Hy minna ^_^
Sebelumnya, makasih ya yg udah ripiew chap sebelumnya juga buat yg udah PM, makasih banyak ya. Aku tahu kalau ini amat sangat telat update, malah tadinya aku kira aku gak bisa updet lagi. *Soalnya aku lagi dalam kondisi galau buanget!* curcol deh. Tapi beneran, tadinya aku kira aku gak bisa nulis untuk beberapa waktu. Tapi ternyata, dengan menulis aku bisa sedikit melupakan kesedihanku. *Ternyata ditinggal "pergi" oleh orang yang kita sayangi sakitnya amat sangat, apalagi semua Tuhan yang mau* hiks…hiks…. Jadi pengen nangis! *Eits.. jangan kabur dunk, udah kok curhatnya! Hehehehe…*
Yang ripiew kemarin:
Rosanaru: aih..Ryuu gak mau ama Sasu, terus gmn Naru? Hehehe… pake pengacara ntarnya apa gak, tetep ikutin ya..
Queen The Reaper: Hehehe.. sesama pendek jgn saling menghina! Xixixi.. iya nih dipanjangin kok!:)
tori uzuki: iya emang pendek, mudah2an yang sekarang dah cukup panjang ya! Ich… kok baru ripiew sih, kmn aza kemarin? Hehehe… gapapa ding, yg penting keep baca dan ripiew ya..
ChaaChulie247: lam kenal juga, makasih dah suka! siap, aku lanjut kok. Terus lanjut baca juga ya, dan ripiew pastinya…
Clein cassie: iya emang Sasu nyebelin! Ya, kan kalau cuma Sasu yg menderita jg gak mungkin secara Naru tuh cinta gitu loh! *maunya aku!* pokoknya tetep ikutin aza ya.. hehehe
rarisa: maaf updatenya gak kilat neh, ya kalo mereka rukun aku gak mau! *dasarnya emang gak suka klo SasuSaku rukun! Hehehe*
Yashina Uzumaki: aduh, updatenya gak kilat neh. Tapi mudah2an gak panas ya dan tetep mau baca! Hehehe…
cute apple: Huaa…jangan keras2 tp ya, protesnya! Hehehe… oke deh, mudah2an gak sama ya, tp klo agak2 mirip mungkin sih! iya ntar dibuat peringatan dulu harus nyiapin apa sebelum baca, biar gak repot! Mksh dan keep ripiew ya
Imperiale Nazwa-chan: huaa..terima kasih! Hehehe… ya kan kalau urusan Naruto, Sasu otaknya langsung mati! Xixixi… :p
Uchy-san: wah, idenya boleh juga tuh! Hehehe… ditunggu aza ya… dan keep ripiew ya!
Pokoknya, aku makasih banget yang udah ripiew chap sebelumnya. Juga makasih banget buat yang udah baca tapi gak ripiew, makasih ya! Lebih makasih lagi kalau mau ripiew! *hehehe.. maunya!*
Sekali lagi maaf banget atas keterlambatan update, dan semoga chap sekarang tidak buruk ya.
Selamat membaca, dan jangan lupa ripiew ya!
Thanks minna!
…
..
.
Hidupku telah berubah,
Sebuah keajaiban yang tak pernah kusangka kini kudapatkan,
Keajaiban yang di luar nalar manusia,
Tak pernah ada yang mengira,
Keajaiban itu menghampiriku,
Keajaiban itu merubah hidupku,
Keajaiban itu nyata,
Dan
Keajaiban itu ada
Untukku,
Juga untukknya.
…
..
.
KEAJAIBAN ITU ADA
Pairing: SasuNaru
Slight SasuSaku
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Rate: M
Warning: Gaje, OOC, abal, aneh, miss typo, boys love etc
…
..
.
GAK SUKA?
GAK USAH BACA!
..
.
SUKA?
MET BACA DEH!
..
.
Warning tambahan:
sebaiknya sediain tissue ya, entah berguna apa gak tapi mendingan siapin aja ya. Terus apa yang terjadi nanti, semua ditanggung sendiri. Hehehe
Met baca ya..
…
..
.
Naruto's POV
"Hah… untunglah…"
"Apanya yang untung tou-san?" Sebuah suara pelan menyadarkanku kalau aku tak sendiri.
"Ah.. tidak.." Aku berusaha mengelak, meski aku tahu walau Ryuu masih teramat kecil namun dia susah dibohongi.
"Dasar tou-san! Jelas-jelas aku dengar tou-san bilang untung!" Kulihat Ryuu kini melangkah menjauhiku dengan wajahnya yang cemberut dan menghilang begitu saja.
"Makanya rubah kebiasaanmu! Dasar bocah!" Aku sama sekali tidak mendengar kedatangan nenek Tsunade yang tahu-tahu sudah duduk di depanku. "Apa? Tidak dengar aku datang?" Aku hanya bisa menggeleng menjawab pertanyaannya. "Makanya jangan melamun!"
"Hehehe…" Aku hanya bisa cengengesan, toh percuma membohongi nenek satu ini.
"Apa semua baik-baik saja Naruto?"
Deghh..
"Ada apa sebenarnya?"
