Naruto© Masashi Kishimoto

Rate M for scene yang nyeleneh dan dialog yang tidak kalah nyelenehnya (terutama di chapter dua nanti).

Semi-canon. AR. Two-shot. Typo(s). OOC. 6A; alay, autis, absurd, abstrak, ambigu, dan author cuakep (?). *digebukin massa gegara nyolong jemuran (?)*
For event iseng "Triple AH!" alias "AH, AH, AH!" a.k.a. "Akatsuki Halloween, Akatsuki Heboh, Akatsuki Humor!". #muntahberlian

DLDR! I've warned you :)


Trick or Treat, Mas Bro?

.

.

"MEHEHEHEHE!"

Sembilan makhluk yatim piatu yang sedang berkumpul untuk merayakan hari Lebaran yang tertukar sejak negara api menyerang (?) terkaget-kaget oleh suara tawa ala profesor sinting yang bergema di setiap sudut tempat mereka bersembilan berada saat ini. Bahkan ketupat yang telah tersaji langsung berubah menjadi lontong plus sayur. Ada apa gerangan?

"Buset, un! Tawanya Leader-sama berubah lagi, un! Perasaan kemaren malem masih setia ama tawanya 'Spongebob Pierchingpants', un," tukas Deidara heran. Tanah liat bentuk ketupatnya telah menjelma menjadi kalkun goreng (?).

Keheranan Deidara patut dibahas, wahai pembaca yang budiman dan tolong budidayakan kayang sebagai tradisi juga sebagai salah satu dari keajaiban dunia persilatan, yah, ceman-ceman.

"Ga perlu, un. Gua ga peduli, coy, un! Minggir lu, Gembel, un! Ngetik jangan di sini napa, un!" protes Deidara sambil menendang seorang perempuan berambut hitam panjang yang sedang mengunyah cumi-cumi bakar ke dalam tong sampah.

"Menurut gua, sih, Leader-chan lagi ngerencanain something, Dei," celutuk Itachi yang muncul tiba-tiba di sebelah tong sampah berbentuk piramida itu.

"Something is sesuatu, Chi!" jerit Kisame horor begitu mengingat seorang shinobi dari entah-di-mana-gakure yang bersenjatakan bulu mata palsu (?) yang pernah menyerangnya dulu saat dia mendapatkan misi menciduk angkot berpenumpang serba rok mini (?). Setelah kejadian tersebut, dia mulai sering berhalusinasi jorok setiap menghadapi kedipan mata siapa pun.

"Ga usah alay, Kis. Gua cium, memble lu," tantang Sasori yang mulai gerah dengan tingkah Kisame belakangan ini. "Jijik," lanjutnya.

Hidan yang sedari tadi begitu khusyuk membaca review berupa flame di akun kipasfiksi(dot)net miliknya segera memutar kepalanya menghadap Sasori. "Wah, ati-ati lu, Sas. Ntar di-Raikiri ama pacarnya Kisame baru nyahok."

Konan dan Kakuzu yang sibuk dengan kegiatan masing-masing mendadak teringat suara-suara menggairahkan yang pernah mereka dengar di kamar Kisame kira-kira beberapa hari lalu. Contohnya seperti "ah", "uh", "ih", "preett", "broot", "enyak!", "lagi", "masukin", "kentut lu bau", "gak, gak, gak kuat" dan "Majalengka digoyang!" (?). Memikirkan hal itu, mereka berdua kompak muntah bareng di dalam kerangkengnya Zetsu.

"SENPAI! LEADER-SAMA DATANG, TUH! JANGAN BERISIK!" jerit Tobi semangat dengan maksud mendiamkan senpai-senpai-nya, yang dipelototi dengan tatapan 'elu-yang-berisik-goblok!' oleh yang lainnya.

Selagi Tobi yang sedang asyik dihajar ramai-ramai oleh senpai-senpai-nya, Pein mendadak muncul dari bawah tanah. Wah, ini acara "Tukar Jutsu"?

"Oi, ngapain lu pada? Tobi udah macam beruk pun kalean gebukin, parah." Pein menyeruak di tengah-tengah acara penghajaran massal itu. Alhasil dia pun turut disiksa, tindikan-tindikannya ada yang dicabuti, ada juga yang ditempa menjadi keris, tombak, dan pedang (?). Dan matilah dia.

Tamat.

.

.

"Kampret! Enak aja gua dibikin mati begini!"

