Title: Always You
Part: 1 (prolog)
Author: Shin Min Rin
Twitter: ninanutter
Fandom: TVXQ. DBSK. Tohoshinki
Disclaimer: They belong to SM (Semena-Mena) Entertainment
This story is a work of pure fiction
Warning: OOC, typos, STRAIGHT
Cast
Kim Jaejoong, 26 (yeoja)
Kim Junsu, 20 (yeoja)
Jung Yunho, 22 (namja)
Park Yoochun, 21 (namja)
Shim Changmin, 18 (namja)
Kim Hyunjoong, 24 (namja)
~ Jaejoong POV ~
Aku menggeliat dengan enak. Tubuhku agak segar setelah tidur dua jam. Tidur adalah salah satu kemewahan yang jarang kudapat. Ah, aku tidak boleh mengeluh. Dengan statusku yang sekarang, pengorbanan itu memang harus ada. Semua ada konsekuensinya.
Nngghh... Rasanya sudah lama sekali tidak tidur selama ini.
"Jae, kau bangun?" Sebuah suara masuk ke telingaku. Kutolehkan kepala ke samping kiri ranjang, ada Hyunjoong disitu. Kim Hyunjoong, orang yang empat bulan ini menjadi kekasihku. Entah kekasih yang keberapa.
Hari ini pekerjaanku selesai lebih awal, jadi kami berdua menyempatkan makan malam bersama. Memang sedikit terlambat karena kami baru makan jam sembilan malam. Tapi tak apalah. Karena kesibukan kami berdua, kami agak jarang bertemu. Makanya momen seperti ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Malam ini aku memang berada di apartemen milik kekasihku itu. Hyunjoong bilang dia malas untuk makan di restoran jadi ya kumasakkan saja.
Aku, Kim Jaejoong, seorang member idol grup bernama Dong Bang Shin Ki yang berarti Dewa Dewi Dari Timur. Atau kalau bahasa internasionalnya adalah Rising God and Goddess of The East.
Dewa Dewi? God and Goddess?
Ya, grupku adalah idol grup yang multi-gender. Membernya terdiri dari namja dan yeoja. Kami adalah satu-satunya grup di Korea Selatan yang membernya campuran. Ini merupakan breakthrough karena tidak ada satu pun manajemen artis di Korea yang berani membentuk grup campuran seperti kami. Terlalu banyak resiko, itu menurut mereka. Ah sudahlah, aku hanya menjalankan tugas saja.
Kuambil handphone yang kuletakkan di meja samping ranjang. Tidak ada pesan atau telepon masuk.
"Jae..." Panggil Hyunjoong lagi. Kurasakan dia mendekatiku yang duduk di pinggir ranjang. Benarlah. Sebuah lengan yang lebih besar dari lenganku langsung memeluk pinggangku dengan erat. Dagu kecilnya ditumpukan ke bahuku. Beberapa detik kemudian hidungnya mulai bergerilya di leherku.
"Mmmhhh..." Hyunjoong mendesah. Kali ini bibirnya mengecup persimpangan leher dan bahuku. "Baumu selalu enak, Jae."
"Sponsor. Mana mau aku membeli sebotol kecil parfum seharga 1000 dolar," jawabku sedikit sarkastis.
"Hahaaaa... Kau galak sekali, Jae. Bagaimana pendapat Cassie kalau tau Jae unnie idola mereka ternyata galak kepada pacarnya sendiri?"
Aku mengerutkan kening. "Kau mengancam?" tantangku sambil menolehkan kepala ke belakang.
Hyunjoong mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga hidung kami bersentuhan. Matanya terpejam, terlihat sangat menikmati sentuhan kami. "Tidak. Aku hanya mencoba untuk merayumu."
Tak urung aku tersenyum juga. Hyunjoong selalu sabar kepadaku yang moodnya sering naik turun ini. Aku menghembuskan napas sambil kembali menolehkan kepalaku ke depan. Kuambil gelas yang berisi anggur yang baru habis setengahnya. Kuteguk isinya sampai habis. "Sayang sekali aku harus pulang," ujarku pelan sambil meraih lengan kekasihku yang sedang melingkari pinggangku dengan erat.
"Tak bisakah kau menginap disini, Jae?" tanyanya sedikit kecewa.
Aku termangu. Inginnya sih begitu tapi tidak bisa. Kuraih kepala Hyunjoong yang ada dibelakangku dan mengusap-usap rambutnya, mencoba minta pengertiannya. "Kau tahu sendiri bagaimana keadaanku. Junsu akan menangis kalau ditinggal sendirian di apartemen. Dan Changmin akan ngambek kalau aku pulang pagi sehingga tidak sempat memasak untuk sarapan."
"Ya ampun, kau kan bukan umma mereka, Jae." Nada suaranya terdengar mengeluh.
"Aku tahu tapiiii... dengan posisi sebagai member tertua dan seorang yeoja, aku... aku yang bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka, chagi," ucapku dengan penuh penyesalan.
