Hai...! Akhirnya Chapter 5 UPDATE JUGA XD

Mksih banyak ya! Coz masih review fanfic ini ^^

Ok... Ini balasan reviewnya :D

Momo: Mksih y udah review ^^ lain kali log in dong :)

linda sisilia: Thnks sudah review ^^ Ini udah lanjut kok :) log in dong ^^

Namikaze Narita-chan: Arigato udah review! :) Ini udah lanjut kok hehehe... aduh di panggil Senpai segala, jadi malu ^^a wkwkwk

OK! MARI MULAI CERITANYA ^^

X0X0X

I Just Wanna Say I Love You Chapter 5

Disclaimer:

I do not own them.

Naruto © Masashi Kishimoto

I Just Wanna Say I Love You © Uzumaki Shieru

WARNING: OOC, Shonen-Ai, Boy x Boy

KALAU TIDAK SUKA, TIDAK USAH BACA, KALAU PERLU TEKAN TOMBOL BACK! ^^

.

.

.

'Aku mencintaimu Sasuke'

Lagi-lagi kalimat itu melintas di pikiran Sasuke. Entah kenapa ia tidak bisa melupakan kejadian hari ini di sekolah. Dan setelah insiden tadi, ia terus-terusan saja memikirkan Naruto. Dan bodohnya, kenapa ia tak mencari Naruto? Ah, mungkin ia juga mulai malu menatap si bocah pirang itu.

'Apakah ini cinta?' pikir Sasuke

"Sasuke. Makan malam sudah siap," ujar sang Kakak yang tengah berdiri di pintu kamar Sasuke.

"Hn."

"Oh, iya! Sebenarnya yang memasak hari ini bukan Kakak lho! Tapi di jamin lebih enak dari apa yang kau rasakan sebelum-sebelumnya," Itachi tersenyum senang.

"Memang siapa? Kenapa Aniki tidak bilang kalau ada seseorang yang datang ke rumah kita? Masak pula?"

"Oh, aku pikir kau serius belajar, jadi aku tidak mengganggumu. Tumben kau bertanya, biasanya kau tidak peduli."

"Bukan apa-apa. Jadi siapa orang itu?"

"Deidara."

—xxxx—

"Naru sayang, besok tidak usah sekolah ya? Sepertinya kau kurang sehat," ujar wanita berambut merah panjang yang ternyata Ibu Naruto—Uzumaki Kushina.

"Tidak bisa Kaa-san, besok ada praktek olahraga." Ucap Naruto mengelak untuk di khawatirkan. "Malam ini aku cepat tidur. Aku lelah, butuh istirahat." Naruto menyelimuti dirinya.

"Makan malam dulu Naru. Kaa-san sudah menyiapkan makanan kesukaanmu." Kushina mengusap kepala anak semata wayangnya itu dengan lembut.

Naruto hanya menggelengkan kepala pelan. "Aku sudah kenyang. Sepulang sekolah tadi, Kiba mentraktirku makan ramen di Ichiraku."

"Kiba? Kenapa tidak bersama Sasuke?"

Naruto terkejut mendengar pertanyaan sang Ibu.

"Kenapa? Kau bertengkar dengannya?"

Naruto menggeleng pelan, "Kami tidak bertengkar kok, Kaa-san." Naruto tersenyum.

Kushina hanya menghela nafas, "Jangan memaksakan diri. Ya sudah, selamat tidur sayang." Kushina mengecup singkat puncak kepala Naruto, lalu beranjak keluar.

"Satu hari tanpa melihat Sasuke, sudah membuatku rindu berat, Kaa-san." Gumam Naruto.

—xxxx—

"Bagaimana Sasuke? Enak kan sup tomatnya?" tanya Itachi

"Ya, ini enak sekali." Sasuke terkejut dengan rasa masakan yang di masak oleh orang yang bernama Deidara itu. Ah, ngomong-ngomong soal Deidara, dia mirip sekali dengan Naruto. Cuma bedanya Deidara berambut panjang dan tak memiliki tiga garis di masing-masing pipinya. Dia juga seorang wanita.

"Ah, syukurlah kalian senang, un." Deidara tersenyum manis.

"Deidara bercita-cita sebagai Koki. Setelah lulus, dia akan melanjutkan ke Universitas kuliner di Suna." ujar Itachi.