Pein belum meninggal ternyata. Malahan dia telah berancang-ancang mengeluarkan jutsu andalannya. "Chiba Mamoru! Eh, maksud ane Chibaku Tensei!" ucapnya lantang sambil mengoreksi kesalahannya menyebut nama karakter favorit-nya dari fandom sebelah. Kebetulan dia terinspirasi dari kekuatan bulan milik pemeran utama fandom itu (?).

Kesembilan bawahan Pein—bukan celananya, loh—langsung tersedot bagaikan tinja ke sebuah bidang hitam di tengah-tengah ruangan itu, segala perabot dan perkakas rumah tangga dibayar nyicil plus kredit sama Kakuzu (?) juga tak luput oleh hisapan jutsu milik Pein. Semua benda dan anggota Akatsuki yang terhisap mulai berbentuk sebuah bulatan raksasa bagaikan bulan yang body-nya bentol-bentol. Dan makhluk gembel yang sempat dibuang oleh Deidara tengah sibuk berjuang mengabadikan momen fenomenal ini ke dalam sebuah tulisan sambil menahan tarikan gravitasi jutsu Pein itu.

"Mehehehehe!" tawa Pein laknat. "Oi, yang lagi ngetik! Nyerah aja, Bray!"

Oh, tidak bisa. Lagipula, si Pein lupa, ya, kalau partner-nya ikut tersedot?

"Alamak!" Pein menepuk jidatnya. "KONAN!"

Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka? Apakah Pein akan dikebiri oleh Konan? Atau keperawanan Pein akan dijajakan dengan harga murah pada petinggi-petinggi kerajaan bumi (?)?

Tanyakan pada si pengunyah cumi-cumi bakar yang sedang melakukan hal maksiat dengan laptop-nya sambil menggelinjang di dalam tong sampah.

Ngik!

###

"Ampun, Konan! Ampun!"

Teriakan minta ampun dari penggila Chiba Mamoru itu terdengar berkumandang di seantero hutan. Pein sedang digantung terbalik di atas pohon beringin yang terletak di depan goa markas Akatsuki hanya mengenakan boxer berenda pink bermotif polkadot. Kawaii, deh! Sisa anggota akatsuki menyoraki Pein dari bawah, memakinya, menyumpahinya, menghinanya, mengutukinya, memanggangnya, membakarnya, menyumpahinya, mengutukinya, memakinya, memanggangnya, menghinanya, meng... oke, ini memang cuma diulang-ulang! Jangan sambit si gembel!

Ehem!

"Leader sialan!" maki Sasori.

"Emang sialan, un!" pungkas Deidara.

Hidan yang sibuk menggrepe-grepe handphone-nya yang berlayar gesek (?) turut berkomentar, "Leader bangsat! Bajingan! Brengsek! Somplak! Sontoloyo! Gua kutuk lu jadi babi ngepet!" Kakuzu kontan menusuk bokong Hidan menggunakan tombak hasil tempahan besi Pein tadi, sedangkan Hidan hanya dapat menggelinjang keenakan diperlakukan seperti itu. Memang, sih, Hidan menikmati kesakitan. Tapi dari bagian itu? Euh!

Pein meronta-ronta, menggeliat, kejang-kejang, dan menari perut dalam keadaan terikat. "Bukan maksud diriku, melukai hatimu, Konan," ujar Pein (sok) puitis. Matanya memancarkan sorotan bling-bling kinclong dengan efek bintang-bintang kecil, di langit yang biru~

"Tapi aku juga wanita, yang ingin merasakan cinta, un~" celutuk Deidara menyambungi kata-kata Pein yang asli copas dari lirik lagu girlband favorit-nya. Alhasil dia dihajar oleh Sasori dan Itachi yang ternyata turut menghayati rayuan Pein tadi.

"Lepasin gua, puhlease! Ada yang mau gua umumin ke elu pada! Impoten!" Mendadak Pein dipelototin oleh Zetsu. "Oi, Gembel! Zetsu kenapa, sih? Ada apa ama kata 'Impoten'?" tanya Pein dengan tampang bingung.

Kalau mau jujur, sebenarnya ada sesuatu antara Zetsu dengan salah satu kunoichi dari Konoha baru-baru ini. Menurut buku Sarutotang Sutarzen, sehancur-hancurnya seekor Zetsu, tetap memiliki hati juga. Zetsu itu... *sebagian text hilang dikenyot Zetsu (?)*

"Important, maksud lu?" tanya Kisame. Pein yang ditanyai olehnya tidak menjawab.

