Apa kabar? Jumpa lagi dengan author termager sejagad fandom Cassiopeia Indonesia. Saya. :))

Sudah 6 tahun 5 bulan lamanya kita ga ketemu. Akhirnya hari ini author bisa mengunggah chapter baru yaitu chapter 32.

Dalam waktu 6 tahun ini author tahu readers banyak yang lupa FF ini. Jangankan readers, wong authornya sendiri juga lupa (ga apdet) FF ini.

Tolong abaikan missing link dan plot hole di sana sini. Udah hampir lupa sama ceritanya jadi author harus baca mulai awal lagi.

SELAMAT HARI RAYA DAN SELAMAT MEMBACA


The small simple lies poison everything

One by one killing the memories


東方神起

"Tidak.. tidak.. tidak.." Sang leader menggelengkan kepala. "Tidak akan ada yang bermain atau minum apa pun di sini. Aku mengundang kalian semua untuk makan malam—" Dia memandang seluruh wajah anggota grupnya..

... dan mantan anggotanya. Sebetulnya bukan dia yang mengundang Jaejoong tapi member-nya. Bahkan tadi Changmin sedikit memaksanya supaya memperbolehkan mantan anggotanya itu ikut makan malam. Sialan. Tidak tahukah mereka jika sekarang hatinya berdebar tidak karuan.

Dengan cepat dia mengalihkan pandangan ke pojok ruangan. "Aku mengundang kalian ke sini bukan untuk membuat keributan."

Ketiga orang paling muda di ruangan itu saling melempar pandangan penuh kekecewaan. Apa yang harus mereka lalukan sekarang?! Padahal tujuan mereka bertiga mengadakan permainan dan minum adalah untuk mencairkan suasana.

Suasana di ruang tamu yang luas itu terdengar hening. Rasanya tidak ada orang yang berani bernapas. Hanya suara detak jarum jam dinding antik yang terdengar. "Ayo, kita semua harus makan malam."

Si pemilik apartemen kembali bersuara. Kali ini pandangannya lurus ke arah mantan member grupnya—seolah juga mengajak Jaejoong untuk turut serta. Kelakuan itu tidak luput dari tiga pasang mata tajam milik anggotanya: Yoochun, Junsu, Changmin. Diam-diam mereka bertiga saling berpandangan.

Yoochun bersuara, "Ayo kita makan, noona," ajaknya kepada Jaejoong seolah dia adalah tuan rumah. Yang diajak hanya mengangguk. Yoochun berjalan duluan ke ruang makan Yunho. Junsu mengekori di belakangnya.

Mereka berlima makan dalam diam. Suasana terasa sangat canggung. Jaejoong seolah menelan bongkahan batu alih-alih makanan. Bagaimana pun juga, sudah setahun lebih dia tidak bertemu dan berkomunikasi dengan mereka berempat. Mereka seperti sekumpulan orang asing sekarang. Biasanya, ketika masih aktif di grup, Jaejoong-lah yang selalu meletakkan makanan di piring-piring keempat temannya jika waktu makan tiba. Sekarang semua mengambil makanan sendiri-sendiri. Tidak ada lagi suara Junsu dan Changmin yang berebut makanan.

Selesai menyantap makanan utama, tuan rumah menyuguhkan kue cokelat dengan topping es krim vanila sebagai makanan penutup. Makanan kegemaran yang tidak bisa sembarang kusantap ketika masih aktif karena aku berada dalam diet ketat sepanjang saat, batin Jaejoong dalam hati. Dia menyuap kue cokelatnya dengan tenang. Diam-diam pandangannya menyusuri isi apartemen. Lay out ruangan hampir identik seperti apartemen miliknya. Bedanya, apartemen ini dirancang minimalis.

Jaejoong melihat ketiga dongsaeng-nya sudah menghabiskan dessert mereka. Dia juga cepat-cepat menghabiskan kuenya yang tinggal tiga suap lagi. Es krimnya sendiri sudah meleleh kemana-mana. Setelah ini aku bisa berpamitan pulang, begitu pikirnya. Karena terburu-buru mengunyah, kue cokelat kegemarannya masuk ke tempat yang salah—saluran pernapasan, bukan saluran pencernaan. Wanita berambut hitam pendek itu terbatuk-batuk. Tenggorokannya terasa tercekik.

Suara kursi diseret terdengar kencang. Ketiga dongsaeng itu menoleh untuk mendapati leader mereka sudah berjongkok di sisi kursi Jaejoong dan memberinya segelas air. Sejak kapan Yunho meninggalkan kursinya?

Skinship yang dulu jarang sekali mereka lihat ketika off camera—sekarang terjadi tepat di depan mata mereka bertiga. Tangan Yunho memijit-mijit tengkuk Jaejoong sementara wanita itu minum segelas air lantas batuk-batuk lagi. Wajahnya agak memerah. Lalu sang tuan rumah mengambilkan segelas air lagi untuk tamunya. Jaejoong masih berusaha mengatur napas. Perlahan tenggorokannya sudah tidak tersedak lagi. Yunho masih memijit tengkuk wanita itu dengan perlahan—tidak sadar jika mereka berdua jadi bahan tontonan tiga orang lain yang ada di ruang makan.

Diam-diam Junsu bertukar pandang dengan Changmin. Dia melirik arlojinya. "Sepertinya aku harus cepat pulang atau besok akan terlambat datang latihan musikal..." Dia menghabiskan soda di gelasnya.

