Quotes ::

Cinta? Makanan apa itu? Rasa-rasanya aku belum pernah mendengar makanan yang bernama "Cinta". Tunggu! Cinta itu pasti nama musuh baru kerajaan kami. Sehebat apakah cinta itu? Aku jadi penasaran. ─ Gan Ning

Cinta itu sama saja dengan penyakit. ─ Ling Tong

Cinta itu rumit, penuh rintangan dan juga harus penuh kesabaran. Tapi jika bisa terbalas, rasanya menyenangkan dan membuat orang yang merasakannya bahagia. Sebaliknya jika kehilangan rasanya seperti ingin mati. ─ Shang Xiang

.

.

T r i ─ a n g e l

BY : Mrs Goldenweek

Disclaimer : Dynasty Warrior © Koei

Warning : OOC, AU, OC (QiuYue belong to Morning Eagle) grammatical error, misspelling, etc

Pairing : Shang Xiang and Ling Tong ─ Gan Ning

.

Chapter 5 :: Cemburu

.

Pria berambut pirang itu berjalan dengan kesal. Setiap rerumputan yang menghalangi jalannya pun sempat terkena omelannya. Suasana hati pria ini sepertinya sedang buruk. Kali ini dia menendang beberapa batu krikil untuk melampiaskan amarahnya. "Arghh!" Raungnya kesal.

Awalnya mungkin hanya rumput dan krikil, tapi ternyata dua benda itu tidak membuatnya puas hati ─terpaksa dia menggunakan tangannya untuk memukul pohon beringin besar yang mungkin usianya sudah ratusan tahun. Dia memukul dan memukul dan memukul terus pohon tak berdosa itu. Rasanya dadanya panas. Sampai akhirnya dia mendapati tubuhnya lelah. Dengan pasrah pria itu merebahkan tubuhnya di bawah sang pohon. "Maaf, kau menjadi korban pukulanku," bisiknya pelan. Sepertinya emosi dan amarahnya sudah berkurang.

Kali ini dia meringkuk menatap sekumpulan kunang-kunang yang berterbangan di atas pohon. "Hey, teman kecil... Apa kau tau apa yang kurasakan?" gumamnya pada hewan kecil dan bercahaya itu. "Begitu ya? Kau tak tau? Aku juga tak tau..."

Sejenak pria ini mendesah. Salahnya sendiri kenapa tadi dia berpura-pura tidur saat Ling Tong mengajaknya pesta minum, sehingga Ling Tong pergi menemui Sang Putri karna bosan. Salahnya sendiri juga kenapa tadi dia justru diam dan meremas bunga yang sudah dia petik di padang rumput, bukannya berjalan mendekati kamar Sang Putri. Semuanya salahnya sendiri.

"Argghh!" Raungnya kembali. Emosinya kembali berkecamuk. Dilirik batu berukuran besar yang letaknya tak jauh dari tempat duduknya sekarang. Dengan cepat dia bangkit dan memukul batu itu. Dia kembali melampiaskan emosinya.

"Kenapa aku kesal? Kenapa aku harus kesal seperti ini? Kenapa?"

PRAK! ─Batu besar itu berhasil hancur menjadi beberapa pecahan. Dengan napas yang tersenggal-senggal pria ini menatap kedua telapak tangannya. Di sana dia mendapat beberapa luka memar dan gores pada kulitnya. Luka itu dia dapat akibat memukul-mukul pohon besar dan memecahkan batu.

"Aku bahkan tak bisa merasakan sakit..."

Dengan perasaan tak menentu, akhirnya pria ini memutuskan untuk pergi kekamarnya. Beristirahat, mungkin dengan begitu dia bisa mendinginkan kepalanya.

.

.

Keesokan harinya, di perpustakaan kerajaan sudah berkumpul beberapa Jendral muda. Di sana sudah di padati oleh Lu Xun, Taishi Ci, Qiao bersaudara dan Lu Meng sebagai pengarah. Tinggal dua kursi yang tersisa. "Lagi-lagi mereka terlambat! Menyebalkan!" gerutu Xiao Qiao kesal.