"Itu…"
"Jangan bilang tidak ada apa-apa Naruto!"
"Itu.."
"Naruto!"
Kulihat nenek Tsunade menatapku tajam, cukup membuat bulu kudukku merinding bila mengingat betapa seramnya dia kalau marah. 'Aku rasa aku harus mengatakannya!'
"Sasuke…"
Flashback
"Jauhkan tanganmu darinya Uchiha!" Aku berteriak penuh amarah, saat ini aku tengah berada di depan sekolah Ryuu. Awalnya aku merasa senang karena Ryuu telah sembuh, tapi semua berubah saat aku melihatnya. Ternyata aku terlalu naïf menganggap Sasuke akan diam, hanya karena tidak ada pergerakan setelah dia menelponku seminggu yang lalu. "Aku bilang, lepaskan tangannya Uchiha!" Aku kembali berteriak marah, saat aku lihat Sasuke sama sekali tak melepaskan tangannya dari tangan Ryuu.
"Kumohon paman, lepaskan tanganku!" Aku mendengar suara Ryuu yang teramat pelan.
"Tidak Naruto! Aku tidak akan melepaskannya!" Tanpa memperdulikan sekeliling, aku langsung melepaskan tangan Sasuke dengan kasar dan memeluk Ryuu erat-erat.
"Jangan pernah berani menyentuhnya Uchiha!" Aku bicara pelan tapi kubuat dengan penuh penekanan.
"Kuharap, kau tidak melupakan satu hal Naruto! Dia seorang Uchiha!"
"Jangan pernah.."
"Jangan apa Naruto?" Sasuke memotong ucapanku dengan tatapan sinisnya. "Jangan apa hah? Sekeras apapun kau mengelak, dia tetap seorang Uchiha! Ingat itu!" Tanpa menungguku membalas ucapannya, Sasuke pun segera berlalu dari hadapanku yang hanya bisa diam mematung.
'Ini tidak benar! Dia.. dia berkata seolah-olah..! Oh Tuhan, jangan-jangan dia memang…' Aku terus bertanya dalam hati tanpa menyadari kalau Ryuu mulai berontak dalam pelukanku.
"Tou-san.. aku sesak!" Ryuu berteriak tepat di telingaku, dan mau tak mau aku pun melepaskannya.
"Maaf Ryuu, tou-san lupa.."
"Tou-san.."
"Iya? Kenapa?" Aku bertanya sambil mengelus pelan rambut Ryuu. Aku tahu, dari matanya dia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi takut. "Ada apa? Tou-san mendengarkan kok!" Tambahku saat aku melihat Ryuu tak membuka mulutnya sama sekali.
"Bisakah aku bertanya pada tou-san?" Kulihat Ryuu menghentak-hentakkan kakinya ke tanah tanda dia cemas. Jarang sekali aku melihatnya cemas, kalau tak ingat situasinya mungkin aku akan menggodanya yang saat ini sangat tak biasa.
"Tentu saja, kamu ingin bertanya apa Ryuu?"
"Aku…"
"Bagaimana kalau kita ngobrol di taman? Tou-san pegel daritadi berdiri, gimana?" Dan tanpa menunggu jawaban lagi, aku langsung berjalan setelah mendapat sambutan tangannya. Dalam perjalanan, Ryuu hanya diam dan aku membiarkannya. 'Mungkin ini waktunya!'
"Nah, sekarang kamu mau bertanya apa?" Aku mulai perbincangan setelah kami duduk santai di taman dekat rumah.
"Tou-san, sebenarnya paman Uchiha itu siapa?" Ternyata satu lagi sifatnya yang tak sama denganku, dia tidak suka basa-basi. "Dia siapa?"
"Paman Uchiha? Dia teman tou-san!" Kataku pelan sambil meremas keras kaleng minuman yang telah habis isinya.
"Kalau teman tapi kenapa tou-san sepertinya tidak suka padanya?"
'Ah, ternyata tidak enak punya anak cerdas!'
"Karena memang tou-san tidak suka!"
"Tapi kenapa tidak suka?"
"Karena dia menyebalkan!"
"Oh…"
'Syukurlah dia mengerti, sepertinya aku harus mengajaknya pulang!'
"Kenapa dia mengatakan kalau dia tou-sanku?"
Gubrakk
"Tou-san!" Aku yang telah berdiri untuk siap-siap pulang, kehilangan keseimbangan saat mendengar ucapan Ryuu. Seolah bumi ini sejenak berhenti berputar. 'Apa katanya tadi? Sasuke mengatakan kalau dia ayahnya Ryuu?' "Iya, paman Uchiha bilang kalau aku adalah anaknya!" Ryuu kembali berbicara seolah mengetahui tatapanku padanya. "Dia bilang kalau aku seorang Uchiha!"
"Tidak, semua itu tidak benar! Kamu anak tou-san, dan kamu seorang Namikaze! Bukan Uchiha! Kamu dengar itu?"
"Tou-san sakit..!"
Degghh..
Apa yang kulakukan? Segera aku melepas cengkramanku pada bahu Ryuu, dan kulihat mata Ryuu yang menatapku dengan ketakutan.