"Ah, pasti aku bakal merindukanmu Itachi-chan~"

Tiba-tiba wajah Itachi bersemu merah.

"Tunggu, sebenarnya kalian ini ada hubungan apa?" tanya Sasuke. Dia heran melihat tingkah kedua orang di depannya ini.

"Kau tidak tahu, Sasuke? Apa si keriput ini tidak pernah cerita padamu, un?"

'Keriput?'

"Maaf Dei-chan. Adikku masih terlalu kecil untuk mengenal itu." Itachi tertawa renyah.

"Ah, tidak mungkin! Naruto saja sudah jatuh cinta saat masih kelas satu SD lho, un!"

"Uhuk!"

Ah, Itachi tersedak.

"Ah, Itachi-chan. Kau tidak apa-apa?" Deidara menyodorkan segelas air pada Itachi—atau mungkin kekasihnya itu.

"Hhaaahh... aku tidak jadi mati." ujar Itachi lega.

Sasuke terkejut mendengar perkataan Deidara barusan. Apa tadi dia menyebut nama Naruto?

"Naruto? Siapa itu?" tanya Sasuke basa-basi, siapa tahu hanya namanya saja yang sama. Belum tentu orangnya sama kan? Di dunia ini nama Naruto itu banyak.

"Naruto itu sepupuku, un. Saat dia masih kecil, aku suka sekali mengajaknya bermain. Mungkin sekarang dia seusia denganmu, Sasuke. " jawab Deidara.

"Jadi apa maksudmu dengan Naruto yang jatuh cinta saat usia sekecil itu?" Itachi menyahut.

"Saat di ulang tahunnya yang ke lima, aku memberikan hadiah kotak musik berbentuk bulat. Haha seharusnya aku memberikannya mainan robot-robotan saja, un! Tapi dia itu begitu menggemaskan seperti anak perempuan. Jadi aku memberikannya mainan itu, un. Dia selalu menjaga mainan itu sampai dia mulai duduk di kelas satu SD. Sampai akhirnya..."

"Akhirnya?" Sasuke dan Itachi berucap bersamaan.

"Mainannya hilang, dan di temukan oleh seseorang yang membuat Naruto jatuh cinta, un."

'Deg'

Entah kenapa dada Sasuke seperti di tusuk sesuatu saat mendengar ucapan Deidara tersebut. Ada sesuatu yang sangat familiar mengalirkan perasaannya. Tetapi sesuatu itu tidak bisa ia ingat sama sekali.

"Aku sudah selesai." ucap Sasuke.

"Hei, kau mau kemana? Padahal ceritanya seru lho!" sahut Itachi.

"Ada sesuatu yang harus aku kerjakan." ucap Sasuke lalu kembali ke kamarnya.

Itachi hanya mengangkat bahu, dan melanjutkan acara makannya bersama Deidara.

"Itachi, kau tidak merasa aneh dengan sikap adikmu itu, un?"

"Dia hanya butuh istirahat. Hanya itu."

—xxxx—

Sakit. Itu yang Sasuke rasakan saat ini. Kepalanya terasa berdenyut, ia berusaha mengingat sesuatu yang rasanya begitu penting. Tapi kenapa ingatan itu tak bisa keluar dari pikirannya? Rasanya seperti De Ja Vu, di mana saat Sasuke mengingat dirinya bersama Naruto di pantai Konoha. Saat itu ada anak perempuan yang menangis, kehilangan mainannya, dan entah kenapa saat menemukan benda bulat di bawah kakinya itu, membuat dia yakin bahwa itulah yang di cari anak perempuan tersebut. Sasuke seperti memiliki insting yang kuat, dan bahkan ada sesuatu ingatan yang muncul di kepalanya saat itu. Tapi semuanya sia-sia, Sasuke tiba-tiba saja lupa.

Beberapa hari yang lalu juga pertanyaan aneh Kakashi muncul. Si guru mesum itu bertanya kapan, di mana, bagaimana, apa, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan Naruto. Sasuke memang menjawabnya, tapi perasaannya seperti sudah mengenal Naruto lamaaaa sekali. Bahkan rasa-rasanya Naruto sangat special di hatinya.

Flashback

"Sasuke, sebenarnya semua yang ada pada mimpimu itu adalah kenyataan."

"Apa?" Sasuke terkejut mendengar ucapan sang Kakak.

