Flower Lady

Genre: Romance, Friendship and *a little* Drama

Rating: T

Pairing: Kaixfem!Shin (eventual KaiShin~)

Warning: AU, OOC, typo, gender changes, and SHONEN-AI ALERT! Don't like? Don't Read!

.

Disclamer:

Detective Conan © Aoyama Gosho

Flower Lady © MSN1412

.

Summary: Dia bertemu dengan Kuroba Kaito untuk pertama kalinya, namun dengan sosok perempuan. Sekarang, dengan sosok aslinya dan Kaito dengan sosok KID, akankah mereka mengetahui semua kebenarannya?


Chapter 4: Preparation to Dance Party.

.

*DRIIING DRIIING*

Suara deringan dari ponsel Shinichi yang tergeletak di meja dekat tempat tidurnya, membuat Hinami yang sedang tidur nyenyak dari kemarin malam, setelah 'menyendiri' di kediamannya akibat hukumannya kemarin. Hinami langsung terbangun dari tidurnya, dan dengan malas, Hinami mengambil ponselnya, lalu mengangkat telepon dari ponsel yang masih berdering.

"Moshi moshi…," sapanya malas dan sedikit kantuk.

"Sudah puas menyendirinya?" balas seseorang dari sambungan telepon tersebut.

"Mau apa lagi kau, Haibara?" tanya Hinami menggerutu kepada Ai. Ai hanya bisa memiringkan alisnya dan memasang wajah kesal terhadap telepon yang masih tersambung.

"Baka! Datang ke rumah Hakase sekarang juga, ok?" gumam Ai lalu menutup teleponnya.

"O … Oi!"

*TUUUT TUUUT TUUUT*

Hinami menjauhkan ponselnya dari telinganya, lalu melirik layar ponsel yang ber-wallpaper langit biru dengan wajah gerutunya.

'Sebenarnya, apa yang Haibara ingin katakan?' tanya Hinami curiga. Lalu, beranjak dari tempat tidurnya, dan segera membersihkan dirinya.

Ketika Hinami sedang bershower, dia terpaku melihat badannya yang benar-benar berubah, bertelanjang dada. Hinami mencoba untuk meraba kulitnya yang lebih putih dan halus dari ketika dia masih bersosok Shinichi. Serasa, wajahnya ingin memerah karena itu, berpikiran yang aneh-aneh lagi. Hinami menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu kembali membersihkan dirinya. Setelah itu, mengenakan pakaian yang dipinjam Ran, dan bergegas menuju sebelah, alias kediaman Agasa-hakase.

xXxXxXxXxXx

*DING DONG*

Di kediaman Agasa-hakase, Ai langsung bergegas menuju ruang depan dan membuka pintu. Serasa dia telah menunggu seseorang yang bakal datang ke sini.

"Ohayou, Haibara," sapa Hinami bosan setelah Ai membuka pintu untuknya.

"Ohayou," balas Ai pelan, "sepertinya, kamu masih menerima karma kemarin, ya?"

Hinami menunduk pelan, rasa sesalnya masih saja belum hilang. Setelah kemarin dia telah mempermainkan Ran, lalu tidak datang ke pertunjukkan Kaitou KID. Ai merasa iba terhadapnya, dan mempersilahkan Hinami untuk masuk ke rumah Agasa-hakase, lalu Hinami duduk di sofa yang berada di dekatnya.

"Jadi … kenapa kau ingin menyuruhku untuk ke sini?" tanya Hinami curiga.

"Ini." Ai memberikan sepasang stel seragam sekolah yang sepertinya tidak asing bagi Hinami, dan menyuruh Hinami untuk mengenakannya. Begitu Hinami ingin bertanya ke Ai lagi, Ai tetap bersikeras untuk menyuruhnya ganti baju dulu, lalu boleh bertanya kepadanya.

Setelah Hinami berganti pakaian, dia melirik refleksinya melalui cermin besar dan celinguk lagi melirik badannya. Memang dia sudah biasa mengenakan pakaian sekolah, apalagi seragam SMA Teitan yang telah dia pakai, tapi … ini? Dia harus mengenakan seragam khusus siswi yang harus mengenakan mini-skirt yang tidak terlalu pendek sih.