"Ryuu.. maaf. Tou-san sama sekali tidak bermaksud melukaimu! Maaf, tou-san hanya…." Aku duduk bersimpuh di depan Ryuu dan mencoba meminta maaf. Tak seharusnya aku berbuat seperti tadi padanya.
"Tidak, tou-san tidak salah! Aku hanya.. aku hanya ingin tahu. Aku sama sekali tidak berniat membuat tou-san marah! Aku…"
"Ssstt… sudah tou-san mengerti!" Aku memeluk Ryuu erat dan memotong ucapannya. "Tou-san tahu, tou-san juga minta maaf ya!" Dan aku hanya tersenyum miris, saat merasakan anggukan kecil dalam pelukanku. "Sudah sore, lebih baik kita pulang ya!" Aku langsung bangkit berdiri, berbalik dan kembali jongkok dihadapan Ryuu. Tanpa menolak, Ryuu pun pulang dengan aku gendong dia di belakang.
'Aku harus menghubunginya! Dia keterlaluan!'
Flashback off
"Apa? Jadi Sasuke sudah mengatakan semuanya?" Kulihat nenek Tsunade bangkit berdiri dengan wajah yang penuh amarah. "Terus apa yang kamu lakukan, hah?"
"Aku…"
Flashback
Kututup rapat pintu kamar Ryuu dengan pelan. Setelah sampai di teras, aku memencet nomer yang entah bagaimana masih aku ingat jelas.
"Halo.." Sebuah suara dingin seperti biasanya menyambut sambungan telponku.
"Sasuke, aku mau bicara! Temui aku di taman dekat rumahku, sekarang!" Dan tanpa menunggu lama, aku langsung tutup telpon. Meski aku tak mendengar jawaban, tapi aku tahu dia akan datang. Segera aku ambil mantel, dan keluar setelah mengunci rumah. 'Kurasa nenek Tsunade masih lama pulangnya, toh dia pegang kunci juga'
'Dingin..' Secara tak sadar, aku memeluk tubuhku sendiri. Entah kenapa cuaca malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Lampu-lampu taman tidaklah terang, tapi cukup untuk menerangi taman yang memang tidak luas.
"Ada apa Naruto?" Sebuah suara dari belakangku membuat suhu tubuhku semakin dingin.
"Cepat juga!" Jawabku tanpa menoleh ke belakang. Toh, tanpa melihat pun aku sudah bisa tahu siapa pemilik suara itu.
"Hn."
"Bisakah kita berhenti Sasuke? Aku sudah lelah!" Aku tak peduli dengan keterkejutan Sasuke mendengar permintaanku. Aku pun tahu, Sasuke berhenti melangkah karena terkejut.
"Apa maksudmu?"
"Berhenti menginginkan Ryuu! Berhenti mengganggu kehidupanku! Berhenti! Kita sudah punya kehidupan sendiri-sendiri. Aku mohon!" Aku bangkit berdiri kemudian berjalan tanpa memperdulikan Sasuke. Aku tak peduli, aku hanya ingin hidup dengan tenang bersama Ryuu.
"Tunggu Naruto!"
"Apa?" Aku berhenti melangkah tanpa menoleh, hanya diam di tempat tanpa berniat melihat wajah Sasuke.
"Aku hanya ingin…"
"Tidak! Kamu tidak boleh menginginkan apapun! Kamu tidak berhak atas Ryuu! Dia anakku, darah dagingku! Jangan pernah berharap untuk memilikinya! Dan jangan pernah mengatakan padanya kalau kamu ayahnya! Jangan pernah!" Aku pun kembali melangkah, tak kupedulikan teriakan-teriakan Sasuke yang terdengar menyedihkan. Tunggu, menyedihkan? Tidak, dia sama sekali tidak menyedihkan! Toh semua ini dia yang mau. Dia harus menerima semuanya! Harus!
Flashback off
"Jadi itu sebabnya kamu mengatakan 'Syukurlah'?"
"Ya.."
"Apa kamu yakin dia mau mengerti Naruto?"
"Eh?"
"Hanya karena dia tidak mengejarmu atau berteriak padamu, kamu kira dia mengerti? Dia mau melepas Ryuu?"
"Hah? Tapi…"
"Cukup! Kuharap pikiranmu benar Naruto!" Tanpa memperdulikanku, nenek Tsunade segera menghilang dari hadapanku. Dan aku hanya bisa menatapnya dengan perasaan yang kembali kacau.
'Mungkinkah?'
Naruto's POV end
…
..
.
"Aku menginginkannya!" Sebuah suara dengan penuh kenyakinan terdengar sedikit menakutkan. Perkataan yang membuat ruangan itu lebih terasa mencekam karena aura yang dikeluarkan sang pemilik suara.
"Apa maksudmu Sasuke?" Sosok yang memiliki ciri-ciri persis sama dengan si pemilik suara, hanya aura nya lebih lembut bertanya dengan nada kaget yang tak mampu disembunyikan.
"Ku bilang aku menginginkannya! Baka aniki!" Pemilik suara pertama alias Uchiha Sasuke kembali bicara dengan nada lebih tajam. "Aku menginginkannya!"