Yoochun yang paham, langsung berdiri dari kursinya. "Ayo kita pulang. Aku juga harus mampir ke tempat Yoohwan setelah ini."

"Sepertinya aku masih ada tugas kuliah online yang belum selesai untuk minggu depan..." Changmin tidak mau kalah. Dia berdiri sambil meraup kue cokelat yang tersisa di meja dan membungkusnya dengan kertas tisu. Benar-benar tidak punya malu.

Pandangan Yunho beralih ke jam dinding yang ada di ruang makan. Belum terlalu malam, pikirnya. Semoga sempat. Tidak ada waktu lagi. Besok semua sibuk dengan jadwal masing-masing. Dirinya dan Changmin ada jadwal wawancara tentang debut sub-unit mereka sebagai duo HoMin. Junsu ada latihan untuk drama musikal. Dan Yoochun ada jadwal syuting drama televisi besok siang.

"Kumohon—aku butuh waktu kalian bertiga.." Ketiga dongsaeng-nya saling berpandangan. "—sebentar saja. Kumohon—" Suara Yunho terdengar lirih. Bahunya merosot turun.

Yoochun, Junsu dan Changmin bersumpah mereka belum pernah melihat wajah dan mereka seputus asa ini. Meski ada kesulitan apa pun di pekerjaan mereka atau berkaitan dengan tugasnya sebagai leader, Yunho selalu bisa mengatasinya dengan baik.

"Ada apa, oppa? Kau membuatku gugup," tanya Junsu. Wanita itu menggulung rambut panjangnya menjadi satu ikatan rapi. Udara tiba-tiba terasa gerah. Terlebih lagi dia melihat wajah leader-nya kusut dan lesu. Apakah ada masalah di agency?

Jaejoong yang berada di posisi sangat canggung—dia bukan lagi merupakan bagian dari grup—menelan ludah. Pasti mereka akan membahas sesuatu tentang pekerjaan, batinnya. Dia bersiap hendak berpamitan ketika terdengar suara tangis bayi dari dalam kamar tuan rumah. Sontak dia berdiri. "Maaf—aku.." Tangannya menunjuk ke kamar—memberi isyarat minta ijin untuk masuk kamar tuan rumah.

"Eh iya—iya.. tentu.."

Wanita itu melesat mengambil Sora—bayinya—yang dari tadi diletakkan di kamar Yunho. Segera mengeceknya. Kelihatannya popoknya penuh dan harus diganti. "Maaf aku pulang dulu, ya. Bye." Tanpa menunggu jawaban dari keempat orang lainnya, dia membuka pintu dan berlalu menuju unitnya sendiri.

Keheningan menerpa ruang makan selepas Jaejoong pergi. Sang tuan rumah menunduk—menumpukan tangan di kanan kiri kepalanya.

"Hyung..." Suara husky Yoochun terdengar. Dia mencoba untuk memanggil sang leader. Yunho masih menunduk. Kali ini jemarinya meremas-remas rambutnya. Laki-laki yang mahir bermain piano itu tentu merasa khawatir. Wajah leader-nya terlihat sangat kusut. Ketiga doangsaeng-nya menatapnya dengan kuatir.

Yunho menggosok-gosok wajahnya. Tenggorokannya terasa disumbat bongkahan batu. Tidak tahu harus memulai dari mana.

"Hyung—" Kali ini si maknae yang bersuara. Dirinya benar-benar kuatir dengan rekannya di sub-unit HoMin itu. "Ada apa?"

"Aku benar-benar tidak berguna.."

"Oppa!!" Suara high-pitched menggema di dapur. "Kenapa kau bicara seperti itu? Kau benar-benar membuatku kuatir!!" Bulu kuduk satu-satunya yeoja di dapur apartemen itu meremang. Entah apa yang merasuki leader-nya ini.

"Hyung.." Yoochun menyentuh bahu Yunho lembut. "Ada apa sih sebenarnya? Apakah ada masalah di perusahaan? Kau tahu kau harus memberitahu kami jika ada sesuatu, bukan?"

Yunho memandang Yoochun, Junsu dan Changmin. Ketiga anggota yang menjalani pelatihan dan debut bersama-sama—balik memandangnya dengan raut wajah bingung. Mereka berempat sudah bersama bertahun-tahun lamanya. Susah dan senang dilalui bersama. Pertengkaran dan perbedaan pendapat menjadi makanan sehari-hari sejak debut tapi mereka berhasil mengatasi semua masalah yang ada.

Tapi kali ini akan berbeda. Apa yang akan dikatakannya bukan merupakan kehidupan profesional mereka. Apa yang akan disampaikannya kepada ketiga anggotanya merupakan urusan pribadi di kehidupannya. Sekarang adalah saat yang tepat untuk pengakuan dosa.

"Aku—aku ingin jujur kepada kalian semua—"

Yoochun, Junsu dan Changmin yang duduk di depannya mendengarkan dengan seksama. Ketiga orang itu benar-benar tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh Jung Yunho, leader grup mereka.

"Aku.. aku sudah memiliki anak. Dan ibu dari anakku adalah Kim Jaejoong."

東方神起

.

— TBC —


Author's zone

23-Mei-2020

Chapter 32 emang pendek karena mau cek ombak dulu. Siapa tau ada di antara kalian yang belum dapet notifikasi di email.

Ada yang udah beli tiket konser virtual Beyond The T buat Minggu 24 Mei?


Follow me on

Twitter: ( at ) _SummerCassie_

Wattpad: SummerCassie