"Kau mengalami kecelakaan yang tidak biasa, membuat memori-memori yang penting dalam otakmu menghilang. Kau memang masih mengingat keluargamu, saudaramu. Tapi kata dokter, kau kehilangan sesuatu yang begitu penting. Tapi mungkin karena dulu kau masih kecil, itu tidak akan jadi masalah." Itachi menjelaskan.

"Kenapa Aniki berbohong soal penyakitku?" Sasuke menatap serius pada sang Kakak.

"Sasuke, ini demi kebaikan hidupmu. Kau dulu masih sangat kecil, otakmu tak akan menerima dengan baik jika orang-orang memberitahumu hal yang sebenarnya."

"Aku masih ingat Aniki, kau dulu berkata bahwa aku baru saja tidur panjang seperti halnya beruang? Kau tega sekali, Aniki. Benar, dulu aku bodoh karena mudah di bohongi olehmu."

Itachi hanya tertawa renyah.

"Itu supaya kau tidak phobia terhadap segala sesuatu yang dulu menimpamu. Aku ingin kau tumbuh menjadi anak yang berani, Sasuke. Seperti sekarang ini."

Flashback End

"Ukh..." Sasuke meringis memegangi kepalanya, ia memijit pelipisnya, mengurangi rasa sakit yang menjalari kepalanya.

'Kenapa menangis?'

'Mainanku hilang'

"Akh..." Sasuke meremas rambutnya.

'Aniki! Aku punya teman balu lho! Nanti akan ku ajak ke lumah!'

'Nanti aku belitahu pada Kaa-san dan Tou-san kalau aku punya teman balu!'

'Kakashi! Dia temanku! Aku menyukainya!'

"Aaakkhh..."

Sakit. Kepalanya seakan ingin pecah. Sasuke tidak tahan.

'Namanya Ujumaki Nalluto dan aku menyukainya'

"AAARRRGGGGGHHH...!"

Itachi dan Deidara terkejut mendengar suara teriakan tersebut. Mereka berdua melesat menuju kamar Sasuke. Itu suara teriakan Sasuke! Dan pasti Sasuke dalam bahaya!

"SASUKE!" teriak Itachi. Betapa terkejutnya saat Itachi melihat sang adik menggeliat tidak karuan di lantai sambil memegangi kepalanya kuat.

"Aniki! Tolong! Kepalaku Sakit! Aku tidak tahan!"

Itachi begitu cemas melihat Sasuke yang begitu tersiksa. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Semua tubuhnya terasa bergetar.

"Aku ingat, dulu dokter pernah berkata bahwa ingatan penting akan muncul kembali dan akan membunuh Sasuke." Itachi mengucapkannya dengan bergetar.

Deidara menggertakkan giginya

"SASUKE! KAU HARUS SADAR! SADARLAH BODOH! KUASAI DIRIMU!" Deidara menggoncang-goncangkan tubuh Sasuke.

"Akh...!" Sasuke mulai berusaha menguasai dirinya—seakan menuruti perkataan Deidara.

"Itachi! Telepon nomor ini sekarang, dia dokter pribadiku. Cepat!" perintah Deidara.

Dan secepat kilat Itachi menyambar ponsel Deidara, dan menghubungi nomor tersebut.

'Sasuke kuatkan dirimu' batin Itachi

Dan setelah lelah menguasai diri, akhirnya Sasuke pingsan.

—xxxx—

"Adik anda hanya kelelahan. Dia terlalu keras berpikir. Benturan yang dulu mencelakakan ingatannya, membuat mentalnya lemah. Tapi sekarang sudah lebih baik, dia bocah yang kuat." ujar sang dokter.

Itachi dan Deidara hanya menghela nafas lega.

"Obat yang saya suntikan hanya akan mengurangi rasa sakit di kepalanya. Adik anda seharusnya lebih banyak beristirahat. Ini resep obatnya. Baiklah, saya permisi dulu."

"Terima kasih, dok."

"Ah, iya. Saat saya suntik, bocah ini menggumamkan sesuatu beberapa kali. Kalau tidak salah, ia mengucapkan nama seseorang."

"Siapa dok?"

"Um... Kalau tidak salah. Naruto?"

Itachi dan Deidara saling bertukar pandang. Terkejut dengan ucapan sang dokter.

