Minna-san, gomen, gomen, gomen, gomeeeennn! *bungkuk dalam-dalam*

Yumi hiatus lamaaa banget! Tugas-tugas sekolah numpuk, sih! Ditambah ujian… ugh!

Dan, ya… Yumi ganti nama! Silakan panggil Yumi sesuka kalian! ^^d

Arigato gozaimasu, Senpai, untuk review! (Mikky-sama, monkey D eimi, Imperiale Nazwa-chan, Lady Spain, Wulan-chan)

Ini dia chapter 5, setelah sekian lama.

Yumi harap enggak mengecewakan! Amiiinn~ v.v

P.S. : NARUTO belongs to Kishimoto Masashi-san.


Chapter 5 : The Melody's Wings


Semakin lama, semakin dapat ia rasakan kakinya dipercepat berhadapan dengan lantai lorong yang lembab. Menghasilkan suara lengkah kasar yang menggema hingga kesudut-sudut dinding. Tangannya menggenggam erat handphonenya. Wajahnya tanpa ekspresi, melawan semua emosi yang kini berkecamuk dalam dirinya.

Pikirannya kalut. Dan semakin ia melangkah, pikirannya hanya semakin berbelit tiada arah. Hatinya dan akal sehatnya seolah berperang. Ia menyuka- tidak, ia jatuh cinta pada gadis pirang misterius itu. Semakin ia ingin menyangkal, semakin ia curiga pada kebenaran kata itu.

Cinta…

Konyol.

Yah, bagi seorang yang dibesarkan untuk bisnis, terkadang hal seperti ini memang merepotkan. Tapi apa daya? Hal seperti ini bukanlah hal yang bisa desingkirnya seenaknya. Bahkan bagi dia yang selama ini selalu mendapatkan apa yang dia inginkan hanya dengan satu perintah. Tapi kali ini, uang yang ditumpuk setinggi gunungpun tidak akan membantu menyelesaikan masalah. Dan iapun sadar, segalanya tidak akan semudah yang dia pikirkan.

Akal sehatnya terus membantah. Ia harus mencari tahu siapa gadis itu. Naruto kah? Atau 'Naruto'? Apakah selama ini, dia hanya dipermainkan oleh murid baru dikelasnya itu? Atau memang kali ini ia telah terlibat dalam teka-teki yng bahakan ia, seorang jenius, tidak dapat pecahkan?

Sasuke menggeram frustasi, seraya kakinya tanpa sadar setengah berlari menaiki sebuah tangga beton dalam kegelapan. Kalau ia sempat untuk memikirkan, mungkin ia akan berterimakasih pada bulan di antariksa jauh disana. Cahaya redup yang satu-satunya mencegah dia untuk tidak terjerembab ditiap langkah kalapnya.

Akhirnya setelah beberapa menit menelusuri rute yang entah sejak kapan telah tertancap diotaknya. Kini, sekali lagi, dia berdiri dihadapan pintu oak lapuk raksasa. Nafasnya memburu karena emosi dan gerak-geriknya. Namun jantungnya. Jantung yang entah kenapa tidak mau menurut untuk ditenangkan. Sang pemiliknyapun tak tahu, apakah karena ia lelah dengan adrenalinya, atau karena siapa yang akan ditemuinya didalam sana.

Akan kubuktikan. Apapun yang terjadi, aku akan mencari tahu siapa dia. Walaupun aku harus bertanya langsung pada Naruto. Walaupun aku harus terlibat jauh dalam kasus ko-… yah, mungkin memang konyol.

Sasuke menutup matanya, menghirup nafas perlahan sebelum menghembuskannya, berusaha mempersiapkan diri untuk, yang bahkan ia sendiri tak tahu. Setelah merasa siap, perlahan dibukanya pintu oak dihadapannya. Celah pintu segera menghamburkan suara lembut. Lantunan piano yang entah sejak kapan telah menjadi candu baginya.

Sekali lagi. Bagaikan déjà vu, ia mematung tanpa ekspresi didepan pintu yang terbuka lebar. Memandang punggung berbalut gaun tidur putih. Memangang rambut pirang tergerai, terpoles lembut dengan cahaya bulan yang lebih terang dibandingkan saat terakhir kali dia melihat sipirang.