Why?

Karena Kisame menggunakan leher Pein sebagai ayunan!

Ngek!

Saudara yang terkasih, di sini di tanah ini terbaring saudara, kekasih, teman, sahabat, musuh, pembantu, tukang palak, om mesum, pengedar racun tikus, jambret, rampok, tukang intip, dan lain-lainnya, Pein.

"Kentut! Ane belum mati! BELUM MATI!"

Seluruh anggota Akatsuki minus Pein langsung kabur tunggang-langgang, termasuk si gembel yang menenteng laptop seken juga segalon koka kola (?). Pein hanya mendengus kesal diperlakukan bagai mayat sampai dua kali.

Lelah. Pein lelah diperlakukan seperti itu. Cukup sudah. Dia sudah tak sanggup lagi memimpin gerombolan tak berperi-ke-pierching-an(?) itu. Buru-buru dia ke kamarnya, mengemasi barang-barang miliknya berupa seratus eksemplar majalah dewasa serta pakaian dalam milik Konan untuk jaga-jaga kalau dia butuh... penyamaran? Merasa telah selesai mengepaki semuanya, dia beranjak ke meja belajarnya (?), mengambil sebuah kertas dan pena. Pein menulis sebuah surat perpisahan sebelum dia pergi dari goa terkutuk dan lembab ini, pergi dari kehidupannya sebagai seorang leader, dan berubah menjadi Pein yang baru. Pein akan pergi mencari orangtua yang telah menukarnya semasa bayi (ngik!).

"Ga perlu ketawa, Gembel!" makinya pada si gembel yang bergelantungan di atas lampu gantung kamarnya sedang mengamatinya. Pein tidak habis pikir, itu sebenarnya makhluk apa dan dari mana? Ninja-kah? Mata-matakah? Atau hidung-hidungkah? Mungkin. Who knows?

Pein hendak mulai menulis tatkala si gembel terus-menerus mengusiknya, dimulai dari melemparinya dengan biji kacang, sampai golok. Mulanya dia tak peduli, toh masih ada yang harus dikerjakannya. Tapi lama kelamaan pepatah yang mengatakan bahwa "Orang sabar bokongnya melar" tak berefek padanya. "Behel! Turun ga lu! Ane kepret lu!" makinya murka sambil berusaha menarik turun si gembel.

Sementara Pein sibuk bermesraan dengan si gembel, sisa anggota Akatsuki lainnya terlihat sedang membenahi ruang tamu yang tadi dihancurkan oleh Pein. Sasori dan Itachi membuangi perabotan yang rusak, Konan dan Zetsu menyapu, Tobi dan Kisame memperbaiki dinding serta lantai yang hancur, Kakuzu dan Deidara mengepel.

Hidan? Sedang sibuk mengutak-atik handphone-nya, mengirimkan pesan balasan atas flame yang diterimanya.

Krik... krik...

"Leader-sama bikin orang cape aja, un. Dikira ga ribet ngeberesin beginian, un? Huh, un." Deidara mendengus, bukan karena kesal tapi karena sapu penuh debu yang disodori oleh Zetsu padanya. "Jorok, un!"

Itachi menggunakan Sharingan-nya untuk memindahkan sofa batu yang hancur ke Somalia, dan Sasori hanya dapat berdecak kagum. "Yang beginian ngingetin gua ama kejadian taun lalu, loh ya," gumamnya pelan.

Mendadak hening. Hanya terdengar suara bersin Tobi dan racauan kesalnya Hidan saja di tengah kesunyian ini. Itachi jadi salting (salto terus terbanting (?)) dan bertanya dalam hati, emangnya gua tadi ngomong apaan ampe hening begini?

Mulai, deh, penyakit amnesia. Ketularan temennya si gembel, nih, kayaknya!

"Halloween taun lalu? Oh...," ucap Kakuzu memecah keheningan.

Deidara, Tobi, Sasori, Konan, Kisame, dan Zetsu buru-buru berkumpul, membentuk lingkaran mengelilingi Hidan—yang mulai mengamuk gara-gara flame dan menghantam handphone-nya sampai remuk ke lantai. Itachi ikutan nimbrung setelah mengirim perabotan terakhir ke Zimbabwe dengan Sharingan. Kakuzu sendiri ditarik paksa oleh Tobi untuk meramaikan lingkaran itu.