—xxxx—

Naruto... Ah, kini aku ingat. Naruto adalah temanku. Teman yang sangat special, dan aku menyukainya.

Naruto...

Maafkan aku...

Karena telah melupakanmu...

.

Mata onyx itu terbuka, ia mulai bangun dari tidurnya. Kepalanya tidak sakit lagi, perasaannya juga begitu ringan. Damai...

Di lihatnya jam wekernya, masih menunjukkan pukul enam pagi. Di edarkan pandangannya ke penjuru kamarnya, dan mendapati kepala Anikinya yang tertidur di kasurnya. Sasuke mengusap kepala sang Kakak, pasti Kakaknya sangat mengkhawatirkannya ya? Entah kenapa Sasuke benar-benar merasa tenang. Mungkin karena ia lega...

Lega karena mimpi indahnya.

"Ung..." Itachi menggerakkan kepalanya, merasakan ada sesuatu yang menyentuh kepalanya. Di angkatnya kepalanya, dan melihat sang Adik tersenyum padanya.

"Ohayou," sapa Sasuke.

"Sasuke? Ini di mana?" tanya Itachi yang belum sepenuhnya pulih jiwanya.

"Ini di kamarku." Jawab Sasuke.

Itachi terkejut. "Ah! Kau sudah sadar, Sasuke? Syukurlah~" Itachi tiba-tiba memeluk sang Adik.

"Lepaskan Aniki, aku mau sekolah."

"Eh, kau tidak boleh sekolah! Kau harus istirahat di rumah! Pokoknya tidak boleeeehh~"

"Aku sudah sehat, Aniki. Ada praktek olahraga di sekolah. Sekalian jalan-jalan ke pantai Konoha."

"Kalau begitu aku ikut!"

"Kau pikir aku anak TK?"

"Ah, bukaaan~ maksudku aku akan mengajak Deidara-chan. Kan katanya di sana ada cafe yang baru di buka. Pasti maidnya cantik-cantik,"

"Kau bisa mati karena Deidara-nee cemburu. Baka Aniki. Ngomong-ngomong mana Deidara-nee?"

"Dia tidur di kamarku. Aku melarangnya pulang, karena sudah terlalu malam."

"Begitu."

—xxxx—

"Ayo Naruto! Cepat! Nanti kita terlambat!" seru Kiba

"Tunggu! H-hei!"

"Ah, siapa suruh kau telat bangun!"

"Ini tidak seperti yang kau kira! Jam wekerku mati tau!"

"Kenapa tidak Ibumu yang membangunkanmu?"

"Kaa-san tiba-tiba saja pergi dan meninggalkan catatan di atas meja makan."

"Kalau begitu kita lomba lari sampai ke kelas."

"Kau akan kalah, Inuzuka!"

—xxxx—

"Sasuke, tolong berikan buku ini pada Kakashi-Sensei ya!" ucap Guy-Sensei.

Sasuke mengambil buku yang lumayan setebal novel itu. Sebenarnya buku apa itu? Jangan-jangan tidak ada bedanya dengan Icha-Icha Paradise yang Kakashi baca.

'Bruk'

Baru saja Sasuke melangkah keluar di depan pintu, tiba-tiba seseorang menabraknya—membuat orang itu terjatuh, dan Sasuke hanya mundur beberapa langkah saja.

"Aw~ kalau jalan lihat-lihat dong! Tak punya mata ya?" ringis suara cempreng yang sangat Sasuke kenali.

"Harusnya aku yang berkata begitu." ucap Sasuke

Naruto terkejut mendengar suara itu, di pandangi orang di depannya itu yang ternyata adalah Sasuke.

Sontak wajah Naruto memerah. Ah, jadi teringat yang kemarin. Betapa memalukannya dirinya.

"Aku..." belum sempat Naruto melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba Kiba menarik dirinya.

"Ck, bisa-bisanya kau terjatuh! Tapi lumayan juga kau bisa lari secepat itu. Tak ku sangka." ucap bocah bertato tersebut, "Ayo masuk!" Kiba menarik tangan Naruto dan melewati Sasuke di pintu kelas. Sekejab, mata mereka berpapasan. Mata biru dan onyx.

—xxxx—

'Pluk'

"Ini buku dari Guy-Sensei." Sasuke meletakkan buku tersebut di atas meja Kakashi-Sensei.