"Oke Edogawa Hinami, saatnya sekolah, 'kan? Omong-omong, Hakase telah menunggumu tuk mengantarmu ke sekolah. Mulai hari ini, kau akan masuk sebagai murid baru kelas 2-B," jelas Ai sambil memberikan tas sekolah Hinami.

Hinami melirik arah suara dari belakangnya, dan mengambil tas sekolahnya. Heran, mengapa Ai mengetahui nama samaran yang secara iseng dia bikin kemarin. Dan mengapa Ai mengetahui kalau hari ini dia bakal masuk sekolah sebagai murid baru, seperti yang dia janjikan kepada Ran kemarin. Hinami kembali ingin menanyakan Ai, tapi dia menyuruhnya untuk tutup mulut dan menyimpan semua pertanyaannya nanti. Hinami mendengus kesal, dan langsung meninggalkan kediaman Agasa-hakase.

"Kau tampak cantik, Shinichi-kun—maksudku Hinami-kun," canda Agasa-hakase.

"Urusai," ucap Hinami singkat nan kesal, lalu naik ke kendaraan Agasa-hakase.

"Jaa … Ai-kun, ittekimasu. Jangan lupa kau juga akan sekolah, kan?" ujar Agasa-hakase selagi mengingatkan.

"Itterashai, Hakase. Daijoubu, aku tidak akan terlambat kok," jawab Ai.

Agasa-hakase langsung menancapkan gas mobilnya, lalu meninggalkan kediamannya dan mengarahkan mobilnya ke SMA Teitan. Setelah Ai melihat mobil VW yang telah jauh dari pandangannya, Ai hanya meliriknya dengan wajah yang begitu datar. Entah mengapa dia terpikir akan kesalahannya terhadap Kudo-kun setelah dia teringat dengan kejadian yang tidak sengaja ia lihat kemarin.

'Kau akan memaafkanku karena kesalahan ini, kan? Kudo-kun….'

xXxXxXxXxXx

*DRIIIIIIIIIIING*

"Haaaaaaaah…."

Sementara itu di tempat yang sedikit jauh dari Beika, lebih tepatnya kelas 2-B SMA Ekoda. Seorang gadis yang fisiknya sama seperti Ran, mengeluh dan mendengus kesal melihat teman cowoknya merenung sambil membunyikan kepalanya. Sejak jam sekolah dimulai, dia melihat Kaito sedang menyembunyikan kepalanya dan tidak fokus ke pelajaran saat itu. Dengan iseng, dia mencoba mencolek-colek badannya untuk membuatnya sadar. Namun percuma saja, dia tidak mau membangkitkan kepalanya.

"Ayolah, BaKaito! Aku tidak pernah melihatmu merenung begini!" serunya selagi dia menyadarkannya.

"Unggg … gak ada semangat pagi tuk hari ini, AhOko~. Tinggalkan aku sendiri," keluh Kaito dengan suara serak.

"Kalau ada masalah, bilang saja. Aoko bakal membantu kok," saran Aoko.

"Alaaah, percuma saja. Kau tidak bakal mengetahui masalahku. Pasti deh," sindir Kaito masih dalam keadaan termenung.

"Huuuh! Kamu itu kenapa siiih! Kaito harus sadar, dooong!" seru Aoko sambil menarik-narik badan Kaito untuk menyadarkan dirinya dari renungan yang tidak dia ketahui.

"Percuma saja, Nakamori-san." Tiba-tiba, seorang gadis berambut magenta panjang menghampiri mereka, Aoko langsung berhenti menarik paksa Kaito dan melirik gadis itu. Dengan duduk di sebuah meja, dan menyilangkan tangannya, dia berkata lagi, "Tampaknya Kuroba-kun sedang menggalau karena kejadian kemarin, deh."

"Kejadian kemarin…. Akako-chan, kemarin malam kan ada kejadian—"

"Ya …" Akako menganggukkan kepalanya dan memotong pembicaraan Aoko. "Bukannya kemarin ada pencurian oleh KID lagi? Seingatku … Crystal Flower yang dia curi, kan?" tanya Akako ke Kaito.

"…" Kaito masih saja tidak mau bicara.