Nah, kalau sudah begitu tinggal nyalakan saja apinya! Bakar Hidan!

.

.

"Memangnya Halloween taun lalu ada apaan, Senpai?"

Itachi, Sasori, Kisame, Deidara, dan Konan memelototi Tobi yang masih memamerkan wajah bengong—dari balik topeng, tentunya. Zetsu sibuk mengejar lalat, dan Kakuzu menghitung kerugian yang harus ditanggung oleh Pein.

Hidan? Menangisi nasib tragis handphone yang dibantingnya tadi.

Krik... krik...

Tahun lalu kan...

"OI! Ini orang gembel muncul dari mana, sih!" Sasori mangkel, kesal juga dia dengan kemunculan makhluk yang datang tak diundang tapi kalau pulangnya selalu ngotot minta diantar itu.

Konan yang pada dasarnya baik hati langsung menampol pipi Sasori dengan origami berbentuk landak (?). "Bawel, ye! Udah kayak emak-emak ga dapat diskonan aja lu!" Sasori langsung mingkem, sementara si gembel duduk di antara Konan dan Kisame sambil terus mengetik.

"Jadi..." Itachi mulai buka celana dan Sasori nosebleed akut melihatnya. Cepat-cepat dia memakai celananya kembali. "Buabhi! Membuka percakapan, bukan buka celana, Gembel!" makinya kemudian menoyor kepala perempuan jejadian itu. Yang ditoyor cuma menyeringai (sok) imut.

"Taun lalu markas kita diserang ama shinobi-shinobi dari Konoha juga Suna," kata Zetsu.

Itachi keki. "Itu yang mau gua bilang tadi," ujarnya sambil menahan amarah. "Anyway, mungkin kita perlu me-refresh sedikit kejadian taun lalu."

"Maksud Senpai, di-plesdisk, ye?" celutuk Tobi inosen.

"Plesbek, Tobi, un! Bukan plesdisk!" Deidara mulai kehilangan kesabaran.

Beberapa orang mulai marah, contohnya Itachi dan Deidara. Yang seperti itu tak patut ditiru, ceman-ceman. Juga jangan tiru kelakuan Zetsu yang menyerobot perkataan orang (Zetsu: Sempak! Pitnah!), yah. Kelakuan Sasori juga lebih tak patut. Tirulah Konan yang membela manusia yang lebih lemah, juga Kakuzu yang rajin menabung (Kakuzu: Pelit pangkal kaya!).

Kisame? Gelundungan di lantai karena dehidrasi.

Hidan? Dugem di tengah lingkaran (baca: duduk gemeteran).

"Tapi Tobi ga ingat, nih. Emangnya taun lalu ada apaan, sih?" tanya Tobi (lagi).

Karena sudah tak dapat membendung kekesalan yang membuncah, Itachi kembali membuka celana. Kali ini celana beserta boxer ungu dengan garis-garis vertikal kuningnya turut terbuka—secara tak sengaja.

Hasilnya?

Sasori kembali nosebleed. Deidara terjengkang dari duduknya. Tubuh Konan berhamburan ke mana-mana. Kisame keselek ludah sendiri. Zetsu nungging. Topeng Tobi retak terbelah. Kakuzu menyelipkan beberapa uang ratusan ribu Ryo ke sela-sela paha Itachi. Dan Hidan... siap untuk menculik Itachi menuju dunia penuh petualangan di dalam kamar (?).

Yak! Dua peserta ter-eliminasi!

###

Setelah kepergian Itachi dan Hidan, tinggallah Sasori, Deidara, Kisame dan Zetsu. Loh? Tobi, Konan, sama Kakuzu ke mana?

Konan tak tahan dengan ke-ababilan perkumpulan, memutuskan untuk tidur siang saja selama-lamanya. Kalau Tobi tak sanggup mangkal lagi karena persedian topengnya sudah habis. Sedangkan Kakuzu mengatakan bahwa shift ngondek tengah hari telah dimulai.

"Nah, loh. Ga ada Konan yang belain lu lagi, hayo! Nang ning, ning nang ning nung~" ancam Sasori—kalau itu bisa di-kategorikan sebagai ancaman—pada perempuan gembel yang tiduran di paha Kisame sambil tetap mengetik.