"Bukannya mereka selalu begitu?" sambung sang kakak, Da Qiao.

"Tapi kali ini keterlaluan. Master Lu Meng... Bisakah kita mulai sekarang? Kumohon~" kali ini Xiao Qiao memelas pada Lu Meng. Berharap acara 'belajar' mereka cepat dimulai dan cepat pula diakhiri. Dan sepertinya Lu Meng termakan wajah memelas Xiao Qiao.

"Baiklah... Apa boleh buat."

Akhirnya acara belajar itu kembali dimulai. Saat Sedang asik berdiskusi, sesosok pria berpostur tubuh tinggi membuat acara belajar itu terhenti sejenak. "Maaf saya terlambat Master Lu Meng."

"Dari mana saja kau!" sentak Xiao Qiao kesal.

"Sudah-sudah Xiao... Jangan marah-marah begitu pada Jendral Ling Tong." Seperti biasa Da Qiao berusaha menenangkan adiknya.

"Jie jie... Lihat apa dia pantas dipanggil Jendral? Sifatnyanya yang selalu malas, membuatku jengah. Huh!"

Pria terlambat itu Ling Tong. Sepertinya ini bukan yang pertama kalinya dia terlambat, mengingat emosi Xiao Qiao yang begitu memuncak. "Aku kan sudah minta maaf."

"Tapi kau tidak seperti meminta maaf!" balas Xiao Qiao.

"Lalu apa peduliku?" balas Ling Tong lagi.

"Ck! Menyebalkan!" Xiao Qiao menyandar pada sandaran kursinya dengan kedua pipinya yang digembungkan.

Melihat Xiao Qiao sudah mengendalikan emosinya, Ling Tong mulai menduduki kursinya. Sebuah cengiran terlintas di wajah tampannya. Lu Meng menggeleng kepalanya pusing melihat anak-anak didiknya. Setelah sekiranya ruang perpustakaan kembali tenang, Lu Meng kembali melanjutkan pembicaraan mereka.

TOK! TOK! ─Pintu perpustakaan diketuk pelan oleh seseorang. "Sepertinya aku terlambat."

Kembali semua mata tertuju pada ambang pintu, tempat datangnya orang terlambat selain Ling Tong. "Ya kau terlambat. Sudah cepat tempati kursimu, Gan Ning!" perintah Lu Meng.

Dan... Gan Ning pun duduk. Semua mata tertuju padanya, tak ada yang mau melepaskan pandangan mereka ─kecuali Ling Tong. Lu Xun yang biasanya cuek dan lebih memilih tetap fokus pada kegiatan belajarnya, kali ini juga ikut-ikutan menatap Gan Ning. Hari ini Gan Ning sedikit aneh, bagi mereka yang ada di ruang itu. "Gan Ning kau kenapa?" Mengingat tak ada yang mau bertanya, Taishi Ci langsung spontan bertanya.

"Maaf?"

"Ah maksudku... kau kenapa hari ini?" ulang Taishi Ci.

Gan Ning diam, membuat seisi ruangan makin penasaran. Ya mungkin, hanya Lu Meng saja yang tidak penasaran. Karna dia sibuk membaca sebuah gulungan kertas usang di genggaman tangannya. "...Aku baik-baik saja," jelas Gan Ning, dia memaksakan sebuah cengiran khasnya.

"Baguslah kalau begitu. Tapi tanganmu itu?" ternyata Taishi Ci cukup banyak omong juga ya kalau sedang penasaran?

Sejenak Gan Ning menatap kedua tangannya yang tertutup kain perban. "Ini?" tanya Gan Ning balik. Anggukan Taishi Ci diikuti dengan beberapa orang yang juga sedang penasaran, melihatnya Gan Ning jadi sedikit risih. "Hanya luka biasa yang didapat saat latihan. Tak ada yang spesial," ucapnya lanjut.