"Maksudmu? Kamu menginginkan siapa? Naruto atau Ryuu?" Uchiha Itachi yang merupakan kakak dari Sasuke, kembali bertanya. Sejak tadi dia terus bertanya-tanya tentang adik kesayangannya. Tiba-tiba sang adik memintanya datang ke kantornya pagi-pagi. Tolong dicatat! Meminta! Seorang Uchiha tidak pernah meminta, itu keheranan yang pertama. Yang kedua, setibanya di kantor sang adik terus bercerita tanpa jeda seolah rem di lidahnya rusak. Orang yang terkenal pendiam, tiba-tiba bisa bercerita panjang lebar tanpa berhenti. Siapapun akan heran.
"Tentu saja Ryuu!" Sasuke menjawab dengan tegas.
"Ah.. tapi kenapa aku merasa itu Naruto bukan Ryuu ya?" Itachi sedikit menggoda sang adik dan berhasil mendapatkan tatapan mematikan dari adik tercinta. "Oke oke. Tapi aku hanya bisa kasih saran, sebaiknya kamu jujur dulu siapa yang kamu inginkan!"
"Naruto!" Sasuke menjawab dengan singkat. Dan jawabannya sukses membuat Itachi tertawa sampai sakit perut. 'Ternyata adikku tetap lugu seperti dulu kalau sudah menyangkut Naruto!' Itachi mau tak mau mengakui hal itu dalam hati, ya dimatanya adiknya begitu 'hidup' kalau sudah menyangkut bocah pirang itu.
'Aku jadi ingat bagaimana reaksinya saat dia kencan dengan Naruto!'
Flashback
Beberapa tahun yang lalu.
Saat ini Konoha begitu panas, saking panasnya sampai membuat si sulung Uchiha enggan beranjak dari rumah.
'Bosan!' Hanya itu yang bisa diucapkannya dalam hati sambil duduk di beranda rumah. Tapi, seketika wajahnya berubah cerah sekaligus heran saat melihat sosok yang tiba-tiba melesat dengan cepat dihadapannya. 'Tunggu, bukankah itu Sasuke? Mau kemana dia?' Itachi menatap dengan heran, melihat sang adik berdandan lebih rapi bahkan memakai kemeja di tengah cuaca yang begini panas.
'Dia tersenyum!' Itachi sama sekali tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Melihat adiknya bercermin agak lama bahkan sampai tersenyum, dunia bisa kiamat kalau ada yang tahu itu.
'Aku harus mengikutinya!' Itachi pun tak perlu menunggu lama, untuk pergi menyusul sang adik yang telah melesat dengan mobil kesayangannya. 'Sepertinya hari ini akan menyenangkan!'
"Bukankah ini rumah…." Belum selesai Itachi bicara sendiri, sang pemilik rumah segera keluar menghampiri adiknya yang tengah menunggu dengan tegang. Jangan kaget, sebagai seorang kakak tentu tahu kalau adiknya itu tengah tegang meski berhasil disembunyikan dalam mimiknya yang tenang.
"Dunia beneran kiamat!" Itachi bergumam pelan saat melihat sang adik yang tersenyum setelah mempersilahkan Naruto masuk ke mobilnya. Tentunya senyuman itu tak bisa dilihat Naruto. "Jadi, Naruto pacarmu ya?" Itachi pun segera menyalakan mobilnya, dan mengikuti kemana mobil adiknya pergi.
"Sebaiknya aku pergi sebelum aku pingsan karena takjub!" Itachi memutuskan untuk pulang setelah setengah hari mengikuti sang adik. Itachi tak bisa berfikir kalau adiknya bisa melakukan hal yang dilihatnya tadi. Bagaimana mungkin seorang Uchiha Sasuke pergi ke taman bermain? Tersenyum pada cermin saja merupakan hal yang aneh. Apalagi ini! Dia mau diajak kemana pun pemuda pirang itu mau! Naik jet coster, kincir angin, masuk ke rumah hantu, sampai naik komedi putar! Itachi merasa, ayahnya akan meninggal ditempat bila melihat tingkah Sasuke.
'Tapi dia kelihatan bahagia!' Meski tak rela, tapi Itachi harus mengakui bahwa dia melihat sang adik begitu senang meski tidak terlihat. Ada kebahagian di mata Sasuke hari ini.
'Untuk pertama kalinya, aku merasa dia hidup!'
Flashback off
"Tapi, aku rasa semua akan sulit Sasuke!" Itachi yang telah kembali dari alam sadarnya membuka pembicaraan yang sempat putus karena lamunannya.
"Hn."
"Semua akan sulit karena pihakmu!"
"Hn."
"Sadarlah, kamu punya istri juga anak sekarang! Dan jangan lupa besanmu yang menakutkan itu!"
"Hn."
"Apakah kamu akan bercerai dengan Sakura?"
"Hn."
"Kamu akan menceraikannya?"
"Hn."
"Kamu serius Sasuke?"
"Hn."
"Uchiha Sasuke! Ini masalah serius, jadi seriuslah sedikit! Jangan hanya menggunakan kata menyebalkan itu!" Itachi berteriak kesal.