Belum tahu aja si Sasori kalau perempuan itu memegang hak dan kuasa penuh atas nasib serta masa depan keperjakaannya dalam kelangsungan fanfic ini.

"Wha—apa-apaan! Gua baru tau yang beginian!" teriak Sasori histeris. Dengan wajah horor dia melirik Kisame yang memberinya tatapan 'sori-bro-nasib-gua-juga-ga-kalah-tragisnya'. Tampangnya langsung berubah, bagai kembaran waria di sudut Konoha yang diciduk pasukan Anbu, miris! "Ampun!" mohonnya sambil sembah sujud dan membenturkan jidatnya ke lantai.

"Sasori-danna, un, gua ama Zetsu mau pergi nyari belalang sembah dulu buat ngasih makan burung gua (?), un." Deidara berdiri dari duduknya, diikuti oleh Zetsu. "Oi, Pangkalan Truk Tinja, un! Ikut kaga, un?" Dia menunjuk hidung Kisame.

Kisame keki, tapi mau tak mau terpaksa ikut. Dia baru ingat kalau stok makanan ikannya sudah habis kira-kira dua hari lalu. Kemarin saja dia dan ikannya cuma makan cacing kremi (?). Di mana pacar Kisame? Jounin Konoha itu sedang menjalani sebuah misi menyegel Pai Su Cien a.k.a. siluman ular putih dari Cina.

"DADAH, DANNA, UN!" Deidara pergi meninggalkan dunia bersama Zetsu dan Kisame.

Peserta berkurang tiga!

Tinggallah Sasori yang mulai gelisah akibat ditatapi oleh si gembel. Perasaan tidak enaknya terbukti saat tiba-tiba saja tanpa peringatan apa pun tubuhnya melakukan goyangan patah-patah. Saking profesionalnya, terdengar suara tulang yang patah benaran dari tubuhnya. Lima jam bergoyang tanpa henti barulah dia lemas, dan terjatuh mengangkang di atas lantai yang masih banyak lubang-lubangnya.

Akasuna no Sasori, gugur.

###

Hmmm... sepi. Akatsuki entah sudah bubar ke mana.

Pein, masih di kamar merangkai untaian kata-kata untuk menulis sebuah surat perpisahan yang dari tadi tidak selesai-selesai (Pein: Bising!). Itachi dan Hidan masih sibuk membuat kebisingan di sebuah kamar. Kalau didengarkan secara seksama, pasti suara-suara semacam "oh, yeah!", "oh no!", "aw", "really-really love you", "asek~", juga "tarik mang!" terdengar dengan jelas.

Lain lagi dengan Tobi. Dibandingkan Konan yang masih terkapar sekarat (baca: tidur siang), Tobi sendiri sudah memecahkan barang-barang pecah belah untuk dijadikan topeng barunya. Tapi jangan harap itu semua gratis. Ada Kakuzu yang selalu stand by di mana pun untuk menghitung segala jenis kerugian di markas Akatsuki walaupun dia sedang mangkal di depan gerbang Konoha, menjalankan shift ngondek siang ini.

Trio KisaDeiZetsu (Dei: Oi! Gua ogah di tengah!) sedang menjalankan sebuah misi mencari belalang sembah. Lalu Sasori... meninggal.

"Gua be-belum... mati... tolol...," racau Sasori. Tubuhnya yang masih terbaring mengangkang itu ditusuk-tusuk menggunakan jarum suntik oleh si gembel. "Sakit... Emak... tolong."

Memangnya si Sasori hilang ingatan, ya, kalau ibunya sudah meninggal?

"Iya dah, apa kata lu aja. Gua mau balik kamar a—"

Sebaiknya Sasori tinggal di sini sebentar, karena cerita mengenai kejadian setahun lalu belum kelar daritadi. Fuh, seharusnya dari awal ini diceritain oleh Pein tadi tapi kenapa jadi begini! Dasar Akatsuki itu sakit jiwa!

Sasori mengerang perlahan dan mencoba untuk duduk. "Gua ga sakit... jiwa, Be—"

Anyway, kejadian setahun lalu tepatnya tanggal 31 Oktober bertepatan dengan hari Halloween. Siapa, sih, yang tidak tahu dengan Halloween, hah? Tentu saja tidak ada yang tidak tahu. Bahkan shinobi-shinobi dari Konoha dan Suna pun merayakan hari itu. Mau tahu siapa yang tidak tahu hari itu? Jawabannya sudah pasti Akatsuki-lah!