"Ah, terima kasih Sasuke." Kakashi tersenyum dari balik maskernya. "Salam sama Naruto ya!" serunya tiba-tiba.

Sasuke yang baru saja berbalik melangkah keluar, terkejut dengan seruan Kakashi barusan. Di pandangi guru bermasker itu dengan tatapan serius.

"Seharusnya kau tidak akan lupa dengan teman specialmu itu, kan?" Kakashi masih tersenyum di balik maskernya.

Mendengar itu, Sasuke seakan mengerti. "Aku tidak lupa. Dia begitu penting." jawab Sasuke lalu meninggalkan ruangan guru mesum itu.

Kakashi membulatkan kedua matanya, terkejut dengan jawaban murid kesayangannya itu. Tapi akhirnya ia tersenyum lega.

"Kau sudah ingat ya bocah?"

'Kakashi-Sensei! Ini teman baluku! Namanya Ujumaki Nalluto! Aku menyukainya!'

'Wah, Naruto dari kelas 1-D ya? Perkenalkan saya Hatake Kakashi, wali kelasnya Sasuke'

'Yolochiku Kakachi-Cencei!'

'Wah, kau manis sekali ya Naruto? Pantas Sasuke menyukaimu'

'Jangan menggodanya Kakashi! Atau kubunuh kau!'

"Hahaha," Kakashi tertawa renyah saat mengingat kenangan itu. Dulu Sasuke suka sekali bercerita tentang Naruto padanya. Bocah raven itu selalu menceritakan hari-harinya bersama bocah pirang yang mulai menarik perhatiannya. Hingga suatu hari Sasuke berkata serius kalau Naruto adalah teman berharganya, yang selalu membuat diri bocah raven itu menjadi sosok Sasuke, bukan seorang Uchiha yang selalu di bangga-banggakan murid-murid lainnya karena kejeniusannya. Sasuke menjadi lebih hidup setelah bertemu dengan Naruto. Kakashi tahu, bahwa Sasuke amat menyayangi dan melindungi Naruto. Tapi setelah insiden kecelakaan yang menimpa ingatan bocah raven itu, membuat Sasuke lupa akan kenangannya bersama Naruto. Bocah raven itu malah bersikap dingin pada Naruto, bahkan tak mengenalnya sama sekali. Hingga akhirnya mereka terpisah kelas selama tiga tahun—membuat Naruto menyerah pada kenyataan.

Kakashi sangat mengerti akan perasaan Naruto yang sangat kehilangan temannya, sahabatnya, jiwanya, orang yang sangat terpenting baginya. Bocah pirang itu pasti sangatlah menderita selama ini. Naruto bahkan memilih diam, dan tak melakukan apa-apa.

Selama ini, Naruto tak pernah tahu bahwa Sasuke pernah mengalami kecelakaan hebat. Bahkan Kakashi sendiri tak akan kuat jika mengatakan hal yang sebenarnya pada Naruto yang dulu begitu kecil. Entahlah... Kakashi berpikir, mungkin suatu saat nanti Naruto dan Sasuke bertemu—memulai kembali ikatan mereka yang pernah putus. Mungkin Sasuke akan belajar mengenal Naruto, berteman dengannya, dan menyayanginya seperti dulu. Ya, hari-hari itu memang akan jadi kenyataan. Seperti halnya tahun ini—saat mereka berdua di pertemukan kembali. Dengan sengaja Kakashi menyuruh Sasuke menjadi guru privat bagi Naruto, ingin tahu bagaimana perkembangan mereka berdua selama ini. Entah bagaimana perasaan Naruto sekarang, yang pasti menurut Kakashi, bocah pirang itu masih mengharapkan Sasuke seperti dulu meskipun rasanya sudah berbeda dan tak akan sama.

Kedua makhluk bertolak belakang itu memang sedang bertengkar, tapi Kakashi berharap agar mereka berbaikan kembali. Saling mengungkapkan sesuatu yang selalu mereka pendam-pendam. Meskipun Sasuke pernah lupa pada Naruto, bocah raven itu sepertinya mulai jatuh cinta pada Naruto. Di lihat dari sikapnya yang akhir-akhir ini aneh. Sungguh, seorang Uchiha selalu tenang dalam menghadapi masalah, tapi kalau mengenai Naruto, bukanlah sikap tenang yang ia pikul. Bahkan walaupun Sasuke berusaha untuk menyembunyikan, semuanya terasa terlihat bagi Kakashi.