"Hn."
"Sudahlah, percuma! Jangan meminta bantuanku, jika bicara seperti itu terus!" Itachi tidak sedang mengancam, tapi entah kenapa hatinya benar-benar kesal karena tingkah Sasuke.
"Aku serius!" Perkataan Sasuke membuat Itachi mengurungkan niatnya untuk pergi. "Aku serius. Aku menginginkan Naruto, aniki! Amat sangat menginginkannya!" Itachi hanya bisa duduk diam melihat keseriusan sang adik. Dia juga bisa melihat luka di mata adiknya yang biasanya selalu terkesan sadis.
"Semua akan sulit Sasuke!"
"Aku tahu!"
"Kurasa itu hal mustahil!" Itachi mencoba menyemangati sang adik awalnya, namun dia pun tak bisa menghentikan pikiran logis nya. Apa yang diinginkan sang adik amat sangat mustahil sekarang.
"Aku tahu, tapi aku takkan menyerah!"
'Ah, apa yang harus kulakukan sekarang?' Itachi hanya bisa bertanya dalam hati. Melihat kesungguhan sang adik membuatnya ingin ikut berjuang. Tapi, bila mengingat kondisi Sasuke saat ini. Dia merasa semua amat sangat mustahil.
'Aku hanya bisa berharap, aku bisa melihatmu "hidup" Sasuke!'
…
..
.
Sasuke's POV
"Apa yang harus aku lakukan sekarang Naruto?" Entah untuk kesekian kalinya, aku kembali bertanya pada foto dihadapanku. Foto dengan ukuran yang hampir sama dengan ukuran tubuhku sendiri. Foto yang selama ini menjadi sumber kekuatanku. Foto Naruto yang tengah tersenyum, yang selalu sukses membuatku ikut tersenyum. "Apa yang harus kulakukan Naruto?" Aku kembali bertanya.
"Semua membuatku bingung! Tahukah kamu, aku sama sekali tidak menyangka akan sejauh ini!" Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Perbincanganku dengan Itachi, hanya membuatku semakin bingung. "Tapi juga membuatku semakin ingin mendapatkanmu kembali, Naruto!"
"Kurasa itu hal mustahil!"
Ya, aku tahu. Mendapatkanmu adalah hal yang mustahil dengan kondisiku sekarang. Sama mustahilnya dengan mempertahankanmu dulu. Sama mustahilnya, denganmu yang tak mungkin memberiku keturunan.
'Tapi dia memberikanku keturunan! Anakku! Darah dagingku sendiri!'
Aku tak tahu, hal mustahil itu bahkan bisa terjadi. Aku meninggalkanmu karena aku tahu, bersamamu aku takkan bisa mendapat keturunan. Tapi apa? Aku mendapat keturunan darimu sekarang! Ryuu! Dialah anak yang mustahil lahir tapi bisa lahir!
"Apa yang kamu rasakan saat melahirkannya Naruto?" Aku bertanya sambil mengelus pipi Naruto. Tentunya di foto, meskipun aku ingin melakukannya dalam nyata. 'Betapa aku ingin menyentuhmu! Merasakan suhu badanmu yang memanas karena sentuhanku!'
Semua terus berkecamuk di otakku. Sungguh Naruto, aku masih mencintaimu. Selalu dan selalu hanya mencintaimu!
"Aku punya begitu banyak pertanyaan untukmu Naruto!" Aku kembali menghadap foto Naruto yang tingginya hampir sama denganku.
"Apa yang kamu rasakan saat kamu tahu kamu hamil Naruto? Apakah kamu takut?" Ah, pertanyaan bodoh! Tentu saja takut, apalagi dia hanya sendirian. Untung ada Tsunade.
"Apakah saat mengandung Ryuu kamu kerepotan? Ngidam yang aneh-aneh?"
"Bagaimana Ryuu lahir?"
"Siapa yang menemanimu Naruto?"
"Apakah terasa sakit?"
"Naruto…." Tanpa terasa air mata keluar dari kedua mataku. Mata yang selalu dibilang tajam tanpa rasa dan takkan ada yang percaya mata ini bisa menangis. "Naruto…" Aku hanya bisa menangis lirih. "Sungguh aku menyesal Naruto!" Tanpa bisa aku tahan, aku ambruk di lantai. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan untuk bisa meraihmu lagi. Mendapatkan maaf juga cintamu lagi. 'Apa yang harus aku lakukan Naruto?'
Sasuke's POV end
…
..
.
"Tuh kan! Sudah aku bilang sebaiknya kita naik taksi tadi! Coba kalau naik taksi, kita takkan kehujanan kan! Dasar teme jelek!" Pemuda berambut pirang tampak sibuk mencari sesuatu di lemari dengan mulut yang tek berhenti mengomel.
"Berisik!" Pemuda yang daritadi diam, korban omelan si pirang akhirnya bersuara juga.
"Apa katamu teme?" Naruto, si pirang menghampiri sang pemuda yang tak lain adalah Sasuke dengan muka masam. "Aku berisik hah?" Naruto terlihat tak terima dengan ucapan Sasuke.
