dangerouSHIRO present :

"Angel of Sorrow"

All chara own by SMent

This fanfic using MALExMALE story

You can find a lot of TYPO here!

So, if you DON'T LIKE that thing…

Make it simple!

DON'T READ my fanfic!

I DON'T NEED FLAMER OR BASHING!

( ¯ _ ¯!)

And if you don't like all pairing in this story,

Just GO AWAY!

XOXOX

… Aku tak tahu apa salahku,
aku tak tahu kenapa dia berubah. Aku tak tahu kenapa akhir yang kudapatkan seperti ini?

Aku lelah,
jika memang kau ingin mempermainkan aku…

Kumohon,
hentikan sampai disini.

xoxox

(Leeteuk POV)

Aku hanya seorang namja biasa, yang kehidupannya juga teramat biasa. Perkenalkan, aku Leeteuk- dan tentu saja itu bukan nama asliku. Aku tak dikenal dengan nama asliku, hanya beberapa orang saja yang tahu nama asliku itu.

Aku hidup dikota ini sendirian, dikota yang paling padat- dimana lagi kalau bukan di Seoul. Sudah hampir 2 tahun aku ada disini, sejak aku memutuskan pergi dari kampung halamanku.

Kampung halaman yang dimana aku hidup sendirian juga disana. Aku tak pernah punya keluarga sejak aku kecil. Aku dibesarkan disebuah Yayasan negara yang mengurus anak-anak tuna wisma seperti aku.

Dan masa-masa kecilku hanyalah sebuah kenangan pahit yang tak pantas disimpan di otakku.
Namun apa daya? Semua yang telah terjadi di masa lalu dan menjadi kenangan, tak bisa terhapus begitu saja kan?

Hidupku memang tampak menderita, tapi aku akui aku tak menganggap hal-hal lalu menjadi sebuah beban ataupun derita. Aku hidup seakan tak perduli apapun, aku hidup hanya untuk diriku dan hanya aku. Hingga aku tumbuh dewasa, menjadi seperti sekarang.

Aku cukup senang dengan hidupku saat ini.
Hingga seseorang menghancurkan hidupku hingga hancur berkeping-keping. Dan membuangku setelah aku hancur tak berbentuk.

Aku menghela nafas panjang, mencoba menghilangkan bayangan masa lalu yang kembali berputar di benakku.
Dan suara dering handphone ku sukses membuatku tersadar. Tertera nama seseorang dilayar handphone bermodel flip itu, aku segera mengangkatnya.

"Yeobseyo, Ryeowook-ah. Waeyo?" sapaku pada seseorang diseberang telepon.

Hening, tak ada kata-kata yang keluar dari bibirku saat Ryeowook berbicara.
Hingga telepon terputus, barulah aku dilanda kepanikan yang teramat sangat.

Dengan cepat, aku menutup handphone flip-ku dan berlari menuju halte bus terdekat. Namun dengan cerobohnya, aku menabrak seseorang. Menyebabkanku terjengkang, dan merasakan sakit dibagian pinggul.

Aku menengadah untuk meminta maaf sekaligus melihat siapa yang aku tabrak. Dan saat bola mata cokelat gelapku bertemu dengan bola mata kelam yang sangat tidak ingin aku lihat, membuatku membeku ditempat.

Sungguh…
Lidahku kelu. Aku tak tahu harus berbuat apa, padahal aku harus segera pergi.
Malaikatku tengah meregang nyawa, malaikatku yang malang tengah melawan maut.

Malaikatku…
Yang telah dibuang oleh sosok dihadapanku ini.

"Park Jung Soo… Benarkah ini kau?" tanya sosok itu padaku.

Kembali rasa sakit yang telah aku kubur dihatiku yang paling dalam menguar dengan bebas. Rasa sakit yang telah membuatku hancur, membuatku menderita dan merasa rendah.

"Jung Soo? Kau-"

"Aku bukan Jung Soo! Aku Leeteuk. Dan maaf, anda sepertinya salah orang." aku memotong perkataannya. Aku tak mau kalah untuk kedua kalinya dengan rasa sakit ini.

Ku tatap bola mata kelam miliknya dengan berani, namun ternyata aku tak cukup kuat. Mencoba untuk menatapnya, malah membuatku meneteskan air mata.