"Oi! Gua tau, ye!" bantah Sasori tidak terima. Dengan kesal dia mencoba untuk membunuh si gembel, tapi apa dikata. Dia kan sedang mengalami patah tulang—atau cocoknya dibilang patah sendi boneka (?)—akut. Mau tak mau, yah, dia hanya bisa mengangkang kembali di lantai.

Setahun lalu tepat jam tujuh malam, markas Akatsuki di-bombardir oleh kehadiran berbagai macam Shinobi. Pertama adalah kedatangan Sasuke.

"Trick or treat, Aniki," kata Sasuke yang waktu itu menggunakan kostum dari pemeran utama dari fandom sebelah, fandom "Kuroshitsuji".

"Sori, ga ada receh," jawab Itachi. Alhasil dia pun di-Chidori oleh Sasuke.

Begitu juga yang lainnya. Guy dan Lee yang berkostum cheerleader menghajar Kisame. Konan di-Jyuuken oleh Neji serta Hinata yang berkostum Sadako. Terus ada juga Kakashi dalam kostum Sephiroth yang mencari Kisame, tapi oleh Deidara dibilang kalau Kisame sedang menemani om-om. Jadilah Deidara di-Raikiri.

Belum lagi Naruto dan Sakura yang masing-masing menjadi orang bule (?) berhadapan dengan Pein dan Sasori. Bukannya diberi permen malah digoda, sudah pasti itu dua makhluk di-Rasengan oleh Naruto. Sakura, sih, melancarkan Oukashou-nya (taijutsu; tangan Sakura diselubungi dengan chakra, kemudian ditinjukan ke tanah). Dan... retak-retak, dah, itu goa.

Jangan lupakan Zetsu yang dihajar mati-matian oleh Kiba—yang berkostum Akamaru, dan Akamaru—yang berkostumkan Kiba, juga Tenten yang menjadi cinderella. Eits, tidak lupa juga Kakuzu yang di-bully oleh Rapunzel Ino juga uncle Gober alias Chouji. Dan lagi-lagi Hidan di-Kagemane oleh Shikamaru yang berkostum rusa Santa (?). Setelah itu, Tobi dikeroyok oleh serangga-serangga milik Shino yang menyamar menjadi ninja (?). Semua kekacauan dan ke-babak beluran itu tak terhenti di situ saja.

Datanglah Kazekage Suna, Gaara, yang ternyata turut merayakan Halloween. Dengan kostum panda, dia disambut oleh sepuluh makhluk Akatsuki—lengkap dengan segala babak belurnya. "Trick or treat, Mas Bro?"

Kesepuluh Akatsuki itu kompak berteriak, "MATI AJA, LU!" Setelah berteriak seperti itu, barulah mereka menyadari kesalahan mereka, karena Gaara di hadapan mereka sudah mengendalikan semua pasir di tanah kemudian menenggelamkan markas mereka.

Siapa yang menyangka bahwa kebegoan mereka membuahkan hasil yang tidak menyenangkan? Hah! Lagian siapa juga yang mau memberikan toleransi pada mereka, pada Akatsuki yang aslinya nista begini?

"Cih. Ogah gua."

Begitu kira-kira tanggapannya Uchiha Sasuke, 16 tahun, genin dari Konoha. Ngomong-ngomong, sudah berusia segitu kenapa masih genin, sih? Tidak becuskah menjadi seorang shinobi?

DUAR!

Terlihat sesosok pemuda berambut hitam legam dengan iris onyx muncul dari kepulan asap di dinding yang berlubang. "Siapa yang ngatain gua ga becus jadi Shinobi, hah!"

Kalau tidak salah, yang tiduran itu yang mengatakan hal itu. Hmm, memang susah rasanya berada di markas ini. Sepertinya sudah saatnya untuk mengakhiri chapter pertama ini. Dan, Sasuke, jangan lupa untuk menambal dinding yang rusak itu.

"Okelah," jawab Sasuke yang tengah menghajar Sasori.

"GYAAA!"

~tbc~

.

.

Pojok Penggemar (?):

Mbeeek~ Chapter satu kelar juga, cuma pemanasan saja, sih. Besok jangan lupa pantengin chapter dua, sudah disiapkan! Heah! Btw, lanjutannya lebih panjang pula. =="

Nb. Entah kenapa ada saya yang nangkring dengan codename "gembel". *ngik*