Semua pendengar kecewa. Sepertinya mereka berharap, Gan Ning mendapat luka itu karna sesuatu yang lebih menarik lagi. Dan kegiatan belajar pun kembali berlangsung. Kali ini suasana belajar sangat hening, tak seperti hari-hari biasanya yang diisi dengan kehebohan Ling Tong dan Gan Ning. Nampaknya sudah terjadi sesuatu diantara mereka─Itulah yang dipikirkan Lu Xun, melihat situasi yang berbeda ini.

"Aku rasa cukup sampai di sini saja."

Lu Meng mengakhiri kegiatan belajar hari ini. Tanpa berkomentar lagi, dia segera melangkah keluar dari perpusatakaan. Di belakangnya ada Taishi Ci dan Qiao bersaudara yang juga ingin cepat-cepat keluar. Tersisa Lu Xun, Ling Tong dan Gan Ning.

"Kau latihan semalam? Bohongmu terlalu mencolok," Ling Tong membuka omongan. Dia menantap Gan Ning dengan candaan. Lu Xun lebih memilih diam, dia masih asik dengan beberapa gulungan kertas yang dia pinjam dari Lu Meng.

Mungkin memang Ling Tong niatnya bercanda. Tapi saat ini Gan Ning tak ingin bercanda."Bukan urusanmu!"

"Begitu ya? Apa efek minum kemarin masih terbawa?" balas Ling Tong balik, wajahnya masih seperti sedang bercanda ─Atau mungkin memang sedang bercanda.

"Cih! Aku selesai. Permisi!"

Dengan kasar Gan Ning menarik kursinya dan merapikannya kembali. Moodnya habis terkikis candaan Ling Tong yang menurutnya tak bermutu itu. Sedangkan Ling Tong yang tadi niat bercanda jadi bingung sendiri. "Aku salah bicara kah?"

"Entahlah..." Lu Xun jadi ikut memberikan komentar, walaupun kedua matanya masih menatap gulungan demi gulungan di depannya.

Di tempat lain, di tempat yang sama saat Gan Ning mengamuk ─seorang gadis berambut hitam bergelombang terlihat sedang asik latihan memanah. Matanya yang hitam menatap tajam sasaran dihadapannya. Tak beberapa lama kemudian terdengar suara anak panah yang melesat membelah angin. Gadis itu memanah dengan cepat dan... tepat. Buktinya anak panah yang dia lesatkan tadi menancap sempurna pada pusat papan sasarannya. Sejenak dia tersenyum puas.

"Bagus! Hasil latihanmu semakin terlihat, Yue!"

Gadis itu bernama Qiu Yue. Salah satu pasukan pemanah handal yang masih di bawah asuhan Lian Shi. Dan juga merupakan gadis yang ditemui Lu Xun beberapa hari yang lalu. Hari ini dia seperti biasa mendapat bekal latihan khusus. Sepertinya Lian Shi sangat tertarik dengan potensi yang dimiliki Qiu Yue, dan dia ingin terus melatih kemampuan gadis itu. "Terima kasih Permaisuri," balas Qiu Yue dengan cengiran.

"Kau... Sejak kapan panggilan namaku jadi begitu? Sudah panggil saja Jie jie atau kak Lian Shi seperti biasa. Aku risih dengan permaisuri itu. Pantas Shang Xiang suka kesal jika ada yang memanggilnya dengan sebutan Putri," protes Lian Shi panjang. Dia seperti merasakan apa yang dirasakan Shang Xiang, rasa risih.

"Baiklah kak Lian Shi. Ohya, bagaimana kabar Putri Shang Xiang? Apa dia sudah sembuh?"

"Ya... Dia sudah sembuh. Dan semua berkat Ling Tong dan Gan Ning," jawab Lian Shi kemudian. Dia berjalan menuju sebuah pohon beringin besar, wajahnya terlihat sedikit sedih. "Aku... Tidak bisa membuatnya lebih baik. Meski pun sedikit," ucapnya lesu.

Yue menepuk pundak seniornya itu, lalu tersenyum. "Jangan berkata begitu."

"Kau berkata begitu karna ingin menghiburku?"

"Eh? Bukan begitu! Aku hanya..." Yue jadi gagap takut-takut dia salah bicara.