Air mata yang aku sumpahkan tak pernah jatuh lagi.
Namun apa? Aku ini lemah! Aku benci seperti ini.

Grep…

Lengan besarnya kini tengah melingkari tubuhku. Entah kenapa bukan rasa hangat yang kurasakan seperti dulu, malah rasa sakit yang lebih intens menyerangku lagi.

"Kau benar-benar Jung Soo. Kau Jung Soo! Oh Tuhan, syukurlah kau baik-baik saja."

Dia senang karena melihatku? Dia senang karena menemukanku? Kenapa dia bersikap seperti ini setelah ia membuangku dan malaikatku?
Kenapa?

Aku hanya diam didalam pelukannya, padahal aku ingin meronta. Tapi aku tak punya daya, tubuhku terlalu lemas.

"Jung Soo, mianhae. Jeongmal mianhae, aku selalu mencari mu akhir-akhir ini. Tapi aku tak menemukanmu, mianhae Jung Soo." katanya berulang kali.

Sungguh…
Kata-katanya amat terlambat. Aku dan malaikatku sudah terlanjur kau hancurkan.

Perlahan aku melepaskan pelukannya, "aku harus pergi Kangin-sshi…" kataku tanpa menatapnya.

"Kemana? Apa kita tidak bisa bicara dulu?" tanyanya dengan nada memaksa.

Aku menghela nafas, "aku tidak bisa! Aku harus pergi, jangan memaksa Kangin-sshi."

Aku memilih untuk beranjak, namun ia lebih cepat. Ia mencekal tanganku, membuatku kembali berhadapan dengannya.

Tangannya memegang daguku dengan kasar, membuatku terpaksa menatap kearah bola mata kelam itu.

"Apa kau sudah mempunyai kekasih lain sampai-sampai kau lebih memilih pergi?" tanyanya dengan nada memaksa dan intimidasi yang kentara.

"…."

"Benarkan kau sudah memiliki kekasih?"

Aku mencoba untuk berani. Aku menghempaskan genggaman tangannya yang mencekalku, lalu kutatap mata kelam itu.

"Itu bukan urusanmu LAGI, Kangin-sshi!" kataku dengan menekankan kata 'lagi'.

Dan saat itu juga ia membeku, dan kesempatan itu kugunakan untuk pergi.

Handphone ku kembali berdering, nama Ryeowook tertera lagi pada layarnya.
Dengan panik aku mengangkat panggilan itu, "Ne Ryeowook-ah! Aku dalam perjalanan, tolong tetap disana dan jaga Henry-ku."

Malaikatku…
Jangan pergi.
Aku hanya sendirian disini, aku membutuhkanmu.

Kumohon…
Tetaplah disisiku.
Disisi-

Umma.

XOXOX

Suasana disebuah rumah sakit sore itu tampak lengang. Tak ramai seperti biasa, karena memang belum masuk jam besuk. Tampak dari luar sosok pria berwajah cukup cantik tengah berlari masuk ke loby rumah sakit. Segera saja sosoknya dihadang oleh dua pria berbadan besar dan bertampang sangar yang berdiri didepan pintu masuk.

"Maaf Tuan, tapi sekarang belum jam besuk." kata salah satu
dari pria itu.

Leeteuk, menatap tajam pada sosok yang berbicara padanya. "Aku harus masuk! Anakku ada didalam, kondisinya kritis!"

Pria yang satunya ikut menahan Leetuk kala ia mencoba untuk kembali menerobos.

"Maaf, tapi sekarang bukan jam yang tepat un-"

"Biarkan dia masuk!"

Sebuah suara sukses membuat dua pria berwajah sangar itu serta Leeteuk serempak menoleh. Dan bola mata cokelat gelap milik Leeteuk membesar tatkala matanya merefleksikan sosok Kangin disana.

"Biarkan dia masuk, kau dengar?" tanya Kangin pada dua pria itu, seraya ia berjalan mendekat kearah mereka dan Leeteuk.
Dua pria itu bertukar pandang, dan selanjutnya mengangguk.

"Baiklah, karena tuan Young Woon yang meminta. Anda boleh masuk, tuan…" ucap salah satu pria itu.