"Ya kamu berisik!" Sasuke berkata sinis sambil meraih handuk yang berada dalam genggaman Naruto. Tanpa banyak kata, Sasuke segera mengeringkan rambut Naruto dengan lembut. Hingga mau tak mau, kekesalan Naruto menguap dengan perlahan. "Bukankah begini lebih baik hah?" Sasuke bertanya gemas. Dia gemas melihat tingkah laku Naruto yang sejak masuk kamar malah sibuk mengomel bukannya mengeringkan tubuhnya sendiri.
"Cukup!" Naruto segera menghentikan tangan Sasuke, dan meraih handuk biru itu. "Giliranmu teme!" Dengan lembut Naruto pun mengeringkan rambut Sasuke. Bedanya, tadi saat dikeringkan kepala Naruto nunduk. Sedangkan sekarang, Naruto mengeringkan rambut Sasuke yang sama sekali tidak mau nunduk. Malah Sasuke menatap Naruto lembut, dan membuat Naruto salah tingkah. "Sebaiknya kamu keringkan sendiri rambutnya!" Naruto melepas handuknya, dan berbalik. Namun sebelum melangkah, sebuah tangan telah memeluknya dengan erat.
"Mau kemana hah?" Sasuke berbisik di telinga Naruto yang tengah merona wajahnya karena malu.
"Aku mau…"
"Mau apa?" Sasuke semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan sesekali meniup pelan telinga Naruto.
"Lepaskan teme!" Naruto sedikit berontak, meski sebenarnya Naruto menyukai posisi sekarang. Hanya Naruto merasa amat sangat malu.
"Tidak! Aku takkan pernah melepaskanmu Naruto!" Sasuke berkata sambil mulai menjilati telinga Naruto dengan lembut.
"Achhh… teme…." Naruto hanya bisa mengerang pelan saat merasakan geli di daerah telinganya.
"Teruslah bersuara dobe.." Sasuke semakin bersemangat setelah mendengar rintihan kekasihnya. Perlahan tangan kirinya mulai turun dan turun.
"Teme…" Naruto memekik pelan saat tangan kiri Sasuke meremas pelan kejantanannya dibalik celana jeans. "Sasuke.." Rintihan Naruto terdengar begitu menggoda, hingga Sasuke makin bersemangat meremas kejantanan Naruto yang mulai bangun.
"Ah.. apa ini Naruto? Kenapa terasa hangat?" Sasuke menggoda Naruto dengan terus meremas kejantanannya. Sedangkan lidahnya terus bermain, kini lidah sasuke tengah mencicipi leher jenjang Naruto. "Aku selalu menyukai aromamu!" Kata Sasuke sambil terus menjilati leher Naruto.
"Sasuke…ohh…" Naruto hanya bisa menyandarkan badannya pada badan Sasuke, sementara kedua kakinya mulai terasa lemas. "Sasuke…" Naruto kembali berteriak kaget, saat Sasuke dengan tiba-tiba menggendongnya dan melemparnya pelan keatas kasur.
"Aku ingin mencicipimu Naruto!" Bisik Sasuke pelan, dan Sasuke pun mulai membuka kancing kemeja Naruto satu persatu sambil tetap menjilati leher juga telinga Naruto. "Achh.. tahukah kamu Naruto, aku sangat menyukai ini!"
"Acchh…" Naruto berteriak nikmat, saat telunjuk Sasuke menggoda putingnya. Dan tak sampai disitu, telunjuk it uterus menggoda puting Naruto dengan gerakan-gerakan lambat.
"Ah, aku tahu kamu menyukainya Naruto!" Sasuke menggantikan telunjuknya dengan lidahnya sendiri. Rangsangan Sasuke membuat Naruto terus merintih nikmat. Sasuke dengan semangatnya menciumi putingnya, dijilatnya pelan terus dikulumnya putting kecoklatan milik Naruto.
"Sasuke oohh…" Naruto menjambak pelan rambut Sasuke, saat dirasa sedotan Sasuke pada putting kanannya. Jambakan Naruto malah membuat Sasuke semakin bersemangat. "Sasuke…." Naruto mengerang pelan, tak kuat oleh rangsangan demi rangsangan yang diberikan Sasuke padanya.
"Kurasa kamu harus bersabar dobe!" Sasuke sengaja tidak terburu-buru. Dengan perlahan diturunkannya wajahnya terus kebawah, melewati pusar Naruto yang sedetik tadi dikecupnya pelan. Kini Sasuke telah berada tepat di depan selangkangan Naruto yang telah mengembung. Diraihnya, kemudian diremasnya pelan.
"Ougghh…"
Mendengar rintihan dobe-nya, Sasuke tersenyum licik. Dikocoknya kejantanan Naruto, pelan kemudian cepat terus pelan lagi lalu cepat. Begitu terus, Sasuke sepertinya sama sekali tidak mau buru-buru. Dikecupnya pelan kejantanan yang masih terbungkus celana, dikecup kemudian dijilat pelan.