Insting keibuanku memang dimanfaatkan dengan baik sekali oleh semua memberku yang usianya di bawahku semua. Tapi tidak semuanya...
"Hufffhhh... ya... ya... sepertinya aku yang harus mengalah." Suaranya terdengar merajuk.
Kulepaskan lengannya yang memeluk perutku. Aku berbalik menatapnya. Kuraih dagunya dan berkata semanis mungkin. "Aku janji kita akan sering ketemu." Kukecup pelan bibirnya yang akan memprotes itu. Tidak kusangka dia membalasnya denga bersemangat. Lidahnya memasuki bibirku dengan bersemangat dan tangannya memegang pundakku, berusaha untuk membuatku berbaring kembali di ranjang. Ditindihnya tubuhku sehingga tidak bsia berkutik.
"Hhh.. hh.. Chagiiiii... aku harus pulang..." rengekku di antara ciuman kami. Aku berusaha duduk. Hyunjoong dengan enggan melepaskanku dan wajahnya cemberut. "Janji ya."
Ingin tertawa melihat wajahnya tapi tidak jadi. Beginilah jika berpacaran dengan namja yang usianya lebih muda. Mereka cenderung manja. "Janji, kita akan sering ketemu," ujarku sambil bangkit dari ranjang dan mulai mengenakan rok mini jeansku.
Hyunjoong menciumku dengan satu ciuman panjang sebelum merelakanku keluar dari apartemennya.
~ Jaejoong POV end ~
...
~ normal POV ~
At Jaejoong & Junsu apartement
Setelah membongkar-bongkar tas besarnya yang penuh berisi berbagai macam barang, akhirnya dia menemukan juga kunci apartemen. Haaaaa... lega sekali kembali pulang setelah seharian ada di luar.
Jaejoong memasuki ruang tengah tempat televisi berada ketika dia mendapati suatu pemandangan : Junsu dan Yoochun tidur di situ. Junsu tidur di atas sofa sedangkan Yoochun tidur di lantai. Tangan Junsu terkulai ke bawah dan digenggam oleh Yoochun yang tertidur di karpet.
Young love. I just hope it will last, pikir Jaejoong sambil tersenyum sendiri.
Teringat sesuatu, Jaejoong lalu jongkok di dekat Yoochun untuk membangunkannya. Dia tidak boleh berada di apartemen yeoja sebelum waktu sarapan mulai. Itu jadi salah satu peraturan yang sering dilarang Yoochun.
"Jika yeojachingumu tinggal di apartemen sebelah, apa yang akan kau lakukan? Tentu saja sering-sering berada disitu." "Lagi pula di unit yeoja kan selalu bersih, wangi, dan banyak makanan. Bikin betah."Yoochun pernah beralasan suatu hari.
Jaejoong hanya bisa pasrah saja menghadapi kelakuan rekan segrupnya itu. Tapi dia selalu mewanti-wanti supaya tidak ketahuan oleh para pejabat agensi. Kalau manajer mereka sih sudah tahu dan tidak mempermasalahkan. Resiko ditanggung sendiri, kata manajer oppa.
Sering Jaejoong berpikir, yang membentuk couple YooSu kan para petinggi agensi juga, lalu di mana salahnya jika mereka juga couple di kehidupan sebenarnya? Kenyataan seperti itu tidak dapat dihindari di dalam grup campuran seperti mereka.
Jaejoong mengurungkan niat untuk membangunkan Yoochun dan menyuruhnya pulang ke unitnya sendiri. Dia mendapati bahwa di atas meja ada berbagai bungkusan makanan yang sudah kosong dan beberapa kaleng soft drink. Sebagai pecinta kebersihan, Jaejoong tidak suka jika apartemennya berantakan. Oleh karena itu dia memutuskan untuk membuang sampah terlebih dahulu sebelum membangunkan Yoochun.
Segera dibawanya semua sampah yang ada di apartemen itu keluar unitnya dan ditaruh di tempat pembuangan sampah khusus penghuni apartemen, letaknya di basemen dekat tempat parkir mobil. Jaejoong membayangkan dan geli sendiri jika mungkin Cassie tahu bahwa dia pun membuang sampahnya sendiri, sebuah tindakan normal dari seorang idol. Mungkin kapan-kapan dia harus menceritakan kebiasaan sehari-harinya itu di reality show untuk menunjukkan betapa normal hidup mereka. Setelah itu Jaejoong pun kembali ke atas.
Normal. Suatu kata yang Jaejoong sendiri tidak berani untuk menggunakannya. Semua yang berhubungan dengan hidupnya di luar normal sekarang. Tidak normal. Dan ketidaknormalan itu sedang menunggunya sekarang.
"Baru pulang, noona?"
Sebuah suara bass mengagetkan Jaejoong yang hendak membuka pintu apartemen sehingga membuat kunci yang dipegangnya terjatuh. Jung Yunho, sang leader grup, sedang berdiri sambil bersedekap di depan pintu apartemen namja. Apartemen namja dan yeoja memang bersebelahan sehingga pintunya berdekatan dan saling menempel.