Leeteuk tanpa basa-basi segera masuk kedalam loby, dan berlari menuju lift.

Saat lift yang ditungguny muncul, Leeteuk segera masuk kedalamnya. Saat hendak menutup pintu lift, seseorang menahannya.

"Apa ya-" perkataan Leeteuk terputus ketika sosok Kangin ikut masuk kedalam lift, dan menutup pintunya.

xoxox

Ryeowook tampak resah berdiri didepan pintu ruang ICU. Sedari tadi, sosoknya hanya berjalan mondar-mandir seperti orang bingung.

"Ayolah hyung, kumohon cepat datang!" umpat Ryeowook entah pada siapa.

TING!

Bunyi pintu lift terbuka, membuat Ryeowook tersadar dari kegelisahannya. Matanya mengarah pada lift yang terbuka, dan pemandangan yang tampak dihadapannya membuat ia ternganga.

"Hyung! Apa-apaan ini? Kenapa dia-"

Leeteuk membuat tanda dengan lambaian tangan agar Ryeowook tak bertanya lebih dulu. "Bagaimana Henry? Apa yang terjadi?" tanya Leeteuk dengan nada cemas.

"Dia kejang-kejang lagi. Bukan hanya mulutnya yang berbusa, tapi hidungnya juga mengeluarkan darah. Demi tuhan hyung, aku takut sekali tadi." jawab Ryeowook diselingi isakan kecil.
Mendengar bagaimana parahnya keadaan sang malaikat, Leeteuk berlari menuju pintu ruang ICU.
Lewat kaca kecil yang dipasang dipintu itu, Leeteuk dapat melihat bagaimana para dokter mengerubungi sebuah ranjang. Leeteuk yakin diranjang itu ada malaikatnya, disana ada belahan jiwanya, anaknya.

Ryeowook mendekati Leeteuk yang tengah terpuruk di depan pintu ruang ICU. Sosok mungil Ryeowook mencoba untuk memeluk bahu Leeteuk yang mulai bergetar. "Aku… Aku, aku tak mau dia pergi Wookie-ah. Dia- dia hidupku, aku… Aku tak mau dia pergi.." isak Leeteuk.

Ryeowook merasakan denyut sakit di dadanya saat mendengar isakan Leeteuk. Ia sangat tahu bagaimana perasaan pria itu, selama dua tahun lebih ia mengenal Leeteuk. Menemaninya tinggal di Seoul setelah pria cantik itu pergi dari kampung halamannya, pergi dari kota yang hanya menyisakan kenangan pahit untuknya. Apalagi setelah Ryeowook tahu hidup pria itu lebih menderita setelah ia dicampakkan oleh-

"Hyung! Dia, apakah dia orang yang kau ceritakan dulu?" tanya Ryeowook setelah ia sadar akan kehadiran sosok pria berbadan besar yang berdiri agak jauh darinya.

Leeteuk diam, tak mau menjawab. "Hyung!" Ryeowook memutar bahu Leeteuk, memaksa pria itu agar berhadapan dan menatapnya.

"Katakan, apakah pria itu?"

"…"
Ryeowook menatap intens pada hyungnya itu. Membuat Leeteuk terpaksa menganggukkan kepalanya.

"Demi tuhan hyung, kau gila! Kenapa kau membawanya kesini?"

xoxox

Jam menunjukkan pukul setengah delapan malam. Leeteuk telah diperbolehkan melihat keadaan Henry, setelah para dokter selesai melakukan penyelamatan pada bayi berusia dua tahun itu.

Leeteuk tampak tengah membelai rambut Henry dengan lembut, air matanya tak mau berhenti untuk menetes. Henry memang kelemahan Leeteuk, sedikit saja ada yang membahayakan bayi kecilnya, ia akan lemah. Padahal ia sendiri tahu, namja tak mudah menangis.

"Nae aegya, maafkan aku ya? Aku tak bisa menjadi orang tua yang baik untukmu. Aku hanya memberikan penderitaan padamu, mianhae." Leeteuk berujar lirih, seakan ia tak ingin ada yang mendengarnya.

"Apakah alat-alat ini sakit, sayang? Kau masih terlalu kecil, kenapa harus kau yang menderita? Kenapa bukan aku saja?"