Beberapa menit berlalu tanpa ada perkembangan hingga tiba-tiba sang gadis menghentikan permainannya ditengah-tengah. Alisnya berkerut saat menyadari kehadiran orang lain didalam ruangan. Ia menengok kebelakang dan melihat 'teman baru'nya yang kini memandangnya dengan sepasang mata hitam tajam.

"Sasuke!" Naruto tersenyum senang ketika mengetahui ia tak lagi sendirian.

Yang dipanggilnya terlonjak sedikit, ketika lamunannya dihancurkan. "Ah… y-ya," jawab si Raven sekenanya. Lagi-lagi… Uchiha macam apa yang tergagap dan gugup seperti ini didepan seorang gadis? Cih!

"Akhirnya! Kukira kau tidak akan datang…" Naruto berdiri dan berjalan perlahan kearah tamunya dengan senyum bahagia yang belum terapus dari wajah manisnya.

"Ya," Sasuke mengangguk singkat. Dalam diam ia merutuki dirinya sendiri. Itukah jawabannya dari sekian banyak kata dan huruf yang bisa dia gunakan? Dan orang-orang memanggilnya jenius… Mana mungkin aku tidak datang, kalau yang akan kutemui adalah kau? Ingin rasanya ia menembakkan kalimat itu pada gadis dihadapannya, namun entah mengapa bibirnya seolah dijerat oleh sesuatu yang tak kasat mata.

Setelah mereka saling berhadapan, Sasuke menatapnya dari atas kebawah. Dan sekali lagi, satu hal yang selama ini mengganjal pikirannya. "Kenapa kau memakai pakaian setipis itu di malam hari musim dingin?" tanyanya blak-blakkan dengan kedua alis yang berkerut bingung.

Naruto mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu memandang kebawah, memperhatikan pakaiannya sendiri. "Apa yang salah dengan baju seperti ini?"

Sasuke memandangnya aneh, "Tentu saja salah. Ini musim dingin. Orang normal pasti sudah tewas membeku kalau memakai baju seperti itu."

"Aku juga normal…" Naruto cemberut.

"Bukan begitu maksudku," Sasuke menghela nafas.

"Lagi pula tidak dingin, kok! Setiap hari aku kesini memakai baju ini, dan aku hidup." Naruto menatap Sasuke seolah menantangnya.

"…Tidak dingin?" Sasuke bertanya setelah diam beberapa saat, dengan tatapan aneh yang masih dipakainya.

"Tidak." Naruto menjawab singkat seraya tersenyum polos. Gadis pirang itu membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, namun kembali menutupnya. "Um…" Naruto memasang wajah berpikir, "Ah! Iya! Aku janji akan memainkan lagu khusus untukmu kan!" senyumnya berbinar, "Kemarilah, Sasuke!" Ia memanggil seraya kembali berbalik, berlari kecil namun bersemangat kearah piano putih tua.

Sasuke mengikutinya tanpa protes, namun matanya terus terpaku pada sosok gadis ceria yang kini tengah duduk dikursi piano. Naruto berbalik dan terus tersenyum melihat Sasuke yang berjalan kearahnya. Ia menggeser tubuhnya kesisi kanan kursi. Dengan lembut namun semangat, menepuk sisi kirinya, mengisyaratkan si Raven untuk duduk disebelahnya. Sementara Sasuke, antara sadar dan tak sadar, dengan tenang menuruti keinginan si pirang.

"Lagu ini- Uhh… aku tidak ingat bagaimana, kapan, atau dari siapa aku mempelajarinya. Tapi ini telah menjadi lagu favoritku sejak lama," jelas Naruto dengan senyumnya yang masih belum terhapus.

Sasuke terus memperhatikan gadis itu. Jujur saja, dia tidak terlalu tertarik pada lagunya. Lagu apapun, kalau kau yang mainkan, pasti akan kudengarkan… jauh didalam hatinya, ia sadar ia telah mengatakan hal itu seolah kalimat itu adalah mantra. Namun matanya masih terlekat pada sosok gadis yang kini telah menarik sepenuhnya dunia si bungsu Uchiha.

Naruto mengelus lembut kedua jari tangannya, beriap untuk memulai, sebelum jari-jari lentiknya menekan tuts-tuts piano. Dengan perlahan tapi pasti, sentuhan antara jarinya dan tuts piano putih itu menghasilkan sebuah lantunan barisan nada, menjadi sebuah lagu yang menghancurkan tameng kokoh si Raven.