"Terus ada saksi mata bilang kalau dia mengembalikan permata itu karena serasa malam itu tidak lengkap," lanjut Akako, "apa 'dia' tidak datang lagi ke—"

"Urusai…." Kaito memberanikan untuk membangitkan dirinya dan membuka mulutnya. "Tentang KID kemarin … bukan urusan kalian juga, kan?" ucap Kaito dengan nada sarkastik lalu pergi begitu saja meninggalkan Aoko dan Akako di tempat itu. Aoko ingin mencegah Kaito tapi percuma, Kaito telah pergi ke suatu tempat.

"'Dia' yang Akako-chan maksud itu siapa? Terus, mengapa kemarin merasa tidak lengkap oleh KID keparat itu?" tanya Aoko kembali dan melirik pintu kelas.

"Heh … kau akan mengetahuinya nanti," jawab Akako singkat, lalu kembali beranjak ke meja kelasnya. Aoko memiringkan kepalanya dan masih bingung dengan perkataan Akako. Berpikir apakah Akako-chan mengetahui masalah Kaito hari ini?

*DRIIIIT DRIIIIT*

Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Aoko mencoba untuk mengambil ponselnya dan menyalakan layar ponsel yang ber-wallpaper dirinya. Setelah dilihat, ada pesan masuk. Aoko langsung membuka pesan dan membacanya perlahan-lahan.

'Hah…? Pesan ini …' Aoko hanya memasang wajah kagetnya begitu dia telah membaca pesan dari seseorang.

xXxXxXxXxXx

"Dance party?"

"Benar, Ran. Suzuki Special Dance Party~!"

Di saat siswa lain sedang menikmati waktu istirahat yang sedang berlangsung di SMA Teitan, Sonoko bercurhat sekaligus mengumumkan kepada Ran kalau keluarganya bakal mengadakan pesta dansa yang selalu diadakan oleh keluarga Suzuki setiap tahunnya. Ran hanya mengedipkan matanya berkali-kali, sedangkan Hinami yang telah masuk ke kelas lamanya alias 2-B, malah memandang mereka dengan tatapan bosan, dan melanjutkan untuk membaca buku Sherlock Holmes-nya yang memang ia bawa seperti dia masih menjadi Kudo Shinichi.

"Te … terus, kenapa kamu mengumumkan ini kepadaku?" tanya Ran heran.

"Begini ya, Ran. Pesta dansa yang diselenggarakan oleh keluargaku ini diadakan sekali dalam setahun. Dan di pesta dansa yang telah kuundang sebagian dan diadakan Sabtu malam nanti, bakal ada cowok-cowok kece yang masih berstatus single. Nah! Mungkin itu cocok untuk mencari pengganti pasangan baru untukmu, Ran," jelas Sonoko selagi dia mengajak Ran untuk mencari pengganti detektif penggila Holmes yang memang telah menghilang selama beberapa bulan ini.

"A … Aku …" Ran hanya bisa terbata-bata dan mukanya mulai memerah, walaupun tipis. Lalu, dia menundukkan kepalanya dan memberanikan dirinya untuk berbicara, " Aku bisa sih ikut pesta dansamu, Sonoko. Tapi … mana bisa aku melupakan penggila Holmes itu…? Walaupun, dia memintaku untuk melupakannya."

"Ran…." Ekspresi Sonoko yang tadinya ceria pun jatuh seketika, hanya mengucap pelan nama Ran.

'Maafkan aku … Ran…,' sesal Hinami dengan menyembunyikan ekspresinya dengan bukunya, disaat dia menguntip pembicaraan Ran dan Sonoko. Merasa kasihan, Hinami menghentikan dirinya untuk membaca dan meletakkan bukunya di meja kelas yang memang … meja itu adalah tempatnya sendiri. Lalu menepuk pelan pundak Ran untuk menenangkannya.

"Gomen ya, Ran-san…. Karena aku mengirimkan surat itu kemarin, kamu malah menjadi begini," Hinami meminta maaf kepada Ran, "harusnya aku tidak usah mengirimkan surat itu."

"Daijoubu, Hinami-chan. Mungkin beberapa hari lagi, aku akan melupakannya, kok," ujar Ran selagi dia tertawa kecil menenangkan dirinya.

"Oh sou-ka…," ucap Hinami pelan, lalu memasang senyum datar ke Ran. Merasa taktik untuk melupakan dirinya telah berhasil, meskipun itu dalam proses.