Leeteuk menatap alat-alat yang tengah menopang hidup malaikatnya. Hatinya mencelos kala ia mendengar suara alat pendeteksi jantung, benda yang terus memberitahukan bahwa malaikatnya masih hidup.

Terlalu tenggelam dalam lamunan dan kesedihannya membuat Leeteuk tak sadar akan kehadiran sosok pria yang telah berdiri disampingnya.

"Teukie-hyung?"

Leeteuk menoleh, "Hankyung-ah? Sejak kapan kau disini?" tanya Leeteuk seraya menghapus air mata yang masih tak mau berhenti mengalir. Namja bernama Hankyung itu menepuk pelan bahu Leeteuk, mencoba menguatkannya.

"Henry kuat, hyung. Aku tahu itu. Dia tengah berjuang untukmu, jangan kau memperlihatkan air mata itu padanya." ucap Hankyung.

"Entahlah Hankyung-ah…"

Perlahan sepasang tangan Hankyung melingkari bahu ringkih milik Leeteuk, "jangan buat Henry menyesal karena telah kau lahirkan. Kuatlah hyung, untuk Henry…"

XOXOX

Leeteuk mencoba menikmati pelukan Hankyung. Pelukan namja itu memang selalu mampu menenangkannya, sebelum Leeteuk semakin terhanyut, suara pintu terbuka membuatnya segera memisahkan diri dari Hankyung.

"Apa aku mengganggumu, Jung Soo?"
Leeteuk menghela nafas panjang, "Kenapa kau masih ada disini, Kangin?" tanya Leeteuk seraya memijat pelipisnya.
Kangin menatap lurus pada sosok Hankyung, lalu menyeringai.

"Jadi dia kekasihmu, eh?"

"…"

"Apa dia yang membuatmu tak mau berbicara padaku lagi?" tanya Kangin, kata-katanya menyiratkan ketidak sukaan. Leeteuk tak menjawab, begitu juga Hankyung. Melihat dua pria dihadapannya hanya diam membisu, Kangin semakin gencar.

"Kalian menjijikan se-"

PLAK!

Tamparan telak dari Leeteuk membuat Kangin terdiam. Wajahnya tertunduk, pipinya pun terasa panas. Leeteuk menyeret Kangin keluar dari ruang rawat Henry, "apa mau mu sebenarnya Kangin? Kenapa kau hadir lagi dihadapanku? Kau mau mempermainkanku lagi?"

"…"

"Tak tahukah kau kalau luka disini masih basah walaupun

sudah dua tahun berlalu, Kangin?" Leeteuk memukul dadanya, mengisyaratkan pada sosok dihadapannya bahwa ada rasa sakit tak tergambarkan disana.

Kangin terdiam, tak tahu harus berkata apa. Perlahan matanya merefleksikan bayangan Leeteuk yang bersimpuh padanya. Kangin memandang intens pada sosok cantik dan rapuh seorang Leeteuk.

Leeteuk terduduk dilantai, air matanya kembali menetes tanpa suara. "Kumohon pergilah dari hidupku, Kangin. Kumohon… Jangan ganggu aku lagi."

Kangin masih diam. Sosoknya seperti merasakan deja vu kala melihat Leeteuk yang duduk bersimpuh dihadapannya. Ya, ia merasa kejadian saat ini terasa seperti dua tahun silam. Namun yang berbeda adalah-

"Dulu aku memohon padamu untuk tidak meninggalkanku, Kangin. Tapi sekarang, kumohon pergilah…"

Dan kata-kata Leeteuk itu membuat Kangin merasakan sesuatu yang asing. Ia merasa ada yang menyilet hatinya kala mendengar perkataan Leeteuk, "kenapa? Kenapa kau mau aku pergi, Jung Soo? Apa kau sangat membenciku hingga kau memohon padaku untuk tak muncul lagi?"

"…"

Kangin menerawang pada pintu ruang ICU, dimana didalam sana terlihat sosok Hankyung yang tengah menjaga Henry. "Atau karena ada dia?"

xoxox

"Hyung? Gwenchana?"