—xxxx—

"Wooaaaaa~ besar sekali kolamnyaaaa~" komentar murid-murid.

Akhirnya kelas 5 sampai juga di kolam Namikaze. Banyak pengunjung yang berenang di sana—terutama anak-anak sekolah. Ada lima kolam dalam satu ruangan tersebut. Kolam pertama dan kedua untuk orang dewasa, kolam ketiga dan keempat khusus untuk anak sekolahan, dan yang kelima khusus untuk anak-anak kecil yang masih di bawah umur.

"Baiklah anak-anak! Sebelum kita berenang, kita mulai pemanasan dulu ya! Ayo semua berbaris!" seru Guy-Sensei memberi intruksi.

"Hoi, Nar! Kau bisa berenang?" tanya Kiba. Setahunya, Naruto itu tidak bisa berenang. Bahkan sempat phobia gara-gara bocah pirang itu pernah tenggelam di laut.

"Aku bisa tahu!" seru Naruto menatap tajam ke arah Kiba. Ia tak mau di remehkan.

"Bukan begitu~ sepertinya akhir-akhir ini kau terlalu memaksakan diri." Kiba sedikit khawatir dengan keadaan temannya itu. Memang sih, tadi pagi bocah pirang itu sehat-sehat saja, tapi entah kenapa atau cuma perasaan Kiba, ia melihat Naruto kelihatan tidak begitu baik. Bocah pirang itu sedikit pucat, dan...lelah.

"Aku tidak apa-apa," ujar Naruto.

Mendengar ucapan Naruto, Kiba hanya bisa menghela nafas. Dari pada bertanya-tanya terus, lebih baik diam.

"Ayo kita mulai pemanasan! Tangan di pinggang, gerakan kepala kalian! Satu, dua! Satu, dua..."

"Uuoooo...! Benar-benar semangat masa muda!" seru Lee dengan membaranya. Seluruh murid kelas 5 hanya bisa sweatdrop melihat tingkah guru dan murid itu. Ah..., benar-benar pemandagan yang tak biasa.

"Baiklah anak-anak! Sensei akan memanggil kalian satu persatu ya! Bagi yang tak bisa berenang, kalian hanya berdiri di kolam, mencelupkan wajah, dan menahan nafas selama beberapa menit. Paham?"

"YA!" sahut seluruh murid-murid.

"Kalau begitu, Sensei akan memanggil lima orang dulu! Nara Shikamaru?"

"Ya, Sensei."seorang berambut nanas maju ke depan.

"Rock Lee?"

"Selalu hadir dengan semangat masa muda!"

"Akimichi Chouji?"

"Maaf Sensei, saya tidak bisa berenang." ujar bocah gemuk yang bernama Chouji itu.

"Ya, langsung saja kau turun ke kolam renang, dan berdiri di sana."

"Baik, Sensei!"

"HEI...! Apa-apaan kau! Jangan sentuh Hinata sembarangan!"

Seruan itu membuat Guy-Sensei dan lainnya menoleh pada sumber suara tersebut.

"Aku tidak menyentuhnya, tiba-tiba saja dia terpeleset." ujar bocah bertato segitiga. Siapa lagi kalau bukan Kiba.

"Hei, hei... ada apa ini, Neji?" Guy-Sensei mencoba menghentikan suasana panas itu.

"Dia seenaknya saja menyentuh Hinata-Hime! Dia kira dia siapa?" Neji terlihat marah.

"I-ini Cuma salah paham, Neji-nii." ujar Hinata pelan.

"Kau diam saja! Aku harus memberi pelajaran pada bocah ini!" Neji pun melayangkan tinjunya pada sosok Kiba yang pertahanannya cukup lemah.

"Hentikan!"

'BUAK'

"Kyaaaaaa!" teriak para murid perempuan.

Kiba yang terhempas jauh, tapi tak merasakan pukulan dari sang Hyuga. Mendadak matanya membulat saat melihat Narutolah yang terkena pukulan tersebut. Ternyata sebelum pukulan itu mendarat di wajahnya, Naruto telah mendorongnya—menggantikan dirinya.

"K-kau! Mau sok pahlawan, hah?" Neji merasa amat marah, karena yang di pukulinya bukanlah Kiba melainkan si bocah pirang alias Naruto. Di remasnya tubuh Naruto, dan di pukulnya lagi, hingga Naruto terlempas ke sisi kolam.