"Omong-omong, Hinami-chan…. Bagaimana denganmu? Apa kau punya pengalaman berdansa?" Ekspresi Sonoko berubah drastis kembali, dan bertanya ke Hinami dengan seringai liciknya. Hinami hanya meneguk ludahnya berkali-kali, mempunyai firasat buruk kalau Sonoko pasti bakal mengundangnya juga.

"Err … kalau itu…." Hinami menggaruk-garuk pipinya dengan jemari telunjuknya, ragu-ragu kalau sebenarnya dia tidak punya kemahiran untuk berdansa.

"Hinami-chan, apa kamu tidak bisa berdansa?" tanya Ran memastikan.

"Erm … betul sekali, Ran-san," jawab Hinami pelan, "meskipun aku perempuan, tapi aku tidak mahir dalam berdansa. Apalagi dansa ballad sekaligus." Selagi dia berpikir, 'Ya benar saja, aku kan sebenarnya laki-laki yang memang tidak tertarik dengan pesta dansa.' dengan sebal.

"AH! Aku punya ide!" Sonoko menepuk tanganya selagi otaknya diterangkan oleh sebuah ide. Lalu dia menyandarkan lengannya ke pundak Hinami. "Begini saja … kalau kamu benar-benar tidak bisa berdansa, sehabis pulang sekolah aku dan Ran bakal mengajarimu dansa ballad sampai hari Jumat nanti!"

"T … T … Tapi, aku tidak berminat tuk ikut pesta dansa ini," tolak Hinami halus, dengan tawaan kecilnya.

"Ayolah Hinami-chan, ikut saja. Sepertinya ini bakal menyenangkan, deh," bujuk Ran.

"Ba … baiklah kalau begitu." Hinami hanya tersenyum-senyum malu, merasa menyerah untuk menolak bujukan dari Sonoko dan Ran. Tapi … biarlah, daripada dia harus menunggu antidote dengan berdiam diri menunggu pengharapan yang ditunda.

xXxXxXxXxXx

"DA … DA … DANCE PARTY?"

Suara keras yang jauh dari SMA Teitan itu menggema hingga langit biru yang dikelilingi oleh awan yang masih melayang. Setelah Kaito meninggalkan kelasnya dan berdiam diri di bagian atas sekolahnya, tiba-tiba dia berteriak dengan nada menolak menuju ponsel yang sepertinya ada seseorang yang masih menelponnya dari tadi.

"Kaito-kun, janganlah kau berteriak begitu. Mau tidak mau, kau harus—"

"Matte Kaa-san, kenapa harus aku yang menghadiri pesta dansa yang diselenggarakan oleh keluarga Suzuki itu? Kenapa tidak yang lain saja?" protes Kaito.

"Kaa-san sedang berada di Las Vegas untuk merehat diri dulu, tapi tadi baru dikasih tahu kalau keluarga kita diundang untuk menghadiri perayaan pesta dansa itu. Tapi kan, tidak ada perwakilan lain selain kamu, kan…? Kaito-kun...," jelas Chikage dari telepon.

Kaito mengeluh panjang, memikirkan sejenak tentang ketidakhadiran Tantei-kun yang membuatnya kecewa kemarin malam. "Warui Kaa-san … sepertinya aku tidak bakal hadir ke pesta dansa," ucap Kaito sambil menolak ajakan Chikage pelan.

"Doushite, Kaito-kun? Apa ada hubungannya dengan pencurian kemarin malam?" tanya Chikage memastikan.

"Bu … bukan urusan Kaa-san deh!" seru Kaito dengan muka yang memerah dan Chikage hanya tertawa kecil dari teleponnya, membuat Kaito sedikit kesal terhadap Kaa-san-nya. Lalu mengeluh panjang kembali dan memutuskan untuk menghadiri pesta dansa Suzuki. "Iya iya, Kaito bakal hadir sebagai perwakilan keluarga Kuroba," keluh Kaito.

"Yokatta-ne Kaito-kun mau menerima ajakan Kaa-san!" Chikage hanya girang dari sambungan teleponnya dan Kaito, sementara Kaito hanya memutarkan kedua bola matanya dengan bosan. "Pesta dansanya akan diadakan Sabtu malam ini, dan Kaa-san tadi telah meminta bala bantuan untuk mengurus persiapan pesta dansa nanti. Oh, undangannya telah Kaa-san kirim ke rumahmu dan kayaknya bakal tiba sore ini," ujar Chikage.