Suara Hankyung membuyarkan lamunan Leeteuk. Setelah berbicara dengan Kangin beberapa saat yang lalu, membuat perasaan Leeteuk kacau. Namja berwajah malaikat itu tak menyangka, kenapa ia harus bertemu dengan Kangin lagi. Padahal dia sudah berhasil membuang dan mengubur kenangan pahit yang diberikan pria itu padanya.

Hankyung memilih duduk disamping Leeteuk, namun namja itu tak berniat untuk bicara sedikit pun. "Aku harus bagaimana, Hankyung-ah? Aku harus bagaimana?" tanya Leeteuk.

"…"

"Kenapa dia kembali, disaat seperti ini?"

Hankyung menghela nafas panjang, "siapa dia hyung?"
Leeteuk tak menjawab, matanya hanya memandang kosong kedepan. "Ceritakan saja hyung…"

Leeteuk mendesah panjang, mencoba melonggarkan pikirannya yang kalut. "Dia Kangin, nama aslinya Kim Young Woon. Aku bertemu dengannya ketika…"

xoxox

[FLASHBACK, with Leeteuk POV]

Gwangju, April 2008…

Setelah aku keluar dari rumah Yayasan negara, aku memilih untuk tinggal dan bersekolah di dormitory school khusus laki-laki. Aku bisa masuk ke sekolah ini karena mendapat beasiswa, dan aku sudah memasuki tahun terakhirku ditempat ini.

"Jung Soo, Seonsangnim memanggilmu."

Aku menoleh, dan tersenyum pada temanku satu kamarku… Lee Donghae. Dia juga merupakan Hoobae ku.

"Ne, Hae-ah. Aku akan segera kesana!" jawabku. Segera saja
aku keluar dari kelas, menuju keruang seonsangnim. Namun baru setengah jalan aku menuju ke kantor, aku menemukan sosok namja berbadan besar dan tinggi tengah duduk di anak tangga menuju ruang laboratorium.

Dimakan rasa penasaran, aku mendekat pada sosok itu. "Hei! Kau kenapa ada di- MWO? Kau MEROKOK!" aku kalap kala melihat sebatang rokok tengah bertengger manis dibelahan bibirnya. Sosok itu tampak tak perduli dengan kehadiranku, ia malah asik menghisap rokok itu didepanku.

"Uhuk… Uhuk… Hei, kau tidak boleh merokok disini. Uhuk!" sial, aku paling tidak kuat dengan asap rokok. Dan kenapa dia malah menghembuskan asapnya kearahku?

Sosok namja tak dikenal itu akhirnya membuang puntung rokok yang baru terbakar setengah itu ketanah, lalu matanya yang kelam menatapku tajam. "Kau, BERISIK SEPERTI YEOJA!"
Dan sosok itu? Berjalan meninggalkanku yang masih dalam keadaan syok.

xoxox

Aku, Park Jung Soo. Namja yang biasa, dan terkesan lemah seperti…

"Jung Soo, kau ini yeoja ya? Ckckck… Bahkan dirimu lebih cantik dari yeoja. Hahaha!"
Ya, begitulah.

Aku lemah seperti yeoja. Penampilanku yang terkesan tidak mewah dan melarat, membuatku menjadi sasaran bully yang empuk. Dan kacamata minus yang amat sangat tebal ini membuat semua ejekan menjadi lengkap.

"Hei kau, namja seperti yeoja yang cerewet kemarin! Kesini sebentar."

Aku mendesah pasrah, suaranya lagi. Sungguh aku muak dengannya, sejak kejadian kemarin dia selalu menjadikanku sebagai bahan ejekan.

"Kau tuli, eh? Kubilang kesini!"

Melihatku yang tak menurutinya malah membuatnya marah. Akhirnya aku berbalik dan berjalan kearahnya, "ada apa Kangin?"

Dia menatapku lama, lalu menyeringai. "Buka bajumu!"
APA? Dia benar-benar gila! Kenapa dia menyuruhku melakukan hal itu?
Dia keterlaluan…

T B C

My 1st KangTeuk~~~ ^^v

Semoga aja jalan ceritanyaberkenan.

Ga perlu banyak cincong deh…

So?

Mind to leave me some review?

But…PLEASE BE KIND!

Pernah publish di WordPress Run Maharani,

but this fict is MINE!