Sasuke menutup matanya, menikmati keindahan musik yang dimainkan. Semakin lama, alis semakin berkerut penasaran. Aku… aku kenal lagu ini… tapi apa? Dimana? Lagu siapa? Telinganya mendengarkan tiap detil nadanya, meski rasa penasarannya tak berhenti menyerang. Tinggi… rendah.. semakin rendah… tinggi…tinggi… semakin tinggi… nada-nada bercampur satu sama lain.

Puluhan menit berlalu, namun keduanya seolah sama-sekali tidak mengakui kehadiran sang waktu. Hingga akhirnya lagu itu telah sampai pada bagian klimaksnya, dan sang gadis mentari memainkan penutupnya, sebelum benar-benar sepenuhnya berhentilah permainannya. Perlahan ia melirik laki-laki Raven disampingnya, dan tersenyum malu.

"Bagaimana?" tanyanya dnegan suara pelan.

"Indah," Celetuk Sasuke jujur.

Naruto hanya tertawa lemah, "Lagunya indah, kan?" ia menutup matanya, "Penuh harapan, namun ada saat ketika terdengar kosong dan sedih…" perlahan matanya terbuka, menampilkan biru langit cantiknya, namun sedikit kehilangan cahayanya.

Sasuke tak berkata apa-apa. Dia hanya memandang gadis itu dalam diam seribu bahasa. Keduanya terlarut dalam kesunyian yang nyaman, sibuk oleh pikirannya masing-masing.

"Apa judulnya?" Akhirnya Sasuke bicara, mencoba memulai pembicaraan.

"Melodia Alata." Kata Naruto.

"Melo-?" alis Sasuke berkerut.

"Me-lo-di-a A-la-ta. Melodia Alata." Naruto menghadapnya dengan senyum caria. "Bahasa Italia yang berarti Melodi Bersayap. Melodi yang entah kenapa, begitu berharga bagiku." Suaranya semakin mengecil diakhir kalimat.

"Melodia Alata…" Sasuke berbisik tanpa sadar, mengundang anggukkan senang dari gadis dihadapannya, sebelum kembali memainkan pianonya, nada-nada dimainkannya tak keruan, namun menghasilkan lagu yang indah. Sementara Sasuke larut dalam pikirannya. Alisnya berkerut seolah ia tengah berpikir keras. Matanya menatap kosong tuts piano putih dihadapannya.


Flashback

"Tch!" dengusnya seraya merapatkan jaket biru gelap yang dipakainya, merasakan hawa dingin yang semakin menusuk.

SREK

Sejenak ia berhenti berjalan. Lalu memeriksa jaketnya, mencari sumber bunyi yang baru saja terdengar. Hingga tangan kanannya berhasil menemukan sesuatu disaku sisi kanan jaketnya. Selembar kertas yang telah kusam dan terlipat-lipat ada dalam genggamannya sekarang. Dibukanya tiap lipatan dengan hati-hati agar tidak merobek lembaran rapuh itu. Dan terlihat partitur sebuah lagu yang mulai buram. Sejenak mata hitamnya membelalak terkejut, sebelum kembali pada tatapan datar. Datar dan dingin.

"Huh, ternyata ada disini selama ini. Benda tidak berguna." Bisiknya tak peduli.

End Falshback


Matanya membelalak tak percaya. "Partitur itu…"

Dengan sedikit kalut ia merazia saku jaket birunya. Mengeluarkan segala benda yang tersimpan didalamnya. Meletakkannya tanpa peduli diatas bangku, diantara dia dan Naruto yang kini memandangnya bingung. Handphone, dompet, Mp3, dan akhirnya- sebuah kertas kusam yang terlipat-lipat berantakan, compang-camping disana-sini karena basah dan kering lagi.

"Melodia… Alata…"


To be continue...


Beginilah… *garuk kepala*

Serius banget, ya? Ehehehe~

Kali ini memang sepenuhnya Sasuke dan 'Naruto'… XD

Oh, lagu itu, "Melodia Alata" cuma karangan Yumi aja, sih…

Enggak ada, kok, lagu yang judulnya begitu. T.T

Sekian, dulu untuk chapter 5-nya!

Yumi mengharapkan saran dari review senpai-senpai dan readers semua!

Arigato~ ^^

Sincerely,

Orenji-chan