"Haaah…? Siapa yang Kaa-san suruh?" tanya Kaito heran dengan kedua matanya menyipit sebagian.

"Oh … Kaa-san harus pergi dulu, urusan sama teman Kaa-san. Jaa-na~," ucap Chikage sebelum menutup teleponnya.

"Ma … MATTE KAA-SAN—"

*TUUUT TUUUUT* Suara klasik panjang itu menggema ke telinga Kaito berkali-kali. Kaito hanya bisa menggerutu dengan Kaa-sannya di depan ponselnya yang ber-wallpaper Shinichi dengan tidak jelas. Kemudian dia tekan tombol 'OFF' untuk menghentikan suara klasik itu, dan kembali termenung melihat langit biru yang sepertinya merasa bebas dari dirinya.

Sepertinya … dia masih saja memikirkan keadaan Tantei-kun-nya itu daripada persiapan pesta dansa yang akan dia laksanakan Sabtu nanti.

"KAITO! DISITU KAU RUPANYA!"

Teriakan sedikit cempreng yang bersumber dari pintu bagian atas, membuat lamunan Kaito buyar seketika. Dengan gerutu, dia mengarahkan kepalanya ke seorang yang memanggilnya.

"Apaan siiih…? Tinggalkan aku sendiri, dan jangan menanyakan soal tadi!" omel Kaito.

Dia mengeluh kesal dan memegang pinggangnya, "Apa maksudmu, BaKaito? Tadi aku mendapatkan E-Mail dari Chikage-basan kalau aku akan mempersiapkan semuanya untuk pesta dansa nanti!" serunya sambil menunjukkan E-Mail dari Chikage.

"HAAAAAH…? Jadi Kaa-san nyuruh kamu?" teriak Kaito menunjuknya dengan tidak percaya ke orang yang bakal mempersiapkan untuk dirinya nanti. Dia malah mengangguk girang ke Kaito, dan Kaito mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Pesta dansa … entah bakal menjadi menyenangkan atau membosankan nanti baginya….

xXxXxXxXxXx

Malam itu pun telah tiba, sebagian orang-orang yang telah diundang di pesta dansa keluarga Suzuki pun berdatangan. Semua dekorasi-dekorasi yang begitu mewah disediakan untuk memuaskan para tamu di balkon yang telah di sewa oleh keluarga Suzuki di hotel Haido. Ditambah dengan suguhan makanan dan minuman kelas satu dari pelayanan Hotel yang disediakan, dan kumpulan lagu klasik yang terdengar merdu mengisi kesepian balkon. Pesta dansa tahun ini tampaknya terlihat sempurna.

Tapi, beralih ke tempat lain. Di kediaman Kudo, Ai hanya menggerutu terhadap Hinami yang dari tadi masih mencari gaun pesta yang cocok untuk malam ini dari lemari Kaa-san-nya. Sebenarnya, Ai telah meminta izin ke pemiliknya alias Kudo Yukiko untuk meminjam sebagian gaunnya ke Hinami alias anak Yukiko sendiri yang telah Ai perbuat menjadi perempuan, sekaligus menceritakan kejadian yang sebenarnya ke Yukiko. Hinami pun akhirnya menyerah karena tidak ada gaun yang cocok baginya, apalagi … dia kan tidak mahir dalam hal beginian.

"Menyerah, Meitantei-chan?" sindir Ai selagi dia bersandar di depan pintu, melihat semua kelakuan Hinami tadi dengan menyilangkan kedua tangannya.

"Daripada kau di situ dan berdiri melihatku menderita, tolong aku untuk mencari gaun yang cocok untukku!" omel Hinami ke Ai dengan wajah kesalnya.

"Aku ingin menolongmu, tapi gomen-ne … aku harus melanjutkan pencarian data untuk membuat antidote dari efek samping itu," ucap Ai datar, lalu meninggalkan Hinami yang masih mengenakan T-Shirt yang selalu ia pakai. Hinami ingin menghentikannya, namun Ai menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya kembali ke Hinami.

"Jangan marah begitu dong, kalau aku tidak bisa menolongmu. Aku bakal memanggil bala bantuan untuk menolongmu," gumam Ai tersenyum datar.

"Bala … bantuan…?" Hinami pun heran.