"Kalian semua hentikan!" seru Guy-Sensei.

Neji pura-pura tuli, seakan tak mendengar teriakan Guy-Sensei. Saat di lihatnya Naruto bangkit, Neji malah menjorong Naruto ke kolam.

"Mati saja kau!" seru Neji yang sudah gelap mata.

"NARUTO!" teriak Kiba histeris.

.

Keram...

Kakiku terasa keram...

Tak bisa di gerakkan.

Tolong...

Siapa saja...

TOLONG AKUUUUUU...!

'BRUSH'

Seluruh murid terkejut karena tiba-tiba saja bocah Uchiha menceburkan dirinya untuk menyelamatkan Naruto yang tenggelam. Kiba yang baru saja ingin menyelamatkan Naruto, tercengang karena langkahnya kedahuluan si bocah raven itu. Dia menatap tidak percaya dengan apa yang di lakukan Sasuke.

"Cepat minggir!" seru Sasuke yang membawa Naruto bersamanya. Di baringkannya tubuh Naruto di tepi kolam, tubuh bocah itu terasa lemah dan hampir kehilangan kesadaran. Sasuke yang amat cemas, segera menekan dada Naruto berkali-kali. Berharap agar Naruto sadar.

"Ayolah dobe! Bangun!" seru Sasuke. Tidak ada gunanya! Naruto sama sekali tak merespon. Dengan perasaan kacau, Sasuke merendahkan kepalanya dan mencium bibir Naruto. Memompa nafasnya, agar si dobenya memuntahkan isi air di dalam tubuhnya dan tersadar.

Pemandangan yang tak biasa itu membuat murid-murid lainnya berteriak histeris. Ada yang senang, malu, jijik, dan lain-lain. Entah kenapa Guy-Sensei hanya bisa mematung.

"Uhuk!"

Ah, akhirnya Naruto tersadar juga.

Sasuke yang bernafas tidak karuan itu memandang Naruto. "Dobe..." ujarnya tersenyum. Ia merasa bersyukur bahwa Naruto tidak apa-apa.

Mata Naruto yang sayu-sayu memandang wajah Sasuke. Nafasnya kembang kempis mulai teratur. Tapi tak lama kemudian, bocah pirang itu menutup matanya kembali.

"Tidak apa-apa. Dia hanya tertidur." ucap Sasuke

"Lebih baik di bawa keruangan kesehatan," ucap Guy-Sensei. Sasuke hanya mengangguk. Bocah raven itu lalu membopong tubuh Naruto.

"Aku tak akan memaafkan perbuatanmu ini, Hyuga." Sasuke memandang tajam pada Neji. Entah kenapa Neji tidak bisa membalas perkataan sang Uchiha, perasaan bersalah mulai menguasai hatinya.

"Kau tidak apa-apa, Inuzuka?"

Kiba menoleh pada sumber suara tersebut, ternyata si rambut nanas.

"Aku tidak apa-apa, Shikamaru. Terima kasih..."

"Neji memang keterlaluan," ujar Shikamaru. "Naruto memang sahabat yang baik ya... dia rela melindungimu lho..." Shikamaru yang tidak mendengar jawaban dari Kiba, hanya bisa menghela nafas. Ia memperhatikan arah penglihatan Kiba yang lurus ke depan sana—memandangi punggung Sasuke yang menjauh.

"Aku... tidak mengerti dengan jalan pikiran seorang Uchiha," ucap Kiba—yang dapat di dengar oleh Shikamaru.

"Aku rasa... itu bukti kekuatan cinta." ujar Shikamaru lalu pergi meninggalkan Kiba yang bingung. Bocah bertato segitiga itu menghela nafas...

Mungkin... memang benar apa yang di katakan Shikamaru.

Sedingin-dinginnya Sasuke pada Naruto, bocah raven itu hanyalah seorang manusia biasa yang juga memiliki perasaan.

Sepertinya Kiba juga harus meminta maaf pada Naruto. Gara-gara melindungi dirinya, Naruto jadi terluka.

Mungkin hubungan Sasuke dan Naruto akan membaik setelah ini. Kiba tersenyum.

.

.

TBC

Ok Fanfic ini masih bersambung... *plak

REVIEW YA! (^^)/