"Sudah tak apa... Aku mengerti. Hahaha..." Untunglah Lian Shi mengerti. Dia tersenyum tipis, senyuman khas Lian Shi. "Yue, aku pergi dulu. Kau lanjutkan latihannya. Besok kita bertemu lagi."

"Baik! Sampai ketemu besok, kak Lian Shi!"

Dan Lian Shi pun berlalu. Sesosok pria berambut pirang jigrak dengan lilitan perban di tangannya melintas di hadapannya. Nampaknya pria itu sedang melamun, buktinya dia tidak menyadari kehadiran Yue di situ. Dengan jalan berjingkat-jingkat Yue mendekati pria itu dan menyapanya;

"Gan Ning? Sedang apa kau? Bukannya hari ini Master Lu Meng sedang mengadakan pertemuan belajar?"

Gan Ning tersentak hebat, dia benar-benar kaget melihat kehadiran Yue di situ. "Oh kau wanita ajaib? Kukira siapa, dasar bikin kaget saja!"

Yue menggeleng kesal, Gan Ning benar-benar tukang asal mengganti nama orang. "Dasar! Ngomong-ngomong kau belum menjawab pertanyaanku!"

Mata silver Gan Ning berkilat menatap Yue, sesungguhnya dia enggan menjawab ─tapi entah kenapa dia merasa harus menjawab pertanyaan Yue. "Sudah selesai dari tadi. Kenapa? Kau juga mau ikutan belajar? Hahahah..."

"Tidak terima kasih, aku sudah ada pertemuan sendiri. Ohya, aku ingin bertanya lagi... Apa... Umm... Apa..."

"Lu Xun kan? Dia masih di perpustakaan tadi." Yue melotot shock.

"S-siapa yang sedang menanyakan dia?" Beberapa rona kemerahan menghantui wajahnya. Entah mengapa dia merasa wajahnya panas dan canggung. Yue benar-benar salah tingkah. Takut-takut Gan Ning tau mengenai perasaannya. Tapi sepertinya Gan Ning sudah tau.

"Siapa lagi kalau bukan dia? Hahahahahah!"

Yue mengerutkan bibirnya. Gan Ning menyebalkan, mentertawakannya dan menganggap seolah tak pernah merasakan perasaan itu. Tunggu, Gan Ning memang tak pernah merasakannya kan? Atau pernah? Dilihat dari wajah dan sifatnya, sangat meragukan kalau dia pernah merasa jatuh cinta. Yue mengeraskan genggaman tangannya pada busurnya, dia ingin membidik Gan Ning dengan sekali bidikan. Tapi...

"...Jika... Ummm jika ada seseorang menatap seseorang yang lain dengan tatapan serius, apa itu disebut jatuh cinta?"

Pertanyaan Gan Ning yang tiba-tiba itu, tentu saja membuat Yue mengurungkan niatnya. Sejak kapan seorang Jendral bernama Gan Ning jadi peduli soal 'jatuh cinta'? Yue terkekeh pelan. "Kenapa? Kau sedang jatuh cinta? Heh... masa jatuh cinta saja tak tau."

"Diam. Sekarang aku yang sedang bertanya tau!" gusar Gan Ning mendadak jadi tak tenang, jujur sebenarnya dia merasa benar-benar bodoh karna sudah bertanya seperti tadi. "Ayo jawab sajalah!" pintanya dengan nada perintah.

Yue mengangkat sebelah alisnya. "Ada kemungkinan orang itu jatuh cinta. Memangnya kenapa? Siapa 'seseorang' itu? Kau kah itu?"

"Bukan.. Bukan aku. Aku hanya bertanya." Balas Gan Ning cepat.

"Hmmm begitu? Kalau begitu aku permi─-"

Saat Yue ingin pergi dari tempat itu, mendadak Gan Ning menarik tangannya dan bersembunyi di balik pohon beringin besar. Wajahnya mendadak pucat dan sedikit berubah kesal. Matanya menyipit sinis menatap sesuatu. Yang pasti hal ini membuat Yue bimbang. "Kau ini kenapa sih? Aku mau perg─"

"Sssst!" Bukannya melepaskan genggaman tangannya GanNing malah semakin erat menggenggam pergelangan tangan Yue.