Jaejoong menunduk sambil mengambil kuncinya. "Aku baru saja membuang sampah di bawah," jawabnya tanpa melihat sang leader.
"Kau tahu apa maksudku." Suara Yunho terdengar gusar. "Kau baru kembali ke apartemen jam dua pagi! Junsu menangis terus sehingga Yoochun terpaksa menemaninya. Bagaimana kalau ada petinggi agensi yang tahu dia menginap di unit milik yeoja?"
Jaejoong hampir tidak percaya dengan omongan Yunho. Mulutnya membuka membentuk huruf 'O'. "Hah! Dasarnya si Chunnie sendiri memang mau, lantas kenapa kau ribut, leader?"
Ditekannya suku kata terakhir. Jaejoong tidak pernah memanggil Yunho dengan namanya, hanya memanggilnya dengan sebutan 'leader.' Hal yang sama berlaku pada Yunho, dia memanggil Jaejoong dengan 'noona.'
Entah kenapa, mereka berdua seperti air dan minyak, jarang akur di belakang kamera. Jaejoong seorang yang cuek dan semaunya, sedangkan Yunho adalah orang yang keras dan strict. Mungkin karena Jaejoong paling tua jadi dia merasa bebas semaunya, sedangkan Yunho sebagai leader grup tidak bisa menerima hal itu. Dia ingin semuanya serba teratur.
Yunho mengabaikan kenyataan bahwa Junsu dan Yoochun berpacaran. Fokusnya sekarang kepada Jaejoong. "Kau dari mana noona, baru pulang jam dua pagi?" tanyanya sambil terus bersedekap.
"Maaf, kalau kau lupa, kita sudah sepakat bahwa masing-masing member berhak memiliki kehidupan pribadi." Jaejoong setengah berteriak.
Mata kecil sang leader menelusuri sekujur tubuh Jaejoong, mulai dari tank top hingga mini skirt yang dipakainya. Matanya menyipit ketika melihat leher dan bahu Jaejoong yang terekspos dengan jelas, memperlihatkan beberapa bagian kemerahan di sana. Jaejoong merasakan wajahnya panas seolah tertangkap basah melakukan sesuatu yang memalukan.
'Oh boy, ini kan urusan pribadi,' batinnya.
"Pelankan suaramu," desis Yunho sambil kembali memandang mata Jaejoong. "Kau mau membangunkan tetangga kita?"
"Terserah." Jaejoong memutuskan akan masuk saja, tidak ingin berada dalam perdebatan ini terlalu lama. Lagipula ini sudah terlalu malam. Mana dia juga harus 'mengusir' Yoochun supaya kembali ke unitnya sendiri.
"Kau belum menjawab pertanyaanku." Yunho tiba-tiba berdiri di belakang Jaejoong dan menahan pintu supaya tetap tertutup. Jaejoong sekarang terjebak di antara tubuh Yunho dan pintu apartemen. Kesal, dia membalikkan tubuh dan mendongak memandang Yunho, menantangnya. "Maaf, urusan pribadiku bukan menjadi urusanmu juga, leader." Sergahnya seolah mengejek Yunho sebagai leader yang suka ikut campur.
'Sial, kenapa dia tinggi sekali.'
Jaejoong menahan napas ketika Yunho merendahkan kepalanya. Lagi-lagi matanya menyipit, tanda bahwa sang leader sedang berada dalam danger mode. Jaejoong membulatkan mata, merasa terintimidasi dengan kedekatan mereka yang hanya berjarak tiga puluh senti. Wajah Yunho tepat berada di depan wajahnya. Tangan kiri Yunho menahan pintu apartemen supaya tetap menutup sedangkan tangan kanannya berada di samping kiri kepala Jaejoong. Aroma cologne yang dipakai menusuk indera penciuman Jaejoong dan membuatnya sedikit kacau.
Namja versus yeoja. Dilihat dari posisi mereka saat ini, sudah terlihat siapa yang akan menang.
"Urusan pribadimu memang bukan urusanku. Tapi jika urusan pribadimu menyebabkan seorang memberku menangis, maka itu jadi tanggung jawabku juga... noona." Suaranya terdengar lebih rendah dan mengirimkan sinyal-sinyal berbahaya ke Jaejoong.
"Who the hell are you? My father?" Jaejoong berkata sambil menelan ludah, berupaya mengumpulkan keberaniannya.
Jawaban yang salah. Sangat salah. Yunho semakin mendekatkan wajahnya...
TBC or STOP ?
Author's zone
Oct.26.2011
Sebelumnya author mohon maaf, arti nama DBSK saya sesuaikan sedikit dari "Dewa Dewa" menjadi "Dewa Dewi". Jeongmal mianhae ya yeorobun... I hope you guys don't mind. Ini saya sesuaikan untuk nama grup yang multi-gender.
Part ini memang pendek, namanya juga prolog alias proyek coba-coba.
Mau saya lanjutkan atau saya stop sampai sini? It's up to readers. Minimal 10 reviews baru akan saya lanjutkan ^^