"Sasuke..oughh…." Rintihan Naruto sama sekali tak digubris Sasuke. Tanpa peduli akan kondisi Naruto yang amat sangat ingin cepat dipuaskan, Sasuke terus bermain dengan kejantanan Naruto. Dijilatnya kejantanan itu, terus dijilat kemudian dimasukkan kedalam mulutnya. Sasuke terus menghisap kejantanan Naruto beserta celana jeansnya, sedikit menyiksa memang. Tapi Sasuke menyukai respon Naruto akan rangsangannya. "Sasuke..kumohon…" Naruto berkata lirih, wajahnya memerah karena nafsu. Dan Naruto tersenyum, saat dilihatnya Sasuke mulai membuka celana jeans miliknya sendiri.
Kini keadaan Naruto dan Sasuke sama, mereka sama-sama hanya tinggal memakai cd saja. Kejantanan Sasuke pun sama tegang dibalik cd nya. Naruto hanya bisa menatap penuh nafsu ke kejantanan yang ukurannya lebih besar dibanding miliknya sendiri. Tapi sepertinya Naruto harus bersabar, karena Sasuke sama sekali tidak mencopot cd nya atau cd Naruto. Sasuke malah memposisikan tubuhnya diatas Naruto, mencium seluruh wajah Naruto sambil menggesek-gesekan kejantanan mereka yang telah menegang sempurna.
"Oughh.. Sasuke…." Naruto merintih nikmat, meski dia ingin segera dituntaskan tapi posisi mereka saat ini membuatnya merasakan sensasi tersendiri. "Ah.." Naruto mendesah kecewa saat Sasuke bangun, dan hanya menatapnya. "Suke.." Entah kenapa Naruto merasa malu, melihat Sasuke yang menatapnya dengan tajam membuatnya merasa malu. Tapi juga merasa amat sangat bergairah. Perlahan, Naruto membuka kedua pahanya dan mulai mengelus-elus lipatan pahanya sendiri. Tatapan Sasuke seakan berkata "lanjutkan" pada Naruto. Naruto pun mulai lebih berani, perlahan dibuka cdnya dan segera dilemparkan sembarangan. Setelah Naruto bugil tanpa sehelai benang pun, Naruto kembali melakukan aksinya.
"Suke…" Naruto merintih pelan, saat tangannya menyentuh kejantanannya sendiri. Diusapnya kejantanan itu dengan pelan, sambil sesekali diremas. Tangan kirinya mengocok pelan, sedangkan tangan kanannya mencoba membuka sedikit demi sedikit lubang kenikmatannya. "Suke..oh…" Naruto menjerit, saat telunjuk kanannya berhasil masuk ke lubang kenikmatannya. Sedangkan tangan kanannya mengocok lebih cepat kejantanannya. "Suke..oh..acchh….suke…" Naruto terus meracau tak karuan.
"Suke…" Naruto berteriak saat dirasakannya ledakan kenikmatan itu akan menghampirinya. Namun, sebuah tangan segera menghentikan kocokannya.
"Kurasa, aku ingin merasakannya dengan mulutku dobe!" Sasuke berkata dengan nada menggoda. Langsung dia memasukkan kejantanan Naruto kedalam mulutnya. "Hmmmpppp…" Sasuke sangat bersemangat mengocok kejantanan Naruto dalam mulutnya. Cepat dan semakin cepat.
"Terus…oughh…Sasuke…." Seakan mengerti, Sasuke semakin memepercepat kocokannya. Terus dan terus, cepat dan semakin cepat. "Achh…achh…aku mau keluar! Ougghhh….Sasu…keee….."Naruto berteriak kencang saat kenikmatan itu tiba. Dan setelah beberapa kali kenikmatan itu telah benar-benar dirasakan olehnya.
"Manis seperti biasanya dobe!" Sasuke menelan habis kenikmatan Naruto tanpa sisa. "Sepertinya kini saatnya dobe!" Naruto mengangguk pelan, Sasuke pun membuka paha Naruto lebih lebar lagi.
"Suke…" Naruto berteriak saat dirasakannya, jari Sasuke mulai memasuki lubangnya.
"Sempit seperti biasanya…"
"Oughh…"Rintihan Naruto semakin menjadi saat Sasuke memasukkan jari kedua terus jari ketiganya. "Achh…" Naruto hanya bisa mendesah, antara sakit dan nikmat saat jari-jari Sasuke mulai bekerja. Melonggarkan lubang miliknya untuk merasakan kejantanan milik Sasuke.
"Sekarang ya…" Naruto hanya mengangguk, dan Sasuke pun mulai memasukkan kejantanan milik. Perlahan demi perlahan, kejantanan itu mulai masuk. "Kamu hangat Naruto!" Sasuke berbisik lembut, saat kejantanan miliknya telah masuk semuanya. "Apakah kamu merasakannya dobe?" Sasuke pun langsung menggerakan pinggulnya, seirama dengan gerakan sang kekasih di bawahnya. Rintihan demi rintihan mengisi kamar Naruto. Terus dan terus, rintihan dan desahan itu semakin lama semakin keras seiring dengan kenikmatan yang terus mereka rasakan.