Ai hanya ber-ck dengan senyuman dingin yang belum ia pudar, lalu melangkahkan kakinya untuk keluar ke kediaman Kudo, dan hendak ke kediaman Agasa-hakase. Namun di saat dia melangkahkan kakinya, Ai mengeluarkan ponsel merah mudanya dan jemarinya memainkan tombol-tombol kecil dari ponselnya. Sepertinya mengetik sesuatu dan mengirimkannya kepada seseorang. Setelah itu, dia mengunci ponselnya dan mengantonginya kembali.

"Tadaima," ucap Ai sesampainya di kediaman Agasa-hakase.

"Oh okaeri, Ai-kun. Bagaimana Shinichi-kun?" sahut Agasa-hakase yang sedang menonton TV selagi dia menunggunya dan menanyakan tentang keadaan Hinami.

"Hmph … Dia menyerah untuk mencari gaun yang cocok untuk pesta dansa yang diselenggarakan keluarga Suzuki malam ini. Lagipula, aku lagi tidak ada mood untuk mencarinya gaun yang cocok, jadinya aku telah memanggil bala bantuan untuk menolongnya." Ai hanya tertawa kecil dan menarikkan senyumannya sekali lagi setelah memberikan penjelasan kepada Agasa-Hakase, lalu berhendak menuju laboratorium bawah tanah. Namun sebelum itu—

*DRIIIIT DRIIIIT*

—ponsel yang dikantunginnya pun bergetar di kantongnya, sehingga Ai bergegas mengeluarkan ponselnya lagi, dan melirik layar ponsel yang menunjukkan ada satu E-Mail baru. Dia membuka kunci ponselnya lalu E-Mail tersebut, dan E-Mail yang ditujukan oleh Ai hanya mengetik 'O.K'. Ai hanya tersenyum tipis begitu mendapatkan balasan dari seseorang yang telah ia minta untuk menolong Hinami.

'Dia setuju, Kudo-kun. Jadi … akan ada bala bantuan yang akan menolongmu untuk perayaan pesta malam ini,' batinnya sambil dia melanjutkan pencarian data kembali di Laboratorium-nya.

.

.

.

To be Continued….


Seperti biasa, balas review sebelum omel2an dari aku/? *btw, arigatou reviewnya~ :D*

via-sasunaru: gomen-neee kalo chap sebelumnya pendek banget~ *bows* tapi, aku harap fic ini bisa memuaskanmu ya~! :D

Kuro Usagi kelinci Pengembara: maybe I can't._. and I just keep the rating become T :) and ... I still remembered about your true story based of this._.v

magicianPhantom: boro2 ane bisa bikin 4 chap sekaligus-.-" puasa 365 hari dong *eh*. diusahain deh, Vaaa~!._.b

Apdian Laruku: daijoubu desu nee~ :) hahaha begitulah KID yang digambarkan di imajinasiku kalo gaada pelengkapnya pas pencuriannya XD btw, thanks buat ucapan semangatnya :D *meskipun ada hasil yang gamemuaskan banget-.-"*

No Name xD: bukan dot tomat ... tapi dot SPAGETI! #manaadawoi eeeeeh... ketauan deng yang chap 3 *3 mat!* pendek -.-v Hinami ooh Hinami ... entahlah nenek dapet namanya darimana XDv

Dwi93Jun Takahashi Chan logout: apa gara2 pendek ya?._. gomen-nee... *bows* harap chap ini bisa memuaskanmu ya! :D

Hiragi-chan: ini diaaa... selamat menikmati! #eh

Mist Nocturnal Lilaco: emang ane bikin Shinichi dan Kaito apes dulu di awal2 XDv #sadis tapi nanti diusahain biar ga apes lagi XD

.

okeeee... udah beberapa bulan ato tahun/? aku gak ngeupdate ini...?._.a

coba2 ngelanjutin ini sebelum aku benar2 akan kembali ke aktivitas siswa alias sekolah *urgh* dan kayaknya di sini alurnya kecepatan ya?._.a gomen-nee... aku gak bisa panjang2 untuk menulis /dan kelemahanku emang pas nulis dekripsi daripada pembicaraan-_-v

dan kita tebak2... siapa yang Ai panggil untuk membantu Hinami? next chappie yaa~ #heh

.

at last, sankyuu telah membaca ini :D last word, review? :)

Jaa matta-neee~!

Love and Peace, MSN1412...