Hal itu tentu saja membuat Yue jengah. "Apaan sih! Dasar aneh!"

"Kau ini! Diam dulu kenapa sih? Aku Mohon diam sebentar saja."

Gan Ning terus menatap sesuatu yang sepertinya cukup menarik. Hal itu tentu membuat Yue juga ikut mengarahkan pandangannya. Apa sih yang dipandang Gan Ning sampai membuatnya tak boleh beranjak dari situ?

"Ling Tong? Cepat keluar! Kau mempermainkan aku!"

"Putri Shang Xiang?" gumam Yue di balik pohon.

"Kau penasaran kan? Siapa 'seseorang yang aku tanya tadi?"

Yue mengangguk polos. Sejujurnya dia memang cukup penasaran.

"Kau tunggu saja, nanti juga kau tau."

Yue menurut. Dia dan Gan Ning terus mengintip sang Putri yang sedang berjalan-jalan mencari Ling Tong. Lalu tak lama kemudian, Ling Tong datang menghampiri Shang Xiang. Dia menghampiri Shang Xiang dari belakang dan mengejutkan gadis itu. Mereka saling tertawa. Sampai akhirnya, mendadak Ling Tong terdiam menatap wajah Shang Xiang. Gan Ning mulai merasa gusar kembali. Rasanya dadanya sedikit sakit, dan emosinya mulai terpancing.

"Jadi... mereka yang kau maksud?"

Suara panggilan Yue mengagetkan Gan Ning dari pergulatan emosinya sesaat. "Ya, mereka yang kumaksud."

"Lalu?"

Gan Ning menaikan sebelah alisnya. "Apa maksudmu dengan lalu?"

"Ya... Lalu kenapa kau harus kesal?"

"Kesal? Aku tidak kesal bodoh!" jawab Gan Ning. Matanya kini kembali menatap kedua orang itu.

"Kalau memang tidak kesal kenapa kau meremas-remas ranting itu?"

"Eh?" Gan Ning bengong. Jujur dia benar-benar tak ingat tadi sedang meremas ranting. Ditatapnya barang bukti remukan ranting di genggaman tangannya. Reflek, remukan ranting itu disingkirkannya. Tindakan Gan Ning yang seperti itu membuat Yue tersenyum lebar.

"Kau Cemburu!"

"Eh?" Gan Ning makin bengong. Ucapan Yue membuatnya jadi kaku di tempatnya berpijak. Dia membulatkan kedua iris silvernya tak percaya. Ling Tong memang rival sejatinya, masa sih dalam hal jatuh cinta dia juga harus menjadi rival? Gan Ning melirik sejenak ke arah Ling Tong dan Shang Xiang yang sedang bercanda. "Aku cemburu?"

.

.

TBC

.

.


Author spik ::

Yey penghujung acara! Bagaimana ceritanya? Membingungkan? Hehehe...

Oke, spesial thank's aku tujukan pada Nee-sanku tercintah! (Morning Eagle), Black Rose 00, dan Nameless salam kenal... Dan terima kasih sudah maua membaca dan mereview fic laknat ini. Semoga menghibur ya... Saatnya balas review yang masuk! Yeayy!

Haemogoblinwu :: Benarkah? Sankyu! Lanjutannya sudah tersedia kok.. hehehheh.. :D

Black Rose 00 :: wah... Syukurlah... ternyata hanya salah paham aja. Hehehe. Tunguu! Kamu juga suka Sima Shi? Ternyata sama denganku, aku juga suka Sima Shi. Tapi lebih suka Akang Ling Tong! :*

Nameless :: Ohya? Wao! Senang mendengarnya! Ahaha.. *Yes, aku dapet pendukung! Hahaha... Mereka memang cocok kan? Lucu sih klo diliat-liat. :D

Dan untuk para reader yang sekedar membaca, juga makasih banget. Aku harap ceritaku dapat menghibur kalian. Tapi kalau sempat, tolong klik tombol biru di bawah ini ya... Hehehe.. :D