"Suke…"
"Apa kamu menyukainya Naruto?" Sasuke terus menggoda Naruto yang merona karena malu dan nafsu. Dia terus mempercepat goyangannya dan juga kocokannya pada kejantanan Naruto. "Jangan tutup matamu dobe!" Perintah Sasuke tegas saat dilihatnya Naruto mencoba menutup kedua matanya. "Aku ingin melihat matamu saat kita bercinta.."
"Sasuke…"
"Aku mencintaimu Naruto.."
"Ach..achh…aku juga…aku juga mencintaimu Suke!"
"Oughh… Naruto.."
"Sasuke…aku mau keluar…acchhh…"
"Jangan ditahan dobe! Ugghh…keluar…kita keluar sama-sama…."
"Sasukeee…."
"Naruto…."
"Suke…oughhh…aku keluar….."
"Naruto….."
"Acchhhhhhhhhhhhhhhh…." Mereka pun berteriak berbarengan saat kenikmatan itu menghampiri mereka. Kemudian Sasuke pun ambruk diatas tubuh Naruto yang hanya bisa diam menikmati semuanya.
"Terima kasih teme!" Naruto membuka percakapan setelah cukup lama mereka diam.
"Baka!" Sasuke hanya memjawab dengan memukul pelan kepala Naruto.
"Kenapa kamu memukulku teme?"
"Karna kamu bodoh!"
"Aku tidak bodoh!"
"Lantas apa yang kamu ucapkan tadi?"
"Terima kasih, aku kan hanya ngucapin itu! Apa yang salah?"
"Untuk apa?"
"Eh?"
"Untuk apa kamu berterima kasih?"
"Ahh.. aku berterima kasih karena kamu telah mencintaiku!" Naruto mengucapkannya sambil memeluk tubuh Sasuke. "Terima kasih karena telah ada untukku!"
"Hn."
"Terima kasih untuk semuanya Sasuke!"
"Hn."
"Aku harap kita selalu bersama ya!"
"Hn."
"Sasuke!"
"Iya, kita akan bersama selamanya!"
"Selamanya ya! Janji loh!"
"Hn."
"Hehehe.."
"Tidurlah…" Sasuke merengkuh tubuh Naruto untuk lebih mempererat pelukan mereka. Perlahan Naruto pun mulai terpejam dan memasuki dunia mimpinya dengan tenang. 'Kita akan selalu bersama Naruto! Selamanya!' Janji Sasuke sebelum menutup matanya tuk kembali menemui sang kekasih di dunia mimpi.
…
..
.
Sasuke's POV
'Ternyata aku melanggar janji kita Naruto!' Aku hanya bisa terpejam sedih bila mengingat kejadian itu. Saat terakhir kita bercinta sebelum akhirnya aku pergi karena panggilan tou-san. 'Apakah Ryuu lahir karena kejadian itu?'
"Sepertinya memang kejadian itu yang melahirkan Ryuu, Naruto! Iya kan?" Entah kenapa, menyadari satu hal ini membuatku merasa hangat.
'Setidaknya Ryuu ada saat karena cinta kita Naruto! Benar kan?'
Aku hanya bisa menatap langit-langit kamar. Setidaknya aku sudah menemukan keyakinan kini. Jalan yang akan aku tempuh mungkin akan sangat sulit. Bahkan mungkin mustahil, tapi aku akan mencobanya.
'Aku akan mendapatkanmu kembali Naruto! Aku janji!'
Sasuke's POV end
…
..
.
Naruto's POV
'Saat itu adalah saat paling bahagia untukku Sasuke!'
Aku kembali meraih foto janin Ryuu yang aku ambil saat kehamilanku yang kelima bulan. Janin ini ada karena kejadian kita. Kejadian yang tak pernah kusesali, karena aku mendapatkan hadiah terindah darimu Sasuke. Meskipun setelahnya, kamu pergi dan kembali hanya untuk mengatakan ingin berpisah tapi buatku aku kuat karena Ryuu.
'Ryuu lah yang membuatku tetap hidup!'
'Ryuu lah yang membuatku kuat menghadapi semuanya!'
'Ryuu adalah hadiah Tuhan untukku!'
Kulirik foto diriku sendiri yang tengah menggendong Ryuu yang berumur 4 bulan. Betapa sulitnya saat-saat itu, tapi aku tegar karena Ryuu. Aku bertahan demi Ryuu. Untukku, Ryuu adalah segalanya.
'Tapi kenapa kamu ingin mengambil Ryuu, Sasuke? Kenapa? Tak cukupkah penderitaanku selama ini?'
Naruto's POV end
…
..
.
Chap 7 end
…
..
.
Gimana? Hehehe… *nyengir duluan*
Sebenernya aku mau nanya gimana untuk adegan mereka! Hehehe… gimana? Kurang? Sumpah aku pas ngetiknya, gak kuat. Harus ngetik tanpa ngebayangin dan tanpa malu itu sulit loh! :p
Oke, aku tahu banyak kekurangan disana sini, tapi semoga yang udah baca berkenan buat ripiew ya!
Kasih tau kekurangannya diman, biar kedepannya bisa lebih bagus lagi!
Thanks ya udah mau baca… *hormat-hormat…*
Ripiew ya minna! *Ngedipin mata, biar pada mau ripiew!*
Bye