang." Kataku memanggil Hasuke.
Hasuke keluar dari kamarnya dan berlari memeluk Neji-nii.
" Paman, Hasuke kangen sama paman. Mana oleh-olehnya ?" Hasuke selalu ingat, kalau Neji-nii kalau datang selalu membawa oleh-oleh.
" Ini. Tapi ingat ya. Jangan main terus. Harus rajin belajar ya." Kata Neji-nii mengingatkan.
" Siap, bos." Aku tertawa melihat keakraban Neji-nii dengan Hasuke.
Semenjak aku tinggal sendiri, hanya Neji-nii yang peduli padaku. Orang tuaku tidak pernah mengunjungiku. Mungkin mereka sudah melupakanku. Setiap dua minggu sekali Neji-nii selalu mengunjungiku dan selalu membawa oleh-oleh.
" Paman Neji, tidul sama Hasuke ya?" Pinta Hasuke.
" Maaf Hasuke, nanti Paman Neji gak bisa tidur di sini. Bibi Tenten kan sedang punya adik. Jadi paman harus jagain Bibi Tenten." Neji-nii memang mempunyai istri yang bernama Tenten. Dia sedang hamil. Kadang-kadang Tenten-nee ikut mengunjungiku.
Setelah selesai bermain dengan Hasuke. Neji-nii berpamitan kepadaku.
" Hinata, aku pulang dulu ya. Titip salam buat Hasuke ya." Kata Neji-nii. Hasuke sudah tertidur lelap di kamarnya. Mungkin karena lelah.
" Iya.. Salam buat Tenten-nee ya.." Kataku
" Jaa.. Jaga diri baik-baik ya." Kata Neji-nii ketika keluar pagar.
++ Never Know ++
Hari itu adalah hari spesial buat Hasuke, karena Hasuke ulang tahun ke empat tahun.
" Sayang, selamat ulang tahun ya. Ini bunda punya hadiah." Kataku waktu Hasuke bangun tidur.
" Yee.. Hadiahnya apa Bunda?" Tanya Hasuke.
" Lihat sendiri. Nanti kalau bunda kasih tau, namanya gak surprise donk." Kataku
Hasuke sibuk membuka hadiah dariku.
" Hadiahnya bagus, Bunda. Makasih ya Bunda." Kata Hasuke sambil mencium pipiku.
" Nanti siang kita rayain ya. sekarang Hasuke mandi dulu. Nanti telat lho." Kataku mengingatkan.
Aku mengantar Hasuke ke sekolahnya. Setelah selesai mengantar, aku langsung pergi ke kantor setelah mengantar Hasuke.
" Nyonya Hinata, hari ini anda ada rapat dengan Perusahaan Sabaku. Jam 11 siang nyonya." Kata Temari mengingatkan.
" Iya. Siapkan datanya. Sebentar lagi kita berangkat."
Aku memasuki ruanganku. Aku mempelajari data-data yang akan aku presentasikan nanti. Perusahahaan Sabaku adalah perusahaan sabun terkenal, jika aku berhasil mendapat proyek dari perusahaan ini, maka saham perusahaanku akan naik.
Waktu menujukan pukul 10. Aku bergegas meninggalkan kantor. Aku bersama Temari akan menghadiri rapat hari ini. Ayame menggantikan posisi Temari.
Ketika sampai di Perusahaan Sabaku, aku menuju lantai tiga, tempat rapat dilaksanakan. Ketika sampai di lantai tiga. Aku melihat ruanganku sudah mulai ramai.
" Selamat datang, Nyonya Hinata." Sambutan dari Gaara, pemilik perusahaan ini.
Aku menunggu rapat dimulai. Ada satu kursi yang belum terisi. Kulihat ada seorang pria berjalan kemari. Dari jauh, aku tidak dapat melihat wajahnya. Yang kutau wajahnya sangat familiar. Dia membuka pintu ruangan.
" Maaf, saya terlambat." Kata pria tadi.
Ketika aku mendengar suaranya, sedari tadi aku hanya menundukan kepalaku, langsung mengangkat wajahku ketika mender suaranya. ' Suara itu ?' Batinku.
' Dia … '
To Be Continue
Gomen ya, kalau ceritanya gaje. Aku masih Newbie soalnya,,, maaf kalo banyak typo. Menurut kalian ceritanya mau di discontinue atau continue..
Mohon sarannya ya.. review ya.. arigatou ..
_Aiko-Saki_